Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Prinsip Percobaan


Berdasarkan sel darah merah (eritrosit) yang terinfeksi Plasmodium
falciparum
1.2 Tujuan percobaan
 Dapat menjelaskan morfologi parasit patogen pada manusia
 Dapat melakukan uji untuk menetapkan antivitas beberapa antiparasit

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Antiparasitics adalah kelas obat yang diindikasikan untuk pengobatan


penyakit parasit seperti nematoda, cestodes, trematoda, infeksi protozoa, dan
amuba. Macam-macam dari kemoterapika antiparasit adalah : Antelmintik
A. Antelmintika
Anthelmetika atau obat cacing (Yunani anti = lawan, helmintes = cacing)
adalah obat yang dapat memusnahkan cacing dalam tubuh manusia dan hewan.
Dalam istilah ini termasuk semua zat yang bekerja lokal menghalau cacing dari
saluran cerna maupun obat-obat sistemik yang membasmi cacing serta larvanya,
yang menghinggapi organ dan jaringan tubuh (Tjay, 2007).
Mekanisme kerja obat cacing yaitu dengan menghambat proses penerusan
impuls neuromuskuler sehingga cacing dilumpuhkan. Mekanisme lainnya dengan
menghambat masuknya glukosa dan mempercepat penggunaan (glikogen) pada
cacing.
Kebanyakan antelmintik efektif terhadap satu macam cacing, sehingga
diperlukan diagnosis tepat sebelum menggunakan obat tertentu. Kebanyakan
antelmintik diberikan secara oral, pada saat makan atau sesudah makan. Beberapa
senyawa antelmintik yang lama, sudah tergeser oleh obat baru seperti
Mebendazole, Piperazin, Levamisol, Albendazole, Tiabendazole, dan sebagainya.
Karena obat tersebut kurang dimanfaatkan. (Gunawan, 2009).
B. Antimalaria
Malaria adalah infeksi oleh parasit Plasmodium yang ditularkan dari satu
manusia yang lain dengan gigitan nyamuk malaria yang dikenal dengan nyamuk
Anopheles. Penyakit ini paling banyak terjadi di daerah tropis dan subtropis di
mana parasit Plasmodium dapat berkembang baik begitu pula dengan vektor
nyamuk Anopheles. Pada manusia, parasit tersebut bermigrasi ke hati di mana
mereka melepaskan bentuk lain. Jika ini terjadi, mereka dapat memasuki aliran
darah dan menginfeksi sel-sel darah merah.
Parasit sebagai penyebab penyakit malaria berkembang biak di dalam sel
darah merah, yang kemudian pecah dalam waktu 48 sampai 72 jam, menginfeksi

2
sel darah merah. Gejala pertama biasanya terjadi 10 hari sampai 4 minggu setelah
infeksi, meskipun mereka dapat muncul pada awal 8 hari atau selama setahun
kemudian. Kemudian gejala yang terjadi pada siklus 48 sampai 72 jam (Mc
Evoy,2004).
Mayoritas gejala disebabkan oleh rilis besar merozoit ke dalam aliran
darah, anemia akibat penghancuran sel darah merah, dan masalah yang
disebabkan oleh sejumlah besar hemoglobin bebas dilepaskan ke sirkulasi setelah
sel darah merah pecah. Malaria juga dapat menular sejak lahir (dari ibu ke bayi
yang dikandungnya) dan transfusi darah. Nyamuk malaria yang menjadi vektor
penyebab malaria dapat dibawa ke daerah beriklim sedang, tetapi parasit hilang
selama musim dingin (Mc Evoy,2004).

Ada empat macam plasmodium yang menyebabkan penyakit malaria :


- Falciparum, penyebab penyakit malaria tropika. Jenis malaria ini bisa
menimbulkan kematian.
- Vivax, penyebab penyakit malaria tersiana. Penyakit ini sukar disembuhkan dan
sulit kambuh.
- Malariae, penyebab penyakit malaria quartana. Di Indonesia penyakit ini tidak
banyak ditemukan.
- Ovale, penyebab penyakit malaria Ovale. Tidak terdapat di Indonesia.

Kerja plasmodium adalah merusak sel-sel darah merah. Dengan perantara nyamuk
anopheles, plasodium masuk ke dalam darah manusian dan berkembang biak
dengan membelah diri (Haryanto,1999).

