Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah, Puji dan syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, serta shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad
SAW, dan para sahabat serta pengikutnya hingga akhir zaman. Karena atas rahmat dan ridha-
Nya, penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “LUKA BAKAR”. Penulisan referat
ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas dalam menempuh kepanitraan klinik di bagian ilmu
kebidanan dan kandungan di RSUD dr. Drajat Prawiranegara.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan referat ini tidak lepas dari bantuan
dan dorongan banyak pihak. Maka dari itu, perkenankanlah penulis menyampaikan rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu, terutama kepada dr.
Irsyad, Sp.BP yang telah memberikan arahan serta bimbingan ditengah kesibukan dan
padatnya aktivitas beliau.
Penulis menyadari penulisan referat ini masih jauh dari sempurna mengingat keterbatasan
ilmu yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun demi perbaikan penulisan referat ini. Akhir kata penulis berharap penulisan
referat ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Serang, Februari 2018

Penulis

1
BAB I
PENDAHULUAN

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Luka bakar
merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para dokter. Luka bakar merupakan suatu jenis
trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi. Biaya yang dibutuhkan untuk penanganannya
pun tinggi. Di Indonesia, luka bakar masih merupakan problem yang berat. Perawatan dan
rehabilitasinya masih sukar dan memerlukan ketekunan, biaya mahal, tenaga terlatih dan
terampil. Luka bakar berat menyebabkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi
dibandingkan dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan untuk penanganannya
pun tinggi. 1
Di Indonesia, belum ada angka pasti mengenai luka bakar, tetapi dengan bertambahnya
jumlah penduduk dan industri, angka luka bakar juga semakin meningkat. Luka bakar
menyebabkan hilangnya integritas kulit dan juga menimbulkan efek sistemik yang sangat
kompleks. Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan kedalaman luka
bakar. Beratnya luka tergantung pada dalam, luas, dan letak luka. Selain beratnya luka bakar,
umur dan keadaan kesehatan penderita sebelumnya merupakan faktor yang sangat
mempengaruhi prognosis.1,2
Oleh karena itu, penanganan luka bakar lebih tepat dikelola oleh suatu tim trauma yang
terdiri dari spesialis bedah (bedah anak, bedah plastik, bedah thoraks, bedah umum),
intensifis, spesialis penyakit dalam, ahli gizi, rehabilitasi medik, psikiatri, dan psikologi. 2

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Luka
bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi yang
memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok) sampai fase lanjut.3

B. Epidemiologi
Di Amerika serikat kurang lebih 250.000 orang mengalami luka bakar setiap tahunnya.
Dari angka tersebut, 112.000 penderita luka bakar membutuhkan tindakan emergensi, dan
sekitar 210 penderita luka bakar meninggal dunia. Di Indonesia, belum ada angka pasti
mengenai luka bakar, tetapi dengan bertambahnya jumlah penduduk dan industri, angka luka
bakar juga semakin meningkat.1,2

C. Etiologi
Penyebab luka bakar yang tersering adalah terbakar api langsung yang dapat dipicu atau
diperparah dengan adanya cairan yang mudah terbakar seperti bensin, gas, kompor rumah
tangga, cairan dari tabung pemantik api, yang akan menyebabkan luka bakar pada seluruh
atau sebagian tebal kulit. Pada anak, kurang lebih 60% luka bakar disebabkan oleh air panas
yang terjadi pada kecelakaan rumah tangga, dan umumnya merupakan luka bakar superfisial,
tetapi dapat juga mengenai seluruh ketebalan kulit (derajat tiga).2
Penyebab luka bakar yang lain adalah pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun
bahan kimia. Bahan kimia ini bias berupa asam atau basa kuat. Asam kuat menyebabkan
nekrosis koagulasi, denaturasi protein, dan rasa nyeri yang hebat. Asam hidroflorida mampu
menembus jaringan sampai ke dalam dan menyebabkan toksisitas sistemik yang fatal,
bahkan pada luka kecil sekalipun. Alkali atau basa kuat yang banyak terdapat dalam rumah
tangga antara lain cairan pemutih pakaian (bleaching), berbagai cairan pembersih, dll. Luka
bakar yang disebabkan oleh basa kuat akan menyebabkan jaringan mengalami nekrosis yang
mencair (liquefactive necrosis). Kemampuan alkali menembus jaringan lebih dalam lebih
3
kuat dari pada asam, kerusakan jaringan lebih berat karena sel mengalami dehidrasi dan
terjadi denaturasi protein dan kolagen. Rasa sakit baru timbul belakangan sehingga penderita
sering terlambat datang untuk berobat dan kerusakan jaingan sudah meluas.2,3
D. Klasifikasi
Berdasarkan penyebab:
Luka bakar dibedakan atas beberapa jenis, antara lain:
 Luka bakar karena api
 Luka bakar karena air panas
 Luka bakar karena bahan kimia (yang bersifat asam atau basa kuat)
 Luka bakar karena listrik dan petir
 Luka bakar karena radiasi
 Cedera akibat suhu yang sangat rendah (frost bite)

Berdasarkan kedalaman kerusakan jaringan:


Luka bakar derajat I:
 Kerusakan terbatas pada bagian superfisial epidermis
 Kulit kering, hiperemik memberikan efloresensi
 Berupa eritema
 Tidak dijumpai bula
 Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
 Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 5-10 hari
 Contoh adalah luka bakar akibat sengatan matahari

Luka bakar derajat II:


 Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi akut disertai
proses eksudasi
 Dijumpai bula
 Dasar luka berwarna merah/pucat sering terletak lebih tinggi di atas permukaan kulit
normal.
 Nyeri karena ujung-ujung saraf sensoris teriritasi

a. Derajat II a / dangkal (superficial)

4
 Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian superfisial dermis.
 Apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh.
 Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 10-14 hari

b. Derajat II b / dalam (deep)


 Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis
 Apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh.
 Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung apendises kulit yang tersisa. Biasanya
penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.

