Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peningkatan dengan jumlah lansia telah menjadi masalah besar bagi

pelayanan psikiatri. Lebih banyak orang hidup sampai tua, dimana mereka

berisiko untuk demensia serta kurangnya kesadaran masyarakat untuk

merawatnya. Proses penuaan secara normal membawa perubahan mental maupun

fisik. Penurunan intelektual mulai terlihat pada dewasa muda, dan semakin jelas

pada usia tua. Kesulitan mengingat berbentuk lambatnya dan buruknya daya ingat,

lupa yang ringan biasanya lupa nama atau hal lain yang relatif tidak penting.

Penuaan juga melibatkan perubahan sosial dan psikologi.


Penuaan fisik dan pensiun dari pekerjaan menimbulkan penarikan diri bertahap

dari masyarakat sejalan dengan itu terjadi penyempitan minat dan pandangan

ketakmampuan menerima pemikiran baru, kecenderungan memikirkan hal yang

lampau dan mempunyai pandangan konservatif. Perubahan ini semakin cepat pada

orang tua yang menderita penyakit mental. Penyakit mental pada orang tua sangat

bervariasi, maka terjadilah masalah besar, seperti masalah sosial dan ekonomi

maupun medis yang muncul akibat demensia senilis dan demensia multi infark

penyakit ini sering terjadi bahkan meningkat karena populasi orang tua bertambah

dan tidak tersedianya tindakan pencegahan atau pengobatan. Banyak orang tua

yang menderita demensia juga menderita penyakit fisik penyerta lain. Lanjut usia

atau lansia identik dengan demensia atau pikun dan perlu diketahui bahwa pikun

bukanlah hal yang normal pada proses penuaan. Lansia dapat hidup normal tanpa

mengalami berbagai gangguan memori dan perubahan tingkah laku seperti yang

dialami oleh lansia dengan demensia.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep teori dari demensia?
2. Bagaimana asuhan keperawatan dari demensia?

C. Tujuan
Berangkat dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan penulisan ini adalah untuk:
1. Tujuan Umum
a. Kelompok mampu menjelaskan konsep dan asuhan keperawatan pada pasien

dengan demensia.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep medis dari demensia
b. Mengetahui asuhan keperawatan dari demensia

D. Manfaat
1. Kelompok mampu memahami konsep dan asuhan keperawatan pada lansia

pasien dengan demensia.


2. Kelompok mengetahui asuhan keperawatan yang benar sehingga dapat

menjadi pedoman dalam persiapan praktik di rumah sakit.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP TEORI
1. Pengertian
Demensia merupakan sindroma yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi

kognitif tanpa gangguan kesadaran. Demensia adalah gangguan kronis dengan

awitan lambat dan biasanya berprognosis buruk. Demensia adalah keadaan

dimana seseorang mengalami penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir

dan kemampuan kemampun tersebut menimbulkan gangguan terhadap fungsi

kehidupan sehari-hari. Demensia dikenal sebagai keadaan organik kronika atau

sindroma otak kronika atau kegagalan otak.

2. Epidemiologi
Peningkatan angka kejadian kasus demensia berbanding lurus dengan

meningkatnya harapan hidup suatu populasi . Kira-kira 5 % usia lanjut 65 – 70

tahun menderita demensia dan meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai

lebih 45 % pada usia diatas 85 tahun. Pada negara industri kasus demensia 0.5 –

1.0 % dan di Amerika jumlah demensia pada usia lanjut 10 – 15% atau sekitar 3 –

4 juta orang.
Demensia terbagi menjadi dua yakni Demensia Alzheimer dan Demensia

Vaskuler. Demensia Alzheimer merupakan kasus demensia terbanyak di negara

maju Amerika dan Eropa sekitar 50-70%. Demensia vaskuler penyebab kedua

sekitar 15-20% sisanya 15- 35% disebabkan demensia lainnya. Di Jepang dan

Cina demensia vaskuler 50 – 60 % dan 30 – 40 % demensia akibat penyakit

Alzheimer.

