Anda di halaman 1dari 7

1.

Masalah cakupan resep yang belum optimal, dan solusi yang disarankan untuk
memperbaiki pelayanan resep
 Penyebab masalah cakupan resep yg belum optimal
1. Beban kerja mempengaruhi waktu tunggu, seperti kurangnya SDM atau staff.
2. Sarana dan prasarana yang kurang lengkap
3. Penulisan resep yang tidak sesuai dengan formularium sehingga memperlambat
proses pelayanan resep.
 Solusi yang disarankan untuk perbaikan pelayanan resep
1. Jumlah tenaga kesehatan di instalasi farmasi harus sesuai dengan jumlah resep yang
masuk, sehingga resep dapat di tangani oleh petugas farmasi dengan cepat.
2. Mengusahakan ketersediaan obat yang diresepkan , apabila obat tidak tersedia, maka
pelayanan terhadaap pasien terhambat karna harus mencari obat pengganti.
3. Ruang kerja yang luas agar petugas mudah dan leluasa dalam bergerak mengerjakan
resep.

2. Agar obat selalu tersedia di RS tipe B (RS Pemerintah) metode pembelian yang mana
yang saudara pilih (tentunya mengikuti peraturan pemerintah). Jelaskan alasan
saudara! Apakah ada perbedaan metode pembelian obat di RS pemerintah dengan
RS swasta ?
 Ada 4 metode pada proses pembelian :
a. Tender terbuka
b. Tender terbatas
c. Pembelian dengan tawar menawar
d. Pembelian langsung
e. Kontrak
 Metode pembelian yang mana di pilih sistem kontrak dengan alasan :
adanya tawar menawar untuk pencapaian spesifik harga atau pengadaaan dengan
negosiasi, dimana pembeli melakukan pendekatan pada beberapa supplier (biasanya 3 atau
lebih) untuk menentukan harga. Pembeli juga dapat melakukan tawar-menawar dengan
para supplier untuk memperoleh harga atau pelayanan tertentu.
 Apakah ada perbedaan metode pembelian obat di RS pemerintah dengan RS swasta ?
Tidak ada yang membedakan antara metode pembelian obat di RS pemerintah dengan RS
swasta, yang membedakan hanyalah metode pembelian yang sesuai dengan ketentuan dan
kesepakatan di RS tersebut.
3 dan 4. Distribusi obat metode Floor stock (obat tersedia diruangan) Sistem distribusi
obat persediaan pelengkap di ruangan (floor stock)
Pada sistem ini kebutuhan obat/perbekalan farmasi dalam jumlah besar baik untuk
kebutuhan dasar ruangan maupun kebutuhan individu pasien yang diperoleh dari tempat
pelayanan farmasi baik sentralisasi maupun desentralisasi, disimpan di ruang perawatan,
salah satu contohnya di ruangan IGD Kebutuhan obat dasar maupun obat individu langsung
dapat dilayani oleh perawat tanpa harus menebus/mengambil dulu dari tempat penyimpanan
farmasi. Pelayanan dengan sistem ini paling cepat, karena semua barang kebutuhan ada
dalam satu ruangan. Keuntungan dari sistem distribusi obat persedian lengkap diruangan
adalah:
a. Obat yang diperlukan segera tersedia bagi penderita
b. Peniadaan pengembalian obat yang tidak terpakai di IFRS
c. Penguragan penyalinan kembali order obat
d. Pengurangan jumlah personil IFRS yang diperlukan

5. Bagaimana metode distribusi obat di pelayanan rawat inap yang tepat agar cakupan
resep baik, pelayanan cepat? Lakukan analisis beban kerja karyawan, 1 apoteker
melayani 60 resep rawat jalan, 1 asisten apoteker melayani resep 60 resep rawat jalan, 1
Apoteker rawat inap melayani 30 pasien?
Diketahui:
Jumlah pasien rawat inap:143/hari
Jumlah pasien rawat jalan: 57600/tahun = 4800/bulan = 160/hari
1 apoteker melayani 60 resep rawat jalan
1 apoteker melayani 30 resep rawat inap
1 asisten apoteker melayani 60 resep rawat jalan

Apoteker yang dibutuhkan:


Rawat jalan: 160 : 60 = 2,67 ~ 3 apoteker
Rawat inap: 143 : 30 = 4,76 ~ 5 apoteker
Total: 8
Apoteker yang tersedia sebanya 2 orang sehingga diperlukan penambahan 6 apoteker

Asisten apoteker yang dibutuhkan:


Rawat jalan: 160 : 60 = 2,67 ~ 3 asisten apoteker
Rawat inap: 143 : 30 = 4,76 ~ 5 asisten apoteker
Total: 8
Asisten apoteker yang tersedia sebanyak 9 orang sehingga sudah memenuhi kebutuhan

Sehingga untuk memberikan pelayanan yang cepat serta cakupan resep yang baik maka
diperlukan penambahan 6 apoteker

6. Cara menyiapkan system distribusi obat floor stock di bangsal bedah umum untuk
meminimalkan kebocoran obat.
Cara menyiapkan sistem distribusi obat floorstock di bangsal bedah umum adalah:
- Menentukan jenis dan jumlah obat yang sangat dibutuhkan.
- Memilih penanggung jawab ruangan dari bangsal bedah tersebut.
- Penanggung jawab melakukan pelaporan setiap hari mengenai pengelolaan obat
floorstock.
- Menyediakan informasi, peringatan serta kemungkinan interaksi selengkap mungkin.
- Menyediakan blanko pemberian, lembar serah terima obat dan sebagainya.

Cara menyiapkan SDO ODD pada bangsal bedah umum:


- Menyediakan informasi tertulis yang jelas dan lengkap mengenai obat obatan yang
akan diberikan.
- Melakukan pengecekan secara teliti terhadap resep yang diterima
- Melakukan perhitungan dosis dengan tepat.
- Menyediakan blanko pemberian, lembar serah terima obat dan sebagainya.

7. Bagaimana saudara menyiapkan sistem distribusi floor stock di bangsal penyakit


dalam? Bagaimana menyiapkan SDO UDD di bangsal tsb?
a. Sistem distribusi obat floor stock pada bangsal penyakit dalam :
 Floor stock disiapkan dan dikelola oleh IFRS, harus dalam jenis dan jumlah yang
sangat dibutuhkan. Jenis dan jumlah disesuaikan dengan daftar penggunaan obat
dan bahan medis habis pakai untuk penyakit dalam.
 Dalam kondisi sementara jika tidak ada petugas farmasi yang mengelola maka
pendistribusian diserahkan kepada penanggung jawab bangsal penyakit dalam.
 Penanggung jawab bangsal penyakit dalam harus melakukan serah terima kembali
pada obat obat yang tidak digunakan kepada petugas farmasi
 Apoteker harus menyediakan informasi, peringatan dan kemungkinan interaksi
obat pada setiap jenis obat-obat penyakit dalam yang disediakan di floor
stock.
b. Sistem UDD pada bangsal penyakit dalam :
Sistem unit dose dispensing yang dilakukan yaitu obat dikemas dalam kemasan unit
tunggal, didispensing dalam bentuk siap konsumsi yang cukup untuk suatu waktu
tertentu. Untuk penyediaan obat dosis unit, satu petugas bangsal penyakit dalam
bertanggung jawab terhadap sejumlah pasien yang dirawat pada salah satu bagian gedung
ruang rawat inap yang menerapkan sistem ini. Proses penyiapan obat dosis unit dilakukan
di pagi hari, dimulai dari pemilahan obat, penyiapan obat kedalam kemasan dosis unit,
pengecekkan kembali, hingga peletakkan kemasan dosis unit di dalam troley dosis unit
sesuai dengan nama pasien. Selanjutnya, di sore hari, petugas bangsal penyakit dalam
yang bertanggung jawab akan mengantarkan obat dengan menggunakan troley dosis unit
ke ruangan perawat untuk selanjutnya dilakukan serah terima dan dilakukan pengecekkan
kembali.

8. Bagaimana saudara menyiapkan SDO FS di kamar bersalin?


Sistem distribusi obat floor stock pada kamar bersalin :
 Floor stock disiapkan dan dikelola oleh IFRS, harus dalam jenis dan jumlah yang
sangat dibutuhkan. Jenis dan jumlah disesuaikan dengan daftar penggunaan obat dan
bahan medis habis pakai di dalam kamar bersalin .
 Dalam kondisi sementara jika tidak ada petugas farmasi yang mengelola maka
pendistribusian diserahkan kepada penanggung jawab kamar bersalin.
 Penanggung jawab kamar bersalin dalam harus melakukan serah terima kembali pada
obat-obat dan bahan medis habis pakai yang tidak digunakan kepada petugas farmasi.
 Apoteker harus menyediakan informasi, peringatan dan kemungkinan interaksi obat
pada setiap jenis obat-obat persalinan yang disediakan di floor stock.

