Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP HIPERTENSI

1. Pendahuluan

Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara tiba-tiba
menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua.
Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi
pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis
tertentu.
Lansia merupakan suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua
orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia
yang terakhir. Dimana seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial scara
bertahap (Lilik Ma’rifatul azizah, 2011).
Perubahan sistem kardiovaskular pada lansia meliputi massa jantung bertambah, ventrikel
kiri mengalami hipertrofi, dan kemampuan perenggangan jantung berkurang karena
perubahan pada jaringan ikat. Konsumsi oksigen pada tingkat maksimal berkurang
sehingga kapasitas paru menurun. Latihan berguna untuk meningkatkan VO2 maksimum,
mengurangi tekanan darah, dan berat badan.
Menurut WHO, dijawa tengah penderita hipertensi pada lansia terdapat 15,2% dan
perempuan lebih banyak ditemui menderita hipertensi dari pada laki-laki.

2. Definisi Hipertensi

Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah
terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya. Tubuh akan bereaksi lapar
yang mengakibatkan jantung harus bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, timbullah gejala yang
disebut sebagai penyakit tekanan darah tinggi (Vitahealth, 2006). Secara umum, seseorang
dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90 mmHg
(Corwin, 2009).

Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang
ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World Health Organization)
memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg, dan tekanan darah sama
atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan ini tidak membedakan
antara usia dan jenis kelamin (Marliani, 2007). Hipertensi dapat didefinisikan sebagai
tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas

1
90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160
mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Rohaendi, 2008).

3. Etiologi Hipertensi

Beberapa penyebab yang membuat tekanan darah berada di atas 140/90 mmHg atau kondisi
hipertensi dilihat dari jenis hipertensi:

a. Hipertensi Primer
Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hipertensi yang 90% tidak diketahui
penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan berkembangnya
hipertensi esensial diantaranya:
1) Genetik; individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, berisiko
lebih tinggi untuk mendapatkan penyakit ini dibanding mereka yang tidak.
2) Jenis kelamin dan usia; laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita pasca menopause
berisiko tinggi untuk mengalami hipertensi.
3) Diet; konsumsi diet tinggi garam atau kandungan lemak, secara langsung berkaitan
dengan berkembangnya penyakit hipertensi.
4) Berat badan obesitas (25% lebih berat di atas berat badan ideal).
5) Gaya hidup merokok dan konsumsi alkohol.

b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang penyebabnya diketahui. Beberapa
gejala atau penyakit yang menyebabkanhipertensi jenis ini antara lain:
1) Coarctation aorta, yaitu penyempitan aorta congenital
2) Penyakit parenkim dan vaskular ginjal
3) Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen)
4) Gangguan endokrin
5) Kegemukan (obesitas) dan gaya hidup yang tidak aktif (malas berolahraga)
6) Stres
7) Kehamilan
8) Luka bakar
9) Penimngkatan volume intravaskular
10) Merokok (Ardiansyah, 2012)

2
4. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi hipertensi pada pasien berusia ≥ 18 tahun oleh The Joint Nasional Committee
on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (1998) adalah sebagai
berikut:
Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC (1998)
Kategori TDD (mmHg) TDS (mmHg)
Normal < 85 < 130
Normal tinggi 85-89 130-139
Hipertensi:
Tinggi 1 (ringan) 90-99 140-159
Tinggi 2 (sedang) 100-109 160-179
Tinggi 3 (berat) 110-119 180-210
Tinggi 4 (sangat berat) ≥ 120 ≥ 210

Keterangan: Tekanan Darah Diastolik (TDD) dan Tekanan Darah Sistolik (TDS)

5. Patofisiologi Hipertensi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis,
yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk
impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.

Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat

3
memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.

Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin


II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.

Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan struktural dan fungsional


pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang
terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada
gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi
volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan
curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Rohaendi, 2008).

4
6. Manifestasi Klinis Hipertensi

Sebagian manifestasi klinis timbul setelah penderita mengalami hipertensi selama


bertahun-tahun. Gejalanya berupa:
a. Nyeri kepala saat terjaga, terkadang disertai mual dan muntah akibat peningkatan
tekanan darah interkranium.
b. Penglihatan kabur karena terjadi kerusakan pada retina sebagai dampak dari hipertensi.
c. Ayunan langkah yang tidak mantap.
d. Nokturia (sering berkemih di malam hari) karena adanya peningkatan aliran darah
ginjal dan filtrasi glomerulus
e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.

