Anda di halaman 1dari 52

Ilustrasi Cover: Sketsa-sketsa dalam Buku Panduan Konservasi TNK/BTNK/2012

EDITORIAL
Sebuah Peringatan! 5 Daftar
BINCANG AWAL
TNK dan Warga Lokal di
Dalamnya
6 Isi
BINCANG UTAMA OPINI
Perubahan Mata Pencarian 12 35 Meretas Kemelut
Penduduk Komodo Pengelolaan
Kawasan Konservasi TNK
Sekeping Ironi di Tanah
Komodo WAWANCARA
40 Saeh: “Perut ibunya
Pembentukkan TNK Kian dibelah...”
Dipertanyakan di Papagarang
PROFIL TOKOH
Menanti Air Di Rinca 46 Mimpi Basir, Kades Termuda
di Manggarai Barat

BISIK. Mengapa namanya BISIK? Bisik itu singkatan dari Bicara Situasi Kita. Kita di sini
bisa kita di Kampung, di Kota, atau di Komunitas, mulai dari komunitas kecil sampai
bangsa dan bahkan bangsa-bangsa. Intinya kehidupan bersama. Siapa yang bicara? Ya,
kita. Warga kampung, warga kota, anggota komunitas hidup bersama. Dengan siapa kita
bicara? Ya di antara sesama kita. Dan juga dengan orang-orang yang dengan siapa usaha
kita untuk mengusahakan kebaikan bersama itu terkait. Apa yang dibicarakan? Ya
situasi kita. Tentang apa yang tidak baik yang harus diperbaiki. Tentang apa yang baik
dan bagaimana membuatnya menjadi lebih baik.

Penanggung jawab: Divisi Riset dan Pendidikan Kritis Sunspirit


Pemimpin Rekdasi: Kornelius Rahalaka
Redaksi: Afandy Wijaya, Vera Bahali, Ney Dinan,
Remigius Renan, Sony Sughi
Layouter: kbs
Sekretariat: Novi Tabati

Dipublikasan oleh: SUNSPIRIT For Justice and Peace


Jl. Trans Flores km. 10 Dusun Watu Langkas,
Desa Nggorang Kec. Komodo, Labuan Bajo,
Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur
Email: majalahbisik@gmail.com
Website: www.sunspiritforjusticeandpeace.org

3
Suasana Pasar Ikan pada pagi
hari di kampung Komodo pada
tahun 1990-an. Hampir semua
penduduk berprofesi sebagai
nelayan.

Dok. Haji Isaka/


Repro Gregorius Afioma/ssp

4
EDITORIAL

Sebuah Peringatan!
M ajalah ini diusahakan untuk
memenuhi kebutuhan akan media
interaksi publik yang dapat
Tetapi ada saatnya BISIK menjadi
peringatan. Untuk itu, kita ingat puisi Wiji
mempertemukan berbagai pihak untuk Tukul (1986)
baku-bicara tentang kepentingan umum
atau mengusahakan kebaikan bersama. Peringatan

Mengapa namanya BISIK? Bisik itu jika rakyat pergi


singkatan dari Bicara Situasi Kita. Kita di sini ketika penguasa pidato
bisa kita di Kampung, di Kota, atau di kita harus hati-hati
Komunitas, mulai dari komunitas kecil barangkali mereka putus asa
sampai bangsa dan bahkan bangsa-bangsa.
Intinya kehidupan bersama. Siapa yang kalau rakyat sembunyi
bicara? Ya, kita. Warga kampung, warga dan berBISIK-BISIK
kota, anggota komunitas hidup bersama. ketika membicarakan masalahnya sendiri
Dengan siapa kita bicara? Ya di antara penguasa harus waspada dan belajar
sesama kita. Dan juga dengan orang-orang mendengar
yang dengan siapa usaha kita untuk
mengusahakan kebaikan bersama itu bila rakyat tidak berani mengeluh
terkait. Apa yang dibicarakan? Ya situasi itu artinya sudah gawat
kita. Tentang apa yang tidak baik yang dan bila omongan penguasa
harus diperbaiki. Tentang apa yang baik dan tidak boleh dibantah
bagaimana membuatnya menjadi lebih kebenaran pasti terancam
baik.
apabila usul ditolak tanpa ditimbang
Tetapi mengapa bicara dengan BISIK? suara dibungkam kritik dilarang tanpa
Mengapa tidak bicara dengan lantang atau alasan
dengan berteriak, bila perlu pakai pengeras dituduh subversif dan mengganggu
suara? Dalam adat kebiasaan kita hal-hal keamanan
penting dibicarakan dengan suara lembut. maka hanya ada satu kata: lawan!
Pesan-pesan yang urgen untuk
ditindaklanjuti seringkali justru harus Semoga buletin BISIK ini menjadi
dibisikkan saja, tidak diteriakkan. Demikian membantu kita dalam usaha bersama
juga nasihat-nasihat. Usulan-usulan pun Bicara Situasi Kampung/Kota/Komunitas
disampaikan dengan hormat dengan suara Kita. Semoga buletin ini juga, manakala
bisik. Bisik menandakan keakraban dan diperlukan, sekaligus menjadi sebuah
hormat, kedekatan dan rasa saling percaya. Peringatan.
Bisik menandakan harapan, bahwa yang
disampaikan akan dijalankan. Selamat membaca!

5
BINCANG AWAL

TNK dan Warga Lokal


Di Dalamnya
Taman Nasional Komodo (TNK) merupakan
Sebagian anak-anak Kampung
Rinca yang selalu pergi menimba satu kawasan yang terdiri dari pulau-pulau,
air sumur yang terletak 500 baik yang berpenghuni ataupun tidak
meter dari pemukiman. berpenghuni. Pulau yang berpenghuni
diantaranya adalah di Pulau Komodo Desa
Foto Dok. Kompas Komodo, Pulau Rinca Desa Pasir Panjang
dan Pulau Papagarang Kampung
Papagarang yang masuk ke dalam kawasan
Taman Nasional Komodo. Letak Taman
Nasional Komodo berada di antara dua
provinsi, yaitu provinsi Nusa Tenggara Barat
(Pulau Sumbawa) dan provinsi Nusa
Tenggara Timur (Pulau Flores). Taman
Nasional Komodo merupakan kawasan
konservasi guna melindungi binatang
komodo (Varanus Komodoensis).

Komodo kini menjadi tujuan pariwisata,


selain keindahan alam di Nusa Tenggara
Timur keberadaan binatang langka ini
menjadi penarik minat bagi para
wisatawan, baik wisatawan domestik
maupun asing. Bahkan, setelah komodo
menjadi bagian dari Situs Warisan Dunia
(World Heritage Site) yang ditetapkan oleh
UNESCO pada 1991, Nusa Tenggara Timur
menjadi tujuan para wisatawan, baik hanya
sekedar untuk berlibur ataupun untuk
penelitian dari berbagai macam latar
belakang pendidikan.

6
Taman Nasional Komodo yang akan dihadapi oleh warga lokal di
masa depan. Penjelasan mengenai sejarah
Sejak ditemukannya komodo pada 1911 tiga kampung tersebut kenapa kemudian
oleh JKH Van Steyn yang tercantum dianggap sangat urgen, karena dengan
didalam SK Menteri Kehutanan No. 306/ demikian kita dapat melihat dengan jelas
Kpts-II/1995, komodo kemudian diberi kronologi kejadian berdasarkan penuturan
nama Varanus Komodoensis oleh PA. warga lokal langsung, bagaimana mereka
Owens pada 1912. Hingga tahun 1930-an menjadi bagian yang dikorbankan oleh
Pulau Komodo berada dibawah negara.
pemerintahan Kesultanan Bima, sehingga
tanggal 30 April 1915 No. 163a Mereka sengaja dibentuk menjadi warga
(Verordening van het Sultanaat van Bima yang tidak bisa menikmati berbagai fasilitas
van 30 April 1915 No. 163a) Sultan Bima publik sebagaimana rakyat pada umumnya
pun mengeluarkan peraturan untuk serta hak-hak mereka yang lainnya tidak
melindungi binatang komodo (Komodo terpenuhi oleh negara.
National Park Authority). Komodo bukanlah
sekedar binatang yang dijaga dan Muncul berbagai indikasi dan dugaan
dilindungi, tetapi binatang komodo adalah bahwa keberadaan Taman Nasional
sebagai identitas baru bagi orang-orang di Komodo bukanlah untuk rakyat di Nusa
Nusa Tenggara Timur. Tenggara Timur terutama Labuan Bajo,
akan tetapi keberadaan Taman Nasional
Sebelum ditetapkan menjadi kawasan Komodo hingga saat ini hanyalah untuk
Taman Nasional, orang-orang di tiga
mensejahterakan korporasi-korporasi yang
kampung itu telah hidup jauh sebelum
Indonesia merdeka. dipegang oleh para elit politik, pengusaha
lokal maupun asing. Taman Nasional
Tulisan ini akan membahas beberapa Komodo menjadi pusat bisnis dan
bagian di antaranya penelusuran sejarah pariwasata yang dikelola oleh pihak-pihak
Kampung di Desa Komodo Pulau Komodo asing, sedangkan warga lokal hanya bisa
dan Kampung di Desa Pasir Panjang Pulau
menikmati bagian kecilnya dari pariwisata
Rinca. Bagian lainnya akan menjelaskan
bagaimana proses peminggiran warga lokal dan bahkan warga lokal hanya menjadi
yang masuk di dalam kawasan Taman penonton atas kekayaan alam di tanah
Nasional Komodo serta ancaman-ancaman mereka (Paju Dale, 2013).

“ Mereka sengaja dibentuk menjadi warga yang tidak


bisa menikmati berbagai fasilitas publik
sebagaimana rakyat pada umumnya serta hak-hak
mereka yang lainnya tidak terpenuhi oleh negara.

7
Asal Usul Kampung Komodo temurun yang ia dapatkan dari orang
tuanya, bahwa Pulau Komodo merupakan
tempat persinggahan orang-orang dari
Kampung Komodo yang terletak di sebelah Bima melalui Selat Sape, salah satunya
Barat daratan Flores merupakan wilayah adalah Raja Bima yakni Sultan Hamid
kepulauan yang termasuk wilayah Pulau Abdullah.
Komodo (lihat Gambar 2). Secara
administratif Pulau Komodo termasuk ke Sultan Hamid Abdullah itu memiliki
dalam wilayah di bawah kekuasaan perawakan tinggi besar, menurutnya ialah
pemerintah daerah Nusa Tenggara Timur. yang kemudian melakukan pernikahan
Dalam sejarahnya Pulau Komodo dengan perempuan di Kampung Komodo,
merupakan wilayah yang pernah dikuasai yaitu Putri Naga (ratu ular) atau nama
oleh Kesultanan Bima Nusa Tenggara Barat. lainnya adalah Muriati (ini yang kemudian
Raja Bima saat itu yang menguasai sebagian menjadi bagian cerita bahwa orang-orang
wilayah NTT adalah Sultan Hamid Abdullah. di Kampung Komodo bersaudara dengan
Sultan Hamid Abdullah ekspansi wilayah binatang komodo). Sebelumnya juga kami
hingga ke bagian timur Nusa Tenggara mendengar cerita dari pak Ishaka, bahwa
Barat, salah satunya adalah Pulau Komodo orang komodo asli yang pertama kali
yang termasuk wilayah Manggarai Barat. tinggal di kampung komodo adalah Mpu
Sebelah utara Desa komodo berbatasan Najo (yang kemudian menikah dengan Putri
dengan Laut Flores, Sebelah Selatan Naga atau nama lainnya Naga Luri).
berbatasan dengan Selat Sumba, Sebelah
Timur berbatasan dengan Pulau
Papagarang dan sebelah barat berbatasan Kami memperkirakan bahwa
dengan Selat Sape (Perangkat Desa Mpu Najo atau Sultan Hamid
Komodo, 2015).
Abdullah merupakan orang yang
Tahun 2015, Desa Komodo dihuni oleh 450 sama namun dengan nama yang
KK (BPS, 2015). Dalam sejarahnya,
penduduk di Pulau Komodo tidak bisa berbeda. Begitu pula Putri Naga
berkembang. Cerita ini ada hubungannya atau Naga Luri atau Muriati. Ada
antara orang-orang asli komodo denan
binatang komodo. Hal inilah yang membuat kebingungan ketika kami
orang-orang di Kampung Komodo hingga meyimpulkan bagian ini.
saat ini masih bertahan di kampung
komodo, meskipun hidup di dalam wilayah Namun, dari semua penuturan
yang masuk dalam kawasan konservasi.
Beberapa warga yang kini tinggal di
cerita hampir sama kaitannya
Kampung Komodo yang berhasil kami antara Mpu Najo dengan yang
wawancarai terkait asal usul Kampung
Komodo salah satunya adalah Pak Ishaka
lainnya. Mpu Najo adalah Ketua
Mansyur (67 tahun). Menurutnya, dalam Golo (setingkat Kepala Desa
wawancara kami dengan beliau pada 5
Agustus 2016, berdasarkan cerita turun pada saat itu).