9. Bagaimana penyimpanan obat di gudang farmasi, di pelayanan farmasi rawat


darurat, rawat jalan, rawat inap? Design tata letak gudang IFRS?
Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan, dan
jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan disusun secara
alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired First Out (FEFO) dan First In First Out
(FIFO) disertai sistem informasi manajemen. Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai yang penampilan dan penamaan yang mirip (LASA, Look
Alike Sound Alike) tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan khusus untuk
mencegah terjadinya kesalahan pengambilan Obat.
Pada proses penyimpanan ada juga penyimpanan perbekalan emergency di ruang
perawatan maupun di unit penunjang, dimana perbekalan emergency ditetapkan dengan cara
diidentifikasi tentang kedaruratan di suatu unit tertentu, karena emergency di suatu unit
belum tentu sama dengan kedaruratan di unit lain, setelah itu disepakati apa saja
perbekalannya barulah ditetapkan oleh manajemen dan bila perlu dengan surat keputusan
direktur untuk masing-masing unit, sosialisasikan dan perbekalan emergency ditempatkan di
tempat yang mudah diakses akan tetapi terjamin keamanannya dengan cara diberi kunci sagel
pengaman yang diberi nomor seri untuk kemudian bila sewaktu-waktu digunakan (misal bila
ada kode biru atau code blue) maka mudah diakses dengan memotong kunci segelnya.
PENYIMPANAN OBAT-OBATAN DI BANGSAL KEPERAWATAN
1. Obat untuk pasien rawat inap disimpan diloker tempat penyimpanan obat pasien yang
dikelola oleh perawat bekerja sama dengan bagian farmasi.
2. Obat untuk pasien rawat inap harus memiliki label identitas pasien dan nama, jumlah dan
kekuatan obat.
3. Obat yang digunakan untuk banyak pasien di rawat inap di simpan dengan diberi label dan
terpisah dari obat yang belum digunakan.
4. Obat obat yang digunakan untuk banyak pasien di rawat inap , setelah dibuka diberikan
label informasi tanggal dibuka dan disimpan sesuai persyaratan penyimpanan. Masa obat
setelah dibuka dibatasi maksimal 30 hari setelah obat pertama kali segel dibuka.

10. Mungkinkah dengan yang ada dapat dilakukan kegiatan produksi obat
RS.Bagaimana kriteria produksi obat untuk pelayanan obat di RS, pertimbangan
apa saja yang perlu dilakukan?
Tidak mungkin dengan kondisi personalia yang ada karena jumlah apoteker yg ada masih
belum cukup untuk melakukan pelayanan kefarmasian sehingga diperlukan penambahan
terlebih dahulu.
Kriteria obat yang diproduksi:
1. sediaan farmasi dengan formula khusus
2. sediaan farmasi dengan harga murah
3. sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil
4. sediaan farmasi yang tidak tersedia di pasaran
5. sediaan farmasi untuk penelitian
6. sediaan nutrisi parenteral
7. rekonstruksi sediaan obat kanker
Tujuan perencanan produksi obat adalah merencanakan produksi obat yang sesuai dan
kebutuhan rumah sakit. Dalam proses produksi untuk menghasilkan anggaran yang tepat
selama produksi maka farmasis akan menentukan inventaris dan pemakaian anggaran yang
diperlukan untuk produk akhir dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1. Persediaan dan tingkat pemakaian produk jadi.
Mengenai tingkat pemakaian setiap jenis barang yang akan diproduksi. Hal ini
dilakukan dengan meninjau kembali catatan dari satu atau dua tahun sebelumnya dan
membandingkan catatan ini dengan pola resep yang ditulis oleh dokter.
2. Persyaratan bahan.
Seorang farmasis di rumah sakit harus menentukan produk yang akan dibuat dengan
memperhitungkan jumlah dan banyaknya produksi yang akan dibuat serta menyusun cara
terbaik dan termudah dalam mendapatkan persediaan. Persediaan ini meliputi : Bahan baku,
Wadah, Etiket dan bahan lainnya seperti kertas saring, kotak dan etiket khusus.
3. Kepastian produksi.
Dalam kapasitas produksi ini farmasis harus mempertimbangkan dua hal yaitu apakah
farmasis mempunyai perlengkapan untuk pembuatan produk dan apakah mesin atau
perlengkapan tersebut sanggup untuk memproduksi dalam jumlah yang diinginkan. Waktu
merupakan faktor yang berharga dalam proses produksi, maka farmasis harus menggunakan
kapasitas maksimum dari peralatannya, pemilihan perlengkapan harusnya dibuat sebagai
dasar untuk mendapatkan peralatan yang mempunyai banyak fungsi dan mencegah kerugian
akibat penumpukan peralatan mahal yang nantinya tidak akan digunakan.
4. Peralatan produksi dan sumber-sumbernya.
Macam dan ukuran dari perlengkapan produksi yang disyaratkan dalam farmasi
rumah sakit berbeda tiap rumah sakit. Penentuan peralatan berdasarkan jangkauan program
produksi, jumlah yang akan diproduksi, lainnya waktu yang hendak disyaratkan ke pemakai
produk, tersedianya personil dan tersedianya fasilitas fisik.
5. Tenaga produksi
Tenaga produksi yang terlalu banyak akan mengakibatkan pemborosan anggaran,
akibatnya harga produksi akan menjadi mahal. Bagian produksi harus diawasi oleh farmasis
yang didukung oleh tambahan personil yang terlatih untuk mengadakan pekerjaan non teknis
seperti memasukkan cairan ke dalam botol, menyaring, memberi etiket, dan lain-lain.
6. Biaya operasi
Biaya operasi yang dikontrol dengan baik tentu akan menghasilkan suatu hasil yang
menguntungkan pemakaian biaya operasi yang tepat biasnya digunakan biaya langsung dan
tidak langsung. Biaya langsung ditujukan pada tenaga kerja sedangkan biaya tidak langsung
ditujukan pada biaya personil dalam kedudukannya sebagai pengawas, tempat sewa, asuransi
dan penurunan nilai peralatan, pemeliharaan anggaran rumah tangga dan lain-lain. Biaya
tidak langsung seharusnya dibandingkan dengan biaya langsung untuk memastikan biaya
sebenarnya dari produk.

