Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH TEMPERATUR DAN RASIO UMPAN TERHADAP PELARUT

DALAM EKSTRAKSI ZAT WARNA DARI BAYAM MERAH


Yakobus Kristianto, Ariestya Arlene.A, ST. , M.T. , Anastasia Prima. K, S.Si. , M.T.
Jurnal Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Katolik Parahyangan,
Bandung
Email: yakobuskristianto.yk@gmail.com

ABSTRAK
Zat warna yang terdapat di dalam bayam merah belum tereksplorasi secara mendalam. Tujuan dari
penelitian ini adalah mengetahui ada tidaknya pengaruh temperatur dan rasio F:S terhadap rendemen, yield,
dan intensitas warna merah dalam ekstraksi zat warna dari bayam merah; mengetahui pengaruh lama
pemanasan, perubahan pH, penambahan oksidator, penambahan kadar gula terhadap stabilitas zat warna
merah hasil ekstraksi bayam merah, dan menggunakan zat warna merah yang terdapat dalam bayam merah
untuk pewarna pada agar – agar putih.
Secara garis besar penelitian ini dibagi menjadi empat tahap yang dilakukan, yaitu tahap perlakuan
awal bahan, penelitian pendahuluan, penelitian utama, dan analisis hasil penelitian. Perlakuan awal bahan
dilakukan yang dilakukan adalah pengecilan ukuran, penghilangan kadar air, dan penyeragaman ukuran dari
bayam merah. Penelitian pendahuluan yang dilakukan yaitu pemilihan pelarut, ekstraksi soxhlet, penentuan
panjang gelombang maksimum, dan pembuatan kurva standar. Penelitian utama dilakukan untuk mengetahui
pengaruh rasio F:S, temperatur, dan interaksi antara F:S dengan temperatur. Variasi temperatur yang
digunakan adalah 30oC, 40oC, dan 50oC. Variasi rasio F:S yang digunakan adalah 1:12,5; 1:15; 1:17,5; 1:20;
dan 1:50. Analisis hasil penelitian yang dilakukan adalah analisis kadar air umpan dan ekstrak, rendemen,
yield, pengaruh lama pemanasan, perubahan pH, penambahan oksidator, penambahan kadar gula, dan
pewarnaan dengan ekstrak zat warna pada produk agar - agar putih terhadap intensitas warna merah, dan
stabilitas zat warna yang dihasilkan dari bayam merah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen dan yield maksimum diperoleh pada temperatur
ekstraksi 30°C dan rasio F:S (1:17,5). Lama pemanasan, oksidator, dan pH mempengaruhi stabilitas zat warna
bayam merah dengan menunjukkan perubahan nilai absorbansi zat warna dan juga perubahan warna secara
visual. Penambahan kadar gula pada ekstrak zat warna tidak mempengaruhi stabilitas zat warna bayam merah.
Zat warna yang terdapat dalam bayam merah dapat digunakan sebagai pewarna pada produk agar- agar putih.
Berdasarkan hasil rancangan percobaan, temperatur dan rasio F:S berpengaruh secara signifikan terhadap
rendemen, yield, dan kadar air ekstrak. Interaksi antara keduanya berpengaruh secara signifikan terhadap
rendemen, yield, dan kadar air ekstrak.

Keyword: zat, warna, bayam, merah, ekstraksi


berkembang pesat penggunaanya karena
Pendahuluan dianggap memiliki warna yang lebih stabil
Penggunaan zat pewarna alami dan tahan terhadap perubahan suhu,
khususnya untuk makanan, perlu temperatur, pH, dan kondisi lingkungan.
digalakkan karena tidak memiliki efek Hal ini menyebabkan zat warna buatan
samping bagi tubuh dibandingkan dengan menghasilkan warna yang lebih menarik
penggunaan zat pewarna buatan (Nur dan dibandingkan penggunaan zat warna alami
Jumari, 2005). Contoh efek samping bagi karena warna yang dihasilkan dapat diatur
tubuh yang dihasilkan akibat penggunaan sesuai warna yang dikehendaki dan tidak
zat warna buatan adalah penyakit kanker mudah berubah (Nollet LML, 1996).
dan diabetes. Zat warna buatan
Salah satu tanaman sayuran yang komponen lainnya, atau yang disebut
dapat digunakan sebagai zat warna alami komponen pengotor) (Perry and Green don,
adalah bayam merah. Bayam merah 2008).
mengandung vitamin A, vitamin C serta
banyak mengandung garam-garam mineral
yang penting (kalsium, fosfor, besi) untuk Metode Penelitian
mendorong pertumbuhan dan menjaga
kesehatan. Perlakuan Awal Bayam Merah