3. Etiologi
Demensia disebabkan oleh :

3
a. Kondisi akut yang tidak diobati atau tidak dapat disembuhkan, bila kondisi

akut yang menyebabkan delirium atau tidak dapat diobati, terdapat

kemungkinan bahwa kondisi ini akan menjadi kronik dan karenanya dapat

dianggap sebagai demensia.


b. Penyakit vaskular, seperti hipertensi, arteriosklerosis, dan ateroklerosis dapat

menyebabkan stroke.
c. Penyakit Parkinson : demensia menyerang 40% dari pasien-pasien ini.
d. Penyakit prion (Protein yang terdapat dalam proses infeksi penyakit

Creutzfeldt-Jakob).
e. Infeksi human imuno defesiensi virus (HIV) dapat menyerang system saraf

pusat, menyebabkan ensefalopati HIV atau komlek demensia AIDS.


f. Gangguan struktur jaringan otak, seperti tekanan normal hidrosefalus dan

cedera akibat trauma kepala

4. Patofisiologi
Penyakit Alzheimer mengakibatkan sedikitnya dua per tiga kasus demensia.

Penyebab spesifik penyakit Alzheimer belum diketahui, meskipun tampaknya

genetika berperan dalam hal itu. Teori-teori lain yang pernah popular, tetapi saat

ini kurang mendukung, antara lain adalah efek toksik dari aluminium, virus yang

berkembang perlahan sehingga menimbulkan respon atau imun, atau defisiensi

biokimia. Dr. Alois Alzheimer pertama kali mendeskripsikan dua jenis struktur

abnormal yang ditemukan pada otak mayat yang menderita penyakit

Alzheimer:plak amiloid dan kekusutan neurofibril trdapat juga penurunan

neurotransmitter tertentu, terutama asetilkolin. Area otak yang terkena penyakit

Alzheimer terutama adalah korteks serebri dan hipokampus, keduanya merupakan

bagian penting dalam fungsi kognitif dan memori.


Amiloid menyebabkan rusaknya jaringan otak. Plak amiloid berasal dari

protein yang lebih besar, protein precursor amiloid. Keluarga-keluarga dengan

kaitan dini penyakit Alzheimer yang tampak sebagai sesuatu yang diturunkan

4
telah menjalani penelitian, dan beberapa diantaranya mengalami mutasi pada gen

APP-nya. Mutasi gen APP lainnya yang berkaitan dengan awitan lambat AD dan

penyakit serebrovaskular juga telah diidentifikasi. Terdapat peningkatan risiko

penyakit Alzheimer dengan menurunnya alel apo E4 pada kromosom 19. Simpul

neurofibriler adalah sekumpulan serat-serat sel saraf yang saling berpilin yang

disebut pasangan filamen heliks. Peran spesifik dari simpul tersebut pada penyakit

ini sedang diteliti. Asetilkolin dan neurotransmiter merupakan zat kimia yang

diperlukan untuk mengirim pesan melewati sistem saraf. Defisit neurotransmiter

menyebabkan pemecahan proses komunikasi yang kompleks di antara sel-sel pada

sistem saraf. Protein dalam cairan serebrospinal yang jumlahnya sudah meningkat

sekalipun pada penyakit Alzheimer tahap awal. Penemuan yang ada menunjukan

bahwa penyakit Alzheimer dapat bermula di tingkat selular menjadi penanda

molecular di sel-sel tersebut.


Demensia multi-infark adalah penyebab demensia kedua yang paling banyak

terjadi. Pasien-pasien yang menderita penyakit serebrovaskular yang seperti

namanya, berkembang menjadi infark multiple di otak. Namun, tidak semua orang

yang menderita infark serebral multiple mengalami demensia. Dalam

perbandingannya dengan penderita penyakit Alzheimer, orang-orang dengan

demensia multi infark mengalami penyakit yang tiba-tiba, lebih dari sekedar

deteriorasi linear pada kognisi dan fungsi, dan dapat menunjukan beberapa

perbaikan di antara peristiwa-peristiwa serebrovaskular.

