SEPSIS
5. Etiologi
Sepsis yang terjadi pada neonatus biasanya menimbulkan manifestasi klinis seperti
septikemia, pneumonia dan miningitis berhubungan dengan imaturitas dari sistem
imun dan ketidakmampuan neonatus untuk melokalisasi infeksi. Penyebab neonatus
sepsis/sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti bakteri, virus,
parasit, atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri.
- Bakteri escherichia koli
- Streptococus group B
- Stophylococus aureus
- Enterococus
- Listeria monocytogenes
- Klepsiella
- Entererobacter sp
- Pseudemonas aeruginosa
- Proteus sp
- Organisme anaerobik
Berdasarkan mulai timbulnya gejala klinis, sepsis dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Early Onset : gejala mulai tampak pada hari-hari pertama kehibupan (rata-rata 48
jam), biasanya infeksi berkaitan dengan faktor ibu (infeksi transplasenta, dari cairan
amnion terinfeksi, waktu bayi melewati jalan lahir, dll). Berkembangnya gejala pada
early onset pada umumnya sangat cepat dan meningkat menuju septik shock.
2. Late Onset : Timbul setelah satu minggu pada awal kehidupan neonatus tanpa
kelainan perinatal, infeksi didapat dari lingkungan atau dari rumah sakit
(nosokomial) sering terjadi komplikasi pada susunan syaraf pusat.
6. Patofisiologi
Penyakit yang ada pada ibu karena adanya bakteri dan virus pada neonatus (bayi).
Kemudian menyebabkan terjadinya infeksi yang menimbulkan sepsis. Faktor infeksi
yang mempengaruhi sepsis, antara lain faktor maternal yaitu adanya status sosial-
ekonomi ibu, ras, dan latar belakang yang mempengaruhi kecenderungan terjadinya
infeksi dengan alasan yang tidak diketahui sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio-
ekonomi rendah mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak
higienis. Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu
(kurang dari 20 tahun atau lebih dari 30 tahun. Kurangnya perawatan prenatal,
ketuban pecah dini (KPD), dan prosedur selama persalinan. Faktor Neonatal, pada
bayi dengan prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan
faktor resiko utama untuk sepsis neonatal.
Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari pada bayi cukup bulan.
Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir ketiga.
Setelah bayi lahir, konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun sehingga
menyebabkan hipergamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan
pertahanan kulit. Kemudian adanya defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami
kekurangan IgG spesifik, khususnya terhadap streptokokus atau Haemophilus
influenza. IgG dan IgA tidak melewati plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam
darah tali pusat.
Faktor Lingkungan, pada bayi mudah terjadi defisiensi imun yaitu cenderung
mudah sakit sehingga sering memerlukan prosedur invasif, dan memerlukan waktu
perawatan di rumah sakit lebih lama. Penggunaan kateter vena atau arteri maupun
kateter nutrisi parenteral merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit
yang luka. Bayi juga mungkin terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi. Paparan
terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bisa menimbulkan resiko pada neonatus
yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas, sehingga menyebabkan
kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan resisten berlipat ganda. Kadang-
kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran mikroorganisme yang
berasal dari petugas ( infeksi nosokomial), paling sering akibat kontak tangan. Pada
bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli ditemukan dalam tinjanya,
sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi oleh E.colli.
PATHWAY
Menghasilkan panas tubuh Eritrosit banyak Lisis Fungsi tidak optimal Muntah, diare
8. Penatalaksanaan
a. Perawatan
Perawatan suportif diberikan untuk mempertahankan suhu tubuh normal, untuk
menstabilkan status kardiopulmonary, untuk memperbaiki hipoglikemia dan untuk
mencegah kecenderungan perdarahan. Perawatan suportif neonatus septik sakit (Datta,
2015) meliputi sebagai berikut:
1) Menjaga kehangatan untuk memastikan temperature. Agar bayi tetap normal
harus dirawat di lingkungan yang hangat. Suhu tubuh harus dipantau secara teratur.
2) Cairan intravena harus diperhatikan. Jika neonatus mengalami perfusi yang jelek,
maka saline normal dengan 10 ml / kg selama 5 sampai 10 menit. Dengan dosis yang
sama 1 sampai 2 kali selama 30 sampai 45 menit berikutnya, jika perfusi terus menjadi
buruk. Dextrose (10%) 2 ml per kg pil besar dapat diresapi untuk memperbaiki
hipoglikemia yang adalah biasanya ada dalam sepsis neonatal dan dilanjutkan selama
2 hari atau sampai bayi dapat memiliki feed oral.
3) Terapi oksigen harus disediakan jika neonatus mengalami distres pernapasan atau
sianosis
4) Oksigen mungkin diperlukan jika bayi tersebut apnea atau napas tidak memadai
5) Vitamin K 1 mg intramuskular harus diberikan untuk mencegah gangguan
perdarahan
6) Makanan secara enteral dihindari jika neonatus sangat sakit atau memiliki perut
kembung. Menjaga cairan harus dilakukan dengan infus IV.
