Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH MENGHARDIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT HALUSINASI

DENGAR PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJD DR. AMINOGONDOHUTOMO


SEMARANG

Karina Anggraini *)
Ns. Arief Nugroho, S.Kep**), Supriyadi, MN***)

*) Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang **) Dosen
Program Studi DIII Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang ***) Dosen Program Studi S1Ilmu
Keperawatan Poltekes Kemenkes Semarang

ABSTRAK

Schizofrenia adalah diagnosis psikiatri yang menggambarkan gangguan mental yang ditandai
oleh kelainan dalam persepsi atau ungkapan realitas. Salah satu upaya untuk menangani kelainan
dalam persepsi tersebut adalah dengan cara menghardik. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh menghardik terhadap penurunan tingkat halusinasi dengar di RSJD
Dr.Amino Gondohutomo Semarang. Desain penelitian ini adalah Quasi Experiment dengan
menggunakan pendekatan One Group Pretest-Postest, dengan jumlah sampel yang diambil
sebanyak 73 responden dengan tehnik purposive sampling. Data dianalisis dengan uji
wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh menghardik terhadap penurunan
tingkat halusinasi dengar, degan p-value 0,000.
Hasil penelitian ini mempunyai implikasi yang bermanfaat bagi pelayanan kesehatan khususnya
dibidang kesehatan jiwa untuk pasien skizofrenia yang mengalami halusinasi dengar.
Kata kunci : menghardik, tingkat halusinasi

Schizofrenia is psychiatric diagnosis describing a mental disorder characterized by an


abnormality in perception or expression of reality. One effort to handle abnormality in perception
said is by way of rebuke. Research is aimed to know the influence of rebuke the proud to a
decrease in the level of hallucinations heard in RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang.
Design this research is quasi experiment using approach one group pretest-postest, By the
number of samples to be taken as many as 73 respondents with technique purposive sampling.
Data were analyzed with a wilcoxon test. The result showed that there are the influence of rebuke
the proud to a decrease in the level of hallucinations heard, in p-value 0,000.
This research result have an implication that are useful for health servicesEspecially in the fields
of mental health for patients with schizophrenia undergoing hallucinations listen.