5. Klasifikasi
a. Menurut umur:
1) Demensia senilis yaitu demensia yang terjadi pada usia > 65 tahun.
2) Demensia prasenilis yaitu demensia yang terjadi pada usia < 65 tahun.
b. Menurut perjalanan penyakit:
1) Reversibel

5
2) Irreversibel (normal pressure hidrosefalus, subdural hematoma, vitamin B

defesiensi, hipotiroidisme, intoksikasi PB).


c. Menurut kerusakan struktur otak:
1) Demensia tipe Alzheimer
Alzheimer adalah penurunan konsentrasi asetilkolin dan kolin asetil

transferase didalam otak dan merupakan penyakit degeneratife akibat kematian

sel-sel otak dan umumnya menyebabkan kemunduran fungsi intelektual atau

kognitif, yang meliputi kemunduran daya mengingat dan proses berfikir. Prilaku

yang dialami demensia ini adalah mudah lupa atau pikun. Walaupun pennyebab

demensia tipe Alzheimer belum diketahui secara pasti, beberapa penelitian telah

menyatakan bahwa sebanyak 40 % pasien mempunyai riwayat keluarga menderita

demensia tipe Alzheimer sehingga faktor genetik sangat dianggap berperan dalam

perkembangan gangguan didalam sekurangnya beberapa kasus.


2) Demensia non Alzheimer
3) Demensia vascular
Penyebab utama dari demensia vaskular adalah penyakit vaskular cerebral

yang multipel yang menyebabkan suatu pola gejala demensia, yang biasanya juga

disebut demensia multi infark. Demensia vascular ini sering terjadi pada laki-laki

khususnya pada mereka dengan hipertensi yang telah ada sebelumnya atau faktor

risiko kardiovaskuler lainnya.


4) Demensia Jisim Lewy (Lewy Body Demensia)
5) Demensia Lobus frontal temporal
6) Demensia terkait dengan HIV-AIDS
7) Morbus Parkinson
8) Morbus Hungtington
9) Morbus Pick
10) Morbus Jakob-Creutzfeldt
11) Sindrom Gerstmann-Straussler-Scheinker
12) Prion disease
13) Palsi Supranuklear progresif
14) Multiple sclerosis
15) Neurosifilis
16) Tipe campuran
d. Menurut sifat klinis:
1) Demensia propius

6
2) Pseudo-demensia

6. Manifestasi Klinik
Secara umum tanda dan gejala demensia meliputi :
a. Gangguan daya ingat
b. Perubahan kepribadian
c. Orientasi
d. Gangguan bahasa
e. Psikosis
f. Mudah tersinggung, bermusuhan
g. Gangguan lain: Psikiatrik, Neurologis, Reaksi Katastropik, Sindroma

Sundowner
h. Kesulitan mengatur penggunaan keuangan
i. Tidak bisa pulang kerumah jika berpergian
j. Perilaku yang inadekuat
k. Rasa takut
l. Curiga
m. Mudah tersinggung
n. Agitatif
o. Hiperaktif
p. Siaga tinggi ( hyperalet )

7. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis demensia ditegakkan berdasarkan penilaian menyeluruh, dengan

memperhatikan usia penderita, riwayat keluarga, awal dan perkembangan gejala

serta adanya penyakit lain (misalnya tekanan darah tinggi atau kencing manis).
a. Dilakukan pemeriksaan kimia darah standar. Pemeriksaan CT scan dan MRI

dimaksudkan untuk menentukan adanya tumor, hidrosefalus atau stroke.


b. Otopsi otak, yang menunjukkan banyaknya sel saraf yang hilang. Sel yang

tersisa tampak kacau dan di seluruh jaringan otak tersebar plak yang terdiri

dari amiloid (sejenis protein abnormal).


c. Metode diagnostik yang digunakan untuk mendiagnosis penyakit ini adalah

pemeriksaan pungsi lumbal dan PET (positron emission tomography), yang

merupakan pemeriksaan skrening otak khusus.


d. Antibodi: kadar cukup tinggi (abnormal)
e. JDL, RPR, Eletrolit, Pemeriksaan tiroid: dapat menentukan dan

menghilangkan disfungsi yang dapat diobati/kambuh kembali, seperti proses

penyakit metabolik, ketidakseimbangan cairan dan eletrolit, neurosifilis

7
f. B12: dapat menentukan secara nyata adanya kekurangan nutrisi
g. Tes deksamentason depresan (DST): utnuk menangani depresi
h. EKG: mungkin tampak normal, perlu untuk menentukan adanya insufisiensi

jantung
i. EEG: mungkin normal atau memperlihatkan beberapa gelombang (membantu

dalam menciptakan kelainan otak yang masih dapat diatasi)


j. Sinar X tengkorak: biasanya normal
k. Tes penglihatan atau pendengaran: untuk menemukan adanya penurunan

