Anda di halaman 1dari 13

NASKAH PUBLIKASI

STUDI KUALITATIF TENTANG SIKAP KELUARGA


TERHADAP PASIEN GANGGUAN JIWA DI WILAYAH
KECAMATAN SUKOHARJO

Oleh :

ESTRIANA MURNI SETIAWATI


J 210 080 129

S-1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
PENELITIAN

STUDI KUALITATIF TENTANG SIKAP KELUARGA


TERHADAP PASIEN GANGGUAN JIWA DI WILAYAH
KECAMATAN SUKOHARJO

Estriana Murni Setiawati*


Arif Widodo**
Dewi Listyorini***

Abstrak

Penderita gangguan jiwa tidak mungkin mampu mengatasi masalah kejiwaanya


sendiri. Individu tersebut membutuhkan peran orang lain di sekitarnya, khususnya
keluarganya. Keluarga merupakan tempat dimana individu memulai hubungan
interpersonal dengan lingkungannya. Sikap keluarga sangat penting karena berpengaruh
terhadap kekambuhan pada pasien gangguan jiwa. Keluarga kerap keliru dalam bersikap
terhadap penderita gangguan jiwa, seperti merantai, memasung, atau menyekap
penderita gangguan jiwa dengan alasan malu dan tidak memiliki biaya untuk pengobatan.
Dari 12 kecamatan yang berada di Wilayah Kabupaten Sukoharjo, Kecamatan Sukoharjo
menduduki peringkat pertama dalam hal terjadinya kasus gangguan jiwa, yaitu sebanyak
43 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran sikap keluarga terhadap
pasien gagguan jiwa. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif . Teknik penelitian
dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi dan Focus Group Disscusion pada
keluarga pasien gangguan jiwa yang dilakukan pada bulan Maret-Mei 2012. Analisis data
menggunakan content analysis dengan mengkategorikan data verbal untuk tujuan
klasifikasi, validasi data dan verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Keluarga
mengetahui bahwa pasien menderita gangguan jiwa, dan keluarga mempunyai dan
belum mempunyai pengalaman sebelumnya dengan penderita gangguan jiwa. Penyebab
pasien menderita gangguan jiwa adalah karena faktor genetik dan psikologis. Sikap
masyarakat terhadap pasien gangguan jiwa adalah menerima, mengucilkan,
membicarakan dan memandang pasien berbeda dengan masyarakat. Sedangkan sikap
keluarga adalah menerima keadaan pasien dan bersikap positif dengan mengajak pasien
berbicara dan mengobrol ketika pasien berbicara sendiri dan berjalan mondar-mandir,
mengikat pasien ketika mengamuk dan melepasnya setelah pasien tenang, serta
menasehati pasien ketika pasien mengatai orang. Perawatan yang dilakukan oleh
keluarga pasien gangguan jiwa adalah membawa pasien berobat ke rumah sakit jiwa,
pijat, ruqyah dan dukun.

Kata kunci : Pasien gangguan jiwa, sikap keluarga

_____________________________________________________________ 1
Studi Retrospektif tentang Sikap Keluarga terhadap Pasien Gangguan Jiwa di
Wilayah Kecamatan Sukoharjo
QUALITATIVE STUDY ABOUT FAMILLY’S ATTITUDE
TOWARD MENTAL ILLNESS PATIENT IN SUKOHARJO
SUBDISTRICT
Abtract

Mental illness patient impossible to able psychic problem alone. They need other
people act around them, in particular they family. Family is place where people starting
interpersonal relationship with environtment. Family attitude very important because
influential toward mental illness patient relapse. Family often mistake within have certain
attitude toward mental illness patient, like bound in chain, put in the stocks, or lock mental
illness patient with embarrassed reason and don’t have expense to medical treatment.
From 12 subdistrict in Sukoharjo District, Sukoharjo Subdistrict occupy first level in
concerning occur mental illness case, that is 43 case. This research aims to know
overview family attitude toward mental illness patient. This research is descriptive
qualitative research. The technique of collecting data uses In-Depth Interview,
observation, and Focus Group Discusion toward mental illness’s family that held up to
three months. The technique of analyzing data employs content analysis by catagorizing
verbal data for classification, validation data, and verification purpose. The result of the
research show that family know that patient suffer mental ilness, and family have and
haven’t experiance with mental illness patient. Causes patient suffer mental illness is
genetic and psychologic factor. Community attitude toward mental illness patient is
accept,expel, chated up and regard as diffirent with community. Whereas family attitude
is accept patient and positive attitude’s with ask and talking with patient when patient
speak alone and walk to and from, binding the patient when patient run amuck and then
take down when patient relax, and then advise patient when patient screaming with
other’s. The treatment who choose by family is medical, massage, ruqyah and shaman.