Landasan Teori Bayam merah yang digunakan


dalam penelitian ini didapatkan dari pasar
Tanaman bayam atau yang dikenal tradisional Andir, Bandung. Hanya Daun
sebagai Amaranthus sp ini dapat tumbuh di dari bayam merah digunakan untuk proses
daerah tropis maupun subtropis. Namun ekstraksi. Daun direndam dalam Natrium
bayam akan tumbuh lebih subur pada metabisulfit 2% w/w selama 10 menit.
dataran rendah pada lahan terbuka dengan Kemudian bayam dikeringkan dengan oven
udara yang panas (Kirani, 2011). pada temperatur 40oC selama 24 jam.
Seperti yang kita ketahui bahwa Bayam kering diblender dan dilakukan
bayam merupakan sumber vitamin K yang pengayakan untuk mendapatkan bayam
berperan sangat besar dalam pengaktifan kering dengan ukuran -20+60 mesh.
berbagai jenis protein yang terlibat dalam
proses pembekuan darah. Beberapa Proses Ekstraksi dengan Soxhlet
penelitian menunjukkan bahwa vitamin K
berperan dalam menangani kanker karena Sebanyak 1 gr bayam merah kering
terbukti dapat bertindak sebagai racun dengan ukuran -20+60 mesh disiapkan lalu
dalam sel-sel kanker, tetapi tidak dibungkus menggunakan kertas saring dan
membahayakan sel-sel yang sehat. disimpan di dalam tudung. 500 ml air
Proses ekstraksi padat cair atau dituangkan ke dalam labu bundar leher tiga.
leaching adalah proses untuk memisahkan Pasangkan tudung ke leher labu bundar dan
fraksi terlarut (dalam bentuk larutan) dari kondensor dipasang di atas tudung.
suatu yang tidak dapat dilarutkan (fasa Nyalakan air untuk sirkulasi air pendingin
padat yang biasanya permeable) melalui kondensor. Setiap kali terjadi sirkulasi
kontak dengan cairan pelarut. Proses pelarut, sampel diambil dan diukur %T nya
leaching sering disebut juga dengan hingga konstan.
extraction, solid-liquid extraction,
lixiviation, percolation, infusion, washing, Panjang Gelombang Maksimum
dan decantation-settling (Treybal, R. E.,
1981). Ekstrak zat warna yang digunakan
Ekstraksi padat cair biasanya dibuat dengan melarutkan 1 gram umpan
digunakan untuk mengekstrak atau bayam merah dalam air demineralisasi.
mengambil komponen alami yang berasal Kemudian pelarut dan ekstrak dipisahkan
dari sumber alami, misalnya tanaman. menggunakan evaporator vakum.
Pelarut yang digunakan harus bersifat Dihasilkan 0,7 gr ekstrak. Larutan zat
selektif hanya melarutkan komponen yang warna dengan konsentrasi 1000 ppm dibuat
diinginkan (tidak dapat melarutkan dengan mencampurkan ekstrak zat warna
sebanyak 0,7 gram dengan air Pasangkan labu evaporator ke alat
demineralisasi sebanyak 0,7 liter. Larutan evaporator vakum. Kecepatan rotasi labu
zat warna 1000 ppm tersebut diukur %T evaporator diatur 80 rpm dan tekanan
nya pada rentang panjang gelombang 400- evaporator vakum diatur 72 mbar. Tahap
600 nm. ini dilakukan hingga tidak ada pelarut yang
menetes lagi
Kurva Standar
Oven Vakum
Ekstrak zat warna yang digunakan
dibuat dengan melarutkan 1 gram umpan Hasil pasta dari proses evaporator