(kehilangan) yang mungkin disebabkan oleh/kontribusi pada disorientasi,

alam perasaan yang melayang, perubahan persepsi sensori (salah satu dari

gangguan kognitif)
l. Scan otak, seperti PET, BEAM, MRI: dapat memperlihatkan daerah otak

yang mengalami penurunan metabolisme yang merupakan karakteristik dari

DAT.
m. Scan CT: dapat memperlihatkan adanya ventrikel otak yang melebar, adanya

atrofik kortikal
n. CCS: munculnya protein abnormal dari sel otak sekitar 90% merupakan

indikasi adanya DAT.

8. Penatalaksanaan
a. Cholinergic-enhancing agents
Untuk terapi demensia jenis Alzheimer, telah banyak dilakukan penelitian.

Pemberian cholinergic-enhancing agents menunjukkan hasil yang lumayan pada

beberapa penderita; namun demikian secara keseluruhan tidak menunjukkan

keberhasilan sama sekali. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa demensia

Alzheimer tidak semata-mata disebabkan oleh defisiensi kolinergik; demensia ini

juga disebabkan oleh defisiensi neurotransmitter lainnya. Sementara itu,

kombinasi kolinergik dan noradrenergik ternyata bersifat kompleks; pemberian

obat kombinasi ini harus hati-hati karena dapat terjadi interaksi yang mengganggu

sistem kardiovaskular.

8
b. Cholinedan lecithin
Defisit asetilkolin di korteks dan hipokampus pada demensia Alzheimer dan

hipotesis tentang sebab dan hubungannya dengan memori mendorong peneliti

untuk mengarahkan perhatiannya pada neurotransmitter. Pemberian prekursor,

choline dan lecithin merupakan salah satu pilihan dan memberi hasil lumayan,

namun demikian tidak memperlihatkan hal yang istimewa. Dengan adanya

choline memiliki sedikit perbaikan terutama dalam fungsi verbal dan visual.

Dengan lecithin hasilnya cenderung negatif, walaupun dengan dosis yang berlebih

sehingga kadar dalam serum mencapai 120 persen dan dalam cairan serebrospinal

naik sampai 58 persen.


c. Neuropeptide, vasopressin dan ACTH
Pemberian neuropetida, vasopressin dan ACTH perlu memperoleh perhatian.

Neuropeptida dapat memperbaiki daya ingat semantik yang berkaitan dengan

informasi dan kata-kata. Pada lansia tanpa gangguan psiko-organik, pemberian

ACTH dapat memperbaiki daya konsentrasi dan memperbaiki keadaan umum.


d. Nootropic agents
Dari golongan nootropic substances ada dua jenis obat yang sering digunakan

dalam terapi demensia, ialah nicer goline dan co-dergocrine mesylate. Keduanya

berpengaruh terhadap katekolamin. Co-dergocrine mesylate memperbaiki perfusi

serebral dengan cara mengurangi tahanan vaskular dan meningkatkan konsumsi

oksigen otak. Obat ini memperbaiki perilaku, aktivitas, dan mengurangi

kebingungan, serta memperbaiki kognisi. Disisi lain, nicergoline tampak

bermanfaat untuk memperbaiki perasaan pada hati dan perilaku.

e. Dihydropyridine
Pada lansia dengan perubahan mikrovaskular dan neuronal, L-type calcium

channels menunjukkan pengaruh yang kuat. Lipophilic dihydropyridine

bermanfaat untuk mengatasi kerusakan susunan saraf pusat pada lansia.

9
Nimodipin bermanfaat untuk mengembalikan fungsi kognitif yang menurun pada

lansia dan demensia jenis Alzheimer. Nimodipin memelihara sel-sel

endothelial/kondisi mikrovaskular tanpa dampak hipotensif; dengan demikian

sangat dianjurkan sebagai terapi alternatif untuk lansia terutama yang mengidap

hipertensi esensial.