Pada kasus hipertensi berat, gejala yang dialami pasien antara lain sakit kepala (rasa berat
di tengkuk), palpitasi, kelelahan, nausea, muntah-muntah, kegugupan, keringat berlebihan,
tremor otot, nyeri dada, epsitaksis, pandangan kabur atau ganda, tinnitus (telinga
mendenging), serta kesulitan tidur.(Ardiansyah, 2012)

7. Penatalaksanaan Hipertensi
Tiga hal yang paling penting dalam kiat menurunkan tekanan darah adalah ukuran
pinggang (menurunkan kelebihan berat badan), kebugaran fisik, dan ketegangan jiwa
(mengelola stres).

a. Menurunkan kelebihan berat badan


Penurunan berat badan akan membantu menurunkan tekanan darah dan mengurangi
faktor risiko stroke, serangan jantung, dan penyakit serius lainnya. Penelitian
menunjukkan untuk setiap kilogram berat badan yang dikurangi, tekanan darah akan
menurun sebanyak 1 mm air raksa. Jika tekanan darah hanya sedikit sekali meningkat,
menghilangkan berat badan yang berlebihan dapat menurunkannya ke tingkat normal
tanpa pengobatan.

b. Bergerak atau aktivitas fisik


Olahraga teratur dapat mengurangi berat badan dan menolong untuk mengontrol berat
badan.

c. Diet
Terutama pengurangan jumlah garam (natrium klorida), makanan berlemak, dan
menambah jumlah buah dan sayuran membantu menurunkan tekanan darah dan
mencegah tekanan darah tinggi.

5
d. Mengelola stres
Stres memaksa jantung berdetak lebih keras dan menimgkatkan tekanan darah dalam
jangka pendek. Penting sekali menyediakan waktu untuk bersantai secara teratur dan
melakukan hal-hal yang disukai. Aktivitas fisik dapat membuat rileks dan mengurangi
stres. (Vitahelath, 2006 dan Buckman, 2010)
e. Obat-obat hipertensi
1) Angiotensin Converting Enzim (ACE) Inhibitor seperti: Captopril
2) Beta adrenegic Bloker antara lain: Acebutolol, Propranolol
3) Calcium Channel Blocker antara lain: Nifedipine, Nicardipine
4) Alfa adrenegic yang bekerja pada sentral seperti: Catapres
5) Diuretik antara lain Furosemida, hydrochlorothiazed
6) Anti Adveenergic yang bekerja pada perifer seperti: Reserpine

8. Komplikasi Hipertensi
Membiarkan hipertensi berarti membiarkan jantung bekerja lebih keras dan membiarkan
proses perusakan dinding pembuluh darah berlangsung dengan lebih cepat. Hipertensi
meningkatkan risiko penyakit jantung dua kali dan meningkatkan risiko stroke delapan kali
dibanding dengan orang yang tidak mengalami hipertensi.
Selain itu, hipertensi juga menyebabkan terjadinya payah jantung, gangguan pada ginjal,
dan kebutaan. Penelitian juga menunjukkan bahwa hipertensi dapat mengecilkan volume
otak, sehingga mengakibatkan penurunan kemampuan fungsi kognitif dan intelektual.
Yang paling parah adalah efek jangka panjangnya yang berupa kematian mendadak.

9. Pengkajian Keperawatan
a. Pola Persepsi Kesehatan dan Pemeliharaan Kesehatan
1) Riwayat keluarga yang mengidap hipertensi, diabetes melitus atau penyakit
cardiovaskular, obesitas.
2) Riwayat menderita hipertensi menahun, diabetes melitus
3) Kebiasaan mengontrol kesehatan penggunaan obat-obatan anti hipertensi
4) Riwayat merokok, minum-minuman keras
5) Menggunakan kontrasepsi pil

b. Kajian Pola Nutrisi Metabolik


1) Menyukai makanan yang mengandung tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol
misalnya makanan gorengan, keju, telur, makanan tinggi kalori, gula
2) Mual, muntah

6
3) Perubahan berat badan
4) Riwayat penggunaan diuretik
5) Adanya edema
c. Kajian Pola Eliminasi
Riwayat yang berhubungan dengan ginjal misalnya adanya penyakit GNA, GNC.