Key word : Mental Illness patient, family’s attitude

PENDAHULUAN Kabupaten Sukoharjo


menduduki peringkat pertama se-Eks
Latar belakang karesidenan Surakarta dalam hal
Proses globalisasi dan jumlah warga yang mengalami
pesatnya kemajuan teknologi gangguan jiwa. Hal tersebut di
informasi memberi dampak terhadap dukung oleh data dari Dinas
nilai-nilai sosial dan budaya Kesehatan Kabupaten (DKK)
masyarakat. Sementara tidak semua Sukoharjo yang menunjukkan angka
orang mempunyai kemampuan yang gangguan jiwa di Kabupaten
sama untuk menyesuaikan dengan Sukoharjo adalah sebanyak 219
berbagai perubahan tersebut. kasus pada Januari 2011 (Dinkes,
Akibatnya, gangguan jiwa saat ini 2011). DKK Sukoharjo menyebutkan
telah menjadi masalah kesehatan dari 12 Kecamatan yang berada di
global. wilayah Kabupaten Sukoharjo,
Gangguan jiwa adalah Kecamatan Sukoharjo menduduki
kumpulan dari keadaan-keadaan peringkat pertama dengan jumlah
yang tidak normal, baik yang penderita gangguan jiwa terbanyak
berhubungan dengan fisik maupun yaitu sebanyak 43 kasus.
mental.

_____________________________________________________________ 2
Studi Retrospektif tentang Sikap Keluarga terhadap Pasien Gangguan Jiwa di
Wilayah Kecamatan Sukoharjo
Tingginya jumlah penderita TINJUAN PUSTAKA
gangguan jiwa di Wilayah Kecamatan
Sukoharjo tidak lepas dari peran Konsep Dasar Gangguan Jiwa
orang-orang disekitar penderita. Gangguan jiwa adalah
Penderita gangguan jiwa tidak kumpulan dari keadaan-keadaan
mungkin mampu mengatasi masalah yang tidak normal, baik yang
kejiwaanya sendiri. Individu tersebut berhubungan dengan fisik, maupun
membutuhkan peran orang lain di dengan mental. Keabnormalan
sekitarnya, khususnya keluarganya. tersebut dibagi ke dalam 2 golongan
Keluarga merupakan tempat dimana yaitu gangguan jiwa (Neurosa) dan
individu memulai hubungan sakit jiwa (Psikosa) (Yosep, 2007).
interpersonal dengan lingkungannya.
Keluarga adalah institusi pendidikan Konsep Keluarga
utama bagi individu untuk belajar dan Bailon dan Maglaya (1978)
mengembangkan nilai, keyakinan, mendefinisikan keluarga adalah dua
sikap dan perilaku. Individu menguji atau lebih individu yang hidup dalam
coba perilakunya didalam keluarga, satu rumah tangga karena adanya
dan umpan balik keluarga hubungan darah, perkawinan, atau
mempengaruhi individu dalam adopsi. Mereka saling berinteraksi
mengadopsi perilaku tertentu. Semua satu dengan yang lainnya,
ini merupakan persiapan individu mempunyai peran masing-masing
untuk berperan di masyarakat dan menciptakan serta
(Mubarak, 2009) mempertahankan suatu budaya
Penelitian Wulansih (2008) (Setyowati, 2008).
menyatakan bahwa sikap keluarga
sangat berpengaruh terhadap Konsep Sikap
kekambuhan pada pasien skizofrenia. Sikap adalah penilaian
Keluarga kerap keliru dalam bersikap seseorang terhadap stimulus-
terhadap penderita gangguan jiwa, stimulus atau objek (Notoatmojo,
seperti merantai, 2003).
memasung, atau menyekap penderita Notoatmojo (2003),
gangguan jiwa dengan alasan malu menyatakan setelah seseorang
dan tidak memiliki biaya untuk mengetahui stimulus atau objek
pengobatan. proses selanjutnya akan menilai atau
bersikap terhadap stimulus. Apabila
Perumusan Masalah individu mempunyai sikap yang positif
“Bagaimana sikap keluarga terhadap stimulus maka ia akan
terhadap pasien gangguan jiwa di mempunyai sikap yang menunjukkan
wilayah Kecamatan Sukoharjo” atau memperlihatkan, menerima,
mengakui, menyetujui serta
Tujuan Penelitian melaksanakan norma-norma yang
Untuk mengetahui bagaimana berlaku dimana individu tersebut
gambaran sikap keluarga terhadap berada. Demikian sebaliknya bila
pasien gangguan jiwa di wilayah individu mempunyai sikap yang
Kecamatan Sukoharjo negatif, individu tersebut akan
menolak norma-norma yang berlaku
dimana individu tersebut berada.