9. Pencegahan dan Perawatan

Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan risiko terjadinya demensia

diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan

fungsi otak, seperti :

a. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol

dan zat adiktif yang berlebihan.

b. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan

setiap hari.

c. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif

d. Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama

e. Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang

memiliki persamaan minat atau hobi

f. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam

kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

a. Identitas

10
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa/latar

belakang kebudayaan, status sipil, pendidikan, pekerjaan dan alamat.

b. Keluhan utama

Keluhan utama atau sebab utama yang menyebabkan pasien datang berobat

(menurut pasien dan atau keluarga). Gejala utama adalah kesadaran menurun.

c. Faktor predisposisi

Menemukan gangguan jiwa yang ada sebagai dasar pembuatan diagnosis

serta menentukan tingkat gangguan serta menggambarkan struktur kepribadian

yang mungkin dapat menerangkan riwayat dan perkembangan gangguan jiwa

yang terdapat. Dari gejala-gejala psikiatrik tidak dapat diketahui etiologi penyakit

tersebut, tetapi perlu dilakukan pemeriksaan intern dan nerologik yang teliti.

Gejala tersebut lebih ditentukan oleh keadaan jiwa premorbidnya, mekanisme

pembelaaan psikologiknya, keadaan psikososial, sifat bantuan dari keluarga,

teman dan petugas kesehatan, struktur sosial serta ciri-ciri kebudayaan

sekelilingnya.

Gangguan jiwa yang psikotik atau nonpsikotik yang disebabkan oleh

gangguan jaringan fungsi otak. Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat

disebabkan oleh penyakit tersebut terutama mengenai otak (meningoensephalitis,

gangguan pembuluh darah otak, tumor otak dan sebagainya) atau yang terutama di

luar otak atau tengkorak (tifus, endometriasis, payah jantung, toxemia kehamilan,

intoksikasi dan sebagainya).

d. Pemeriksaan fisik

11
Kesadaran yang menurun dan sesudahnya terdapat amnesia. Tensi menurun,

takikardia, febris, BB menurun karena nafsu makan yang menurun dan tidak mau

makan.

e. Psikososial

Genogram Dari hasil penelitian ditemukan kembar monozigot memberi

pengaruh lebih tinggi dari kembar dizigot .

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Perubahan proses pikir

b. Kemunduran daya ingat

c. Risiko jatuh

d. Risiko nutrisi/cairan kurang dari kebutuhan tubuh

e. Penatalaksanaan regimen terapiotik tidak efektif

3. INTERVENSI

Hari/ Dx TUM TUK Intervensi


Tanggal

12
Perubahan Pro Pasien tidakTUK 1 TUK 1
ses Pikir. mengalami Setelah di lakukan a. Sapa pasien dengan
gangguan prosespertemuan selama 4 x baik verbal maupun
pikir 15 menit selama 6 jam, non verbal.
di harapakan pasien b. Perkenalkan diri
dapat membina dengan sopan
hubungan saling c. Jelaskan tujuan
percaya dengan kriteria pertemuan
hasil : d. Jujur dan menepati
Pasien menunjukkan janji
rasa senang ekpresi e. Tunjukkan sifat
wajah bersahabat mau empati dan menerima
berjabat tangan ada pasien dengan apa
kontak mata,mau duduk adanya
berdampingan f. Berikan perhatian
kepada pasien dan
perhatikan kebutuhan
dasar.

TUK 2
TUK 2 a. Beri kesempatan bagi
Setelah dilakukan pasien untuk mengenal
pertemuan 2 x 15 menit barang milik
selama 6 jam dalam 1 pribadinya misalnya
pekan pasien mampu tempat tidur, lemari,
mengenal/berorientasi pakaian dll.
terhadap waktu,orang b. Beri kesempatan
dan tempat dengan kepada pasien untuk
kriteria hasil: pasien mengenal waktu
mampu menyebutkan dengan menggunakan
mana orang yang ada di jam besar, kalender