8
Mpu Najo ini adalah pendatang, Mpu Najo Gunung Ara. Sengaji Ara juga merupakan
ini adalah Sang Bima atau Sultan Bima yang tuan tanah saat itu, kenapa memilih tinggal
bernama Hamid atau Hamid Abdullah. di Gunung Ara, agar mereka terhindar dari
Karena kesaktian yang dimiliki oleh Sultan perampok-perampok yang singgah di pantai
Hamid, maka hanya ia saja yang bisa yang kini menjadi kampung komodo. Jadi,
menikah dengan orang di Kampung orang-orang komoodo dahulu yang tinggak
Komodo, karena ia berasal dari keturunan di Gunung Ara bisa melihat orang jahat
bangsawan. yang datang dari luar dari Gunung Ara.
Salah satu keturunan dari Sengaji Ara yang
Singkat cerita, antara Mpu Najo dengan kini masih ada H. Aksan (Kepala Desa
Naga Luri pertama kali bertemu di salah sekarang).
satu gunung yang terdapat di Pulau
Komodo, yaitu Gunung Naga yang tepatnya Penuturan dari warga lain terkait asal usul
terletak di Loh (teluk) Lawi. Di gunung Kampung Komodo disampaikan oleh Pak
tersebut hanya ditemukan tujuh buah Saeh (Wawancara pada 4 Agustus 2016)
rumah. Kampung yang dihuni oleh orang- salah satu pemahat patung komodo di
orang yang tinggal ditujuh rumah itu adalah Kampung Komodo. Di Kampung Komodo
bernama Keli Manga (bahasa komodo, Keli terdapat suku-suku yang pertama tinggal di
artinya kampung, Manga artinya lama). Kampung Komodo, yaitu Suku Komodo
Kampung tersebut diperkirakan merupakan adalah Mpu Najo, Suku Welak dari
kampung yang ditinggali oleh orang-orang Manggarai dan Suku Atalabo, Suku Sumba
komodo pada zaman dahulu. Sehingga, dan Suku Bima. Suku Welak merupakan
orang-orang di kampung komodo sekarang suku yang datang dari Manggarai dan
menyebutnya kampung zaman orang-orang kemudian salah seorang dari Suku Welak
purba. Keli Manga merupakan wilayah menikah dengan Suku Komodo yaitu Mpu
peninggalan Sultan Bima yang diperkirakan Najo. Namun, dari hasil pernikahan
hingga sekarang masih terdapat harta tersebut tidak dapat menambah manusia,
peninggalan kejayaan Sultan Hamid. karena kebiasaan orang dahulu di Kampung
Gunung Naga merupakan istana dari Sultan Komodo ketika melahirkan perut si
Hamid. perempuan yang sedang mengandung
harus dibelah. Datangnya Suku Labo yang
Informasi lain yang kami dapatkan bahwa berasal dari Sumba bermula ketika istri dari
sebelum terbentuknya satu pemukiman Mpu Najo ini akan melahirkan, kemudian
yang sekarang terpusat di Kampung Mpu Najo tidak ingin menyaksikan proses
Komodo, jauh sebelum itu orang-orang di pembelahan perut istrinya dan ia pun pergi
kampung komodo telah hidup di Gunung ke tepi pantai.
Ara, Keli Manga, Loh Liang dan tempat
lainnya. Namun, berdasarkan informasi Secara tidak sengaja, Mpu Najo bertemu
yang kami dapatkan dari beberapa dengan orang Sumba yang hendak pergi ke
narasumber, orang-orang asli komodo Sumbawa. Sebelum menggunakan mesin
dahulu tinggal di Gunung Ara (Wawancara perahu, orang Sumba dahulu masih
dengan H. Akbar pada 6 Agustus 2016). menggunakan perahu layar, karena mela-
Gunung Ara merupakan tempat tinggal raja wan arus laut, maka orang Sumba yang
di Kampung Komodo dahulu, namanya hendak ke Sumbawa itu terbawa arus hing-
Sengaji Ara (bahasa Komodo, Sengaji ga ke Loh Wawu Pulau Komodo.
artinya raja). Sengaji Ara adalah raja di
Kampung Komodo dahulu yang tinggal di

9
Akhirnya, Mpu Najo menceritakan apa yang yang berada di Pulau Komodo terbagi
menjadi kegelisahannya kepada orang Sum- dibeberapa wilayah. Sebelum tinggal
ba. Salah satu dari orang Sumba adalah terpusat di satu wilayah kampung komodo,
seorang dukun beranak, maka diajaklah dahulu suku-suku pendatang tinggal di
Mpu Najo untuk menyelamatkan istrinya beberapa wilayah di Pulau Komodo, seperti
yang hendak melahirkan. Setelah dibantu Suku Sumba tinggal di wilayah Rebong,
oleh dukun beranak dari Sumba, istri Mpu Suku Welak tinggal di Kampung Komodo
Najo ini melahirkan dengan normal. yang sekarang, Suku Atalabo tinggal di
Keanehan yang terjadi setelah melahirkan Gunung Ara, dan Suku Bima tinggal di Loh
adalah dua bayi kembar, satu dalam wujud Sebita (Wawancara dengan Pak Saeh pada
binatang komodo, satunya dalam wujud 4 Agustus 2016.)
manusia. Diberilah nama Sebae (bahasa
komodo artinya sebelah) untuk Ora Sumber lainnya mengatakan bahwa yang
(komodo) ini, sedangkan bayi manusia pertama kali datang ke kampung komodo
diberi nama Epa. Akhirnya begitu me- itu adalah Suku Ambon, Suku Labo, Suku
lahirkan Mpu Najo itu senangnya kepada Welak. Ketiga suku ini saling hantam untuk
orang Sumba itu, maka ia diberi imbalan memperebutkan wilayah Pulau Komodo.
diberi tanah dari Loh Wawu sampai loh Namun, Mpu Najo sebagai ketua Golo
Wawu (Wawancara dengan H. Amin pada 7 akhirnya membagi beberapa wilayah agar
Agustus 2016) ditinggali oleh suku-suku pendatang. Suku
Welak diberi satu wilayah di Loh Liang dan
Karena saudara kembar manusia ini adalah Suku Labo di Loh Sebita (Wawancara
seekor binatang komodo, maka ia sama dengan H. Amin pada 7 Agustus 2016).
sekali tidak bisa makan nasi ataupun mi-
num air susu ibunya. Binatang komodo Selain orang-orang yang datang dari suku di
harus makan daging, dipeliharalah komodo atas, datang juga orang yang berasal dari
ini. Suku Bugis, setelah datang suku Bugis
barulah orang-orang dapat mengetahui
Kebiasaan orang-orang di kampung bagaimana cara menangkap ikan.
komodo dahulu adalah berburu rusa, maka Sebelumnya mereka berburu dan
Sebae pun biasa diberi makan bagian menangkap ikan hanya dengan jaring.
kepala, perut dan kulit rusa sebelum ia bisa Sedangkan dari Suku Bima bisa menangkap
mencari makan sendiri. Sesekali ia turun ke ikan dengan pukat.
perkamoungan dan mencuri ayam milik
warga. Ia pun ditegur oleh mamak nya Makanan orang dahulu di kampung
supaya tidak mencuri ayam warga lagi. Dan komodo adalah raut (umbi-umbian),
ia pun pergi ke hutan ketika berumur mbutak (sagu) nama lain mbutak adalah
sekitar dua tahun untuk mencari makan
kerampi. Mbutak dan kerampi makanan
sendiri dan mulai bergabung dengan
seperti sagu yang diambil dari daun lontar
komodo hutan lainnya. Dari penuturan H.
Amin dan berdasarkan cerita turun- atau gebang (Wawancara dengan Pak Saeh
temurun, komodo yang memiliki jari lima ia pada 4 Agustus 2016) Namun, sekarang
tidaklah ganas. Sebae pun sesekali pulang orang-orang di Kampung Komodo makan
untuk menengok adik dan ibunya. nasi sebagai makanan pokoknya.

Setelah itu, barulah manusia di kampung


komodo dapat berkembang. Suku-suku

10
Meskipun tinggal di pulau yang jauh dari orang-orang dari Pulau Komodo, sebelum
jangkauan kota Labuan Bajo, akan tetapi kembali ke Pulau Komodo. Selain Rincak,
warga di kampung komodo memenuhi dua nama lainnya yang diberikan oleh
orang dari Pulau Komodo adalah Pasir
kebutuhan hidupnya dengan membeli
Panjang (bahasa komodo, kelaeng artinya
segala kebutuhan sandang, pangan dan Pasir dan lewar artinya Panjang). Nama
papan ke kota Labuan Bajo, bahkan ada lainnya kampung adalah Welek (bahasa
pula yang ke Bima Nusa Tenggara Timur. komodonya layang-layang, karena saat itu
melihat anak-anak sedang bermain
Desa Pasir Panjang Pulau Rinca layangan).( Wawancara dengan H. Ishak (61
tahun) pada 24 Agustus 2016)
Kampung lainnya yang berada di dalam
Jumlah penduduk di Desa Pasir Panjang
kawasan Taman Nasional Komodo adalah
1.612 jiwa dan jumlah Kepala Keluarga 402
salah satu kampung di Pulau Rinca,
KK. Terdapat dua dusun, yaitu Dusun Bajo
tepatnya di Desa Pasir Panjang. Desa
dan Dusun Komodo. Pemberian nama
dengan luas wilayah 19.625 km2 terdiri dari
dusun pun berdasarkan pemberian orang-
beberapa kampung yang tidak terpusat di
orang yang dahulu pertama tinggal di Pasir
satu pulau, satu kampung lainnya berada di
Pulau Kukusan. Satu perkampungan lainnya Panjang. Dahulu di Dusun Komodo yang
tinggal hanyalah orang-orang yang berasal
masih satu pulau yaitu Kerora (ke arah
dari Suku Komodo, begitu pun dengan
barat Pasir Panjang). Sama halnya dengan
Dusun Bajo. Namun kini, baik yang tinggal
masyarakat di Kampung Komodo,
masyarakat di Desa Pasir Panjang pun di Dusun Bajo ataupun Dusun Komodo su-
dah bercampur. Penduduk pendatang di
masih memiliki ikatan persaudaraan
Desa Pasir Panjang pun tidak hanya berasal
dengan binatang komodo.
dari dua suku terdahulunya, namun adapu-
Asal usul pemberian nama Rinca didasarkan la pendatang yang dari Bima, Selayar,
Flores, Ende dan Jawa.
pada pemberian nama oleh orang dari
Kampung Komodo. Rinca dalam bahasa
(Sity M. Qoriah/Peneliti pada ARC
komodo sebenarnya adalah Rincak (artinya
tiba). Rinca menjadi tempat persinggahan Bandung)

Dermaga utama di Desa


Pasir Panjang sebelum
menuju pemukiman warga.
Dok. Pribadi/2016

11
BINCANG UTAMA

Perubahan Mata
Pencarian Penduduk
Komodo
Hanya dalam kurun waktu kurang berdesak-desakkan dalam wilayah seluas 5
dari waktu 30 tahun, penduduk persen saja dari total luas pulau itu.
komodo mengalami perubahan mata
Monstar Simanjutak, salah satu fotografer,
pencarian sebanyak tiga kali. Mereka misalnya, sempat kaget saat mengetahui
pernah berburu dan meramu, bekerja adanya kampung dalam kawasan TNK. Ia
sebagai nelayan, dan kini menjadi lalu membuktikan itu dengan mengunjungi
pematung dan penjual souvenir. kampung komodo pada tahun 2016. Begitu
pula lima turis asal Italia yang terperangah
saat menyaksikan padatnya kampung
Komodo. Mereka mengaku, mengunjungi
Menyebut nama pulau komodo sepertinya kampung komodo tidak direncanakan. “Kita
tak asing lagi di telinga sebagian besar lihat dari kapal wisata lalu kita ke sini” ujar
orang. Pasalnya, di Pulau Komodo terdapat salah satu diantaranya.
satwa langka, Varanus Komodoensis yang
kini tengah mendunia. Keberadaannya yang Tidak hanya itu. Ichwan Susanto, salah satu
penting itu tidak terlepas dari wartawan kompas cetak, menyampaikan
penetapannya sebagai hewan terlindungi rasa penasarannya tentang kampung
dan pembentukan Taman Nasional Komodo komodo. “Tidak ada literaturkah tentang
sejak tahun 1980. kampung komodo?,” tanyanya suatu ketika
sebelum mengadakan ekspedisi komodo
Berbeda dengan komodo yang kian pada awal September ini. Sejauh yang ia
mendunia dan menjadi daya tarik bagi cari di mesin pencarian google, tidak
wisatawan itu, keberadaan penduduk banyak informasi tentang kondisi sosial dan
kampung komodo yang hidup budaya di kampung Komodo.
berdampingan dengan komodo selama
bertahun-tahun lamanya, rupanya tak
banyak yang tahu. Padahal jumlah
penduduk Komodo sudah mencapai 1719
jiwa, sementara jumlah keluarga mencapai
400-kepala keluarga. Rumah-rumah mereka

12
Pemukiman Kampung Komodo setelah penetapan
Taman Nasional Komodo. Semua konstruksi bangunan
mesti ramah lingkungan

Dok. Haji Isaka- Repro/Gregorius Afioma

Salah satu atau mungkin satu-satunya tetap menempati pulau Komodo sampai
literatur penelitian tentang penduduk saat ini.
komodo yang bisa ditemukan adalah
penelitian dari J.A.J Verheijen. Dalam Pembentukan Taman Nasional adalah
bukunya berjudul Pulau Komodo: Tanah, pembentukan kawasan pelestarian alam.
Rakyat, dan Bahasanya, ia mengungkapkan Upaya mempertahankan ekosistem asli itu
bahwa penduduk komodo merupakan ditempuh dengan sistem zonasi. Tujuannya
suatu bangsa yang memiliki bahasa dan antara lain menunjang usaha penelitian,
kebudayaan yang independen, dan ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang
mempunyai sejarah yang tuanya kira-kira budidaya, pariwisata dan rekreasi. Akan
2000 tahun. “orang Komodo memiliki tetapi pencapaian manfaat itu harus
Bahasa tersendiri yang tidak dapat dibayar mahal yakni sebisa mungkin
dipahami oleh segenap bangsa yang keterlibatan dan aktivitas manusia dibatasi.
bertetangga” demikian Verheijen menulis (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
dalam penlitian pada than 1977-1985 itu. No. 28 tahun 2011).