_____________________________________________________________ 3
Studi Retrospektif tentang Sikap Keluarga terhadap Pasien Gangguan Jiwa di
Wilayah Kecamatan Sukoharjo
KEASLIAN PENELITIAN METODE PENELITIAN
1. Wulansih (2008) dengan judul
“HubunganAntaraTingkat Rancangan Penelitian
Pengetahuan dan Sikap Keluarga Penelitian ini merupakan
dengan Kekambuhan pada Pasien penelitian deskriptif kualitatif yaitu
Skizofrenia di RSJD Surakarta”. penelitian yang menghasilkan data
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif berupa kata-kata tertulis
korelasi. Hasil penelitian ini atau lisan dari orang-orang atau
menunjukkan bahwa tidak ada perilaku yang diamati (Bogdan dan
hubungan yang signifikan antara Taylor dalam Moleong, 2002),
tingkat pengetahuan dengan dengan pendekatan fenomenologi
kekambuhan pada pasien yaitu meneliti pengalaman manusia
skizofrenia, sedangkan sikap melalui deskripsi dari orang yang
keluarga mempunyai hubungan menjadi informan penelitian,
yangsignifikandengan sehingga peneliti dapat memahami
kekambuhan pada pasien pengalaman hidup informan
skizofrenia. (Saryono, 2010).
2. Riza(2008)denganjudul
“Hubungan pengetahuan, Sikap, Tempat dan Waktu
dan Tindakan keluarga dengan Penelitian ini dilaksanakan pada
Gangguan Stress pada Pasien bulan Maret sampai dengan Mei
Gangguan Jiwa di Poli RS. DR. 2012 di Wilayah Kecamatan
Ernaldi Bahar Palembang. Sukoharjo.
Penelitian ini adalah penelitian
korelasi. Hasil penelitian Populasi dan Sampel
menunjukkan pengetahuan, sikap, Populasi dalam penelitian ini
dan tindakan keluarga mempunyai adalah semua keluarga yang anggota
hubungan yang signifikan keluarganya menderita gangguan
terhadap terjadinya stress. jiwa di Wilayah Kecamatan
3. Ambari (2010) dengan judul Sukoharjo.
“Hubungan Antara Dukungan Sampel dalam penelitian
Keluarga dengan Keberfungsian kualitatif disebut informan. Penelitian
Sosial pada Pasien Skizifrenia ini menggunakan teknik sampling
Pasca Perawatan di Rumah jenuh yaitu sampel jenuh, yaitu teknik
Sakit”. Penelitian ini adalah pengambilan sampel bila semua
penelitian korelasi. Penelitian ini anggota populasi digunakan sebagai
bertujuanuntukmengetahui sampel, dan snowball sampling, yaitu
hubungan antara dukungan teknik pengambilan sampel sumber
keluarga dengan keberfungsian data, yang pada awalnya jumlahnya
sosial pada pasien Skizofrenia sedikit kemudian lama-lama menjadi
pasca perawatan di rumah sakit. besar (Sugiyono, 2010).
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang Variabel Penelitian
sangat signifikan antara variabel Penelitian ini hanya
dukungan keluarga dengan menggunakan variabel tunggal yaitu
keberfungsian sosial. sikap keluarga terhadap pasien
gangguan jiwa