Key Words : rebuke, the level of hallucination


PENDAHULUAN

Menurut data dari World Health penglihatan, pengecapan perabaan atau


Organization (WHO), masalah gangguan penghiduan. Pasien merasakan stimulus
kesehatan jiwa diseluruh dunia memang yang sebenarnya tidak ada (Keliat dan
sudah menjadi masalah yang sangat serius. Akemat, 2002).
WHO menyatakan, tahun 2001 paling tidak
ada satu dari empat orang di dunia
mengalami masalah mental. WHO Pada penelitian yang dilakukan oleh
memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di Isnaeni et all (2008) tentang Efektifitas
dunia yang mengalami gangguan kesehatan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi
jiwa (Yosep. 2009). Persepsi Halusinasi Terhadap Penurunan
Kecemasan Klien Halusinasi Pendengaran di
Menurut data Departemen Kesehatan Ruang Sakura RSUD Banyumas
(2009), jumlah penderita gangguan jiwa saat menyebutkan bahwa tingkat kecemasan
ini, mencapai lebih dari 28 juta orang, sebelum dilakukan TAK stimulasi persepsi
dengan kategori gangguan jiwa ringan adalah 6 (40%) responden mengalami cemas
11,6% dan 0,46% menderita gangguan jiwa ringan dan 9 (60%) responden mengalami
berat. Hasil penelitian WHO di Jawa Tengah cemas sedang. Setelah dilakukan TAK
menyebutkan dari 1000 warga Jawa Tengah stimulasi persepsi halusinasi didapatkan
terdapat 3 orang yang mengalami gangguan penurunan tingkat kecemasan yaitu 9 (60 %)
jiwa. Sementara 19 orang dari 1000 warga responden tidak mengalami kecemasan, 5
Jawa Tengah mengalami stress. Pada (33,3%) responden mengalami cemas ringan
penderita gangguan jiwa, hanya 30% sampai dan 1 (6,7%) responden mengalami cemas
40% pasien gangguan jiwa bisa sembuh sedang. Dengan dilakukan TAK stimulasi
total, 30% harus berobat jalan dan 30% persepsi halusinasi responden dapat berbagi
pengalaman untuk menolong orang lain,
lainnya harus menjalani perawatan.
Dibanding ratio dunia yang hanya satu dapat mengekspresikan perasaan dan
permil, masyarakat Indonesia yang telah kesempatan anggota kelompok untuk
mengalami gangguan kejiwaan ringan menampilkan kemampuannya. Sehingga
sampai berat telah mencapai 18,5 % kecemasan yang dialami menurun.
(Depkes RI, 2009).
Asuhan keperawatan jiwa
Salah satu gangguan jiwa yang berat merupakan asuhan keperawatan spesialistik,
adalah Skizofrenia. Schizofrenia adalah namun tetap dilakukan secara holistik pada
diagnosis psikiatri yang menggambarkan saat melakukan asuhan kepada klien.
gangguan mental yang ditandai oleh Tindakan keperawatan yang tepat untuk
kelainan dalam persepsi atau ungkapan
realitas. mengatasi halusinasi mulai dengan
melakukan hubungan saling percaya dengan
pasien. Selanjutnya membantu pasien
Salah satu gejala umum dari mengenal halusinasi dan membantu
skizofrenia yang banyak di jumpai adalah mengontrol halusinasi. Pelaksanaan dan
halusinasi. Halusinasi adalah salah satu pengotrolan halusinasi dapat dilakukan
gejala gangguan jiwa pada individu yang dengan dua cara yaitu secara kelompok dan
ditandai dengan perubahan persepsi sensori; secara individu. Secara kelompok selama ini
merasakan sensasi palsu berupa suara,
sudah dikenal dengan istilah terapi aktifitas RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang
kelompok (TAK) dan secara individu dengan mulai bulan April-Mei 2013. Populasi dalam
cara face to face (Bahrudin, 2010). penelitian ini adalah pasien skizofrenia yang
mengalami halusinasi pendengaran dengan
Pengontrolan halusinasi dapat sampel sebanyak 73 responden. Klien-klien
dilakukan dengan empat cara yaitu, halusinasi yang mengalami halusinasi
menghardik halusinasi, bercakap-cakap pendengaran dan kekambuhan dalam 1 tahun
dengan orang lain, melakukan aktivitas terahir, klien bersedia menjadi responden
secara terjadwal, dan mengkoncumsi obat adalah segala umur, dan klien bersedia
dengan teratur (Keliat, Pada penelitian ini, menjadi responden sebagai criteria inklusi.
peneliti akan menggunakan menghardik
sebagai salah satu acuan penelitian dan Metode pengumpulan data yang
Akemat. 2012 ).. Menghardik merupakan digunakan adalah alat ukur berupa lembar
salah satu upaya untuk mengendalikan kuasioner dan observasi yang hasilnya
halusinasi dengan menolak halusinasi yang tertuang dalam lembar evaluasi kemampuan
muncul. mengontrol halusinasi dengar pada klien
halusinasi yang tercantum di lembar
Berdasarkan latar belakang tersebut lampiran. Kuasioner ini terdiri dari beberapa
diatas peneliti tertarik untuk melakukan pertanyaan untuk mengevaluasi responden,
penelitian dengan judul pengaruh terdiri dari 5 pertanyaan, dan cara penilaian
menghardik terhadap penurunan tingkat dengan memberi tanda centang (√ ), bila
halusinasi dengar di RSJD Dr.Amino sering sekali nilainya 4, selalu nilainya 3,
Gondohutomo Semarang. kadang-kadang nilainya 2, tidak pernah
nilainya 1. Dengan rentang nilai 5-10
Tujuan khusus penelitian ini adalah (ringan), 11-15 (sedang), 16-20 (berat).
untuk a) menggambarkan tingkat halusinasi Sedangkan pada lembar observasi terdapat 5
pernyataan, cara penilaian dengan memberi
dengar sebelum dan sesudah terapi
centang (√ ) pada kegiatan yang telah
menghardik dengan menutup telinga, b)
dilakukan responden, apabila YA nilainya 1
Menggambarkan tingkat halusinasi dengar
maka TIDAK nilainya 0. Pada penilaian ini
sebelum dan sesudah menghardik dengan
apabila 1 saja pernyataan dijawab TIDAK
tanpa menutup telinga, c) Menganalisis
perbedaan halusinasi dengar sebelum dan maka dianggap tidak melakukan.
sesudah terapi menghardik dengan menutup
telinga, d) Menganalisis perbedaan halusinasi Dalam penelitian ini analisis bivariat
dengar sesudah dan sesudah terapi digunakan untuk mengetahui hubungan
menghardik dengan tanpa menutup telinga antara variabel bebas yaitu pengaruh
menghardik dengan variabel terikat yaitu
penurunan tingkat halusinasi dengar.
METODE PENELITIAN
Sebelum dilakukan uji independent T-Test
dilakukan uji kenormalan data dengan
Jenis penelitian yang menggunakan Kolmogorov Smirnov. Pada
digunakan hasil uji Kolmogorov Smirnov didapatkan
dalam penelitian ini adalah Quasi Experiment pada variabel klasivikasi pre test p.value =
(experimen semu) dengan menggunakan 0,000 dan klasivikasi pos test p.value =
pendekatan One Group Pretest-Postest . 0,000. Maka disimpulkan bahwa data
Penelitian dilaksanakan di
berdistribusi tidak normal, sehingga uji Tabel 5.4
statistic yang digunakan adalah Wilcoxon. Distribusi frekwensi halusinasi setelah dilakukan
terapi menghardik tanpa menutup telinga di RSJD
Dr.Amino Gondohutomo
Periode April 2013 (N=33)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 5.1