bayam merah dalam air demineralisasi. dituangkan ke dalam cawan penguapan.
Kemudian pelarut dan ekstrak dipisahkan Cawan penguapan dimasukkan ke dalam
menggunakan evaporator vakum. oven vakum. Temperatur oven diset 45oC.
Dihasilkan 0,7 gr ekstrak. Larutan zat Proses penguapan pelarut menggunakan
warna dengan konsentrasi 1000 ppm dibuat oven vakum dilakukan selama 24 jam.
dengan mencampurkan ekstrak zat warna
sebanyak 0,7 gram dengan air
demineralisasi sebanyak 0,7 liter. Larutan Hasil dan Pembahasan
zat warna 1000 ppm diencerkan dengan
variasi 0-1000 ppm. Masing- masing Proses Ekstraksi dengan Soxhlet
larutan diukur %T nya pada panjang
gelombang maksimum. Ekstraksi soxhlet dilakukan untuk
mengetahui rendemen maksimum (jumlah
ekstrak yangg dapat larut pada umpan
Penelitian Utama bayam merah kering). Pelarut yang
digunakan adalah air demineralisasi. Alat
Peralatan ekstraksi disiapkan yang digunakan adalah alat ekstraksi
dengan suhu sesuai variasi. Bayam merah soxhlet yang menggunakan prinsip
dengan mesh -20+60 dan pelarut kondensasi dan evaporasi pelarut.
dimasukkan dengan rasio F:S sesuai variasi. Rendemen maksimum dari
Sampel ekstraksi diambil dan ekstraksi soxhlet yang diperoleh adalah
absorbansinya diukur. Proses ekstraksi 74,5%. Hasil ekstrak yang didapatkan
dilakukan hingga absorbansi konstan tiga dengan ekstraksi soxhlet berwarna coklat
kali. Ekstrak yang diperoleh dikeringkan kehitaman dan terdapat padatan. Perubahan
dengan evaporator vakum dan oven vakum. warna ekstrak bayam merah yang semula
Dilakukan uji stabilitas pada ekstrak yang berwarna merah menjadi kecoklatan
diperoleh. setelah ekstraksi soxhlet, disebabkan oleh
rusaknya zat warna merah dalam bayam
Evaporator Vakum merah akibat adanya pemanasan dengan
temperatur tinggi (Utami, 2000).
Peralatan evaporator vakum Buchi
Rotavapor R-205 disiapkan. Ekstrak yang Waktu Kesetimbangan Ekstraksi
diperoleh dari proses ekstraksi batch
dimasukkan ke dalam labu evaporator. Variasi pada ekstraksi batch ini
Temperatur waterbatch diatur 45oC. adalah variasi temperatur (30°C, 40°C,dan
50°C) dan variasi rasio F:S (1:12,5, 1:15, kesetimbangan ekstraksi karena terjadi
1:17,5, 1:20, dan 1:50). Dari percobaan perbedaan gradien konsentrasi yang
didapatkan bahwa waktu kesetimbangan semakin besar sehingga zat warna dalam
proses ekstraksi yang paling cepat adalah umpan cenderung bergerak lebih cepat
ekstraksi untuk variasi temperatur yang untuk larut dalam pelarut.
paling tinggi 50oC dan F:S yang paling
kecil 1:12,5; yaitu 30 menit. Rendemen dan Yield
Menurut Utami, 2000; temperatur Rendemen dan Yield pada berbagai
yang semakin tinggi akan mempercepat variasi suhu dan rasio umpan terhadap
waktu kesetimbangan ekstraksi karena pelarut dari proses ekstraksi disajikan
kenaikan temperatur menyebabkan daya dalam diagram batang berikut ini.
larut bahan yang diekstraksi semakin
meningkat. Jumlah pelarut yang semakin
kecil akan mempercepat waktu