11. Cara mengatasi problem obat macet, dan mencegah obat kadaluarsa
Indikator Stok Obat Kadaluwarsa atau Rusak
Adanya persentase nilai obat kadaluwarsakarena pengelolaaan obat yang kurang baik
khususnya pada tahap penyimpanan hingga menyebabkan obat kadaluwarsa. Hal ini
disebabkan karena peresepan dokter bervariasi, sehingga menyebabkan obat-obat yang
digunakan berubah, akibatnya banyak obat yang tidak keluar atau tidak digunakan dan
menumpuk, yang akhirnya bisa menjadi kadaluwarsa. Walaupun sudah menerapkan sistem
FIFO dan FEFO, tetapi kadang petugas merasa barang selalu cepat berputar, padahal hal
tersebut mungkin tidak berlaku pada beberapa obat karena obat tersebut tidak bersifat fast
moving juga kesibukan pada saat pelayanan dan kurangnya petugas. Untuk mengatasi agar
stok tidak terjadi kadaluwarsa maka dilakukan beberapa cara, yaitu:
1) mengganti sistem komputerisasi yang ada dengan yang lebih baik.
2) kebijakan tentang reward and punishment sebagai langkah meningkatkan kesadaran dan
komitmen dalam melakukan tugas dan pekerjaan.
3) membuat evaluasi yang berkesinambungan, misalnya evaluasi pelaksanaan prosedur tetap
penyimpanan dengan pelaksanaan di lapangan 4) pembinaan, pelatihan, pendidikan untuk
meningkatkan kemampuan dan ketrampilan SD.
Indikator Stok Mati Obat
Hasil penelitian didapat hasil persentase sebanyak 10,9 %. Jika dibandingkan dengan
penelitian di Rumah Sakit Muhammadiyah Gresik yaitu 3,31% (Madania, 2009), maka
dikatakan belum efisien dan nilai standar Pudjaningsih (1996) bahwa persentase stok mati
seharusnya adalah 0%, maka dapat dikatakan penyimpanan pada indikator persentase stok
mati belum efisien. Terdapatnya stok mati sebesar 10,9 % ini menunjukan bahwa sebagian
ketersediaan obat di gudang farmasi “X” bukan yang benar-benar dibutuhkan di rumah sakit
selain itu juga kurangnya pengawasan petugas serta media komunikasi antara instalasi
farmasi dan staf medis belum berjalan optimal. Selain itu, stok mati ini lebih disebabkan
karena terlampau banyaknya jenis obat yang ada dan kasus penyakit yang jarang
menggunakan obat tersebut. Hal tersebut dapat diatasi dengan pembinaan, pelatihan,
pendidikan untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan SDM, dan menjaga hubungan
antara pekerja supaya komunikasi antar pekerja lancar.

Anda mungkin juga menyukai