d. Kajian Pola Aktivitas dan Latihan


1) Kelemahan, kelelahan, sesak nafas
2) Tachypnea
3) Riwayat hipertensi, atherosclerosis, coronary artery hearth disease
4) Rasa berdebar
5) Dysrithmia
6) Terdengar bruit vaskular di atas karotis
7) Ketegangan arteri jugularis
8) Perubahan warna kulit
9) Kulit pucat
10) Murmur
11) Pembesaran ventrikel kiri
12) Kelumpuhan pada otot wajah, lengan, dan kaki pada penderita hemiplegia
13) Dyspnea, batuk tanpa sputum
14) Kesulitan bernafas
15) Cyanosis

e. Kajian Pola Persepsi Sensori dan Kongestif


1) Pengetahuan tentang terapi obat, memonitor tensi
2) Pengetahuan tentang diet
3) Pusing, sakit kepala
4) Gangguan penglihatan
5) Baal
6) Nyeri yang sebentar-sebentar pada kaki
7) Nyeri abdomen
8) Gangguan orientasi: orang, tempat, waktu
9) Gangguan dalam wicara
10) Gangguan koordinasi

7
f. Kajian Pola Persepsi dan Konsep Diri
1) Kecemasan
2) Gangguan konsep diri khususnya gambaran diri
3) Rasa malu, rendah diri

g. Kajian Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama


Gangguan komunikasi verbal karena pelo, aphasia

h. Kajian Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress


1) Gelisah, depresi, kemarahan
2) Gerakan tangan yang tidak terkontrol, gerak-gerik menghembuskan nafas panjang,
pola kemampuan berbicara dipercepat
3) Menangis.

10. Diagnosa Keperawatan


a. Perubahan perfusi jaringan sistemik berhubungan dengan peningkatan tekanan darah.
b. Perubahan pola nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan
metabolik dan kurang aktivitas.
c. Ketidakmampuan merawat diri berhubungan dengan tidak toleransi dalam beraktivitas,
ketidaknyamanan, digambarkan dengan keterbatasan aktivitas dan gangguan
penglihatan.
d. Nyeri akut (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler cerebral.
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit.
11. Perencanaan
a. Perubahan perfusi jaringan sistemik berhubungan dengan peningkatan tekanan darah.
Tujuan: Pasien akan memelihara secara adekuat perfusi jaringan sistemik yang
ditunjukkan dengan:
1) Tekanan darah dan nadi berkurang sampai normal
2) Pernafasan sekitar 16-20 x/menit.
3) Status mental biasa.
4) Kulit hangat dan warna biasa.
5) Nadi perifer teraba.
6) Waktu capilari refil kurang 3 detik.
7) Pengeluaran urin di atas 30 cc/jam.

8
Intervensi:

1) Monitor dan catat tanda dan gejala perfusi jaringan sistemik berkurang.
2) Anjurkan pasien untuk bedrest, posisi tidur kepala lebih tinggi.
R/: Memberi rasa nyaman dan mengurangi ketegangan.
3) Observasi tekanan darah saat berdiri, duduk dan berbaring.
R/: Mengetahui adanya hipertensi orthostatik.
4) Berikan cairan perparenteral sesuai dengan indikasi dan batasi konsumsi garam.
R/: Mengurangi retensi cairan.
5) Kolaborasi dengan tim medik: berikan obat-obat anti hipertensi, anti diuretik.
R/: Membantu mengurangi kelebihan cairan dan menurunkan tensi.
6) Observasi dan catat efek samping pada tiap-tiap obat.
R/: Deteksi dini adanya gejala keracunan obat.
7) Ukur intake dan output tiap 24 jam.
R/: Mengetahui keadaan cairan tubuh dan keadaan ginjal.
8) Anjurkan pada pasien untuk mengurangi rokok atau berhenti merokok.
R/: Merokok menyebabkan vasokonstriksi.
b. Perubahan pola nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan
metabolik dan kurang aktivitas.
Tujuan:
1) Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dan obesitas.
2) Mendemonstrasikan perubahan dalam pola makan misalnya memilih makanan,
kuantitas makanan dan sebagainya.
3) Pasien mau mengikuti program latihan.
Intervensi:
1) Kaji pengetahuan pasien tentang hubungan antara hipertensi dan kegemukan.
Diskusikan untuk mengurangi kalori dan pembatasan garam, lemak dan gula sesuai
instruksi.
R/: Obesitas adalah satu tambahan risiko yang berhubungan dengan tekanan darah
sebab terjadi ketidakseimbangan antara kapasitas aorta dan peningkatan cardiac
output berkaitan dengan peningkatan berat tubuh.
2) Dorong pasien agar mempunyai hasrat untuk menurunkan berat badan.
R/: Pasien harus mempunyai keinginan untuk menurunkan berat badan atau
program tidak akan berjalan dengan sukses.