60
56.08
51.84 54.55 51.21
50 49.22 48.17 49.26
43.96 44.73
42.07
40.54
40 37.57 35.26
Rendemen (%)

35.10
F:S= 1:12,5
31.98
30 F:S = 1:15
F: S = 1:17,5
20
F: S = 1:20
F:S = 1: 50
10

0
30 40 50
Temperatur (oC)

Grafik 1. Rendemen Zat Warna

80 75.27
73.22
69.58 68.73
70 66.07 64.66 66.12
59.01 60.04
60 56.46 54.41

50.43 47.11 47.33


50 F:S= 1:12,5
42.93
Yield (%)

40 F:S = 1:15
F: S = 1:17,5
30
F: S = 1:20
20
F:S = 1: 50
10

0
30 40 50
Temperatur (oC)

Grafik 2. Yield Zat Warna


Rancangan percobaan yang
Berdasarkan perubahan temperatur digunakan dalam analisis rendemen dan
ekstraksi, diketahui bahwa kenaikan yield ekstrak adalah rancangan faktorial
temperatur menyebabkan rendemen dan dengan 2 faktor dimana digunakan faktor
yield berkurang. Menurut Winarti, 2008; temperatur dan rasio F:S. Dari perhitungan
temperatur yang semakin tinggi diketahui bahwa temperatur dan rasio F:S
menyebabkan perubahan struktur dari zat mempengaruhi hasil rendemen dan yield
warna sehingga menyebabkan perubahan yang didapat serta ada interaksi antara
massa jenis antosianin yang berefek temperatur dengan rasio F:S yang
terhadap penurunan hasil rendemen dan mempengaruhi hasil rendemen dan yield.
yield. Perubahan struktur yang terjadi pada
antosianin adalah berubahnya kation
flavilium yang mengalami hidrolisis Analisis Lama Pemanasan
dimana terjadi pada ikatan glikosidik
menjadi basa karbinol tidak berwarna dan Dari data yang didapat pada tabel 1,
cincin aglikon terbuka membentuk gugus diketahui bahwa zat warna antosianin tidak
kalkon yang tidak berwarna dan berakhir stabil terhadap waktu pemanasan dimana
dengan degradasi ekstrak menjadi terjadi penurunan konsentrasi sepanjang
berwarna coklat (Novandi, 2012). waktu. Pada saat t= 0 menit secara visual
Berdasarkan reaksi perubahan flavilium larutan berwarna merah dan seiring
menjadi kalkon diketahui bahwa massa pertambahan waktu, warna larutan zat
molekul relatif dari kalkon lebih kecil dari warna berubah menjadi warna kuning
pada massa molekul relatif dari flavilium kehijauan. Selain itu, penurunan
yang berdampak pada penurunan massa konsentrasi drastis berubah saat t= 0 menit
jenis dari ekstrak. sampai t= 30 menit. Penurunan konsentrasi
Berdasarkan perubahan rasio F:S, zat warna ini disebabkan perubahan warna
diketahui bahwa semakin banyak pelarut larutan sehingga pembacaan nilai
digunakan menyebabkan kenaikan absorbansi menjadi tidak akurat karena
rendemen dan yield. Menurut Juwita, 2004; terjadi juga perubahan panjang gelombang
hal ini karena semakin banyak jumlah maksimum.
pelarut yang digunakan maka semakin Menurut Winarti, 2008; penurunan
banyak pula massa pelarut yang kontak konsentrasi zat warna terhadap lama
dengan zat warna merah yang terdapat pemanasan ini disebabkan kerusakan gugus
dalam bayam merah, sehingga zat warna kromofor (bagian dari pigmen yang paling
yang terlarut/ terekstrak dalam pelarut sensitif terhadap rangsangan panas dan
semakin banyak. Pada F:S = 1: 50 terjadi cahaya) yang terdapat pada antosianin yang
penurunan rendemen dan yield, hal ini menyebabkan terjadinya perubahan warna.
mungkin diakibatkan perubahan jumlah
pelarut pada rasio F:S = 1: 50 berbeda jauh
dengan perubahan pelarut pada rasio F:S
yang lain.
Tabel 1 Data Perubahan Konsentrasi Tabel 2 Data Perubahan Konsentrasi Zat
Terhadap Lama Pemanasan Warna Terhadap Pengaruh Penambahan
Oksidator
t= 0 menit t= 30 menit t= 60 menit t= 90 menit
T (oC) F:S
C (ppm) C (ppm) C (ppm) C (ppm) T t= 0 jam t= 6 jam t= 24 jam
F:S
(oC)
1: 12,5 4616,83 1313,75 910,35 857,86 C (ppm) C (ppm) C (ppm)

1:15 4475,02 1218,44 103,05 953,12 1: 12,5 3240,59 1358,83 292,13


30 1:17,5 4453,12 1169,44 87516 859,37 1:15 3020,70 1240,93 410,03
30 1:17,5 2996,65 1354,89 341,21
1:20 4288,55 1261,98 942,04 856,62
1:50 4504,52 1252,50 1018,41 971,88 1:20 2696,37 1021,02 329,46

1: 12,5 4040,78 1115,80 947,60 904,45 1:50 2960,29 1141,56 433,78

1:15 3582,68 1256,89 978,70 974,65 1: 12,5 2220,59 1141,27 331,82


40 1:17,5 4289,05 1209,04 1015,53 982,73 1:15 2721,36 1293,04 428,98
40 1:17,5 2893,66 1313,00 408,65
1:20 3815,95 1491,05 1203,49 1026,73
1:50 3212,56 2041,96 1602,99 1187,15 1:20 3120,49 1149,62 441,07