_____________________________________________________________ 4
Studi Retrospektif tentang Sikap Keluarga terhadap Pasien Gangguan Jiwa di
Wilayah Kecamatan Sukoharjo
Instrumen Penelitian terhadap pekerjaan, karena tidak
Instrumen utama penelitian disekolahkan, takut dengan teman-
adalah peneliti sendiri (Prastowo, teman di sekolah, dan keturunan.
2011). Namun untuk membantu Pengambilan keputusan untuk
peneliti dalam melakukan perawatan pasien dilakukan oleh
pengumpulan data secara efisien orang tua pasien, istri pasien, dan
digunakan panduan wawancara anak pasien.
mendalam, panduan Focus Grup Perilaku yang ditunjukkan
Disscusion, dan alat rekam (Saryono, pasien sebagai bentuk
2010) ketidakwajaran adalah berjalan
mondar-mandir, berbicara sendiri,
HASIL PENELITIAN mengamuk, dan mengatai orang
Adapun karakteristik informan Sikap keluarga ketika pasien
dalam penelitian ini, 4 dari 6 informan berbicara sendiri dan ketika pasien
adalah orang tua pasien dengan usia berjalan mondar-mandir adalah
diatas 55 tahun dan tingkat keluarga menanyai dan mengajak
pendidikan SD. Orang tua pasien pasien mengobrol. Ketika pasien
yang menjadi informan, 3 dari 4 mengamuk dan tidak mau diajak
informan adalah ibu dari pasien untuk berobat keluarga mengikat
gangguan jiwa. Sedangkan 2 pasien. Ketika pasien mengatai
informan lainnya adalah anak dari orang-orang disekitar pasien
pasien gangguan jiwa dengan usia keluarga menasehati pasien agar
diatas 27 tahun dan tingkat tidak mengatai orang. Dan yang
pendidikan SD dan SMA. Semua terakhir adalah langsung membawa
informan bekerja swasta. pasien ke rumah sakit jiwa.
Berdasarkan data diatas Keluarga membawa pasien
diketahui bahwa semua keluarga berobat ke rumah sakit jiwa, dan
mengetahui penyakit yag diderita pengobatan lain seperti pijat, ruqyah,
oleh pasien adalah gangguan jiwa. dan dukun.
Keluarga memiliki pengalaman
dan belum memiliki pengalaman PEMBAHASAN
sebelumnya dengan penderita Keluarga yang menjadi
gangguan jiwa. informan, 4 dari 6 informan adalah
Masyarakat menerima orang tua pasien dengan usia diatas
keadaan pasien, mengucilkan, 55 tahun, bekerja swasta dengan
membicarakan, dan memandang tingkat pendidikan SD.
pasien berbeda dengan masyarakat. Orang tua pasien yang menjadi
Masyarakat mengatakan tidak informan 3 dari 4 informan adalah ibu
pernah mengucilkan pasien, namun dari pasien gangguan jiwa. Valerie
pasienlah yang menutup diri dari (2011), mengatakan bahwa
masyarakat. perempuan lebih bersikap toleransi
Keluarga sedih dan menerima terhadap pasien gangguan jiwa
keadaan pasien meskipun pasien dibandingkan dengan laki-laki.
menderita gangguan jiwa. Keluarga mengetahui penyakit
Keluarga mengetahui dan tidak yang diderita oleh pasien adalah
mengetahui penyebab pasien gangguan jiwa meskipun tingkat
menderita gangguan jiwa. Keluarga pendidikan 5 dari 6 informan masih
mengetahui penyebab pasien rendah, yakni SD. Menurut Li Yu
menderita gangguan jiwa adalah Song (2005), dalam penelitiannya
karena patah hati, kekecewaan mengatakan semakin tinggi tingkat