Sementara itu, bagi penduduk kampung Lalu, apakah yang terjadi dengan penduduk
komodo, kenyataan seperti itu sudah biasa Komodo selama penetapan pulau itu
mereka alami. Tidak hanya karena sebagai kawasan Taman Nasional Komodo?
minimnya pengetahuan dan publikasi Salah satu kenyataan yang tidak banyak
tentang mereka, tetapi juga karena mereka yang diketahui adalah perubahan sumber
pernah alami kejadian yang lebih kejam mata pencarian hidup yang drastis. Dari
dari itu. Pada awal pembentukan TNK, berburu dan meramu, berpindah mencari
penduduk komodo nyaris dipindahkan ke nelayan, dan kini sebagian besar menjadi
daratan pulau Flores. Mereka menolak pengrajin patung dan penjual souvenir.
keras rencana tersebut, hingga akhirnya

13
Sebelum TNK bahwa komodo dan manusia berasal dari
satu keturunan. Komodo dalam bahasa
Sebelum terbentuknya TNK pada tahun komodo disebut sebae, artinya sebelah.
1980, penduduk Komodo sebagian besar Mereka percaya, komodo dan manusia
menggantungkan hidupnya dari hasil adalah saudara kembar.
meramu dan berburu. Hanya kelompok
kecil saja yang sudah mulai melaut “Kalau tidak percaya begitu, sudah lama
terutama para pendatang dari Sulawesi. komodo kita bunuh. Karena sangat
berbahaya” kata Haji Majid.
Umumnya, mereka mengambil gabang dari
hutan, mengumpulkan asam, dan berburu Bagian dari kepercayaan itu, selama masa
rusa. Gabang adalah sejenis umbi-umbian berburu rusa, penduduk Komodo menjalin
liar di hutan.Tidak hanya dicari selama hubungan yang sangat erat dengan
berhari-hari di hutan, namun model komodo. Biasanya, hewan buruan seperti
pengelolahannya juga mesti hati-hati agar rusa dibunuh di hutan. Bagian kepala, kaki,
tidak menjadi racun. kulit dan organ ditinggalkan untuk komodo.

“Waktu kami datang ke sini, penduduk “kalau anjing mulai gonggong di hutan,
tidak ada di sini. Sepi sekali. Semua orang biasanya komodo mendekat. Tidak susah
pergi mencari gabang dan asam di hutan” dapat makanan.” Kata Majid.
kata salah satu orang yang hadir diskusi di
rumah Pak Salahudin tahun 2016. Dia Kedua, penduduk setempat percaya bahwa
datang dari Sulawesi dan menjadi pengrajin komodo tidak sembarangan menyerang
kerang di Komodo. warga. Selama masa berburu dan meramu
makanan, jarang sekali terjadi kejadian
Pada saat itu, pemukiman penduduk yang mengerikan tersebut.
Komodo masih tersebar di sepanjang pulau.
Ada yang tinggal di wilayah pegunungan Sebaliknya, mereka lebih banyak
seperti bukit Ara dan ada yang menempati memaparkan keharmonisan dengan
wilayah pantai. Mereka umumnya tinggal komodo. Haji Aksan, kepala desa komodo
mengelompok berdasarkan suku. Ada suku menceritan bahwa dulunya penduduk
Komodo, Manggarai, Bajo, Bima, Sumba komodo bahkan tak sadar kalau tidur
dan lain sebagainya. bersebelahan dengan komodo di pantai
pada masa mencari ikan di laut. Komodo
Mereka tinggal berbaur dengan komodo. tidak sebuas yang dibayangkan.
Meskipun dikenal luas sebagai hewan buas
dan berbahaya, penduduk komodo tak Pak Raco mengatakan, komodo seringkali
merasa terancam kehidupannya. Mereka menyerang saat keberadaannya terancam.
terbiasa bertemu atau berpapasan dengan Itu pun, jika secara tak sengaja
komodo. Komodo bahkan biasanya mengetahuinya, ia memberikan sinyal. Ia
berkumpul atau berada di bawah rumah- mengeluarkan suara helaan nafas.
rumah panggung mereka karena bau amis
ikan. Sementara itu, penduduk komodo juga
percaya bahwa saat berpapasan di jalan,
Penduduk Komodo umumnya masih mereka hanya perlu menegur dalam bahasa
memiliki pandangan yang sangat positif komodo, komodo akhirnya menjauh dan
tentang komodo. Pertama, mereka percaya tidak menghalangi jalan.

14
Periode TNK Meskipun keputusan tersebut terbilang
semena-mena, masyarakat setempat
hampir tak dapat melakukan perlawanan
Terbentuknya TNK pada tahun 1980, sudah yang berarti. Pasalnya, saat itu Soeharto
mulai mengubah kondisi kehidupan tengah berkuasa dan pendekatannya yang
masyarakat di Pulau komodo secara drastis. militeristik cenderung mengintimidasi dan
Pulau itu diperlakukan sebagai zona menakutkan. Apalagi masyarakat belum
terlindungi dan mengikuti model Taman dipandang sebagai warga negara yang
Nasional Yellowstone, Amerika punya hak menentukan kehidupannya.
Serikat. Tuntutannya, sebisa mungkin
aktivitas manusia dalam kawasan “Orang tua dulu takut dengan tentara.
ditiadakan. Hal itu ditempuh melalui Bahkan orang tua kami pikul mereka dari
pembentukan zonasi. perahu motor kalau ke sini”kata Pak Magu,
menceritakan kejadian itu. Ia mengaku
Akan tetapi, di sisi lain kebijakan TNk dan sudah berusia anak-anak saat itu.
pembentukan zonasi ini membawa
perubahan yang mengejutkan. Pada Akibatnya, keadaan pemukiman mereka
awalnya, masyarakat tiba-tiba dilarang berubah. Dari tinggal tersebar, mereka
meramu dan berburu rusa. Jika berburu dipaksakan berada di satu lokasi terbatas.
rusa, mereka dituduh dan dilabelkan Salahudin, salah satu warga, menceritakan
sebagai pemburu liar. Lebih dari itu, pengalaman perpindahan dari wilayah Loh
mereka bahkan rencananya dipindahkan ke Liang pada tahun-tahun itu. Loh Liang
daratan pulau Flores, namun akhirnya gagal sekarang ini adalah pintu masuk wisatawan
karena berbagai penolakan. ke TNK dan di sana terdapat kantor BTNK.

Sumber: Keputusan Menteri Kehutanan No. 306/Kpts-II/1995 Tanggal 26 Juni 1995

15
Menurutnya, ada sekitar 60-an keluarga Hasil laut dalam kawasan TNK sungguh
yang tinggal dan berladang di Loh Liang. melimpah. Secara geografis, kenyataan itu
Namun penetapan TNK membuat mereka sangatlah beralasan. Kawasan TNK berada
terusir. Pondok-pondok dan berbagai di antara pertemuan laut Flores dan
tanaman dibakar dan dihilangkan jejak. Samudra Hindia. Hal itu membuat lautnya
Untuk membenarkan ucapannya, Salahudin sangat kaya raya dengan terumbu karang,
menunjukkan surat kepemilikan tanah di planton, dan berbagai jenis ikan. Tidak
Loh Liang. Warga lain, Ridwan heran pula, sekarang ini, TNK menjadi salah
menunjukkan lokasi sebuah kuburan yang satu spot diving terbaik di dunia,
berada di Loh Liang. Sementara itu, Haji berdasarkan survey CNN pada tahun 2015.
Majid mengatakan bahwa pohon yang
tumbuh sejajar di Loh Liang sekarang ini Pak Magu menceritakan, hasil tangkapan
tidak lain adalah bekas pagar kebun ikan pada tahun 1980-an sangatlah banyak.
masyarakat. Sekali melaut, mereka bisa memperoleh
sekitar ratusan bahkan sampai berton-ton
“Tanah-tanah itu diambil begitu saja tanpa cumi. Begitupula dengan ikan. Saat itu
adanya ganti rugi,” kata Salahudin yang harga jual cumi sekitar 5000/kg. Pada saat
berniat mengugat kembali kepemilikan atas melaut itulah, mereka terkadang tidur di
lahan itu. pantai.

Tidak hanya itu. Setelah dipindahkan ke Sementara itu, pada pagi hari, di pantai
tempat baru, karena alasan murni kampung Komodo banyak ibu-ibu yang
konservasi, mulanya kondisi rumah mereka menjual ikan. Bahkan banyak pembeli
juga dipantau. Sebagian besar membuat dalam jumlah besar datang dari pulau-
rumah panggung dengan menggunakan pulau lain. Meksipun belum terkonfirmasi
bahan ramah lingkungan. Atap misalnya, lebih lanjut, ada yang mengatakan bahwa
hanya boleh terbuat dari alang-alang. Tidak pada periode ini banyak penduduk Komodo
boleh terbuat dari seng. Kenyataan itu yang bisa naik haji.
terkonfirmasi melalui beberapa koleksi foto
yang disimpan Haji Isaka. Pada masa itu, kapal penangkap ikan
adalah bagang. Bentuk bagang unik.
Sementara itu, perubahan yang tak kalah Penggeraknya adalah tenaga angin dan
mengejutkan adalah soal mata pencarian. dilengkapi dua sayap. Disebut unik karena
Bersamaan dengan penetapan TNK, mereka ada terdapat dua perahu yang disatukan
akhirnya beralih kepada hasil laut. Mereka dan terhubung dengan adanya semacam
belajar melaut dari suku-suku pendatang pondokan kecil di antara keduanya. Di
dari Sulawesi yang sebelumnya sudah hidup pondok itu, mereka menyimpan bekal atau
sebagai nelayan. memasak sambil menanti hasil tangkapan
ikan.
Sementara itu, perubahan yang tak kalah
mengejutkan adalah soal mata pencarian. “hampir semua orang punya bagang. Tahun
Bersamaan dengan penetapan TNK, mereka 1993-1996 semua orang total menjadi
akhirnya beralih kepada hasil laut. Mereka nelayan,” kata Haji Aksan, Kades Desa
belajar melaut dari suku-suku pendatang Komodo saat ditemui di rumahnya pada 31
dari Sulawesi yang sebelumnya sudah hidup September 2017.
sebagai nelayan.

16
Periode menjual Souvenir mantan anggota TNC dan PNK mengatakan,
dan Patung TNC dulunya mengusulkan dan
memberikan pelatihan pembuatan patung
dan pembuatan souvenir.
Keadaan mulai berubah memasuki tahun
1997. Beberapa orang mulai bekerja Menurutnya, hal itu mempertimbangkan
sebagai pengrajin patung dan penjual beberapa alasan. Di antaranya, musim
souvenir. Mula-mula mereka ini hanya melaut tidak selalu setiap saat, maka waktu
kelompok kecil, namun sekarang mereka luang dapat dipergunakan untuk membuat
menjadi kelompok besar. Sementara patung dan kerajinan. Ini juga sebagai pintu
jumlah nelayan sudah menurun drastis. masuk untuk menikmati kehadiran sektor
pariwisata. Namun, dalam perjalanan
Tempat jualan mereka berada di Loh selanjutnya, masyarakat justru
Liang. Tepat di pintu masuk setelah meninggalkan pekerjaan sebagai nelayan.
dermaga bagi wisatawan di Loh Liang,
terdapat sebuah lapak permanen yang Alasan yang kedua, sistem zonasi turut
disediakan BTNK. Tiap penjual hanya mempercepat proses pengalihan pekerjaan
memperoleh ruang 2x1. Karena ruangan itu penduduk komodo. Di satu sisi,
tak cukup, beberapa tenda dibangunkan di pembentukan zonasi dimaksudkan untuk
luar tempat tersebut. Ada juga beberapa mewujudkan sistem pengelolahan taman
tenda yang menjadi warung. national secara optimal. Hal itu mulai
ditetapkan melalui pemberlakuan PP No.
Dari kampung Komodo, Loh Liang berjarak 68/1998, kemudian direvisi pada tahun
sekitar 3 km. Mereka bisa menempuhnya 2011 (PP No. 28/2011).
melalui darat. Jalan di sepanjang pesisir
pantai. Namun hal itu seringkali terjadi Akan tetapi, melalui penetapan zonasi dan
saat air laut surut. Seringkali mereka
perubahan aturan itu, penduduk komodo
menggunakan perahu motor. Waktu tidak bebas lagi menangkap ikan. Peralatan
tempuhnya hanya sekitar 10 menit.
penangkapan ikan juga dibatasi. Tidak
boleh menggunakan jaring yang setinggi 20-
Mengapa terjadi perubahan demikian?
30 meter. Tidak boleh menangkap ikan di
Perubahan ini terkait erat dengan
tempat –tempat diving.
managemen konservasi. Kenyataan itu
paling terlihat pada saat TNC dan PNK Meskipun tidak disertai sosialisasi yang
terlibat dalam pengelolahan TNK. TNC cukup jelas, penerapan aturan ini tegas
mulai terlibat dalam urusan kebijakan
dilaksanakan. Melalui operasi gabungan
pengelolahan sejak tahun 1995. Kemudian, antara pihak TNC, BTNK, dan polisi laut,
terjadi privatisasi managemen masyarakat kerap dilarang menangkap ikan
pengelolahan TNK yang dilakukan oleh Putri dari zonasi tertentu. Warga setempat kerap
Naga Komodo (PNK) pada tahun 2004- mendapat perlakuan dipukul, disiksa,
2011. Pemegang sahamnya adalah PT. bahkan ada yang dipenjara.
TNC termasuk yang memegang saham.

Dua hal yang mendorong perubahan drastis


tersebut. Pertama, baik TNC maupun PNK
mau mendorong penduduk setempat
bekerja di sektor pariwisata. Fajararudin,

17
Ketiga, perputaran uang dalam jualan saat ini, ada sekitar 115 keluarga yang
patung dan souvenir jauh lebih cepat menjual souvenir dan patung di Komodo.
ketimbang menangkap ikan. Meskipun hasil
laut melimpah, namun jarak pasar sangat “Sekarang hanya di KTP yang nelayan” kata
jauh yakni berada di kota Labuan Bajo. Haji Aksan.
Jaraknya tempuhnya hampir 4 jam.
Namun, persoalannya, kini pekerjaan
Akibat faktor-faktor tersebut, masyarakat menjual souvenir tidak menguntungkan
perlahan-lahan banyak bergelut di bidang lagi. Seratus lima belas orang menjual
sektor kerajinan dan penjualan barang yang hampir sama. Sementara
souvenir. Bahkan sebagian besar sudah tempat jualnya tidak menarik.
meninggalkan nelayan. Hanya sekitar
30 persen dari jumlah penduduk. Sampai

18
Apalagi jumlah wisatawan yang datang Lantas, akankah penduduk Komodo
tidak stabil. Kunjungan terbanyak hanya bertahan menjadi penjual patung dan
terjadi dua kali dalam sebulan, yakni saat souvenir? Apakah yang mereka dapat
ada kunjungan kapal cruz. lakukan setelah itu?