Distribusi frekwensi halusinasi sebelum dilakukan


terapi menghardik dengan menutup telinga di RSJD
Dr.Amino Gondohutomo No Kategori Jumlah Prosentase
Periode April (N=40) 1 Sedang 22 66.7

2 Ringan 11 33.3
No Kategori Jumlah Prosentase
1 Berat 14 35 Total 33 100
2 Sedang 26 65
Total 40 100
Tabel 5.6

Perbedaan pada halusinasi dengar sebelum dan


Tabel 5.2
sesudah menghardik dengan menutup telinga di
Distribusi frekwensi halusinasi sesudah dilakukan RSJD dr.Amino Gondohutomo Periode April 2013
terapi menghardik dengan menutup telingadi RSJD (N=40)
Dr.Amino Gondohutomo
Periode April 2013 (N=40) Variabel Kategori Total p.value
Halusinasi sebelum Negative 0,000
No Kategori Jumlah Prosentase dilakukan terapi 0
1 Ringan 40 100 menghardik dengan
menutup telinga
Halusinasi setelah Positive 40
Total 40 100
dilakukan terapi
menghardik dengan
Tabel 5.3 menutup telinga

Distribusi frekwensi halusinasi sebelum dilakukan Total 40


terapimenghardik tanpa menutup telinga di RSJD
Dr.Amino Gondohutomo Periode April 2013 (N=33)

