Anda di halaman 1dari 5

ETIKA RISET DAN BERPIKIR SEPERTI SEORANG PERISET

I. ETIKA RISET
A. Definisi Etika Riset
Etika adalah norma-norma atau standar-standar perilaku yang menjadi pedoman
dalam menentukan pilihan moral sebagai seorang individu dan dalam hubungannya
dengan orang lain. Tujuan etika dalam riset adalah untuk menjamin bahwa aktivitas
riset tidak merugikan pihak mana pun. Isu-isu yang dihadapi dalam setiap tahapan
proses riset, baik oleh sponsor, periset, maupun partisipan adalah sbb.

Isu-isu Etika
Tahapan Riset
Sponsor Periset Partisipan
Eksplorasi  Ketidakterbukaan
menyesuaikan menyesuaikan
sponsor
Penyusunan Proposal  Hak terhadap kualitas
Riset hasil riset
 Hak atas kerahasiaan
 Hak atas ketiadaan menyesuaikan menyesuaikan
paksaan
 Hak atas ketiadaan
kecurangan
Penyusunan Strategi  Hak atas kualitas hasil  Hak atas ketiadaan  Kecurangan partisipan
Desain Riset (Desain riset paksaan dari sponsosr  Permintaan persetujuan
Pengumpulan Data – terhadap periset partisipan
Desain Sampling –  Hak partisipan atas
Pengembangan kerahasiaan
Instrumen) (penolakan)
Persiapan dan  Hak sponsor atas  Hak periset untuk  Hak partisipan atas
Pengumpulan Data kerahasiaan memperoleh keamanan privasi
 Kecurangan partisipan
Analisis dan Interpretasi  Hak sponsor atas  Hak periset atas  Hak partisipan atas
Data serta Pelaporan kerahasiaan ketiadaan paksaan dari kerahasiaan
 Hak sponsor atas sponsor
kualitas hasil riset

B. Etika Terkait Dengan Para Partisipan


1. Penginformasian Manfaat Riset
Dalam pelaksanaan riset, periset harus menjelaskan kepada partisipan terkait
manfaat-manfaat yang akan diperoleh. Penjelasan tersebut harus memberikan
gambaran apa adanya dari manfaat yang diharapkan. Secara teknis, penjelasan
tersebut dimulai dengan perkenalan diri, perkenalan nama organisasi tempat
periset bernaung, untuk kemudian dilanjutkan dengan tujuan dan manfaat dari riset
tersebut. Namun, terkadang tujuan dan manfaat dari sebuah riset harus
dirahasiakan untuk menghindari adanya data yang bias. Perlu diperhatikan bahwa
periset tidak diperkenankan untuk membujuk para partisipan, baik dengan uang
maupun yang lainnya.

2. Penyembunyian Sebagian Informasi oleh Periset


Dalam hal ini, kecurangan yang dimaksud adalah bahwa periset menyembunyikan
sebagian informasi dari para partisipan atau dapat juga berupa perisat melakukan
kompromi tertentu dengan partisipan. Namun, ada kondisi yang membolehkan
dirahasikannya sebagian informasi, yaitu (1) untuk menghindari data yang bias dan
(2) untuk menjaga kerahasiaan pihak ke tiga.

3. Permintaan Persetujuan Partisipan


Persetujuan yang dimaksud di sini adalah persetujuan tertulis. Namun, sebelum
persetujuan tersebut dibuat, periset perlu menjelaskan kepada partisipan terkait
desain riset yang akan dilaksanakan. Dalam hal harus ada informasi yang
disembunyikan karena tujuan tertentu maka periset harus memberitahukannya
kepada partisipan setelah aktivitas riset selesai dilaksanakan.

4. Penjelasan kepada Partisipan


Penjelasan kepada partisipan, dalam hal ini, meliputi: (1) penjelasan terkait hal-hal
yang sebelumnya dirahasiakan, (2) penjelasan terkait hipotesis dan tujuan riset, (3)
rencana distribusi hasil riset, dan (4) rencana tindak lanjut medis/psikologis untuk
menanggulangi konsekuensi yang ditimbulkan oleh aktivitas riset.

5. Hak atas Privasi Partisipan


Jaminan atas privasi partisipan diberikan dalam rangka mendorong partisipan
untuk memberikan data yang benar. Beberapa cara dapat ditempuh dalam
melindungi kerahasiaan partisipan yaitu (1) membuat persetujuan tertulis, (2)
membatasi akses atas identitas partisipan, (3) meminta persetujuan tertulis terlebih
dahulu sebelum mengungkapkan iformasi dari partisipan, (4) membatasi akses
terhadap instrumen-instrumen yang dapat mengidentifikasi identitas partisipan, (5)
tidak melakukan publikasi data penelitian.