Perkembangan ini mengkhawatirkan. Pihak Verheijen menulis demikian, “Pulau Komodo


Balai dalam pertemuan rencana Master dibuka untuk pariwisata, maka amatlah
Plan pengelolahan TNK tahun 2016 dikhwatirkan bahwa pemburu wisatawan dan
mengungkapkan gejala yang pedagang akan berusaha menembus ke dalam
masyarakat….ada bahaya bahwa pertanian,
memprihatinkan tersebut. Bahwasannya
perikanan, pengumpulan di pantai dan di darat
penjual souvenir dan patung bahkan telah
sera kebebabasan gerak penduduk pada
menjual barang daganannya di spot wisata umumnya akan dibatasi lagi. Dengan demikian
dengan perahu motor. Sementara hancurlah hak mereka atas karya, tradisi, dan
penduduk Komodo mengungkapkan gejala lingkungan hidup bebas. Kecintaan saya
tersebut tidak lain karena dipengaruhi terhadap tumbuhan dan besan cukup besar,
tekanan persaingan antarmereka, tetapi kepentingan manusia harus
sementara kebutuhan hidup semakin didahulukan…”
tinggi.
*) Divisi Riset dan Pendidikan Kritis SSP

Salah satu rumah warga di Rinca, Foto Dok. Sity Qoriah

19
Salah satu stand jualan souvenir dan patung komodo di Kampung
Komodo. Sebagian besar penduduk Komodo menjual Souvenir di Loh
Liang. Jaraknya 3 km dari pemukiman yang harus ditempuh dengan
menggunakan perahu motor.
Dok. Gregorius Afioma 20
Sekeping Ironi di
Tanah Komodo
Satu buah patung tiruan binatang komodo baru saja diselesaikannya. Segelas
teh panas dan sepiring sanggar yang telah disajikan oleh istrinya diabaikan
begitu saja, justru sepotong kayu Kelumpang yang tergelatak diraihnya untuk
dijadikan patung kedua pada siang hari itu (9/8). Sekurang-kurangnya, harus
ada tiga buah patung yang siap dijual sebelum hari gelap jika ingin meraup
untung. Begitu lah rutinitas yang dilakukan oleh Pak G setiap hari, semenjak
awal tahun 1990. Jauh sebelum itu, Pak G adalah penggarap kebun dan
pemburu, kemudian menjadi seorang nelayan, dan pada akhirnya menjadi
pemahat.

Seraya memalu alat pahatnya, Pak G trekking untuk menyaksikan binatang


bercerita tentang ingatannya puluhan komodo langsung di habitatnya. Jika
tahun lalu, sekitar tahun 1965-1970,ketika wisatawan teliti, masih dapat ditemukan
Ia masih menjadi penggarap dan pemburu beberapa pohon kelapa berumur tua masih
bersama keluarganya. Pada saat itu, tersisa, dan pohon-pohon asam yang
keluarga Pak G sering berpindah tempat tumbuh sejajar yang pernah sengaja
untuk menggarap kebun. Mulai dari daerah ditanam untuk dijadikan pagar pelindung
Gunung Ara, Loh Lawi, dan Loh Sebita. kebun dari serangan hama babi hutan.
Bersama keluarganya, Ia menanam umbi-
umbian, pisang, pepaya, dan kelapa. Tentu Tahun 1971 adalah tahun terakhir Pak G
saja, bagian yang paling disukainya adalah menikmati hasil hutan dan kebunnya
saat Ia menggiring rusa-rusa ke dalam jerat sendiri. Tepat dua tahun setelah
yang dibuatnya sendiri. Menyembelihnya ditetapkannya status Pulau Komodo
dan mengambil dagingnya untuk disajikan sebagai Hutan Wisata. Ia dan keluarga,
di atas meja makan bersama dengan beserta masyarakat lainnya
Kerampi, sejenis sagu yang banyak tumbuh sebanyakpuluhan Kepala Keluarga (KK)
di Pulau Komodo. Sementara bagian kepala dipaksa pergi oleh pihak Kehutanan yang
dan isi perut rusa tersebut dibiarkan untuk datang bersama aparat bersenjata untuk
dimakan oleh komodo nantinya. segera meninggalkan Loh Liang karena
keberadaan mereka dianggap dapat
Daerah terakhir tempat Pak G dan keluarga merusak lingkungandan ekosistem
berkebun adalah di Loh Liang, yang hutanyang membuat seolah-olah
sekarang merupakan pusat wisataTaman keberadaan binatang di dalamnya lebih
Nasional Komodo (TNK). Tempat di mana berharga.
sekarang para wisatawan dapat melakukan

21
Dengan dalih konservasi tersebut, anjing- untuk berlatih memahat patung
anjing pemburu milik masyarakat ditumpas dengannya. Mengingat sudah mulai banyak
habis, rumah-rumah yang ada dibakar,dan wisatawan yang keluar dan masuk Desa
tanaman-tanaman yang ditanam warga Komodo. Apalagi status TNK yang menjadi
bertahun-tahun dimusnahkan tanpa salah satu dari tujuh keajaiban dunia akan
masyarakat mampu berbuat apa-apa. mampu menarik minat wisatawan lebih
banyak lagi.Sehingga, menjual cinderamata
Dengan terpaksa Pak G dan juga keluarga atau mengubah kapal-kapal tangkap
lainnya kembali ke kampung yang sampai mereka menjadi kapal wisata terdengar
sekarang ditempatinya. Sumber lebih menjanjikan bagi masyarakat.
penghidupannya pun ikut berubah, banyak
dari mereka yang mengawalinya dengan Namun, menjadi pemahat bukan berarti
menjadi Anak Buah Kapal (ABK) orang lain terbebas dari aturan-aturan zonasi. Pohon-
yang telah lebih dulu menjadi nelayan. Ada pohon yang ada di hutan sekitar kampung
juga yang memberanikan diri mengutang dilarang untuk ditebang, para pemahat
sejumlah uang untuk membeli kapalnya hanya diperbolehkan untuk mengambil
sendiri. Sebagian lain menggarap lahan kayu dari pohon yang sudah tumbang atau
kosong di sebelah utara Desa Komodo. mati. Untuk mengambilnya pun mereka
Begitu juga dengan Pak G, menjadi ABK dilarang untuk membawa alat-alat tajam,
sampai mampu membeli kapal bagannya seperti golok atau parang, jika kedapatan
sendiri. membawa alat tajam oleh petugas patroli,
mereka dapat dituduh sebagai penebang
Penghasilan nelayan bisa dikatakan cukup pohon ilegal dan bahkan dapat mendekam
besar, Pak G misalnya, Ia bisa mendapat di penjara. Maka, sebagian pemahat lebih
ratusan kilogram atau bahkan berton-ton memilih untuk membeli bahan baku kayu
cumi dalam satu kali pergi melaut, dari sore dari luar Pulau Komodo, seperti dari Pulau
sampai esok paginya. Harga jualnya pun Flores.
cukup tinggi, sekitar Rp 5.000,-/ kg pada
tahun 1980-an. Namun, tidak jarang pula Ia
harus rela pulang dengan tangan kosong.
Begitu juga dengan aturan-aturan yang
yang diterapkan oleh TNK, membuat
banyak masyarakat termasuk Pak G jengkel,
rekan kerjanya pernah dipenjara selama
dua tahun karena kedapatan memasang
bubu di zona yang dilarang karena dianggap
“ menjadi pemahat bukan
berarti terbebas dari aturan-
aturan zonasi. Pohon-pohon
yang ada di hutan sekitar
kampung dilarang untuk
merusak karang. Setelah hak atas tanah di
Loh Liang dirampas, wilayah laut pun ditebang, para pemahat
dibatasi demi konservasi. Padahal perihal hanya diperbolehkan untuk
zonasi tidak pernah disosialisasikan kepada mengambil kayu dari pohon
masyarakat. yang sudah tumbang atau
mati. Untuk mengambilnya
Tidak stabilnya penghasilan yang didapat
dan ketatnya aturan pelarangan, membuat
pun mereka dilarang untuk
Pak G dan masyarakat lainnya mulai melirik membawa alat-alat tajam,
mata pencaharian lain. Pak N, seorang seperti golok atau parang...”
tokoh masyarakat, menawarkan warga

22
Hari sudah semakin sore, patung ketiga memiliki bentang alam yang eksotik dan
yang dipahat olehPak G sudah hampir saya haqqul yakin, wisatawan-wisatawan
selesai, saatnya Ia menghubungi Pak H, yang berada di atas kapal-kapal itu juga
anaknya yang merupakan penjual akan berkata hal yang senada. Tapi, apakah
cinderamata untuk mengambil patung- mereka tahu bahwa di balik semua
patung hasil kerjanya seharian. Pak Gtidak eksotisme yang ada, terdapat juga ironi
pernah menjual hasil pahatnya ke penjual terkait kehidupan masyarakat setempat?
cinderamata lain karena Ia masih terikat Apa yang diceritakan oleh Pak G menjadi
utang dengan anaknya sendiri yang sudah penting untuk memeriksa kembali
memberikan modal untuk membeli bahan bagaimana isu konservasi berhasil
baku kayu. diartikulasikan oleh sistem kapitalisme yang
pada dasarnya hanya untuk memberi
Saya pun beranjak untuk pulang ke rumah, keuntungan segelintir orang, dengan
melewati dermaga, melewatikapal-kapal mengorbankan kesejahteraan masyarakat
wisatawan yang diparkir di perairan depan yang telah lama lebih dulu memiliki relasi
desa. Tidak mungkin saya membohongi dengan alamnya.
kedua mata saya sendiri, mau dipandangi
dari sisi mana pun juga, kawasan ini (Taufik/Peneliti Pada ARC Bandung)

Aktivitas nelayan di kampung Komdo sedang


menangkap ikan di era tahun 1990-an

Dok. Haji Isaka- Repro/Gregorius Afioma

23
Anak-anak di Papagarang // FotoDok. Gregorius Afioma

24
Pembentukan TNK
Kian Dipertanyakan
di Papagarang
Penduduk desa Papagarang tidak Ia bercerita bahwa sebelum ada taman
hanya mempertanyakan status nasional, terutama sebelum kawasan
wilayah desa yang berada dalam Papagarang masuk menjadi bagian dari
TNK, kehidupan para nelayan masih
kawasan Taman Nasional Komodo,
lumayan baik. Mereka bebas mencari ikan
tetapi juga mempertanyakan manfaat dan mengambil kayu bakau tanpa rasa
dari pembentukan TNK. Ruang takut atau was-was. Hasil tangkapan para
penghidupan mereka sebagai nelayan nelayan, sebagian untuk memenuhi
makin sempit. kebutuhan rumah tangga dan sebagian
lainnya dijual ke pasar-pasar tradisional
seperti di Bari dan Terang di bagian barat
Warga Pulau Papagarang tidak mampu Pulau Flores.
menyembunyikan rasa kecewa bercampur
tanya perihal kemelut hidup yang kian Muthalib tidak tahu pesis mengapa hasil
mereka rasakan bsemenjak masuk dalam tangkapan beberapa tahun belakangan ini
kawasan Taman Nasional pada tahun 2002. kian merosot tajam bila dibandingkan
Keberadaan TNK diharapkan mampunya dengan tahun-tahun sebelumnya. Ia hanya
meningkatkan perekonomian masyarakat, menduga menurunnya hasil tangkapan
nyatanya ruang kehidupan nelayan malah nelayan akibat pembatasan-pembatasan
semakin dipersempit. yang dilakukan melalui sistem zonasi yang
diterapkan di dalam kawasan TNK.
Muthalib (81), seorang tokoh Papagarang
yang sehari-hari berprofesi sebagai nelayan Selain itu, kemungkinan beberapa oknum
tradisional mengungkapkan nelayan masih menggunakan alat tangkap
kekhawatirannya tersebut. yang kurang ramah lingkungan seperti bom,
potasium atau atau zat-zat kimiawi lainnya.
“Dulu ikan-ikan di sini sangat banyak. Kami Tetapi sangat boleh jadi akibat dari semakin
tangkap dan bawa jual sampai ke Bali, tapi berkembangnya teknologi yang semakin
sekarang makin susah dapat ikan. Hidup modern.
makin susah,”ujar Muthalib dengan nada
lirih.