No Kategori Jumlah Prosentase


1 Berat 14 42.4
2 Sedang 18 54.5
3 Ringan 1 3
Total 33 100
Table 5.6 beberapa zat kimia diotak seperti dopamin
neorotransmiter tidak berlebihan.
Perbedaan pada halusinasi dengar sebelum
dan sesudah menghardik tanpa menutup Perbedaan tingkat halusinasi
telinga di RSJD dr.Amino Gondohutomo dengan sebelum dan sesudah
Periode April 2013 (N=33) diberikan terapi menghardik dengan
tanpa menutup telinga
Variabel Kategorik Total p.value
Halusinasi sebelum Negative 0 Pada hasil bivariat tersebut
dilakukan terapi 0,000 juga
menghardik tanpa
menutup telinga menunjukkan bahwa responden (32)
Halusinasi setelah Positive 32 mengalami perubahan halusinasi dengar
setelah diberikan terapi menghardik tanpa
dilakukan terapi menutup telinga. Hasil uji wilcoxon
menghardik tanpa dijelaskan bahwa nilai p = 0,000 maka Ho
menutup telinga
Ties 1
ditolak dan Ha diterima, artinya ada
perbedaan bermakna halusinasi dengar
sebelum dan sesudah diberikan menghardik
tanpa menutup telinga. Sebagian responden
yang tidak mengalami perubahan halusinasi
Total 33
setelah dilakukan menghardik tanpa
menutup telinga sebanyak satu responden.
Perbedaan tingkat halusinasi dengan
sebelum dan sesudah diberikan terapi Dari hasil analisis tersebut diketahui
menghardik dengan menutup telinga bahwa responden mengalami penurunan
tingkat halusinasi dengar setelah diberikan
Hasil analisis bivariat dengan uji terapi menghardik dengan menutup telinga.
wilcoxon, menunjukkan bahwa semua
responden (40) mengalami perubahan Kedua hasil penelitian tersebut
halusinasi dengar setelah diberikan membuktikan bahwa kedua cara terapi
menghardik dengan menutup telinga menghardik yaitu menghardik dengan
dengan nilai p= 0,000. maka Ho ditolak dan menutup telinga dan menghardik tanpa
Ha diterima, artinya ada perbedaan menutup telinga sama-sama memperoleh
bermakna halusinasi dengar sebelum dan hasil yang diharapkan oleh peneliti yaitu
sesudah ada pengaruh terhadap penurunan tingkat
diberikan terapi menghardik dengan halusinasi dengar. Hal ini dibuktikan pada
menutup telinga hasil bivariat bahwa responden mengalami
penurunan tingkat halusinasi dengar
Dari hasil analisis tersebut diatas setelah
menunjukkan bahwa setelah diberi terapi dilakukan terapi menghardik dengan
menghardik dengan menutup telinga menutup telinga yaitu dari kategorik
responden mengalami penurunan tingkat sedang sebanyak 26 (65%), dan kategorik
halusinasi dengar, hal ini dikarenakan pada berat sebanyak 14 (35%), menjadi
saat responden menutup telinga saat kategorik ringan pada seluruh responden
melakukan terapi menghardik responden yaitu sebanyak 40 responden (100%).
menjadi lebih fokus dan berkonsentrasi Kemudian hasil dari bivariat setelah
pada halusinasinya. Sehingga dilakukan terapi menghardik tanpa
memungkinkan menutup telinga adalah
dengan kategori sedang sebanyak 18(54.5%),
kategori berat 14(42.4%), dan
kategori ringan sebanyak 1 (13.0%), halusinasi dengar setelah menghardik tanpa
menjadi kategori sedang sebanyak menutup telinga dengan kategorik sedang
22(66.7%), kategori ringan 11(33.3%). sebanyak 22 (66.7%), kategorik ringan 11
(33.3%) responden. Ada perbedaan
Responden mengalami penurunan bermakna halusinasi dengar sebelum dan
tingkat halusinasi setelah dilakukan terapi sesudah diberikan terapi menghardik dengan
menghardik dan pada hasil bivariat menutup telinga (p value = 0,000). Ada
responden yang mengalami penurunan perbedaan yang bermakna halusinasi dengar
tingkat halusinasi dengar setelah dilakukan sebelum dan sesudah diberikan terapi
menghardik tanpa menutup telinga maupun menghardik tanpa menutup telinga (p
dengan menutup telinga. value=0,000).