1: 12,5 3970,60 1235,44 913,26 931,38 1:50 3140,60 1281,97 431,93

1:15 4211,39 1152,11 915,18 897,02 1: 12,5 3149,83 1204,28 322,87


50 1:17,5 3406,35 2124,71 164,.46 1075,79 1:15 1989,28 1101,99 396,33
50 1:17,5 2835,86 1135,18 401,68
1:20 3721,90 1076,29 888,69 765,03
1:50 3908,31 1192,60 948,65 942,38 1:20 3062,45 1402,62 354,04
1:50 2966,36 1249,45 317,56

Analisis Pengaruh Penambahan


Oksidator Analisis Pengaruh pH

Hasil yang didapat dari tabel 2, dapat Gambar 1 menunjukkan bahwa zat
dilihat bahwa terjadi penurunan konsentrasi warna merah memiliki warna yang paling
zat warna merah sepanjang waktu akibat baik saat larutan zat warna berada pada
penambahan oksidator. Penurunan keadaan pH 5 dan pH 7. Siregar, 2011;
konsentrasi ini secara visual dapat dilihat menyatakan bahwa dengan meningkatnya
dengan warna merah yang terdapat dalam pH menyebabkan kerusakan nyata terhadap
larutan semakin pudar seiring pertambahan antosianin dari ekstrak larutan zat warna
waktu. Hasil ini sesuai dengan penelitian merah dari bayam merah tersebut. Gugus
yang dilakukan Kurniati; 2012, yang reaktif flavilium (struktur dasar penyusun
mengatakan bahwa adanya oksidator akan antosianin yang sensitif terhadap pH dan
berpengaruh pada stabilitas warna dan penambahan oksidator) hanya stabil pada
dapat menyebabkan warna menjadi hilang. kondisi asam yang tinggi. Gugus ini
kehilangan proton dalam pH yang tinggi
dan berubah bentuk menjadi basa karbinol,
yang merupakan pigmen yang tidak stabil,
dan dengan cepat terikat dengan air dan
mempunyai bentuk senyawa tak berwarna
bernama kalkon.
Kejadian ini juga terjadi pada
Samsudin, 2008; yang melakukan uji
stabilitas zat warna dari kulit manggis,
Kondisi pH 5 sampai dengan pH 7
merupakan kondisi dimana zat warna
merah paling stabil. Menurut Samsudin,
2008; Semakin rendah nilai pH maka Gambar 2 Hasil Analisis Kestabilan Zat
warna konsentrat makin merah dan stabil Warna Terhadap Kadar Gula
atau jika pH semakin mendekati kondisi
asam maka warna semakin stabil. Hal ini
disebabkan oleh gugus reaktif flavium Analisis Zat Warna Pada Produk Agar –
yang terdapat pada antosianin akan rusak Agar Putih
pada kondisi basa.
Analisis ini dilakukan dengan 3
variasi yaitu, ekstrak zat warna
dicampurkan saat agar- agar putih sudah
matang dan ditunggu sampai temperatur
dari agar- agar putih 45oC yang dapat
dilihat pada gambar 3(a), ekstrak zat warna
langsung dimasukkan saat agar- agar putih
sudah matang yang dapat dilihat pada
Gambar 1. Hasil Analisis Stabilitas Zat gambar 3(b), dab ekstrak zat warna
Warna Akibat Pengaruh pH dimasukkan saat agar- agar putih dimasak
yang dapat dilihat pada gambar 3(c).

Analisis Pengaruh Kadar Gula

Gambar 2 menunjukkan bahwa kadar


gula tidak dapat mempengaruhi stabilitas
warna pigmen antosianin, dimana
meningkatnya kadar gula yang
dicampurkan ke dalam larutan zat warna Gambar 3 (a). Hasil Agar Dimana Ekstrak Dicampur
hanya mengalami sedikit perubahan. Saat Agar Sudah Matang dan Bertemperatur 45oC;
Menurut Winarti, 2008; kadar gula yang (b).Hasil Agar Dimana Ekstrak Langsung Dicampurkan
Saat Agar sudah Matang; (c). Hasil Agar Dimana Ekstrak
tinggi akan menyebabkan degradasi warna Dimasak Bersamaan Dengan Agar
merah sehingga warna merah terlihat
makin pudar. Konsentrasi gula yang lebih Dari hasil yang didapat, gambar 3(a)
tinggi dan adanya oksigen akan menujukkan hasil agar yang paling merah
mengakibatkan kerusakan pigmen (stabil). Hal ini disebabkan karena zat
antosianin yang lebih besar. Namun hal ini warna yang terkandung didalam ekstrak
tidak terjadi untuk nilai konsentrasi gula bayam merah tidak stabil pada suhu tinggi
10-50%. sehingga jika zat warna dicampurkan saat
agar bersuhu tinggi akan menyebabkan
perubahan zat warna (Utami, 2000). Daftar Pustaka
Perubahan warna yang terjadi akibat
pemanasan adalah perubahan warna yang Green Don W. & Robert H. Perry. 8th ed.
awalnya merah menjadi kuning kecoklatan. (2008). Perry’s Chemical Engineers’
Handbook. The McGraw-Hill
Kesimpulan Companies, Inc, hlm. 18-60