25
Kondisi sulit seperti ini, bukan hanya ditetapkan menjadi bagian dari taman
dihadapi oleh Muthalib tapi juga sebagian nasional. Warga pantas bertanya karena
besar nelayan lainnya. Sejumlah nelayan hingga kini pemerintah belum melakukan
mengaku, kehidupan mereka kian susah sosialisasi terkait kebijakan perluasan
setelah Papagarang ditetapkan oleh kawasan tersebut.
pemerintah sebagai daerah konservasi
Taman nasional komodo. Di tengah ketidaktahuan warga,
pemerintah malah secara sepihak
“Padahal, di sini tidak ada komodo. Kami melakukan beberapa kegiatan yang justru
tidak tahu dan bertanya-tanya mengapa menimbulkan kecurigaan seperti
pemerintah masukan Papagarang sebagai pemasangan pilar-pilar di beberapa titik
taman nasional komodo padahal di sini lokasi di area Papagarang. Keberadaan pilar
tidak ada komodonya,”ujar Muhamad Suci, -pilar tersebut selain memunculkan
seorang staf desa. Masuknya Papagarang pertanyaan dan kecurigaan, sekaligus
sebagai taman nasional memang masih menimbulkan suasana kurang nyaman di
menyimpan beragam tanya dan menjadi tengah masyarakat. Seorang warga bahkan
perbincangan di tengah masyarakat mengaku terpaksa mencabut buang
Papagarang. sejumlah pilar karena ditanam di atas lahan
miliknya.
Sebagian warga mengaku tidak tahu
menahu jika kawasan Papagarang sudah

Kondisi salah satu ruang kelas SMP di Papagarang //


FotoDok. Gregorius Afioma

26
Suharto, salah seorang warga yang juga staf kurang ramah lingkungan. Kasus tersebut
pemerintah desa setempat mengatakan kini masih dalam proses oleh pihak
bahwa sebagian tanah di Pulau Papagarang berwenang.
merupakan hak milik perorangan. Meski
demikian, tanah-tanah itu hingga kini tak
kunjung disertifikasi oleh pemerintah
dengan beragam alasan seperti karena
Selain menimbulkan rasa
Papagarang merupakan daerah konservasi ketakutan dan rasa tidak
sehingga tanah-tanah di kawasan itu tidak
bisa disertifikasi.
nyaman, aksi penangkapan
terhadap nelayan itu juga
“Beberapa kali kita sudah usulkan kepada
pemerintah agar tanah-tanah kami bisa
menimbulkan relasi interaksi
disertifikat tapi sampai sekarang belum ada relasi antar warga menjadi
kejelasan,”ujarnya. Padahal menurut dia,
dengan sertifikat maka warga dapat
terganggu karena lantaran
meminjam uang di bank untuk modal usaha saling curiga di antara warga.
atau untuk memenuhi kebutuhan hidup
lainnya.
Dengan adanya pembatasan-pembatasan
Zonasi dan Hilangnya Lahan Nelayan tersebut, nelayan Papagarang merasa
dirugikan lantaran ruang gerak mereka
Selain pemasangan pilar-pilar pembatas di untuk mencari ikan semakin dipersempit.
area daratan, di beberapa titik di wilayah “Kami tidak bebas lagi menangkap ikan dan
perairan pun nelayan mulai dilarang takut menangkap ikan seperti dulu lagi,”
mengambil hasil laut terutama di beberapa ungkap Anwar seorang nelayan. Selain
lokasi yang selama ini menjadi ‘lahan masalah penetapan Papagarang sebagai
garapan’ para nelayan. Warga taman nasional berikut sistem zonasi dan
menyebutkan sedikitnya sebanyak 8 spot pembatasan-pembatasan yang dilakukan
atau titik lokasi di area perairan Papagarang secara sepihak oleh pemerintah, ada
yang selama ini menjadi sumber utama bagi fenomena ironis yang dirasakan oleh
nelayan mencari nafkah. Namun, menurut masyarakat setempat.
informasi pula, di lokasi-lokasi tertentu
tersebut kini sudah mulai dikapling-kapling Di satu sisi nelayan dilarang beraktivitas di
untuk kepentingan pariwisata. lokasi-lokasi yang selama ini menjadi
tempat mencari ikan, tapi di sisi lain di
Sejumlah nelayan mengaku takut masuk tempat-tempat itu justru kini menjadi lokasi
dan beraktivitas mengambil hasil laut. favorit bagi para wisatawan untuk
Ketakutan warga bukan tanpa alasan. melakukan aktivitas snorkeling atau diving.
Beberapa waktu lalu pernah terjadi
penangkapan terhadap sejumlah nelayan (Kornelis/Peneliti SSP)
oleh aparat keamanan laut. Para nelayan
tersebut dikabarkan ditangkap karena
melanggar peraturan dalam kawasan.
Mereka dicurigai melakukan penangkapan
ikan dengan menggunakan alat-alat yang

27
“ Kedalaman sumur itu hanya 3-4 meter. Sumur tersebut berada di
bawah bangunan beratap seng. Di beberapa bagian tampak sudah
bocor dan terbuka menganga. Bahkan ada seng yang sudah mulai
menggantung dan hampir jatuh. Itulah kenyataan yang
terjadi sehari-hari di sumur yang mereka sebut Boe Tati itu.
Menariknya, digali sejak tahun 1970-an, sumur ini masih bertahan
sebagai satu-satunya sumber mata air bersih bagi penduduk di
kampung Rinca yang kini berjumlah 832 jiwa (Dusun Komodo dan
Dusun Bajo)

Teks : Greg/ssp
Foto: Kompas

28
29
Menanti Air
di Rinca
Sumber air dekat, namun antrenya terlebih dahulu, sebelum akhirnya
sangat panjang, lama, dan menimba lagi. Tidak hanya menanti air
tertampung terlebih dahulu, mereka juga
melelahkan. Itu terjadi di kampung
mengantre setelah satu sama lain.
Rinca, Manggarai Barat.
Arahman, 46 tahun, mengatakan, meskipun
antre, beberapa tahun belakangan debit
Pagi-pagi sekali pada 2 September 2017,
airnya tergolong stabil dan baik. Jika
sebuah sumur terletak sekitar 500 meter
musim kemaraunya parah, mereka bisa
dari kampung sudah mulai ramai. Mula- antre semalaman di sumur tersebut. Ia
mula hanya satu-dua orang yang datang,
mencontohkan yang terjadi pada tahun
namun hanya berselang menit, sudah
2005. “Kita antre semalaman di sini. Jika
padat. Ada yang sampai harus mengantre
punya 5 sirigen, bisa dua hari baru terisi”
di luar bangunan dengan keempat sisi ujarnya.
terbuka itu. Mereka membawa siregen,
ember, dan pakaian cucian.
Itulah kenyataan yang terjadi sehari-hari di
sumur yang mereka sebut Boe Tati itu.
Kedalaman sumur itu hanya 3-4 meter. Menariknya, digali sejak tahun 1970-an,
Sumur tersebut berada di bawah bangunan
sumur ini masih bertahan sebagai satu-
beratap seng. Di beberapa bagian tampak
satunya sumber mata air bersih bagi
sudah bocor dan terbuka menganga.
penduduk di kampung Rinca yang kini
Bahkan ada seng yang sudah mulai berjumlah 832 jiwa (Dusun Komodo dan
menggantung dan hampir jatuh.
Dusun Bajo)
Luas bangunan itu sekitar 4x 6 meter dan
Sebenarnya terdapat banyak sumur kecil
berlantai semen. Di dalam bangunan itulah, sekitar pemukiman penduduk di Kampung
kebanyakan ibu-ibu dan anak-anak
Rinca. Namun rata-rata sumur air payau
perempuan, selain menimba air, juga
sehingga tidak bisa dimanfaatkan untuk
mencuci pakaian. Mereka mencari ruang
minum. Air minum sebagian besar dibeli
yang kosong, lalu duduk dan mulai mencuci dari Labuan Bajo. Mereka menitipkan galon
pakaian.
melalui kapal, yang berjarak sekitar dua jam
perjalanan. Air sumur galian sekitar rumah
Ketika tahun lalu ke tempat ini, keadaannya
tersebut hanya dipakai untuk mandi dan
tidak jauh berbeda. Bahkan, karena pada
cuci pakaian. “Tidak semua orang juga bisa
bulan Oktober 2016 itu—hujan sudah lama mandi dengan air payau. Gatal sekali” kata
tidak turun—banyak yang mengantre.
Arahman saat kami berada di sumur.
Karena debit air sedikit, mereka terpaksa
menanti air dalam sumur tertampung

30
Kampung Rinca yang terletak di Pulau Rinca kunjungan diperkirakan akan terus
merupakan salah satu kampung dalam bertambah. Pemerintah pusat menargerkan
kawasan Taman Nasional Komodo jumlah kunjunga mencapai 500 ribu
(TNK). Secara keseluruhan, ada tiga kunjungan pada 2019.
kampung dalam kawasan TNK yakni
kampung Rinca, Komodo, dan Papagaran. Sementara itu, pemerintah juga melakukan
Di antara ketiganya, Rinca termasuk salah berbagai hal untuk mendukung
satu yang terdekat dengan akses kota perkembangan pariwisata di Labuan
kabupaten. Hanya dua jam menggunakan Bajo. Pada 2015, Presiden Jokowi
perahu motor dari kota Labuan Bajo, ibu melakukan kunjungan ke Labuan Bajo.Ia
kota kabupaten Manggarai Barat. meresmikan Bandar udara Komodo.
Sejumlah menteri dari kabinetnya pun
Keberadaan TNK yang ditetapkan sejak sudah silih berganti mengunjungi Labuan
tahun 1980 itu, kini sudah mulai Bajo. Ia juga menetapkan Labuan Bajo
menunjukkan potensi ekonomi yang luar sebagai salah astu destinasi prioritas talun
biasa. Mula-mula keberadaan TNK adalah 2016 dimana akan terbentuk salah satu dari
untuk melestarikan keberadaan satwa 10 Badan Otorita Pariwisata di Indonesia.
langka, Varanus komodoensis. Kini, melalui
sistem zonasi, TNK juga dikenal karena Di level nasional, pemerintahan Jokowi-
kekayaan sumber daya maritim yang Kalla terus memudahkan investasi asing
terawat dengan baik. dan kedatangan turis. Di
antaranya, menaikkan anggaran
Tak heran kemudian, tumbuh pesat kementerian pariwisata. Misalnya,
berbagai industri diving, snorkeling dan anggaran untuk Kementerian Pariwisata
perjalanan wisata. Di kota Labuan Bajo, tahun 2016 naik menjadi Rp 5 triliun dari
dive shop tercatat mencapai 30-an ijin yang sebelumnya hanya berjumlah Rp 1,3
usaha. Hotel dan restoran terus bertambah miliar. Ia juga memudahkan visa bagi
dan jumlahnya masing-masing wisatawan asing dari169 negara, dan
menghampiri 40 . Sementara itu, jumlah melonggarkan kerumitan birokrasi.
kapal perjalanan wisata sudah mencapai
400-an.

Penghasilan dari aktivitas pariwisata sangat


menggiurkan. Dari berbagai aktivitas dalam Akibat dari berbagai kebijakan
TNK, penghasilan BTNK mencapai 18-20 tersebut, kawasan TNK menjadi
milliar per tahun. Sementara kapal-kapalan
wisata mencapai angka miliaran rupiah per salah satu yang diharapkan
tahun. Begitu pula dengan hotel dan menjadi sumber devisa
restoran. negara. Selain untuk konservasi,
Kenyataan tersebut tidak terlepas oleh pemanfaatan kawasan TNK
kenyataan bahwa jumlah wisatawan terus semakin dibuka lebar untuk
bertambah. Tahun 2015, jumlah kunjungan kepentingan pariwisata seperti
sudah mencapai 90 ribu kunjungan. Jumlah
itu sudah meloncat drastis dari jumlah diving, snorkeling, trekking dan
kunjungan pada era 1990-an yakni hanya wisata alam lainnya.
berkisar 40-60 ribu kunjungan. Jumlah

31
Di antara berbagai destinasi wisata dalam Bermata pencarian sebagai nelayan
kawasan TNK, pulau Rinca termasuk salah sekalipun menjanjikan, namun mengalami
satu tujuan destinasi favorit. Di pulau pasang-surut yang kian
Rinca, ada Loh Buaya yang menjadi pintu menyusahkan. Meskipun kekayaan ikan
masuk bagi wisatawan untuk melihat-lihat dalam TNK sangat menakjubkan, namun
komodo. Ada juga beberapa spot diving ruang penangkapan ikan dibatasi oleh
dan situs sejarah seperti Batu Balok. Di aturan zonasi. Mereka dilarang menangkap
dekat kampung Rinca, ada pulau Kalong ikan pada zona tertentu dan alat-alat
dimana tiap sorenya ada begitu banyak penangkapan pun mesti diperhatikan
kapal wisata yang mau menyaksikan kalong sungguh-sungguh.
terbang.
Pada saat bersamaan, laut tidak lagi
Namun, apakah bertambahnya potensi menjadi satu-satunya sumber penghidupan
bisnis pariwisata itu juga turut mendorong bagi nelayan. Laut itu pula sudah menjadi
dan menciptakan peluang- lahan menggeruk keuntungan bagi negara
peluang ekonomi bagi masyarakat di dan investor di bidang diving dan
Kampung Rinca? snorkeling. Tidak heran pula, beberapa
lokasi yang sebelumnya menjadi tempat
*** penangkapan ikan, sekarang menjadi lokasi
Meskipun perkembangan pariwisata diving.
semakin melejit, nasib penduduk dalam
kawasan TNK masih terpinggirkan dan Tidak hanya itu. Karena berebut “ruang
terbelakang. Umumnya penduduk dalam kehidupan” kian kompetitif, tak jarang
kawasan TNK mengalami kesulitan akses masyarakat jadi korban hoax yang tersebar
terhadap kebutuhan dasar seperti mata luas melalui media sosial. Sepanjang tahun
pencarian hidup, pendidikan, kesehatan, 2017, misalnya, terdapat dua kabar beredar
dan sumber air bersih. yang merugikan kehidupan nelayan.

Di tengah-tengah perkembangan pariwisata Satunya, penjualan manta di salah satu


itu, sebagian besar penduduk di Kampung pasar ditengarai berasal dari TNK. Padahal,
Rinca masih bergantung pada hasil kebenaran informasi itu belum dapat
laut. Mereka menjadi nelayan. Rata-rata dipastikan. Nelayan yang di-bully habis-
pekerjaan ini digeluti kaum laki-laki. Namun habisan di media sosial. Satunya lain,
tidak semua memiliki perahu penangkapan perburuan rusa dalam kawasan TNK.
ikan. Ada yang menjadi nelayan “upahan”. Masyarakat dalam TNK kembali diduga
Mereka ikut bersama nelayan lain dalam melakukan perburuan liar. Padahal, kabar
menangkap ikan. itu juga belum dapat dipastikan.

Sementara itu, hanya sedikit yang bergerak “Kita semakin diawasi oleh inteligen karena
di bidang sektor pariwisata. Hanya satu kabar-kabar yang belum jelas
orang yang menjual souvenir, 20-an orang kebenarannya itu” kata salah seorang
yang menjadi naturalis guide, pemilik warga.
homestay dan juga yang bekerja pada dive
center. Mereka tentu tidak bisa bertani Faktor-faktor alam dan ekosistem juga
karena terkendala aturan TNK. sangat mempengaruhi kehidupan nelayan.