Artinya kedua cara mengardik Saran


tersebut diatas boleh dilakukan oleh
perawat di rumah sakit karena sama-sama Bagi rumah sakit, dilakukan
dapat menurunkan frekuensi halusinasi. pelatihan menghardik dengan menutup
Akan tetapi pengaruh terapi menghardik telinga pada perawat yang belum pernah dan
dengan menutup telinga memberikan yang sudah pernah dilakukan review.
pengaruh lebih besar dalam penurunan
tingkat halusinasi dengar, sehingga Bagi perawat, dari hasil penelitian
dianjurkan untuk para perawat di rumah didapatkan bahwa pengaruh terapi
sakit agar menggunakan terapi menghardik menghardik dengan menutup telinga
dengan menutup telinga karena hasilnya memberikan pengaruh lebih besar dalam
akan lebih baik. penurunan tingkat halusinasi dengar,
sehingga dianjurkan untuk para perawat di
rumah sakit untuk menggunakan terapi
KESIMPULAN DAN SARAN menghardik dengan menutup telinga karena
hasilnya akan lebih baik.
Kesimpulan Bagi keluarga, disini peran keluarga
juga sangat penting karena setelah
Pada penelitian ini dari 40 responden mendapatkan perawatan di RSJ klien
sebagian besar memiliki halusinasi dengar dinyatakan boleh pulang sehingga keluarga
sebelum dilakukan menghardik dengan mempunyai peranan yang sangat penting
menutup telinga dengan kategorik sedang didalam hal merawat klien, menciptakan
sebanyak 26 (65%), dan halusinasi dengar lingkungan keluarga yang kondusif dan
dengan kategorik berat sebanyak 14 (35%) sebagai pengawas minum obat
responden. Pada penelitian ini seluruh
responden 40 (100%) mengalami penurunan Bagi klien, mampu dan mau
halusinasi dengar ringan setelah dilakukan menggunakan terapi menghardik dengan
terapi menghardik dengan menutup telinga. menutup telinga sehingga diharapkan
Pada penelitian ini sebagian besar responden kemungkinan klien untuk kambuh dapat
memiliki halusinasi dengar sebelum terapi berkurang.
menghardik tanpa menutup telinga dengan
kategori sedang sebanyak 18 (54.5%),
kategori berat 14 (42.4%), dan kategori
ringan sebanyak 1 (13.0%) responden.
Sebagian besar responden memiliki
DAFTAR PUSTAKA Keliat, B.A . (2012). Model Praktik
Keperawatan Profesional JIWA.
Bahrudin, M .(2010). Pengaruh Stimulasi Jakarta: EGC
Terhadap Kemampuan Mengontrol
Halusinasi Pada Pasien Skizofrenia di Kusumawati, F. (2011). Buku Ajar
RS Jiwa Dr.Radjiman Wediodiningrat Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba
Lawang. 111.(3).109-112 Medika

Benhard Rudyanto Sinaga .(2007). Machfoedz, I. (2005). Metodologi Bidang


Skizofrenia & Diagnosis Banding. Kesehatan, Keperawatan, Kebidanan,
Jakarta : FKUI Kedokteran. Yogyakarta : Fitramaya

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pinzon, Rizaldi. (2007). Peran Dopamin


(1990). Kamus Besar Bahasa Pada Gangguan Spektrum
Indonesia/TIM. Jakarta : Balai Pustaka Autistik.http://kalbefarma.com/
diperoleh tanggal 7 July 20113
DEPKES RI. (2009). Keperawatan
Jiwa Stuart . (2006). Buku Saku Keperawatan
Teori dan Tindakan Keperawatan. Jiwa Edisi 5. Jakarta : Salemba Medika
Jakarta : Depkes
Wasis. (2006). Pedoman Riset Praktis Untuk
Profesi Keperawatan. Jakarta : Penerbit
Hidayat, Aziz A. (2007). Riset
Keperawatan dan Teknik Penulisan Buku Kedokteran.
Ilmiah. Jakarta : Salemba medika Riyanto, A. (2011). Aplikasi Metodologi
Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Isnaeni, Wijayanti, Upoyo. (2008). Medika.
Efektifitas Terapi Aktivitas
Kelompok WHO. (2003). LESIKON Istilah Kesehatan
Stimulasi Persepsi Halusinasi Jiwa & Psikiatrik. Jakarta : EGC
Terhadap Penurunan Kecemasan Klien
Halusinasi Pendengaran di Ruang Yosep, I. (2009). Keperawatan Jiwa.
Sakura RSUD Banyumas. 3.(1).32-39 Bandung : PT Refika Aditama
Keliat, B.A. (2011). Keperawatan
Kesehatan Jiwa
Komunitas. Jakarta :
EGC

Anda mungkin juga menyukai