13
sekitarnya, pasien yang mempunyai
mampu menyebutkan lembar perhari dengan
hari dan tempat yang di tulisan besar.
kunjunginya. c. Beri kesempatan
kepada pasien untuk
menyebutkan namanya
dan anggota
keluarga terdekat
d. Beri kesempatan
kepada pasien untuk
mengenal dimana dia
berada.
e. Berikan pujian jika
pasien dapat menjawab
dengan benar

TUK 3
a. Observasi kemampuan
pasien untuk
melakukan aktifitas
TUK 3 sehari-hari
Setelah dilakukan b. Beri kesempatan
pertemuan 2 x 15 menit kepada pasien untuk
selama 6 jam dalam 1 memilih aktifitas yang
pekan Pasien mampu dapat dilakukannya.
melakukan aktiftas c. Bantu pasien untuk
sehari-hari secara melakukan kegiatan
optimal dengan kriteria yang telah dipilihnya
hasil pasien mampu d. Beri pujian jika pasien
memenuhi kebutuhan dapat melakukan
sehari-harinya secara kegiatannya.
mandiri. e. Tanyakan perasaan

14
pasien jika mampu
melakukan
kegiatannya.
f. Bersama pasien
membuat jadwal
kegiatan sehari-hari.

TUK 4
a. Keluarga mampu
mengorientasikan
pasien terhadap waktu,
orang dan tempat
b. Diskusikan dengan
TUK 4 keluarga cara-cara
Setelah dilakukan mengorientasikan
pertemuan 2 x 15 menit waktu, orang dan
selama 2 hari keluarga tempat
mampu pada pasien
mengorientasikan c. Anjurkan keluarga
pasien terhadap waktu, untuk menyediakan
orang dan jam besar, kalender
tempat dengan kriteria dengan tulisan besar
hasil keluarga mampu d. Diskusikan dengan
memberi pengarakan keluarga kemampuan
yang tepat tentang yang pernah dimiliki
waktu dan tempat serta pasien
orang di sekitarnya dan e. Anjurkan kepada
keluarga mampu keluarga untuk
memberikan sikap yang memberikan pujian
terapeutuk pada pasien terhadap
kemampuan yang
masih dimiliki oleh

15
pasien
f. Anjurkan keluarga
untuk memantau
kegiatan sehari-hari
pasien sesuai
denganjadwal yang
telah dibuat.
g. Anjurkan keluarga
memberikan pujian
jika pasien
melakukan kegiatan
sesuai dengan jadwal
kegiatan yang sudah
dibuat

TUK 5
a. Menyediakan
sarana yang
dibutuhkan pasien
untuk melakukan
orientasi.
TUK 5 b. Anjurkan keluarga
Setelah dilakukan untuk membantu
pertemuan 2 x 15 menit pasien melakukan
selama 1 pekan kegiatan
keluarga sesuai kemampuan
dapat Menyediakan yang dimiliki.
sarana yang dibutuhkan
pasien untuk melakukan
orientasi realitas dengan
kriteria hasil: pasien

16
padat /mampu hal-hal
atau sesuatu yang TUK 6
pernah atau sedang di a. Membantu pasien
alaminya dalam melakukan
aktiftas sehari-hari.
TUK 6 b. Anjurkan keluarga
Setelah dilakukan untuk memantu lansia
pertemuan 2 x 15 menit melakukan kegiatan
selama 1 pekan sesuai kemampuan
keluarga yang dimiliki
mampu Membantu c. Bantu keluarga
pasien dalam memilih kemampuan
melakukan aktiftas yang dilakukan pasien
sehari-hari. keluarga saat ini
mampu mendampingi
pasien dalam
beraktifitas dan
membimbing pasien
dengan baik.

4. IMPLEMENTASI
Implementasi disesuaikan dengan intervensi

5. EVALUASI
a. Pasien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Pasien mampu mengenal/berorientasi terhadap waktu orang dan tempat.
c. Pasien mampu meklakukan aktiftas sehari-hari secara optimal.

17
d. Keluarga mampu mengorientasikan pasien terhadap waktu, orang dan tempat.
e. Tersedianya sarana yang dibutuhkan pasien untuk melakukan orientasi
realitas.
f. Terbantunya pasien dalam melakukan aktiftas sehari-hari.

