02 Etika Dalam Riset Dan Berpikir Sepert
02 Etika Dalam Riset Dan Berpikir Sepert
I. ETIKA RISET
A. Definisi Etika Riset
Etika adalah norma-norma atau standar-standar perilaku yang menjadi pedoman
dalam menentukan pilihan moral sebagai seorang individu dan dalam hubungannya
dengan orang lain. Tujuan etika dalam riset adalah untuk menjamin bahwa aktivitas
riset tidak merugikan pihak mana pun. Isu-isu yang dihadapi dalam setiap tahapan
proses riset, baik oleh sponsor, periset, maupun partisipan adalah sbb.
Isu-isu Etika
Tahapan Riset
Sponsor Periset Partisipan
Eksplorasi Ketidakterbukaan
menyesuaikan menyesuaikan
sponsor
Penyusunan Proposal Hak terhadap kualitas
Riset hasil riset
Hak atas kerahasiaan
Hak atas ketiadaan menyesuaikan menyesuaikan
paksaan
Hak atas ketiadaan
kecurangan
Penyusunan Strategi Hak atas kualitas hasil Hak atas ketiadaan Kecurangan partisipan
Desain Riset (Desain riset paksaan dari sponsosr Permintaan persetujuan
Pengumpulan Data – terhadap periset partisipan
Desain Sampling – Hak partisipan atas
Pengembangan kerahasiaan
Instrumen) (penolakan)
Persiapan dan Hak sponsor atas Hak periset untuk Hak partisipan atas
Pengumpulan Data kerahasiaan memperoleh keamanan privasi
Kecurangan partisipan
Analisis dan Interpretasi Hak sponsor atas Hak periset atas Hak partisipan atas
Data serta Pelaporan kerahasiaan ketiadaan paksaan dari kerahasiaan
Hak sponsor atas sponsor
kualitas hasil riset
Akan tetapi, privasi lebih dari sekadar kerahasiaan. Untuk itu, cara-cara yang perlu
dilakukan dalam menjaga privasi partisipan antara lain (1) memberitahukan kepada
partisipan bahwa mereka memiliki hak untuk menolak dilibatkan dalam riet atau
untuk tidak menjawab sebagian pertanyaan yang diberikan, (2) selalu meminta izin
sebelum melakukan interviu, (3) menyusun jadwal rencan interviu, (4)
mendiskusikan durasi waktu penelitian, dan (5) membatasi riset pada perilaku-
perilaku publik saja.
3. Perlindungan Anonimitas
Dalam kondisi-kondisi yang telah dibahas sebelumnya, periset harus mampu
menjaga kerahasiaan sponsor maupun partisipan. Periset harus membuat
perjanjian atas hal tersebut.
kehidupan sehari-hari. Konsep dapat berasal dari pengalaman atau pun mengadopsi
dari terminologi dari berbagai cabang ilmu yang ada.
2. Konsepsi/Gagasan
Konsep merujuk pada sesuatu yang memiliki bentuk seperti misalnya meja. Namun
seringkali kita temui sesuatu yang abstrak seperti kepribadian. Konsep yang
merujuk sesuatu yang abstrak dinamakan konsepsi.
3. Definisi
Definisi dapat diklasifikasikan sebagai definisi menurut kamus atau pun definisi
operasional. Berdasarkan kamus, konsep dapat diartikan sebagai sinonim. Adapun
definisi operasional adalah sebuah definisi yang dinyatakan dalam sebuah kriteria
khusus untuk pengujian atau pengukuran yang merujuk pada standar tertentu.
4. Variabel
Dalam praktik sehari-hari, variabel disamakan artinya dengan konsepsi atau
sesuatu yang sedang dipelajari. Namun, dalam konteks ini, variabel adalah sebuah
simbol dari suatu peristiwa, perbuatan, krakteristik, atau atribut yang bisa diukur.
Untuk keperluan entri data dan analisis, variabel dapat dibedakan menjadi variabel
dikotomi, variabel diskrit, dan variabel kontinyu. Variabel dikotomi adalah variabel
yang hanya memiliki 2 nilai, misalnya hidup-mati, pria-wanita, dll. Variabel diskrit
adalah variabel yang memiliki katagori tertentu. Adapun variabel kontinyu adalah
variabel yang memiliki rentang tertentu dan dalam kasus tertentu bersifat tak
terbatas, misalanya pendapatan, temperatur, umur, dan nilai ujian.
6. Teori
Teori adalah sekumpulan konsep-konsep yang saling berhubungan, definisi, dan
preposisi yang digunakan untuk menjelaskan dan memprediksi suatu fenomena
tertentu.
7. Model
Model adalah analogi atau representasi atas beberapa aspek dari sebuah sistem
keseluruhan. Model digunakan untuk mendeskripsikan, memprediksi, dan
mengendalikan.
B. Metode Ilmiah
Penyelidikan ilmiah didasarkan pada proses inferensi. Proses ini digunakan untuk
mengembangkan dan menguji berbagai macam proposisi melalui pergerakan ganda
dari pemikiran yang reflektif. Pemikiran yang reflektif tersebut terdiri atas
sederetan induksi dan deduksi untu menjelaskan secara induktif (dengan hipotesis)
sebuah kondisi yang membingungkan. Sebaliknya, hipotesis digunakan dalam
sebuah deduksi dari fakta-fakta yang lebih dalam untuk dapat menentukan
kebenaran dari hipotesis tersebut.