32
Hasil tangkapan baru terbilang melimpah “minim sekali anak didik. Karena
pada bulan-bulan tertentu. Sementara itu, pendapatan kita orang tua sangat rendah”
kekayaan laut semakin dipengaruhi lalu kata Mohammand Arok, warga di Rinca.
lintas kapal yang terus bertambah, sampah
yang tersebar di laut, karang yang rusak, Karena itu, sekalipun digadang-gadang
dan efek pemanasan global. sangat potensial, keterlibatan dalam sektor
pariwisata masih terkendala oleh sumber
Terbatasnya sumber ekonomi masyarakat daya manusia. Dari kampung Rinca baru
tersebut sudah tampak dalam soal ada sekitar 10 orang yang terlibat dalam
pendidikan. Angka putus sekolah dari industri pariwisata seperti diving. Ada juga
kampung Rinca masih terbilang yang sudah menjadi naturalis guide. Hanya
banyak. Sementara yang bisa menempuh sepuluh persen dari total jumlah penduduk
pendidikan tinggi masih bisa dihitung atau sekitar 20 orang.
dengan jari. Baru ada 11 orang yang
lulusan sarjana. Selain itu, keterlibatan mereka dalam
menjual souvenir dan patung berbenturan
Timang, salah seorang bidan, mengatakan dengan aturan BTNK. Di Loh Buaya,
ia merupakan salah satu lulusan sarjana penduduk Rinca tidak diperkenankan
pertama dari kampung Rinca. Ia masuk menjual patung dan souvenir. Padahal,
kuliah sekitar tahun 2008 dan selesai pada aturan tersebut tidak berlaku di Loh Liang,
tahun 2012. Dari angkatannya semasa SD, Pulau Komodo. Masyarakat kampung
hanya dia yang meneruskan pendidikan Komodo boleh menjual patung dan
tinggi. Kini ia mengabdi di postu di souvenir bahkan disediakan tempat
kampung Rinca. menjual.

Pengakuan serupa datang dari Eddy Sementara di Rinca, Haji Isaka satu-satunya
Sudrajat. Sekarang ia masih menempuh yang menjual souvenir dan patung. Namun
masa akhir kuliahnya di Sekolah Tinggi ia menjual di kampung Rinca, bukan di Loh
Pariwisata Bandung. Bukan hanya melihat Buaya—pintu masuk bagi wisatawan. Di
dirinya sebagai satu-satunya yang bisa kampung Rinca, hanya sesekali wisatawan
menempuh pendidikan tinggi, ia juga datang berkunjung.
menjadi mahasiswa pertama anak muda
pertama dari Rinca yang menempuh “Itu yang kita heran. Kita dilarang,
pendidikan di pulau Jawa. sementara di Komodo
diperbolehkan,”ujarnya.


laut tidak lagi menjadi satu-satunya sumber
penghidupan bagi nelayan. Laut itu pula sudah
menjadi lahan menggeruk keuntungan bagi negara
dan investor di bidang diving dan snorkeling. Tidak
heran pula, beberapa lokasi yang sebelumnya
menjadi tempat penangkapan ikan, sekarang
menjadi lokasi diving.
33
Berhadapan dengan sumber daya
penghidupan, penduduk Rinca mengalami Ia menambahkan, masyarakat di Rinca
kewalahan. Jika sebagian besar waktu pria sudah tidak bisa lagi menggantungkan
dihabiskan melaut—yang tentunya semakin hidupnya hanya menjadi nelayan. Selain
tidak menentu, sementara sebagian waktu karena jumlah ikan terus berkurang, ruang
kaum wanita dihabiskan untuk urusan penangkapan pun semakin sempit. Apalagi,
rumah tangga seperti menimba air. pekerjaan menjadi nelayan sangat
tergantung pada siklus musim.
Padahal, dalam kenyataan lain, kebutuhan
hidup semakin tinggi, sementara sumber “Jika musim gelombang tinggi, banyak
penghasilan makin terbatas. Keterbatasan nganggur. Padahal kebutuhan hidup jalan
akses terhadap air membuat sebagian terus” katanya. Karena itu, ia berharap, ada
waktu kaum perempuan belum bisa bernilai perubahan yang berpihak kepada
produktif secara ekonomis untuk masyarakat dalam pengelolahan TNK.
menguatkan ekonomi rumah tangga.
Jika tidak, hidup melaut sama seperti antre
“Untuk urusan air, kita timba terus sampai air di sumur satu-satunya itu. Hidup
sore. Belum tunggu antrinya” kata seorang senggan, mati pun tak mau.
ibu di sumur Boe Tati.
(Gregorius/Divisi Riset SPP)
Nasib penduduk di Rinca amat
terpasung. Tidak heran kemudian,
meskipun baru-baru ini pemerintah telah
memasok listrik PLN, ada banyak juga
rumah tangga yang tak dapat menikmati
listrik. Yang terpsang hanya 100 keluarga,
sementara lebih dari 200 keluarga lain
belum terpasang. Mereka tidak sanggup
membayar uang muka pemasangan
meteran listrik yang berjumlah sekitar Rp “Kita antre
3.750.000 untuk daya 300 watt.
semalaman di sini.
Berhadapan dengan kondisi itu,
Mohammad Arok, 37 tahun mengatakan, Jika punya 5 sirigen,
pemerintah sudah semestinya
memperhatikan kondisi yang bisa dua hari baru
memprihatinkan ini. Yang mesti dilakukan,
BTNK perlu memberikan ruang terisi”
penghidupan berupa menyediakan tempat
penjualan, memberdayakan pemerintah
desa, dan warga untuk mengelolah aset- Arahman
aset pariwisata dalam TNK seperti
menyediakan homestay terapung.

“Tarif kepada pemda ada, perhubungan


ada. Btnk ada. Tapi desa belum ada.”
ujarnya.

34
Bahan bakar dan air untuk kebutuhan melaut
FotoDok. Kompas

35
OPINI

Meretas Kemelut
Pengelolaan Kawasan
Konservasi TNK
Kornelis Rahalaka
Peneliti pada Sunspirit For Justice and Peace negara untuk menggunakan violence
(kekerasan) mengatasi konflik dan
memulihkan ketertiban. Tidak
Kawasan konservasi di seluruh dunia mengherankan bahwa negara sebagai
hanya melindungi tidak lebih dari 7% organisasi kekuasaan selalu mempunyai
dari total daratan bumi atau 1% dari kecenderungan yang boleh dikatakan
seluruh hamparan permukaan bumi. alamiah untuk bersikap otoriter, yang sikap
memaksakan kehendak dengan
Kawasan konservasi ini sangat kaya
menggunakan kekuasaan dan kekerasan
sumber-sumber hayati langka dan sebagai sarananya.
perlu dilestarikan. Diperkirakan 80%
kawasan konservasi itu telah dihuni Potret paling nyata penggunaan kekuasaan
masyarakat-masyarakat lokal dan kekerasan dapat dilihat dari kasus-
sebelum pemerintah menetapkan kasus penembakan terhadap nelayan
tradisional yang dilakukan oleh aparat
wilayah itu menjadi kawasan
keamanan di kawasan konservasi Taman
pelestarian dan konservasi. Nasional Komodo (TNK) sejak tahun 1980-
an.

Kebanyakan kawasan pelestarian dan Pada tataran lain, pemerintah sendiri


konservasi berada dalam rezim common sebenarnya tidak mampu secara efektif
property (pemilik tanah dan lahan adalah mengelola kawasan-kawasan konservasi.
kelompok-kelompok masyarakat). Rezim Ketidakmampuan pemerintah berangkat
property ini sangat rawan konflik karena dari keterbatasan-keterbatasan birokrasi
pemerintah juga mengklaim kawasan itu pemerintah sendiri dalam memenuhi
dan pemerintah tidak mengakui eksistensi kebutuhan-kebutuhan standar manajemen
legal komunitas-komunitas lokal tersebut. kawasan konservasi, seperti keterbatasan
Akibatnya, pemerintah tidak segan-segan pengetahuan, kelangkaan informasi, tidak
mengusir komunitas-komunitas itu keluar memadainya keterampilan-keterampilan
dari kawasan konservasi. pegawai birokrasi dan buruknya
kelembagaan yang mengelola kawasan
Representasi paling jelas dari kekuasaan taman nasional.
negara adalah monopoli yang ada pada

36
Menanggapi variasi politik, sosial, ekologi Proses ini umum dilakukan pemerintah dan
dan rezim kepemilikan, lembaga-lembaga organisasi konservasi swasta untuk
konservasi internasional mengembangkan mencegah ekspansi kegiatan manusia dan
klasifikasi kawasan konservasi mulai dari pembangunan. Model ini banyak diadopsi
yang paling ketat hingga yang paling di Amerika Serikat. Sedangkan manajemen
longgar. Seperti UNESCO mempopulerkan inklusif banyak diterapkan di Eropa Barat.
konsep cagar biosfer yakni membagi-bagi Model ini meletakan masyarakat lokal
kawasan konservasi menjadi zona-zona sebagai dasar pertimbangan dalam
manajemen (zona inti, zona penyangga, penyusunan perencanaan pengelolaan.
zona transisi). Sejumlah cagar biosfer di Berbagai pihak yang berkepentingan
Indonesia secara simultan berada di dalam dengan taman nasional seperti penduduk
kawasan konservasi dan menempatkan yang tinggal dan bekerja di dalam kawasan
kawasan taman nasional sebagai zona konservasi.
intinya seperti sistem yang diterapkan di
kawasan Taman Nasional Komodo. Manajemen eksklusif adalah model yang
cepat diadopsi oleh negara-negara selatan
Dalam kategori kawasan konservasi yang termasuk Indonesia. Implikasi
lain, status manajemen kawasan konservasi pengadopsian model manajemen eksklusif,
bervariasi sesuai dengan kondisi politik pemerintah otomatis menegasikan
ekonomi suatu negara. Banyak kasus keberadaan masyarakat setempat.
dijumpai bahwa suatu kawasan konservasi Pendekatan ini juga dikenal sebagai
memiliki otoritas manajemen sendiri ekofasisme di mana demi pelestarian
dengan otonomi penuh, tugas-tugas yang sumberdaya alam, rakyat harus menyingkir
begitu luas dan anggaran yang terbatas. atau disingkirkan.
Dalam kejadian lain, suatu kawasan
konservasi ditetapkan hanya di atas kertas Yang menarik, pemerintah menggunakan
tanpa didukung penataan batas yang jelas standar ganda dalam mendefinisikan
dan pengaturan yang mandiri.Kondisi kawasan konservasi dan rakyat. Beberapa
seperti digambarkan di atas terjadi juga di kawasan konservasi penting
kawasan TNK. justru dikonversi menjadi areal
peruntukan lain seperti pertambangan
Di Indonesia, hampir seluruh kawasan tembaga dan emas di Papua yang diberikan
konservasi dikelola oleh pemerintah. Hanya kepada PT Freeport Indonesia. Dipihak lain
sedikit yang pengelolaannya diserahkan banyak kasus-kasus dilaporkan dari Aceh
kepada lembaga-lembaga swasta seperti sampai Papua, pemerintah menggunakan
Yayasan Leuser Internasional di Sumatra kekerasan untuk mengusir komunitas-
Utara. Dalam sejarah pengelolaan kawasan komunitas lokal.
konservasi secara praktis dan konseptual
berkembang dua strategi yakni strategi
manajemen eksklusif dan strategi
manajemen inklusif.

Manajemen eksklusif berangkat dari model


perencanaan pengelolaan kawasan
konservasi yang anti-parisipatif melalui
penataan ruang dan penataan sosial yang
sentralistik.

37
Banyak pihak berkepentingan terjadi antara instansi yang menangani
kawasan konservasi dan berbagai pihak
Kawasan konservasi adalah sumber konflik. berwenang lainnya seperti pemerintah
Berbagai institusi, kelompok sosial dan pusat dan daerah.
individu yang mempunyai kepentingan
langsung, signifikan dan spesifik dalam Ada kalanya, konflik diselesaikan dengan
kawasan konservasi. Kepentingan yang kekerasan: penduduk setempat dipaksa
dimaksud mungkin berasal dari mandat keluar dari kawasan atau dilarang masuk
institusional, kedekatan geografis, asosiasi oleh penjaga bersenjata. Seringkali konflik
sejarah, ketergantungan pada mata kekerasan bisa berlangsung selama
pencaharian, kepentingan ekonomi dan bertahun-tahun seperti yang terjadi di
berbagai jenis kapasitas dan kepentingan kawasan Taman Nasional Komodo.
lainnya.
Instansi bertanggungjawab akhirnya
Hubungan antara institusi pengelolaan mengeluarkan banyak sekali sumberdaya
kawasan konservasi dan stakeholder yang untuk mempelajari kawasan konservasi dan
lain sering tidak sebaik yang diharapkan. memaksakan peraturannya terhadap orang
Tidak jarang, instansi itu memandang -orang yang melanggar. Kadang-kadang
masyarakat lokal sebagai ancaman hubungan antara instansi dan para
potensial terhadap kawasan konservasi. stakeholder bahkan tidak ada samasekali.
Masyarakat adat penghuni kawasan Pengetahuan dan keahlian hilang dan
tersebut tidak diakui perannya dalam berbagai masalah tidak diketahui sampai
memelihara keanekaragaman hayati. sudah terlambat sehingga kerusakan serius
tidak dapat dihindari lagi.
Sebaliknya penduduk lokal melihat
penentuan batas kawasan konservasi Yang lebih disesalkan lagi, potensi kerja
sebagai pembangunan yang represif, sama antara instansi dan stakeholder untuk
membawa nilai-nilai asing, merusak budaya melawan ancaman dari luar (eksternal)
lokal dan menghambat masyarakat terhadap sumber daya alam misalnya
mendapatkan kekayaan. Tidak pengembangan wilayah, ekspansi
mengherankan, kesalahpahaman antara pertambangan, penebangan kayu,
instansi pemerintah dan penduduk lokal pemboman ikan atau biota laut yang sering
menjadi penyebab beberapa kegagalan menjadi musuh utama konservasi mungkin
paling serius dalam pengelolaan kawasan tidak akan pernah terealisasi.
konservasi.
Mencermati fenomena kekerasan yang
Selain itu, apabila instansi pemerintah yang kerapkali terjadi di berbagai wilayah
berwenang penuh dalam kawasan konservasi seperti di kawasan Taman
konservasi sama sekali tidak punya suara Nasional Komodo maka kiranya kini saatnya
dalam menentukan apa yang terjadi di pemerintah perlu meninjau kembali dan
sekitar kawasan, sementara stakeholder meredesainsystem pengelolaan wilayah
lain yang tidak punya hak dalam konservasi yang lebih bermartabat
menentukan apa yang terjadi di dalam danmenghormatiHak Asasi Manusia (HAM).
kawasan, tetapi justru mengendalikan apa
yang terjadi di sekitar kawasan, banyak
jenis masalah yang mungkin terjadi
diperbatasan. Misalnya, konflik dapat

38
Untuk itu, membangun manajemen dan berkompromi, sering bertemu dan
kemitraan yang mengedepankan prinsip- berbicara bersama, memperbaiki dan
prinsip kemitraan merupakan pilihan paling memperluas kerja sama yang berlandaskan
tepat dan strategis saat ini guna mengatasi pada kesetaraan, keadilan, transparansi,
berbagai ketimpangan yang kian masif. akuntabilitas dan bermartabat. Prinsip-
prinsip kemitraan tersebut kelihatan
Prinsip-prinsip kemitraan itu antara lain sepele, tetapi kadangkala sulit untuk
perlu duduk dan bicara bersama,membuka diterapkan.
hati dan menciptakan rasa saling percaya,
saling mengerti dan menghormati, tukar Namun, diyakini hanya dengan prinsip-
menukar impian dan bayangan, tukar prinsip kemitraan seperti tersebut di atas,
menukar informasi, mencari kesamaan dan konflik dan kekerasan dalam pengelolaan
ketidaksamaan secara damai, mengakui isu sebuah kawasan konservasi mendapatkan
-isu di mana persepsi dan tujuan masih solusi penyelesaian yang paripurna dan
berbeda, mengubah ketidaksamaan yang damai. *)
gampang dirubah, mencoba bernegosiasi

FSMP Satu atap Komodo yang keterbatasan ruang kelas.