7) Langkah-langkah pendukung lainnya termasuk stimulasi lembut fisik, aspirasi
nasigastric, pemantauan ketat dan konstan kondisi bayi dan perawatan ahli
b. Terapi pengobatan
Prinsip pengobatan pada sepsis neonatorum adalah mempertahankan metabolisme tubuh
dan memperbaiki keadaan umum dengan pemberian cairan intravena termasuk kebutuhan
nutrisi dan monitor pemberian antibiotik hendaknya memenuhi kriteria efektif
berdasarkan pemantauan mikrobiologi, murah dan mudah diperoleh, dan dapat diberi
secara parental. Pilihan obat yang diberikan adalah ampisilin, gentasimin atau
kloramfenikol, eritromisin atau sefalosporin atau obat lain sesuai hasil tes resistensi.
Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan dirawat di
rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak berusaha untuk beradaptasi dengan
lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit, sehingga kondisi tersebut menjadi faktor
stressor bagi anak baik terhadap anak maupun orang tua dan keluarga.
Hospitalisasi merupakan suatu proses karena alasan berencana atau darurat yang
mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit untuk menjalani terapi dan perawatan.
Meskipun demikian dirawat di rumah sakit tetap merupakan masalah besar dan
menimbulkan ketakutan, cemas, bagi anak
Stresor atau pemicu timbulnya stres pada anak yang dirawat di rumah sakit dapat
berupa perubahan yang bersifat fisik, psiko-sosial, maupun spiritual. Perubahan
lingkungan fisik ruangan seperti fasilitas tempat tidur yang sempit dan kuang nyaman,
tingkat kebersihan kurang, dan pencahayaan yang terlalu terang atau terlalu redup. Selain
itu suara yang gaduh dapat membuat anak merasa terganggu atau bahkan menjadi
ketakutan. Keadaan dan warna dinding maupun tirai dapat membuat anak marasa kurang
nyaman.
Pada saat anak menjalani masa perawatan, anak harus berpisah dari
lingkungannya yang lama serta orang-orang yang terdekat dengannya. Anak biasanya
memiliki hubungan yang sangat dekat dengan ibunya, akibatnya perpisahan dengan ibu
akan meninggalkan rasa kehilangan pada anak akan orang yang terdekat bagi dirinya dan
akan lingkungan yang dikenalnya, sehingga pada akhirnya akan menimbulkan perasaan
tidak aman dan rasa cemas
Pada kondisi cemas akibat perpisahan anak akan memberikan respon berupa
perubahan perilaku. Respon perilaku anak akibat perpisahan di bagi menjadi tiga tahap,
yaitu tahap protes ( phase of protest), tahap putus asa (phase of despair), dan tahap
menolak (phase of denial).
Pada tahap protes, reaksi anak dimanifestasikan dengan menangis kuat-kuat,
menjerit, memanggil orang tuanya atau menggunakan tingkah laku agresif agar orang lain
tahu bahwa ia tidak ingin ditinggalkan orang tuanya serta menolak perhatian orang asing
atau orang lain.
D. Konsep dasar asuhan keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan melalui anamnesis untuk mendapatkan data, yang perlu dikaji
adalah identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat perawatan antenatal,
adanya/tidaknya ketuban pecah dini,partus lama atau sangat cepat (partus presipitatus).
Riwayat persalinan di kamar bersalin, ruang operasi, atau tempat lain. Ada atau tidaknya
riwayat penyakit menular seksual (sifilis, herpes klamidia, gonorea, dll). Apakah selama
kehamilan dan saat persalinan pernah menderita penyakit infeksi (mis.
Toksoplasmosis,rubeola, toksemia gravidarum, dan amnionitis). Mengkaji tatus sosial
ekonomi keluarga.
Pada pemeriksaan fisik data yang akan ditemukan meliputi letargi (khususnya setelah 24
jam petama), tidak mau minum atau refleks mengisap lemah, regurgitasi, peka rangsang,
pucat, berat badan berkurang melebihi penurunan berat badan secara fisiologis,
hipertermi/hipotermi, tampak ikterus. Data lain yang mungkin ditemukan adalah
hipertermia,pernapasan mendengkur, takipnea, atau apnea, kulit lembab dan dingin,
pucat, pengisian kembali kapiler lambat, hipotensi, dehidrasi, sianosis. Gejala traktus
gastrointestinal meliputi muntah, distensi abdomen atau diare.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan dispneu, apneu, takipneu
b. Hipertermia berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat infeksi atau
inflamasi
c. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload dan preload.
9. Intervensi keperawatan
DIAGNOSA
NO TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN
1 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan Airway Managemen :
berhubungan dengan tindakan Buka jalan nafas
dispneu, apneu, takipneu keperawatan selama Posisikan pasien untuk
... x 24 jam . pasien memaksimalkan ventilasi
akan : ( fowler/semifowler)
TTV dalam rentang Auskultasi suara nafas , catat
normal adanya suara tambahan
Menunjukkan jalan Identifikasi pasien perlunya
napas yang paten pemasangan alat jalan nafas
Mendemostrasikan buatan
suara napas yang
Monitor respirasi dan status O2
bersih, tidak ada
Monitor TTV.
sianosis dan
dypsneu.
Daftar Pustaka