_____________________________________________________________ 5
Studi Retrospektif tentang Sikap Keluarga terhadap Pasien Gangguan Jiwa di
Wilayah Kecamatan Sukoharjo
pendidikan seseorang maka sikap pengalaman sebelumnya dengan
yang ditunjukkannya kepada pasien anggota keluarga yang menderita
gangguan jiwa pun semakin positif. gangguan jiwa. Adanya pengalaman
Meski tingkat pendidikan informan pribadi membuat keluarga lebih bisa
masih rendah, namun informan menerima keadaan pasien. Hal
mengetahui penyakit yang diderita tersebut seperti yang diungkapkan
pasien adalah gangguan jiwa oleh Azwar (2009) bahwa
sehingga informan memberikan sikap pengalaman pribadi akan
yang positif terhadap pasien meninggalkan kesan yang kuat.
gangguan jiwa saat pasien sedang Dalam hal ini penghayatan akan
kambuh. Hal tersebut didukung oleh pengalaman akan lebih mendalam
Valerie (2011) yang menyebutkan dan lebih lama berbekas. Meski
bahwa semakin tinggi pengetahuan demikian pengalaman bukan
seseorang mengenai ganggguan jiwa merupakan satu-satunya faktor
maka level toleransi orang tersebut pembentuk sikap. Selanjutnya Azwar
terhadap pasien gangguan jiwa pun (2009), menyebutkan bahwa
semakin tinggi. Hal serupa terbentuknya sikap juga di pengaruhi
disampaikan oleh Fahanani (2011) oleh orang lain yang dianggap
dalam penelitiannya yang penting. Orang yang dianggap
menyebutkan bahwa ada hubungan penting bisa jadi adalah tokoh
antara pengetahuan keluarga tentang masyarakat, orang tua, ataupun
gangguan jiwa dengan dukungan tetangga.
yang diberikan oleh keluarga. Sikap masyarakat menerima,
Keluarga mengetahui penyebab mengucilkan, membicarakan dan
penyakit gangguan jiwa yang diderita menganggap pasien berbeda setelah
oleh pasien adalah karena keturunan. mengetahui pasien menderita
Seperti yang diungkapkan oleh Stuart gangguan jiwa. Lauber (2004)
dan Gail (2007), yang menyatakan menyatakan bahwa pengetahuan
bahwa keturunan sangat yang kurang mengenai gangguan
berpengaruh besar terhadap jiwa akan meningkatkan jarak sosial.
terjadinya gangguan jiwa. Hal serupa Hal serupa disampaikan oleh
diungkapkan oleh Videbeck (2011) Kapungwe (2010), yang menyatakan
menyatakan bahwa faktor genetik bahwa masyarakat
turut menentukan timbulnya mendiskriminasikan pasien karena
gangguan jiwa. Selain faktor genetik adanya stigma yang salah tentang
atau keturunan, penyebab lainnya penyebab pasien sakit dan persepsi
adalah karena masyarakat bahwa penderita
patah hati, karena tidak disekolahkan, gangguan jiwa berbahaya dan harus
karena kekecewaan terhadap dijauhi. Hal tersebut berbeda dengan
pekerjaan dan takut dengan teman- yang disampaikan oleh masyarakat
teman sekolah. Hal tersebut berarti dalam wawancara mendalam, yang
stres psikologis juga turut mengatakan bahwa masyarakat tidak
mempengaruhi terjadinya gangguan pernah mengucilkan pasien, namun
jiwa. Hal tersebut seperti yang di pasien sendirilah yang menutup diri
ungkapkan oleh Yosep (2007), bahwa dari masyarakat.
faktor psikologis menjadi salah satu Sikap yang ditunjukkan oleh
faktor penyebab gangguan jiwa. keluarga adalah sedih dan menerima
Keluarga mempunyai keadaan pasien meskipun pasien
pengalaman dan belum mempunyai menderita gangguan jiwa.
Penerimaan keluarga terhadap