 Siklus Hidup plamodium penyebab malaria :


Dalam siklus hidupnya plasmodium peneyebab malaria mempunyai dua
hospes yaitu pada manusia dan nyamuk. Siklus aseksual plasmodium yang
berlangsung pada manusia disebut skizogoni dan siklus seksual plasmodium yang
membentuk sporozoit didalam nyamuk disebut sporogoni.
 Siklus Hidup Plasmodium, Siklus aseksual

3
Sporozoit infeksius dari kelenjar ludah nyamuk anopheles betina dimasukkan
kedalam darah manusia melalui tusukan nyamuk tersebut. Dalam waktu tiga
puluh menit jasad tersebut memasuki sel-sel parenkim hati dan dimulai stadium
eksoeritrositik dari pada daur hidupnya. Didalam sel hati parasit tumbuh menjadi
skizon dan berkembang menjadi merozoit (10.000-30.000 merozoit, tergantung
spesiesnya) . Sel hati yang mengandung parasit pecah dan merozoit keluar dengan
bebas, sebagian di fagosit. Oleh karena prosesnya terjadi sebelum memasuki
eritrosit maka disebut stadium preeritrositik atau eksoeritrositik yang berlangsung
selama 2 minggu. Pada P. Vivax dan Ovale, sebagian tropozoit hati tidak
langsung berkembang menjadi skizon, tetapi ada yang menjadi bentuk dorman
yang disebut hipnozoit. Hipnozoit dapat tinggal didalam hati sampai bertahun-
tahun. Pada suatu saat bila imunitas tubuh menurun, akan menjadi aktif sehingga
dapat menimbulkan relaps (kekambuhan). Siklus eritrositik dimulai saat merozoit
memasuki sel-sel darah merah. Parasit tampak sebagai kromatin kecil, dikelilingi
oleh sitoplasma yang membesar, bentuk tidak teratur dan mulai membentuk
tropozoit, tropozoit berkembang menjadi skizon muda, kemudian berkembang
menjadi skizon matang dan membelah banyak menjadi merozoit. Dengan
selesainya pembelahan tersebut sel darah merah pecah dan merozoit, pigmen dan
sisa sel keluar dan memasuki plasma darah. Parasit memasuki sel darah merah
lainnya untuk mengulangi siklus skizogoni. Beberapa merozoit memasuki eritrosit
dan membentuk skizon dan lainnya membentuk gametosit yaitu bentuk seksual
(gametosit jantan dan betina) setelah melalui 2-3 siklus skizogoni darah.

 Siklus Hidup Plasmodium, Siklus seksual


Terjadi dalam tubuh nyamuk apabila nyamuk anopheles betina menghisap
darah yang mengandung gametosit.Gametosit yang bersama darah tidak dicerna.
Pada makrogamet (jantan) kromatin membagi menjadi 6-8 inti yang bergerak
kepinggir parasit. Dipinggir ini beberapa filamen dibentuk seperti cambuk dan
bergerak aktif disebut mikrogamet. Pembuahan terjadi karena masuknya
mikrogamet kedalam makrogamet untuk membentuk zigot. Zigot berubah bentuk
seperti cacing pendek disebut ookinet yang dapat menembus lapisan epitel dan
membran basal dinding lambung. Ditempat ini ookinet membesar dan disebut

4
ookista. Didalam ookista dibentuk ribuan sporozoit dan beberapa sporozoit
menembus kelenjar nyamuk dan bila nyamuk menggigit/ menusuk manusia maka
sporozoit masuk kedalam darah dan mulailah siklus pre eritrositik
(Haryanto,1999).
C. Antiamuba
Amubiasis adalah suatu infeksi usus besar yang disebabkan oleh
Entamoebahistolytica, suatu parasit bersel tunggal. Parasit ini memiliki 2 (dua)
bentuk dalam siklus hidupnya, yaitu bentuk aktif (trofozoit) dan bentuk pasif
(kista). merupakan salah satu penyakit parasit yang endemik dan banyak
menimbulkan kematian dibanyak negara,terutma didaerah tropis yang
sanitasinyan relatif rendah.
Bentuk amuba dan cara penularannya :
 Bentuk kista
Merupakan bentuk yang tidak aktif dari amuba yang memiliki membran
pelindung yang ulet dan tahan getah lambung.
 Bentuk minuta (kecil)
Bila makanan yang terinfeksi oleh kista amuba masuk ke usus manusia, kista akan
pecah dan berkembang menjadi bentuk aktif yang disebut tropozoit,
memperbanyak diri dengan pembelahan dan hidup dari bakteri-bakteri yang ada di
usus, akibatnya terjadi luka-luka kecil pada mukosa usus sehingga menimbulkan
kejang perut, diare berlendir dan berdarah.
 Bentuk Histolitika
Pada kasus tertentu tropozoid melewati dinding usus, berkembang menjadi 2 kali
lebih besar, lalu menerobos ke organ-organ lain (jantung, paru-paru, otak
khususnya hati) di sini tropozoid - tropozoid ini hidup dari eritrosit dan sel-sel
jaringan yang dilarutkan olehnya dengan jalan fagositosis sehingga jaringan yang
ditempatinya akan mati (nekrosis).(Williams,1997)