9
3) Dorong pasien untuk mempertahankan pemasukan makanan setiap hari termasuk
kapan, dimana dan perasaan ketika makan.
R/: Menyediakan data dasar tentang makanan yang dimakan dan kondisi emosional
saat makan.
4) Instruksikan dan bantu dalam menyeleksi makanan.
Hindari makanan yang mengandung tinggi lemak saturasi (mentega, keju, ice
cream, daging), makanan tinggi kolesterol seperti daging yang berlemak, organ
hewan dan udang.
R/: Menghindari makanan tinggi lemak dan kolesterol adalah penting untuk
mencegah perkembangan atherosclerosis.
5) Kolaborasi dengan ahli diit sesuai dengan indikasi.
R/: Memberikan bantuan dengan mengembangkan pengetahuan tentang diit.
c. Ketidakmampuan merawat diri berhubungan dengan tidak toleransi dalam beraktivitas,
ketidaknyamanan, digambarkan dengan keterbatasan aktivitas dan gangguan
penglihatan.
Tujuan :Pasien akan menunjukkan partisipasi dalam beraktivitas perawatan dirinya
dengan keterbatasan fisiknya sesuai kondisi pasien.
Intervensi:
1) Kaji faktor-faktor yang menyebabkan pasien tidak mampu melakukan perawatan
diri seperti: kelemahan, kelelahan, gangguan penglihatan dan pusing.
R/: Membantu menentukan intervensi selanjutnya.
2) Diskusikan bersama pasien suatu rencana untuk memenuhi kebutuhan fisik sehari-
hari.
R/: Pasien dapat ikut berpartisipasi dalam memenuhi kebutuhannya.
3) Lakukan tindakan untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam melakukan
aktivitas perawatan diri.
 Motivasi pasien terhadap perawatan.
 Diskusikan jadwal yang mampu dilakukan pasien, seperti pada reaksi puncak
analgetik sesudah istirahat, tidak segera sesudah makan atau pengobatan.
 Letakkan benda-benda keperluan pasien pada tempat yang mudah dijangkau.
4) Bila penglihatan terganggu, bantu pasien untuk mengetahui letak piring makan,
handuk dan lain-lain, dan letakkan pada tempat yang mudah dijangkau pasien serta
beritahu pasien.

10
R/: Mempercepat kemandirian pasien, kebutuhan perawatan diri terpenuhi.
5) Berikan umpan balik yang positif terhadap semua yang telah dicapai oleh pasien
dalam memenuhi aktivitas perawatan dirinya.
R/: Memberi dukungan kepada pasien.
6) Kaji aktivitas yang tidak mampu dilakukan oleh pasien.
R/: Memberikan gambaran sejauh mana bantuan dibutuhkan pasien.
d. Nyeri akut (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler cerebral.
Tujuan:
 Nyeri berkurang atau dapat dikontrol.
 Mengungkapkan cara-cara untuk mengurangi nyeri.
Intervensi:
1) Pertahankan tirah baring pada fase akut.
R/: Meningkatkan relaksasi.
2) Sediakan therapi nonfarmakologik seperti kompres dingin di dahi, lingkungan yang
tenang, teknik relaksasi dan aktivitas pengalihan.
R/: Mengurangi tekanan vaskuler cerebral.
3) Meminimalkan aktivitas yang menimbulkan sakit kepala seperti mengejan, batuk
dan membungkuk terlalu lama.
R/: Aktivitas tadi menimbulkan vasikonstriksi pembuluh darah yang kemudian
menimbulkan sakit kepala.
4) Bantu pasien waktu beraktivitas.
R/: Membantu memenuhi kebutuhan pasien.
5) Berikan obat sesuai indikasi misalnya analgesik.
R/: Mengontrol dan mengurangi nyeri.
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit.
Tujuan:
 Mengungkapkan pengetahuan tentang proses penyakit dan pengobatan.
 Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang
ditimbulkan
 Mempertahankan tekanan darah dalam batas normal.