Akan tetapi, privasi lebih dari sekadar kerahasiaan. Untuk itu, cara-cara yang perlu
dilakukan dalam menjaga privasi partisipan antara lain (1) memberitahukan kepada
partisipan bahwa mereka memiliki hak untuk menolak dilibatkan dalam riet atau
untuk tidak menjawab sebagian pertanyaan yang diberikan, (2) selalu meminta izin
sebelum melakukan interviu, (3) menyusun jadwal rencan interviu, (4)
mendiskusikan durasi waktu penelitian, dan (5) membatasi riset pada perilaku-
perilaku publik saja.

6. Pengumpulan Data Di Dunia Maya


Pengumpulan data melalui dunia maya semakin marak dilaksanakan. Sarana yang
digunakan juga semakin bervariasi. Potensi terabaikannya privasi semakin
meningkat. Namun demikian, privasi tetap menjadi masalah etika yang harus
dilindungi dalam segala keadaan.

C. Etika Terkait Sponsor


1. Kerahasiaan
Sponsor memiliki hak atas kerahasiaan beberapa hal, yaitu identias sponsor, tujuan,
dan hasil riset.
2. Hubungan Antara Periset dan Sponsor
Untuk dapat melaksanakan riset dengan sukses, baik sponsor maupun periset harus
melaksanakan peran masing-masing. Sponsor harus mampu menjelaskan masalah
yang ingin diselesaikan disertai dengan informasi-informasi lain yang relevan.
Adapun periset harus mampu mendesain riset yang mampu menyelesaikan
persoalan sponsor. Dalam fase selanjutnya, dimungkinan terjadi konfik-konfik
antara periset dengan sponsor, antara lain:

- Kesenjangan pengetahuan di antara periset dan sponsor


- Kesenjangan status (periset dianggap sebagai saingan manajemen internal)
- Ketidaktepatan riset
- Kesenjangan kualitas riset dengan yang diharapkan

3. Etika Bagi Sponsor


Sponsor tidak boleh meminta periset untuk melakukan hal yang tidak etis, yaitu (1)
membongkah rahasia partisipan, (2) memanipulasi data, (3) mengubah interpretasi
data, (4) menginterpretasai data secara bias, dan (5) membuat rekomendasi yang
bertentangan dengan data-data yang dikumpulkan. Untuk mengatasi hal tersebut,
dapat dilakukan (1) mengedukasi sponsor akan tujuan riset, (2) menjelaskan peran
periset sebagai pencari fakta dan peran sponsor sebagai pengambil keputusan, (3)
menjelaskan dampak dari mencurangi partisipan, dan (4) dalam kondisi terburuk,
periset dapat memutuskan hubungan dengan sponsor.

D. Etika Terkait Para Periset


1. Kemanan Periset dan Aisten Riset
Periset bertanggung jawab untuk mendesain riset yang aman bagi semua pihak
yang terlibat, tidak terkecuali periset dan asisten-asistennya.

2. Prilaku Etis Asisten Riset


Perilaku etis harus ditunjukkan oleh periset maupun asisten-asisten risetnya.

3. Perlindungan Anonimitas
Dalam kondisi-kondisi yang telah dibahas sebelumnya, periset harus mampu
menjaga kerahasiaan sponsor maupun partisipan. Periset harus membuat
perjanjian atas hal tersebut.

II. BERPIKIR SEPERTI SEORANG PERISET


A. Peristilahan-Peristilahan Dalam Riset
1. Konsep
Konsep adalah sekumpulan arti atau karakteristik yang diterima secara umum dari
suatu peristiwa, objek, kondisi, situasi, atau perilaku tertentu. Contoh: ketika kita
melihat seseorang lewat di depan kita maka kita akan dapat mengidentifikasi orang
tersebut sedang berlari, berjalan, melompat, atau pun merangkak. Berlari, berjalan,
melompat, dan merangkak tersebut merupakan contoh konsep-konsep dalam
Halaman 4 dari 5

kehidupan sehari-hari. Konsep dapat berasal dari pengalaman atau pun mengadopsi
dari terminologi dari berbagai cabang ilmu yang ada.