Tampak proses belajar mengajar di langsungkan di
halaman, di bawah pohon. Dok. Gregorius Afioma

39
WAWANCARA

Saeh :
“Perut Ibunya
dibelah...”
Bulan Agustus tahun 2016, kami itu suku Sumba. Lalu ada suku Atalabo ada
mewawancarai Pak Saeh, pengrajin orang Manggarai juga.
patung di kampung Komodo. Saat Jadi ceritanya sebetulnya suku yang
itu, ia tengah asyik memahat patung pertama masuk itu adalah suku
di bawah kolong rumahnya. Atawela. Mereka entah tujuannya
Berdasarkan informasi yang kami kemana, tapi mereka terdamparnya disini.
dengar sebelumnya, ia termasuk Tidak lama kemudian mereka ketemu
salah satu tokoh yang mengetahui dengan Mpu Najo. Jadi suku Atawela ini
kawin dengan Mpu Najo.
sejarah masyarakat di Komodo.
Meskipun, sebenarnya terdapat Perkawinan itu tidak ada peningkatannya.
banyak sejarah yang diceritakan. Soalnya, kalau perempuan itu sudah hamil
dan [pada saat] dia melahirkan itu,
Hasil wawancara ini telah kami edit perutnya dibelah. Ibunya mati, anaknya
seperlunya tanpa mengubah hidup. Tidak pernah ada berkembang. Jadi
tidak ada pengembangan.
substansi. Hal itu dibuat untuk
memudahkan pembaca mengingat Kemudian, datangnya Suku Sumba katanya
ucapan lisan agak sulit dicerna mau ke Bima, ternyata terdampar di
karena hambatan teknis seperti sini. Pada saat itu, si suaminya ini gelisah
dialek dan gaya pribadi dalam [karena istrinya hail tua]. dia lagi pergi ke
berbicara. pantai dan menangis saja.

Orang keturunan Sumba tanya, “kenapa


kamu menangis?
Dia jawab, istri saya nanti mau dibelah
Bapak boleh diceritakan bagaimana asal perutnya.
usul orang komodo dengan komodo? “Tidak bisa begitu”
“Seharusnya bagaimana?”
Kalau di sini ada tiga suku. Suku komodo
itu namanya Mpu Najo. Yang kedua suku
Atawela datangnya dari Manggarai, setelah

40
Nanti kita naik. Jadi, mereka naik. Mereka orang dari Sumba baru bisa melahirkan
naik itu ke kampung Najo. [konteksnya, seperti sekarang.
mereka tinggal di wilayah pegunungan]
Di situlah proses melahirkan itu terjadi. Bagaimana hubungannya dengan
Dibantu orang Sumba. Jadi kalau komodo?
melahirkan itu , ada dukun kampungnya
orang Sumba. Jadi, melahirkan tidak (Nah di situ, tapi saya ada bukunya, baca
dibelah [lagi] perutnya, tapi dengan cara saja bukunya, nanti saya lihat. Mungkin
biasa seperti sekarang. kalau kenal Pak Malik buku saya dia sudah
foto. Kalau dia sudah abil saya punya, di
Disitulah ada perkembangan masyarakat di Pak Malik itu ada semua. Jadi ceritanya
sini. Orang Sumba tinggal di sini cuma singkat saja.)
datang. Juga orang Atalabo itu tinggal
disini. Sehingga manusianya sudah Tapi masing-masing orang di sini sudah
berkembang biak. tahu kalau misalnya saya keturunan dari
Atawela, saya dari ini keturunan sumba.
Pada saat itu dibagi satu wilayah, wilayah Atau bagaimana?
ini bagian orang Sumba di wilayah Rebong,
bagian orang Atawela itu sekitar kampung Masih. Saya keturunan orang Atawela, H.
sini kampung Komodo, kalau orang Atalabo Aksan Kepala Desa itu, kita kan satu nenek.
itu sekitar Gunung Ara ke sana, dari Suku Kalau dari Sumba itu termasuk H. Aksan
Bima itu di Loh Sebita. Kepala Desa, kalau mamanya orang
Atawela bapaknya orang Sumba. Sudah
Jadi secara manusianya, masyarakat campur.
komodo itu dulu melahirkan dibelah datang

Pak Saeh, salah seorang pematung // FotoDok. Sity Qoriah

41
Kalau dari Bugis ada juga disini? Saeh) di Golo Mori, semua orang komodo
tahu semua. Yang ada sisanya kan hanya di
Kalau dari Bugis mungkin baru Sofenar saja sama di Rinca. Jadi mereka
barusan. Kalau saya tidak salah, keturunan dulu itu mungkin pikiran saya, keturunan
Bugis itu ada yang dulu seumuran saya kami dulu itu datang hanya datang untuk
ketika umur 10 tahun. Mereka ajarkan cara pasang bubuk lah, berburu disini, sehingga
menangkap ikan. Kami itu kan dulu tahunya pulang lagi kesana. Jadi, orangnya tidak
hanya jaring udang, ambil udang, ambil terlalu menetap disini.
gabang, kalau untuk yang di laut itu
belum. Masuk orang Bugis, baru kami tahu Jadi bahasa di sini sama dengan di orang
cara menangkap ikan di laut. pakai lampu Rinca?
dari orang Bugis. Kalau Bima, itu hanya
pukat. Iya sama, bahasa komodo di orang Sofenar
itu. Di Werloka juga tidak tahu bahasa
[jadi] dulu jaring sama berburu. Juga komodo tapi bahasa Bima semua. Karena
ambil raut (umbi-umbian) di hutan. Tapi tahunya bahasa di Sofenar itu kan sisa
ada perubahannya, masyarakat komodo tempat tinggalnya orang komodo, di Pulau
cara tangkap ikan di laut yang pakai lampu Rinca juga. Jadi di tiga tempat inilah yang
itu dari Bugis. tahu bahasa komodo, selain dari itu tidak
tahu.
Itu terjadi kapan mulai pertemuan dan
perubahan itu? Kalau yang ngerti bahasa Manggarai di sini
itu rata-rata orang tua. bapak saya juga
Tahunnya sih kita tidak ingat. Karena kami tahu semua bahasa Manggarai. Kami-kami
ini generasi kesepuluh atau bagaimana ini. yang kecil ini ya begitu, anak-anak komodo
Kalau saya tidak salah dengar tahun 45 itu juga yang ngerti bahasa komodo itu. tp
kan rumah di sini paling banyak sekitar 30. sudah mirip-mirip ke bahasa Inggris ke
Jadi penduduk sangat sedikit sekali. Karena bahasa Indonesia. Sementara bahasa asli
orang tinggal itu sebenarnya di Lenteng, sendirinya yang banyak yang tidak tahu,
jadi kesini itu sifatnya hanya datang karena jelek bahasa aslinya itu mau
sementara, pulangnya lagi di Lenteng. dijadikan diterjemahkan ke bahasa
Indonesia, tidak cocok.
Karena mereka banyak tanah itu di Sofenar
(tidak jelas apa yang diucapkan oleh Pak

“ Misalnya cerita komodo. Ada yang bilang cerita


komodo itu ibunya ini, mamanya ini, lahirnya
disini, versinya terlalu banyak. Tapi kalau kita
melihat sejarah atau saya mendengar dari orang
tua saya sendiri waktu itu, kan belum ada yang
sekolah kan di sini tahun 70-an itu belum ada
sekolah di sini, tahun 90 atau 80 baru ada.”
42
Kalau mau tahu tentang sejarah, siapa ini bingung, akhirnya ulang lagi. Begitu
saja yang bisa menjelaskannya? terus. Tidak ada ketemu-ketemunya.
Karena suku kan banyak, kalau suku
Versi sejarah itu macam-macam. Biasanya Atawela menyatakan begini nanti suku
juga ke H. Amin. Tapi H. Amin dengan saya Atalabo beda lagi. Punya orang Sumba lain
itu beda. Kalau menurut orang mungkin lagi.
benar menurut H. Amin, tapi menurut saya
berdasarkan cerita nenek-nenek saya dulu Jadi kesimpulan sekarang yang kami ambil
itu pas, itu menurut saya. itu, orang Atawela ini datang dengan putri,
Tapi menurut orang di kampung ini mereka punya saudari itu namanya Lasa.
ya, kalau kita ke desa paling kita disuruh ke Oba sama orang Atawela yang berdomisili
H. Amin . Dia yang tertua di Kampung disini. Jadi si putri ini kawin dengan Mpu
Komodo. Dia yang mensejarahkan. Najo. Itu sudah kesimpulannya kami ambil
sekarang, jadi dari anaknya Mpu Najo ini
Kalau sejarah Atawela, tanya di Bapak Asing yang dilahirkan oleh orang Sumba itu. lalu
(tidak sempat di wawancarai). kalau lahirlah yang namanya Oni, mamanya Eva,
Atalabo itu di Bapak Hamzah. sering orang baru nama anaknya itu lupa saya ada di
pergi kesana. Kalau saya ini belum buku.
termasuk sejarah, karena saya masih paling
sambar-sambar begitu saja. Tapi mereka Kesimpulannya sekarang anaknya Mpu
juga belum ditetapkan oleh desa jadi orang Najo itu keturunannya komodo bercampur
yang ceritakan sejarah. Tapi orang yang darah dengan orang Atawela.
mau penelitian ingin tahu sejarahnya Tahun 79 itu, namanya Hamno, tapi dia
komodo itu, ya mereka. komodonya tidur satu bantal dengan dia,
tapi malam hari itu komodo langsung
Tapi untuk mempersatukan sejarah ini, masuk tidur satu bantal. Enggak digigit. Itu
belum ketemu, belum diatur. Perbedaan di di Hogong, itu kan musim-musimnya orang
sini kan begini. Kalau dari suku Sumba ambil asam bulan Agustus, jadi orang pergi
menyatakan saya orang pertama, kalau dari dan tidur di rumah-rumah yang hanya
suku Atawela saya orang pertama, kalau dihalangi dengan jaring.
dari suku ini macam-macam.
Kalau yang telinga besar itu Mpu Segenong
Misalnya cerita komodo. Ada yang bilang namanya keuturunan terakhir tahun 70-an.
cerita komodo itu ibunya ini, mamanya ini, Sekitar begitu, karena kan saya lahir tahun
lahirnya disini, versinya terlalu banyak. Tapi 69. Mpu Segenong tidak punya keturunan,
kalau kita melihat sejarah atau saya kalau istrinya saya dapat, Nema namanya.
mendengar dari orang tua saya sendiri
waktu itu, kan belum ada yang sekolah kan
di sini tahun 70-an itu belum ada sekolah di
sini, tahun 90 atau 80 baru ada.