11
Intervensi:

1) Jelaskan tentang definisi dan batasan tekanan darah normal dari hipertensi dan
efeknya terhadap jantung, pembuluh darah, ginjal dan otak.
R/: Menyediakan pengetahuan dasar tentang peningkatan tekanan darah dan
pengobatan.
2) Bantu pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko seperti obesitas,
mengkonsumsi makan tinggi lemak, kolesterol, merokok, alkohol dan lingkungan
yang menimbulkan stress.
R/: Faktor risiko ini berkaitan dengan hipertensi dan penyakit cardiovaskuler.
3) Diskusikan pentingnya menghentikan merokok.
R/: Nikotin meningkatkan cahtecolamin yang menyebabkan peningkatan heart rate.
4) Jelaskan secara rasional, dosis, efek samping dan pentingnya pengobatan.
R/: Dengan adanya informasi yang adekuat yang dapat mendukung rencana
pengobatan.
5) Hindari mandi air panas, sauna dan penggunaan alkohol.
R/: Mencegah terjadinya vasodilatasi dan berbahaya menjadi hipotensi.
6) Instruksikan pasien untuk mengkonsultasikan kesehatannya sebelum melakukan
pengobatan jenis lain.
7) R/: Penting untuk mencegah terjadinya interaksi obat yang berbahaya.
8) Jelaskan secara rasional untuk program diit (diit rendah garam, kolesterol, lemah).
R/: Makanan tersebut merupakan makanan yang berisiko terhadap penyakit
hipertensi.
9) Mengurangi pemasukan makanan tinggi lemak saturasi (hewani).
R/: Makanan tersebut mempercepat atherosclerosis.
10) Dorong pasien untuk melakukan program latihan seperti jalan, berenang sesuai
dengan kemampuan pasien
R/: Membantu menurunkan tekanan darah.
11) Instruksikan kepada pasien untuk melaporkan adanya sakit kepala, nyeri dada,
gangguan penglihatan, adanya depresi, emosional yang labil, efek samping obat
R/: Hal-hal tersebut dapat menjadi tanda adanya komplikasi efek samping obat.

12
12. Discharge Planning
a. Berikan nilai normal tekanan darah pasien.
b. Informasikan pada pasien bahwa hipertensi sering kali tanpa gejala dan tak dapat
mengindikasikan TD.
c. Jelaskan hipertensi berarti meningkatnya tekanan darah tidak berhubungan dengan
kepribadian yang tinggi.
d. Jelaskan tentang pentingnya perawatan dan pengobatan (terapi) dalam jangka waktu
yang lama.
e. Jelaskan bahwa terapi bukan untuk mengobati tapi untuk mengontrol hipertensi.
f. Jelaskan pada pasien bahwa hipertensi dapat dikontrol atau diatasi dengan mengetahui
prognosis yang ada.
g. Jelaskan bahaya dan potensial terjadi dari hipertensi yang tidak terkontrol.
h. Jelaskan secara spesifik nama, cara kerja, dosis dan efek samping dari obat-obatan yang
diberikan.
i. Jelaskan kepada pasien untuk secara teratur dan tepat waktu dalam minum obat.
j. Jelaskan kepada pasien jangan berhenti minum obat secara tiba-tiba karena putus obat
menyebabkan reaksi hipertensi yang lebih berat.
k. Jelaskan kepada pasien jangan double minum obat jika suatu saat lupa minum obat.
l. Informasikan kepada pasien jika terjadi peningkatan TD, jangan meningkatkan dosis
obat sendiri, konsultasikan dahulu ke petugas kesehatan.
m. Jelaskan kepada pasien jangan menggunakan atau minum obat orang lain dengan
penyakit yang sama.
n. Jelaskan kepada pasien efek samping dari obat yang mempunyai batasan waktu.
o. Jelaskan kepada pasien untuk konsultasi dengan petugas kesehatan bila perubahan obat
dan dosis menyebabkan adanya perubahan seksual dan masalah seksual.
p. Jelaskan untuk diet suplemen dengan makanan yang tinggi potasium (seperti: buah
citrus, sayuran hijau) jika adanya kehilangan potasium.
q. Jelaskan kepada pasien untuk mandi air hangat, tidak minum alkohol dan tidak
melakukan pekerjaan kurang lebih 3 jam minum obat yang meningkatkan vasodilatasi.
r. Jelaskan penurunan hipertensi diastolik dengan bangun perlahan dari posisi berbaring,
duduk di sisi tempat tidur selama beberapa menit, berdiri perlahan-lahan, jangan berdiri
dalam waktu yang lama, melatih tungkai meningkatkan venus return, tidur dengan
kepala tempat tidur ditinggikan atau menggunakan bantal, dan jangan duduk jika terjadi
dizziness.

13

Anda mungkin juga menyukai