_____________________________________________________________ 6
Studi Retrospektif tentang Sikap Keluarga terhadap Pasien Gangguan Jiwa di
Wilayah Kecamatan Sukoharjo
pasien adalah merupakan sikap yang ke rumah sakit jiwa dan pengobatan
positif, dimana tempat terbaik bagi lain seperti pijat, ruqyah, dan dukun.
pasien adalah berada di tengah– Jurgen (2000), mengatakan bahwa
tengah keluarga dan orang-orang pengobatan yang diberikan kepada
yang menyayanginya. Perhatian dan pasien gangguan jiwa adalah
kasih sayang yang tulus dari keluarga pengobatan konvensional (rumah
dan orang-orang terdekatnya akan sakit) dan alternatif. Selanjutnya
sangat membantu proses Jurgen juga menyatakan bahwa
penyembuhan kondisi jiwanya pengobatan alternatif di pilih karena
(Tarjum, 2004). pengobatan konvensional tidak bisa
Salahuddin (2009) dalam memberikan perawatan seperti yang
penelitiannya menjelaskan peran dibutuhkan oleh pasien gangguan
keluarga adalah memberikan bantuan jiwa. Berbeda dengan Lin (2007),
utama terhadap penderita gangguan yang menyatakan bahwa
jiwa, pengertian dan penggunaan gabungan antara
pemahaman tentang berbagai pengobatan alternatif dengan
manifestasi gejala-gejala sakit jiwa pengobatan konvensional dapat
yang terjadi pada penderita, membantu pengobatan konvensional
membantu dalam aspek administratrif dan pelayanan kesehatan jiwa. Lin
dan finansial yang harus dikeluarkan (2007), menyatakan bahwa terapi
selama proses pengobatan penderita. pijat dan terapi agama merupakan
Perilaku yang ditunjukkan pengobatan alternatif untuk pasien
pasien sebagai bentuk gangguan jiwa. Dan menurut Ariyanto
ketidakwajaran atau merupakan (2007), bahwa selain untuk mengusir
manifestasi gejala-gejala sakit jiwa jin, ruqyah dapat digunakan untuk
adalah berjalan mondar-mandir, terapi fisik dan psikis. Berbeda
berbicara sendiri, mengamuk, dan dengan Toshiyuki (2006), yang
mengatai orang. Hal tersebut seperti menyatakan bahwa penyebab
yang diungkapkan oleh Kusumawati terjadinya gangguan jiwa adalah
(2011), yang mengatakan bahwa karena pengaruh kekuatan
tanda dan gejala dari gangguan jiwa supranatural sehingga dalam
diantaranya adalah gangguan afek perawatannya tidak bisa menerima
dan emosi, gangguan di pikiran, dan pengobatan dari medis. Hal tersebut
gangguan asosiasi. di dukung oleh Syaharia (2008), yang
Sikap keluarga terhadap pasien menyatakan bahwa penyebab dari
sebagai wujud sikap positif keluarga gangguan jiwa adalah adanya
terhadap penerimaan pasien ketika kekuatan supranatural sehingga
pasien menunjukkan perilaku yang dalam perawatan pasien gangguan
tidak wajar adalah mengajak pasien jiwa mengesampingkan perawatan
berbicara dan berusaha mengajak medis dan psikiatri.
pasien mengobrol ketika pasien Pengambilan keputusan
berjalan mondar-mandir dan tersebut dilakukan oleh orang tua
berbicara sendiri, serta mengikat pasien, istri, dan anak pasien.
pasien ketika pasien mengamuk dan Geldrad (2011) menyatakan budaya
juga menasehati pasien ketika pasien tradisional menganut pola-pola
mengatai orang. komunikasi mengalir dari pihak-pihak
Melihat perilaku pasien yang yang statusnya lebih tinggi. Orang
tidak wajar tindakan selanjutnya yang dianggap sebagai orang
untuk merawat pasien adalah dengan status tinggi memiliki peran
keluarga membawa pasien berobat utama dalam membuat keputusan