5
BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

A. Alat yang digunakan:


B. Bahan yang digunakan:
 Lap Tangan
 Sarung tangan
1. Preparat Plasmodium
 Masker
falciparum
 Mikroskop
3.2 Prosedur Percobaan

Pengamatan preparat Plasmodium falciparum yang telah diawetkan

Setiap kelompok diberikan satu preparat

Diamati jumlah stadium terhadap aseksual parasit pada :

Dihitung jumlah stadium terhadap aseksual parasit pada :Merozoit,


Trofozoit muda berbentuk cincin,Skhizon

Dicatat

Dihitung sel darah merah yang terinfeksi

HASIL

6
BAB IV

HASIL & PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


Gambar Keterangan

Sel yang terinfeksi


1. Ring : 34
2. Schizon : 14
3. Jumlah eritrosit : 133
4. Tropozoit : 0
5. Total jumlah sel yang
terinfeksi : 48

34
% Parasit yang memiliki bentuk ring = 133 x 100 % = 25,56 %

14
% Parasit yang berbentuk schizon = 133 x 100 % =10,52 %

Parasitemia :
sel yang terinfeksi
ƶ̄ = x 100%
jumlah eritrosit

Perhitungan parasitemia :

sel yang terinfeksi


ƶ̄ = x 100%
jumlah eritrosit

48
ƶ̄ = x 100%
133

ƶ̄ = 36,09 %

7
4.2 Pembahasan
Plasmodium merupakan genus protozoa parasit. Penyakit yang disebabkan
oleh genus ini dikenal sebagai malaria. Parasit ini senantiasa mempunyai dua
inang dalam siklus hidupnya, vektor nyamuk dan inang vertebra. Sekurang-
kurangnya sepuluh spesies lain menjangkiti hewan lain, termasuk burung, reptilia
dan hewan pengerat.

Pada percobaan ini untuk menetapkan aktivitas beberapa antiparasit


dengan menggunakan preparat Plasmodium falciparum. Plasmodium falciparum
adalah protozoa parasit, salah satu spesies Plasmodium yang menyebabkan
penyakit malaria pada manusia. Protozoa ini masuk pada tubuh manusia melalui
nyamuk Anopheles betina.

Pemeriksaan bentuk Plasmodium memerlukan ketelitian karena bentuknya


yang mirip-mirip. Selain itu, sampel preparat juga lumayan sulit digambar karena
kecilnya gambar hasil yang dapat dilihat dari mikroskop.

Hasil yang di dapat setelah melihat dari mikroskop yaitu, terdapat ring ada
34, schizon ada 14, jumlah eritrosit ada 133 dan total jumlah sel yang terinfeksi
ada 15. Preparat gametosit Plasmodium falciparum bentuknya tidak bulat atau
berbentuk seperti bulan sabit dengan ujung yang runcing/bulat dengan inti
padat/bulat.

8
BAB V

KESIMPULAN

1. Plasmodium falciparum menyebabkan penyakit malaria pada manusia.


2. Terdapat ring dengan jumlah 34, schizon dengan jumlah 14, jumlah
eritrosit dengan jumlah 133 dan total jumlah sel yang terinfeksi dengan
jumlah 15.

9
DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, Gan Sulistia. 2009. Farmakologi dan Terapi edisi 5. Jakarta:


Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Haryanto.1999. MALARIA epidemiologi, patogenesis, manifestasi klinis dan
penanganan. EGC : Jakarta
McEvoy, G. K., 2004, AHFS Drug Information,American Society of Health
System Pharmacists, US.
Tjay, T. H., dan Rahardja, K. (2007). Obat -Obat Penting Khasiat, Penggunaan ,
dan Efek -Efek Sampingnya. Edisi ke VI. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Williams, R.L., Brates, D.c., Mordenti, J., 1990, Rational Therapeutics A Clinical
Pharmacologic Guide for the Health Profesional, Marcel Dekker, New York.

10
LAMPIRAN

Gambar mikroskopik preparat Plasmodium falciparum

 Perhitungan
34
% Parasit yang memiliki bentuk ring = 133 x 100 % = 25,56 %

14
% Parasit yang berbentuk schizon = 133 x 100 % =10,52 %


Parasitemia :

sel yang terinfeksi


ƶ̄ = x 100%
jumlah eritrosit
Perhitungan parasitemia :

sel yang terinfeksi


ƶ̄ = x 100%
jumlah eritrosit

15
ƶ̄ = x 100%
133

ƶ̄ = 11,27%

11

Anda mungkin juga menyukai