Jadi, nenek saya itu sering cerita asal usul


komodo itu dari sini. ibunya ini, bapaknya
ini. Tapi sekarang itu anak sudah tidak tahu,
apa yang saya omong hari ini bapaknya itu
tidak dipercaya, tanya kesini lain tanya ke
sana lain. Jadi orang yang kumpul sejarah

43
Salah satu stand jualan souvenir
dan patung komodo di Loh Liang Komodo

Dok. Gregorius Afioma

Mpu Segenong itu siapa? ini di sini. Mereka ini dipanggil om dulu.
Berarti mereka punya hubungan keluarga.
Mungkin Mpu Segenong adalah keturunan
yang ketujuh kalau tidak salah. Mpu Dia kupingnya besar. Mereka punya telinga
Segenong itu ceritanya dari orang Atawela tipis, kalau jalan itu Mpu Segenong itu
atau dari orang Sumba. Mpu Si genong ini seperti lembek (telinganya) sekali besar, itu
ada kaitannya dengan bapak Ginggung cerita orang tua saya, saya tidak dapat.
(tidak tahu artinya apa, lupa untuk Cuma istrinya saya dapat, waktu istrinya
ditanyakan kembali) yang ada di sini. Nah mati kemarin 70-an, waktu umur saya
kalau ada hubungannya dengan Mpu masih kecil. Namanya Nema, dia punya
Ginggung, dia bilang dulu itu begini, saudara itu Mao, jadi mereka dua ini tidak
“om”. Panggilan om itu kalau kita itu punya punya keturunan Mao sama Nema. Tidak
saudari perempuan melahirkan anak. punya keturunan sama sekali.
Anaknya itu panggilnya om, walaupun itu
bukan sepupu satu kali, mungkin sepupu Tapi keluarganya sekarang masih ada. Tapi
dua tiga kali. kalau lihat dari keturunannya lebih
beratnya ke Bima. Jadi nama komodo ini
Dia panggil begitu, kalau dia memang kan dia dipanggil Sebhai (binatang sebelah)
begitu, kami dari orang Atawela tidak ini kan dari bahasa Bima. Tapi kalau nama
panggil apa-apa. bukan keluarga. yang komodo ini Ora, Ora itu kalau dikatakan
jelas kepemilikan keluarganya itu di situ, mungkin bahasa komodo ini ‘orang nangis
keturunan Ginggung Kele ini berarti pasti yang begitu besar’, sehingga kita itu ya
datangnya dari Bima. Empu Segenenong kalau anak kecil nangis itu berteriak.
mungkin kelahiran terakhir itu dari kawin
antara orang komodo dengan orang Bima

44
Tapi kenapa ini jadi kampung komodo ya ambil kebunnya saja tidak. Jadi kami
bukan kampung ora? sekarang mau menuntut masalah lahan itu,
saya pikir susah ya, pemerintah melihat
Ya nama komodo ini kan melihat dari apakah bisa dikembalikan atau tidak. Kalau
bahasa apa ya. Kalau kami kan tahu bahasa melihat sejarah kan begitu, tapi faktanya
komodo itu karena diambil dari bahasa kami belum tahu, tapi kalau dalam cerita
Indonesia. Kalau di sini kan hanya bahasa orang tua dulu itu memang ada
Kili (kampung), kalau pondok itu (Loang), perjanjiannya sih. Katanya, kalau ada,
ambil kampung komodo ini kan mungkin tolong buat papan pengumumannya,
tahun 70 atau 80-an lah, mungkin sebutkan isi perjanjiannya, kami sekarang
diterjemahkan bahasa indonesia komodo. kan tidak tahu bagaimana isi perjanjiannya
Ini bukan bahasa komodo. itu. Disana kemarin itu apakah ada gantinya
atau tidak *)
Bahasa komodo tetap Ora dan
Sebae. Kalau sudah besar dibilang Sebae
karena kita bisa ajak ngomong. Saya masih
kecil itu dulu, kalau dia sedang tidur di
jalan, kalau kita lewat itu, anjing ini kan
enggak berani sama komodonya, paling kita
ngomong begini, “Sebae kau pindah, kami
ini mau pergi mencari”.

Bangun dia. bangun di tempat tidurnya


itu. baru dia pindah, tidak diganggu. Saya
masih kecil tahun 70-an. 75 73 itu belum
ada cagar alam. belum ada taman nasional
“ Kalau yang ngerti bahasa
Manggarai di sini itu rata-
rata orang tua. bapak saya
juga tahu semua bahasa
Manggarai. Kami-kami yang
itu. Kami berburu. Karena sumber
penghidupan kami saat itu berburu, kecil ini ya begitu, anak-anak
berburu rusa. komodo juga yang ngerti
bahasa komodo itu. tp sudah
Pak Offenberk kan datang penelitian, lama mirip-mirip ke bahasa Inggris
kelamaan kan orang datang satu dua. Dari ke bahasa Indonesia.
Florida, tahun 88 dia masih datang
Sementara bahasa asli
kesini. Dulu semua orang di sini pelihara
anjing untuk berburu. Masuknya taman sendirinya yang banyak yang
nasional tahun 80, anjingnya dibunuh tidak tahu, karena jelek
semua. Dibawa di Pulau Padar itu. bahasa aslinya itu mau
Aturannya tidak boleh, karena rusa itu kan dijadikan diterjemahkan ke
untuk makan komodo. Makanya anjing- bahasa Indonesia, tidak
anjing itu dibunuh semua.
cocok”
Jadi kami tidak boleh ada di Loh Liang.
Harus pindah kesini. Karena kami punya
tanah yang banyak itu kan di Loh Liang.
Saat itu salah satunya ya kita harus singkir
dari sana. Yang penting jangan pindah dari
sini. Kalau kita disana kan hanya cukup

45
PROFIL TOKOH

Mimpi Basir,
Kades Termuda di
Manggarai Barat

Dalam pemilihan kepala desa (Pilkades) Sebagai besar warga Papagarang adalah
Kabupaten Manggarai Barat tahun ini, nelayan. Papagarang terkenal sebagai
nama Basri tercatat sebagai kepala desa penghasil cumi-cumi terbesar di Mabar.
termuda. Pria berusia 28 tahun ini terpilih Pada tahun 2015, jumlah penduduk Desa
menjadi Kepala Desa Papagarang pada Papagarang sudah mencapai 1.548 jiwa,
Rabu, 28 September 2016. dengan jumlah kepala keluarga sebanyak
413. Dari jumlah demikian, wajib pilih
Papagarang merupakan salah satu desa terdapat 917 orang.
dalam kawasan Taman Nasional Komodo
(TNK). Desa lain yang termasuk dalam “Saya menang dengan peroleh 461 suara.
kawasan TNK adalah Desa Komodo dan Selisih 69 suara dengan nomor urut dua,”
Desa Pasir Panjang (Rinca). ujar Basir.

46
Dua kandidat lain tersebut antara lain Haji Padahal saat itu, ia sudah beritikad “main
Abdullah dan Ismail Jamaludin. Tidak hanya aman”. Ia cukup mendukung satu calon
berjarak dari segi umur, keduanya sudah yang menyakinkan agar jabatannya tetap
menjadi tokoh masyarakat di Desa aman.
Papagarang.
Bahkan, kepada kandidat tertentu ia coba
“Itu yang selalu bikin saya pesimis” ujarnya. membuat “kontrak politik“.

Lalu bagaimana Basir dapat terpilih menjadi “Saya sudah berjanji kepada pasangan yang
kepala desa?Apa program pamungkas Basir mau maju. Kalau kali ini giliran ini saya
selama masa kampanye? mendukung dia, pada kali berikutnya giliran
saya yang maju,” tandasnya.
Optimisme Anak Muda
Di tengah kebingungannya itu, ia
Ketika memutuskan ikut Pilkades, Basir berkonsultasi dengan ibunya. Betapa
sedang bekerja sebagai Sekretaris Desa terkejut saat ibunya mendukungnya untuk
Papagarang. Ia menempati posisi itu selama maju sebagai kades.
hampir satu setengah tahun.
“Mengapa kamu menggantungkan nasibmu
Sebelumnya, usai kuliah pada pertengahan itu kepada orang lain. Keadaan sekarang
2013, Basir pernah menjadi guru di SMP dan nanti tidak akan sama. Kalau
satu Atap Paparang dan SMA Sinar Komodo kesempatannya bisa sekarang, mengapa
di Labuan Bajo.Di dua tempat itu, ia hanya tidak diambil,” katanya mengutip nasehat
bekerja masing-masing satu semester ibunya.
sebelum akhirnya mengabdi sebagai
sekretaris desa. Sejak itulah, ia bertekad menjadi kepala
desa. Ia segera berkonsolidasi dengan anak
Basir bercerita, semula tak terlintas dalam -anak muda dan meminta petuah dari
benaknya untuk mencalonkan diri. Faktor orang-orang terdekat.
umur yang menjadi kekuatirannya. “Walaupun begitu, saya tetap pesimis,”
kata anak pertama dari ketiga bersaudara
“Meskipun ingin menjadi kepala desa, saya ini.
tidak punya niat karena masih muda dan
belum percaya diri,” kata alumnus Ia sempat berpikir, jika kalah akan menjadi
Universitas Muhamadiyah Makassar ini. nelayan dan berbisnis ikan.”

Namun, di sela-sela pencalonan itu, ia iseng


-iseng bertanya kepada teman dan keluarga
tentang kinerjanya sebagai sekertaris desa
selama satu setengah tahun. Ia terkejut
saat mendapati jawaban yang
membanggakan.

“Karena penilaian-penilaian itu, saya


bahkan didorong untuk menjadi kepala
desa, (saya) sudah dinilai pantas,” jelasnya.

47
Kampanye Melalui Surat Ia menuangkan gagasannya tentang bahaya
minuman bagi anak muda.
Selain dukungan dari orang tua dan teman-
teman, Basir mengaku, ia ingin “Selama masa kampanye, saya menulis
menawarkan gebrakan baru dalam sebanyak empat surat, memberikan
membangun desa. gagasan melalui surat” katanya.

Persis hal semacam itulah, menurutnya, Gagasan Pembangunan


diabaikan oleh para kandidat lain.
Basir merencanakan sekurang-kurangnya
“Kebijakan kandidat lain cenderung empat hal. Pertama, perlu membentuk
meneruskan saja apa yang sudah terjadi regulasi daerah terkait kepemilikan tanah.
sebelum-sebelumnya,” ujar alumnus SMP
Negeri 1 Komodo ini. Sebagai kampung dalam kawasan TNK,
warga kampung Papagarang tidak
Keinginan membawa gebrakan itu sudah ia diperbolehkan memiliki sertifikat tanah.
mulai tunjukkan saat masa kampanye.Tidak Hal itu di antaranya mempersulit mereka
hanya berkunjung dari rumah ke rumah, dalam mengakses pinjaman (modal) dari
Basir memperkenalkan cara kampanye yang bank dan juga menimbulkan konflik sosial.
unik yakni menulis surat. Selama masa kampanye, Basir berjanji
membuat regulasi di tingkat desa tentang
“Dalam surat tersebut, saya menuangkan kepemilikan tanah.
semua gagasan dan tawaran-tawaran
kebijakan. Lalu saya edarkan dari rumah ke “Kalau itu tidak dimungkinkan secara
rumah,” tegasnya. nasional, regulasi di tingkat desa tetap
diperlukan, terkait keperluan berurusan
Dalam surat itu, ia juga menyentil dengan bank, juga untuk mengantisipasi
keterlibatan anak muda dalam perjuangan konflik horisontal terkait tanah,” jelasnya.
hak-hak masyarakat pesisir.
Kedua, memperhatikan tingginya angka
Dalam demontrasi tahun 2012, ia putus sekolah. Basir berencana
merupakan salah satu yang terlibat aktif memperkuat motivasi anak-anak untuk
menjadi konseptor kelompok gerakan melanjutkan sekolah.
mahasiswa dan masyarakat pesisir.
“Mereka perlu didorong untuk terus
“Biar diingat juga jasa-jasa kita sebagai anak sekolah dan semakin tekun mengaji. Saya
muda terhadap persoalan dari masyarakat melihat keduanya memiliki hubungan yang
di sini,” ujar mantan sekretariat umum kuat,” jelas ayah dari satu anak ini.
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
Universitas Muhammadiyah Makassar itu. Ketiga, sebagai kampung dalam kawasan
TNK, Papagarang dapat dikembangkan
Ketika persaingan makin sengit, surat menjadi desa wisata, terutama karena
menjadi senjata Basir yang paling efektif. letaknya sangat strategis yakni di jalur lalu
lintas kapal wisata dalam kawasan.
Mengetahui kandidat lain bermanuver
dengan membeli banyak minuman bagi “Kampung Papagarang bisa menjadi tempat
anak muda, ia lantas menulis surat. singgah bagi wisatawan,” jelasnya.

48
Hal menarik lain, kata dia, penduduk Menurutnya, untuk membangun desa ia
Kampung Papagarang mempunyai perlu menegaskan bahwa lawan politik
kebiasaan budidaya dan menangkap ikan semasa pemilihan bukanlah musuh.
Cencara. Maka, melibatkan tim sukses dari kandidat
lain dalam kepengurusan desa bukan
“Kita mempunyai kebiasaan menutup dan sesuatu yang mustahil.
membuka penangkaran ikan Cencara tiap
tahun. Beberapa tahun terakhir meredup. “Tapi keputusan demikian tidak mudah
Ini bisa dihidupkan lagi untuk menarik diterima oleh tim sukses saya. Tugas saya
wisatawan,” tambahnya. adalah meyakinkan mereka bahwa kita
sama-sama mau yang terbaik bagi Desa
Keempat, terkait pembangunan di desa, Papagarang,” jelasnya.
Basir percaya bahwa semakin besar dana ke
desa akan dengan sendirinya membawa Di atas semuanya itu, katanya lagi, ia hanya
semakin banyak perubahan di desa. ingin menunjukkan bahwa ia mampu
Namun, menurutnya, hal yang paling urgen memimpin Desa Papagarang ke arah yang
adalah menyediakan speedboat untuk lebih baik.
membantu pasien yang dirujuk ke rumah
sakit. “Usai periode pertama, syukur kalau bisa
terpilihi lagi nantinya. Namun, saya fokus
“Angka kematian bayi dan ibu masih tinggi. untuk melakukan yang terbaik saja dulu,”
Speedboat sangat diperlukan untuk ujar ayah satu anak ini.
membantu transportasi,” ujarnya. Pun jika tidak, kata dia, ia sudah lama ingin
melanjutkan pendidikannya.
Mimpi ke Depan
“Cita-cita terbesar saya adalah saya bisa
Meskipun bangga karena berhasil terpilih melanjutkan studi ke S2,” kata mahasiswa
sebagai kepala desa, Basir mengaku, jurusan pendidikan sosiologi ini.
tantangannya tidak mudah.
Yang paling pertama adalah bagaimana (Greg/ARL/Floresa)
memberikan pemahaman tentang politik
yang benar.

Empat Pilar Gagasan Pembangunan

AGRARIA: Perlu membentuk regulasi daerah terkait kepemilikan


tanah.
PENDIDIKAN: Memperhatikan tingginya angka putus sekolah.
Sebagai kampung dalam kawasan TNK, Papagarang dapat
PARIWISATA: Pulau Papagrang direncanakan akan dikembangkan menjadi
desa wisata.
DANA DESA: Terkait pembangunan di desa, Basir percaya bahwa semakin
besar dana ke desa akan dengan sendirinya membawa
semakin banyak perubahan di desa.

49
Warga Kampung Komodo berpose
di depan rumah panggung

Dok. Haji Isaka- Repro/Gregorius Afioma

50
Dipublikasan oleh

SUNSPIRIT PUBLISHER,
Materi untuk edisi ini merupakan Kerjasama
Divisi Riset dan Pendidikan Kritis SUNSPIRIT For Justice and Peace
dengan lembaga ARC Bandung dan Lembaga KPA JAKARTA

Anda mungkin juga menyukai