_____________________________________________________________ 7
Studi Retrospektif tentang Sikap Keluarga terhadap Pasien Gangguan Jiwa di
Wilayah Kecamatan Sukoharjo
tanpa banyak input dari dari anggota- Saran
anggota keluarga yang lain. Dalam Berdasarkan kesimpulan dan
budaya Jawa orang tua memiliki keterbatasan penelitian, dapat
kedudukan atau status yang lebih dikemukakan saran-saran sebagai
tinggi dan harus dihormati, begitu berikut:
pula dengan anak sulung. 1. Bagi Puskesmas Sukoharjo
Puskesmas Sukoharjo dapat
memberikan pendidikan
SIMPULAN DAN SARAN kesehatan tentang sikap yang
seharusnya ditujukan kepada
Simpulan pasien gangguan jiwa kepada
Berdasarkan hasil penelitian masyarakat.
yang telah dilakukan, diperoleh 2. Bagi Keluarga
kesimpulan sebagai berikut: Dalam memberikan perawatan
1. Keluarga mengetahui bahwa kepada pasien diharapkan mampu
pasien menderita gangguan jiwa, mengurangi terjadinya
dan keluarga memiliki kekambuhan pada pasien
pengalaman dan belum memiliki gangguan jiwa akibat dari sikap
pengalaman sebelumnya dengan yang salah.
penderita gangguan jiwa 3. Bagi Profesi keperawatan
2. Penyebab pasien menderita Menggali dan mengembangkan
gangguan jiwa adalah karena pengetahuan tentang sikap
faktor genetik dan psikologis. keluarga pada pasien gangguan
3. Sikap masyarakat terhadap jiwa serta dapat memberikan
pasien gangguan jiwa adalah konseling atau pendidikan
menerima, mengucilkan, kesehatan tentang sikap yang
membicarakan dan memandang seharusnya ditujukan kepada
pasienberbedadengan pasien gangguan jiwa baik kepada
masyarakat. Sedangkan keluarga maupun masyarakat.
keluarga menerima keadaan 4. Bagi Peneliti lain
pasien dan bersikap positif Peneliti menyarankan agar peneliti
dengan mengajak pasien selanjutnya memperlebar wilayah
berbicara dan mengobrol ketika penelitian dengan menambah
pasien berbicara sendiri dan jumlah variabel penelitian dan
berjalanmondar-mandir, jumlah sampel penelitian sehingga
mengikat pasien ketika tidak hanya sikap keluarga saja
mengamuk dan melepasnya yang diteliti namun juga
setelah pasien tenang, serta bagaimana dukungan keluarga.
menasehati pasien ketika pasien
mengatai orang. DAFTAR PUSTAKA
4. Perawatan yang dilakukan oleh Ambari. 2010. Hubungan Antara
keluarga pasien gangguan jiwa Dukungan Keluarga dengan
adalah membawa pasien berobat Keberfungsian Sosial pada
ke rumah sakit jiwa, pijat, ruqyah Pasien Skizifrenia Pasca
dan dukun.
Perawatan di Rumah Sakit.
Skripsi.
http://eprints.undip.ac.id/1095
6/1/RINGKASAN_skripsi.pdf

_____________________________________________________________ 8
Studi Retrospektif tentang Sikap Keluarga terhadap Pasien Gangguan Jiwa di
Wilayah Kecamatan Sukoharjo
Ariyanto, M. Darojat. 2007. Terapi Toward People with Mental
Ruqyah terhadap Penyakit Illness. Community Mental
Fisik, Jiwa, dan Gangguan Health Journal 40. 3 : 265-74
Jin. SUHUF, Vol. 19, No. 1, 48 Li Yu Song, Li Yun Chang, Chaiw Yi,
– 59 Shih, Chih Yuan, Lin, Ming
Azwar, Saifuddin. 2009. Sikap Jeng, Yang. 2005. Community
Manusia.Yogyakarta: Pustaka Attitude Toward The Mentally
Pelajar Ill: The Result of A National
Dinkes. 2011. Arsip Data Gangguan Survey of The Taiwanese
Jiwa 2011. Tidak Population. International
dipublikasikan Journal of Social
Fahanani. 2011. Hubungan Psychiatry, vol 51 (2) 174-
Pengetahuan tentang 188
Ganggguan Jiwa dengan Lin Fang and Steven P. Schinke.
Dukungan keluarga yang 2007. Complementary
mempunyai Anggota Keluarga Alternative Medicine Use
Skizofrenia di RSJD Among Chinese Americans:
Surakarta. Skripsi. Findings From a Community
http://etd.eprints.ums.ac.id/94 Mental Health Service
79/ Population. Psychiatric
Geldrad, David. 2011. Ketrampilan Services, Vol. 58 No. 3 Maramis.
Praktik Konseling 2009. Catatan Ilmu Kedokteran
Pendekatan Integratif. Jiwa Edisi 2.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Surabaya: Airlangga
Jürgen Unützer; Ruth Klap; Roland University Press
Sturm; Alexander S. Young; Moleong, J. 2002. Metodologi
Tonya Marmon; Jess Shatkin; Penelitian Kualitatif Edisi
Kenneth B. Wells. 2000. Revisi. Bandung : PT Remaja
Mental Disorders and the Use Rosdakarya.
of Alternative Medicine: Mubarak, Iqbal; Chayatin, Nurul.
Results From a National 2009. Ilmu Keperawatan
Survey. Am J Psychiatry, Komunitas Konsep dan
157:1851-1857 Aplikasi Buku 2. Jakarta:
Kapungwe, A; S Cooper; J Mwanza; Salemba Medika
L Mwape; A Sikwese; R Notoatmojo, S. 2003. Pendidikan
Kakuma; C Lund; AJ Flisher; dan perilaku Kesehatan.
MhaPP Research Programme Jakarta: Rineka Cipta
Consortium. 2010. Mental Prastowo, Andi. 2011. Metode
illness - stigma and Penelitian Kualitatif dalam
discrimination in Zambia. Perspektif Rancangan
African Journal of Penelitian. Yogyakarta: Ar-
Psychiatry, vol. 13 192-203 Ruzz Media
Kusumawati, Farida; hartono, Yudi. Riza, Muchlis. 2008. Hubungan
2011. Buku Ajar pengetahuan, Sikap, dan
keperawatan Jiwa. Jakarta: Tindakan keluarga dengan
Salemba Medika Gangguan Stress pada Pasien
Lauber, Christoph; Nordt, Gangguan Jiwa di Poli RS. DR.
Carlos; Falcato, Luis; Rossler, Ernaldi Bahar Palembang.
Wulf. 2004. Factors Skripsi.
Influencing Social Distance http://www.balitbangdasumsel