Konsep merupakan sebuah kunci sukses dalam pelaksanaan riset. Kesuksesan


sebuah riset ditentukan oleh (1) seberapa jelas kita menjelaskan sebuah konsep dan
(2) sebarapa paham orang lain terhadap konsep yang kita jelaskan. Salah satu solusi
yang dapat dilakukan adalah melakukan pembatasan-pembatasan atas konsep-
konsep tersebut.

2. Konsepsi/Gagasan
Konsep merujuk pada sesuatu yang memiliki bentuk seperti misalnya meja. Namun
seringkali kita temui sesuatu yang abstrak seperti kepribadian. Konsep yang
merujuk sesuatu yang abstrak dinamakan konsepsi.

Dalam sebuah riset, konsepsi yang paling susah untuk diobservasi/diukur


dinamakan konsepsi hipotesis. Adapun konsep dan konsepsi dalam sebuah riset yang
saling berhubungan dinamakan skema konseptual.

3. Definisi
Definisi dapat diklasifikasikan sebagai definisi menurut kamus atau pun definisi
operasional. Berdasarkan kamus, konsep dapat diartikan sebagai sinonim. Adapun
definisi operasional adalah sebuah definisi yang dinyatakan dalam sebuah kriteria
khusus untuk pengujian atau pengukuran yang merujuk pada standar tertentu.

4. Variabel
Dalam praktik sehari-hari, variabel disamakan artinya dengan konsepsi atau
sesuatu yang sedang dipelajari. Namun, dalam konteks ini, variabel adalah sebuah
simbol dari suatu peristiwa, perbuatan, krakteristik, atau atribut yang bisa diukur.

Untuk keperluan entri data dan analisis, variabel dapat dibedakan menjadi variabel
dikotomi, variabel diskrit, dan variabel kontinyu. Variabel dikotomi adalah variabel
yang hanya memiliki 2 nilai, misalnya hidup-mati, pria-wanita, dll. Variabel diskrit
adalah variabel yang memiliki katagori tertentu. Adapun variabel kontinyu adalah
variabel yang memiliki rentang tertentu dan dalam kasus tertentu bersifat tak
terbatas, misalanya pendapatan, temperatur, umur, dan nilai ujian.

Variabel independen (variabel prediktor) adalah variabel yang dapat dimanipulasi


oleh periset sehingga dapat mempengaruhi variabel dependen (kriterion variabel).
Dengan demikian, variabel dependen adalah variabel yang diukur, diprediksi,
maupun dimonitor dan diharapkan dipengaruhi oleh manipulasi yang dilakukan
terhadap variabel independen.

Variabel moderator (variabel independen kedua) adalah variabel yang


mempengaruhi (memperkuat/memperlemah) hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen. Variabel intervening adalah variabel yang
secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dan variabel
dependen menjadi hubungan tidak langsung dan tidak dapat diamati atau diukur.

5. Proposisi dan Hipotesis


Proposisi merupakan instrumen untuk menilai benar salahnya relasi diantara
fenomena-fenomena yang diamati. Adapun hipotesis adalah relasi di antar beberapa
fenomena tersebut.

6. Teori
Teori adalah sekumpulan konsep-konsep yang saling berhubungan, definisi, dan
preposisi yang digunakan untuk menjelaskan dan memprediksi suatu fenomena
tertentu.

7. Model
Model adalah analogi atau representasi atas beberapa aspek dari sebuah sistem
keseluruhan. Model digunakan untuk mendeskripsikan, memprediksi, dan
mengendalikan.

B. Metode Ilmiah
Penyelidikan ilmiah didasarkan pada proses inferensi. Proses ini digunakan untuk
mengembangkan dan menguji berbagai macam proposisi melalui pergerakan ganda
dari pemikiran yang reflektif. Pemikiran yang reflektif tersebut terdiri atas
sederetan induksi dan deduksi untu menjelaskan secara induktif (dengan hipotesis)
sebuah kondisi yang membingungkan. Sebaliknya, hipotesis digunakan dalam
sebuah deduksi dari fakta-fakta yang lebih dalam untuk dapat menentukan
kebenaran dari hipotesis tersebut.

Periset berfikir bahwa ilmu pengetahuan merupakan serangkaian proses yang


teratur yang terdiri dari induksi, deduksi, observasi, dan pengujian hipotesis.
Meskipun metode ilmiah tidak terdiri dari tahapan-tahapan yang berurutan
maupun independen, proses pemecahan masalah yang dihasilkannya menyediakan
sebuah jalan untuk dilaksanakannya sebuah riset.

Anda mungkin juga menyukai