1. Rendemen maksimum zat pewarna Juwita, (2004). “Pengambilan Minyak Biji


bayam merah yang diperoleh dari Nyamplung Melalui Proses Ekstraksi
ekstraksi soxhlet sebesar 74,5%. Sebagai Bahan Bakar Alternatif.”
2. Semakin tinggi temperatur dalam Skripsi, Jurusan Teknik Kimia,
proses ekstraksi zat warna dari bayam Fakultas Teknik, Universitas
merah, maka rendemen dan yield yang Diponegoro.
dihasilkan semakin rendah.
3. Semakin banyak pelarut yang Kirani ,V, (2011). “Pertumbuhan dan Hasil
digunakan dalam proses ekstraksi zat Tiga Varietas Bayam (Amaranthus
warna dari bayam merah, maka sp.) pada Berbagai Macam Media
rendemen dan yang dihasilkan juga Tanam Secara Hidroponik”. Skripsi,
semakin tinggi. Universitas Pembangunan Nasional
4. Kondisi operasi maksimum dalam
ekstraksi zat warna dari bayam merah Kurniati, (2012). “Ekstraksi dan Uji
adalah pada perbandingan umpan Stabilitas Warna Brazilein Dari Kayu
terhadap pelarut (F:S) 1:17,5 dan Secang (Caesalpinia sappan L)”.
temperatur 30oC. Indonesian Journal of Chemical
5. Lama pemanasan, oksidator, dan pH Science 1 (1), Jurusan Kimia FMIPA,
mempengaruhi stabilitas zat warna Universitas Negeri Semarang.
hasil ekstraksi bayam merah.
6. Kadar gula tidak mempengaruhi Nur dan Jumari, (2005). “Ekstraksi Limbah
stabilitas zat warna hasil ekstraksi Hati Nanas Sebagai Bahan Pewarna
bayam merah. Makanan Alami Dalam Tangki
7. Zat warna yang terdapat di dalam Berpengaduk”, Ekuilibirium Vol. 4.
bayam merah dapat digunakan sebagai No. 2. Desember 2005 : 92 – 99
pewarna alami untuk produk agar-
agar putih. Nollet LML. Handbook of Food Analysis
Volume 2. New York, USA: Marcel
Dekker, Inc. 1996: 1723 –1740.
Saran
Novandi, (2012). “Pemanfaatan Ekstrak
Perlu dilakukan penelitian lebih Bunga Kecombrang (Nicolaia
lanjut untuk mendapatkan rendemen, dan speciosa, horan) Sebagai Pewarna
yield yang lebih tinggi dengan variasi Alami Pada Makanan Cenil.” Skripsi,
pelarut, temperatur, dan rasio F:S lain. Fakultas Teknobiologi, Universitas
Adma Jaya Yogyakarta.
Samsudin, (2008). “Ekstraksin, Filtrasi
Membran dan Uji Stabilitas Zat Utami, R., (2000), “Pengaruh Jumlah
Warna Dari Kulit Manggis (Gracinia Pelarut, Suhu dan Waktu Ekstraksi
mangosta).” Skripsi, Jurusan Teknik Terhadap Rendemen dan Mutu
Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Cairan Kulit Biji Mete (Cashew Nut
Diponegoro Semarang. Shell Liquid)”, Institut Pertanian
Bogor; hal 11-12.
Siregar, Y, (2011). “Ekstraksi dan Uji
Stabilitas Zat Warna Alami dari Winarti, S, (2008). “Ekstraksi dan
Bunga Kembang Sepatu” Valensi Vol. Stabilitas Warna Ubi Jalar Ungu
2 No. 3, November 2011 (459-467) (Ipomoea batatas L.,) Sebagai
Pewarna Alami”. Jurnal Teknik
Treybal, R. E., (1981), Mass-Transfer Kimia, Vol.3, No.1, September 2008
Operations, Third Ed., McGraw-Hill,
Singapore.

Anda mungkin juga menyukai