_____________________________________________________________ 9
Studi Retrospektif tentang Sikap Keluarga terhadap Pasien Gangguan Jiwa di
Wilayah Kecamatan Sukoharjo
.net/data/download/20100414 Videbeck, Sheila L. 2011. Psychiatric
130151.pdf Mental Health Nursing (5rd
Salahuddin, Muhammad. 2009. Peran ed). Lippincot Williams and
keluarga terhadap Proses Wilkins
Penyembuhan Pasien Wulansih. 2008. Hubungan Antara
Gangguan Jiwa. Skripsi. Tingkat Pengetahuan dan
http://eprint.UINM.ac.id/Skripsi / Sikap Keluarga dengan
pdf Kekambuhan pada Pasien
Saryono; Anggraeni, Mekar Dwi. Skizofrenia di RSJD
2010. Metodologi Penelitian Surakarta. Skripsi. Tidak
Kualitatif dalam Bidang dipublikasikan. Surakarta:
Kesehatan. Yogyakarta: UMS
Nuha Medika Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan
Setyowati, Sri; Murwani, Arita. 2008. Jiwa. Bandung: Refika
Asuhan Keperawatan Aditama
Keluarga. Yogyakarta: Mitra
Cendikia Press
Stuart, Gail. 2007. Buku Saku *Estriana Murni Setiawati
Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Mahasiswa S1 Keperawatan FIK
EGC UMS. Jln A Yani Tromol Post 1
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kartasura.
Kualitatif. Bandung: Alfabeta **Arif Widodo,
Syaharia, Anita Rahmi. 2008. Stigma Dosen Keperawatan FIK UMS. Jln A.
Gangguan Jiwa Perspektif
Yani Tromol Post 1 Kartasura.
Kesehatan Mental Islam. ***Dewi Listyorini, S.Kep., Ns.
Skripsi. Dosen Keperawatan FIK UMS. Jln A.
http://eprints.UIN.ac.id/10956/ Yani Tromol Post 1 Kartasura
1/RINGKASAN_skripsi.pdf
Tarjum. 2004. Keluarga dan
Estriana Murni Setiawati
Penderita Gangguan Jiwa.
Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta: Graha Ilmu
Surakarta
Toshiyuki, Kurihara; Kato, Matoichiro;
Purwodadi-Grobogan
Reverger, Robert; I Gusti Rai,
085725791859
Tirta. 2006. Belief about
estriana@rocketmail.com
Causes of Schizophrenia
among Family Members: A
Community-Based Survey in
Bali. Psychiatric Services,
Vol. 57 No. 12
Valerie Smith, Jairus Reddy, Kenneth
Foster, Edward T. Asbury,
Jennifer Brooks. (2011).
Public perceptions, knowledge
and stigma towards people
with schizophrenia. Journal
of Public Mental Health, Vol.
10 Iss: 1 pp. 45 – 56

_____________________________________________________________ 10
Studi Retrospektif tentang Sikap Keluarga terhadap Pasien Gangguan Jiwa di
Wilayah Kecamatan Sukoharjo

Anda mungkin juga menyukai