18
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Demensia merupakan sindroma yang ditandai oleh berbagai gangguan
fungsi kognitif tanpa gangguan kesadaran.Demensia adalah gangguan kronis
dengan awitan lambat dan biasanya berprognosis buruk. Demensia adalah
keadaan dimana seseorang mengalami penurunan kemampuan daya ingat dan
daya ingat dan daya pikir dan kemampuan kemampun tersebut menimbulkan
gangguan terhadap fungsi kehidupan sehari-hari.Demensia dikenal sebagai
keadaan organik kronika atau sindroma otak kronika atau kegagalan otak.
Laporan Departemen Kesehatan tahun 1998, populasi usia lanjut diatas 60
tahun adalah 7,2 % (populasi usia lanjut kurang lebih 15 juta). Peningkatan angka
kejadian kasus demensia berbanding lurus dengan meningkatnya harapan hidup
suatu populasi . Kira-kira 5 % usia lanjut 65 – 70 tahun menderita demensia dan
meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai lebih 45 % pada usia diatas 85
tahun. Pada negara industri kasus demensia 0.5 –1.0 % dan di Amerika jumlah
demensia pada usia lanjut 10 – 15% atau sekitar 3 – 4 juta orang.
Demensia terbagi menjadi dua yakni Demensia Alzheimer dan Demensia
Vaskuler. Demensia Alzheimer merupakan kasus demensia terbanyak di negara
maju Amerika dan Eropa sekitar 50-70%. Demensia vaskuler penyebab kedua
sekitar 15-20% sisanya 15- 35% disebabkan demensia lainnya. Di Jepang dan
Cina demensia vaskuler 50 – 60 % dan 30 – 40 % demensia akibat penyakit
Alzheimer.

B. Saran
Sebaiknya dalam pembuatan Askep lebih sering diberikan seperti ini agar
kami selaku mahasiswa lebih proaktif dan lebih mandiri pada penemuan ilmu-
ilmu keperawatan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Fikriyah, 2014, Konsep Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Penyakit Demensia,
(online), Available : https://www.scribd.com/ (Diakses 10 Maret 2015
Pukul 11.23 WITA)

Hudak, C. M., 1997. Keparawatan Kritis : Pendekatan Holistic, Jakarta: EGC

Isaacs, A., 2004. Keperawatan Kesehatan jiwa dan Psikiatrik. Jakarta: EGC.

Kaplan dan Sadock, 1997, Sinopsis Psikistri, Jakarta: Bina Rupa Aksara.

Syamsul, H., 2013, Gangguan Kognitif Pada Lansia, (online), Available :


http://asuhankeperawatan05.blogspot.com/2013/12/gangguan-kognitif-
pada-lansia.html (Diakses 10 Maret 2015 Pukul 11.29 WITA)

20
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA
DENGAN DIMENSIA

DISUSUN OLEH:
1. Anis Rusli
2. Martha Nainggolan
3. Erma
4. I Gede Ngurah A
5. Nur Halimah

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


PERTAMEDIKA JAKARTA
2017

KATA PENGANTAR

21
Puji serta syukur kelompok panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmatnya kami dapat menyelesaikan tugas makalah keperawatan Gerontik
tepat pada waktunya, dimana makalah ini kami beri judul “Asuhan Keperawatan
Pada Lansia Dengan Dimensia”.

Makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah
Keperawatan Gerontik yang berjumlah 3 SKS. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih kepada anggota kelompok yang telah bekerja sama dalam
mengerjakan makalah ini, sehingga dapat selesi tepat waktu. Untuk Ibu/bapak
dosen pembimbing makalah ini kami sebagai kelompok sangat berterima kasih
atas bimbingan dan arahan yang telah diberikan.

Kelompok menyadari masih banyak kekurangan dari makalah yang dikerjakan,


untuk itu kritik dan saran sangat kami perlukan, agar nantinya kami dapat
menyelasaikan tugas atau makalah lebih baik daripada yang kami kerjakan saat
ini.

Akhir kata, semoga makalah kami dapat memberi pandangan dan tambahan ilmu
pengetahuan bagi pembaca khususnya dalam ilmu keperawatan.

Jakarta, 01 November 2017

Penyusun

22

Anda mungkin juga menyukai