Luka bakar derajat III:


 Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan lapisan yang lebih dalam
 Apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea mengalami
kerusakan.
 Tidak dijumpai bula
 Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Kering, letaknya lebih rendah
dibandingkan kulit sekitarnya akibat koagulasi protein pada lapis epidermis dan dermis
(dikenal dengan sebutan eskar)
 Tidak dijumpai rasa nyeri, bahkan hilang sensasi karena ujung-ujung saraf sensoris
mengalami kerusakan/kematian
 Penyembuhan terjadi lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan baik dari dasar luka,
tepi luka, maupun apendises kulit.

5
Gambar 1. Dalamnya luka bakar

Gambar 2. Diagram kedalaman luka bakar

Berdasarkan berat/ringan luka bakar


Berdasarkan berat/ringan luka bakar, diperoleh beberapa kategori luka bakar menurut
American Burn Association:
1. Luka bakar berat/kritis (major burn)
 Derajat II-III >20% pada pasien berusia dibawah 10 tahun atau diatas usia 50 tahun.
 Derajat II-III >25% pada kelompok usia selain disebutkan di atas
 Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum.
 Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan luas luka
bakar
 Luka bakar listrik tegangan tinggi
 Disertai trauma lainnya
 Pasien-pasien dengan risiko tinggi

2. Luka bakar sedang (moderate burn)


 Luka bakar dengan luas 15-25% pada dewasa, dengan luka bakar derajat tiga kurang
dari 10%.
 Luka bakar dengan luas 10-20% pada anak usia <10 tahun atau dewasa >40 tahun,
dengan luka bakar derajat tiga kurang dari 10%
 Luka bakar dengan derajat tiga <10% pada anak maupun dewasa yang tidak mengenai
6
muka, tangan,kaki dan perineum.

3. Luka bakar ringan


 Luka bakar dengan luas <15% pada dewasa
 Luka bakar dengan luas <10% pada anak dan usia lanjut
 Luka bakar dengan luas <2% pada anak segala usia; tidak mengenai muka, kaki dan
perineum.

E. Patofisiologi
Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan benda-benda
yang menghasilkan panas (api secara langsung maupun tidak langsung, pajanan suhu tinggi
dari matahari, listrik, maupun bahan kimia, air, dll) atau zat-zat yang bersifat membakar (asam
kuat, basa kuat).1 Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai
peranan dalam homeostasis. Kulit merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh
kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya
sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm
tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis,
labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak
tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong. Secara embriologis kulit berasal dari dua
lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari
ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium
yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat. 2
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler yang
terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya ikut
rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan oedem dan
menimbulkan bula yang banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan
intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat
penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar derajat
dua dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat tiga. Bila luas luka bakar kurang
dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa mengatasinya, tetapi bila lebih
dari 20% akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang khas, seperti gelisah, pucat,
dingin, berkeringat, nadi kecil, dan cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin

7
berkurang. Pembengkakkan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah delapan jam.3
Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat terjadi kerusakan
mukosa jalan napas karena gas, asap, atau uap panas yang terhisap. Edema laring yang
ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan gejala sesak napas,
takipnea, stridor, suara serak dan dahak bewarna gelap akibat jelaga. Dapat juga keracunan
gas CO dan gas beracun lainnya. Karbon monoksida akan mengikat hemoglobin dengan kuat
sehingga hemoglobin tak mampu lagi mengikat oksigen. Tanda keracunan ringan adalah
lemas, bingung, pusing, mual dan muntah. Pada keracunan yang berat terjadi koma. Bila lebih
dari 60% hemoglobin terikat CO, penderita dapat meninggal. Setelah 12-24 jam, permeabilitas
kapiler mulai membaik dan mobilisasi serta penyerapan kembali cairan edema ke pembuluh
darah. Ini di tandai dengan meningkatnya diuresis. 3

1. Gangguan saluran pernafasan: Adanya cedera inhalasi, dengan dampak cedera termis
pada lapisan mukosa saluran nafas berupa:
a. Obstruksi saluran napas bagian atas
b. Reaksi inflamatorik mukosa saluran mulai dari nasofaring sampai dengan alveoli dan
parenkim paru sehingga mengarah pada Acute Respiratory Distress Syndrome
(ARDS).
2. Gangguan mekanisme bernafas : Adanya gangguan proses ekspansi rongga toraks
3. Gangguan sirkulasi:
a. Dampak cedera termis pada sirkulasi
b. Dampak cedera termis pada jaringan

1. Cedera Inhalasi
Cedera inhalasi merupakan terminologi yang digunakan untuk menjelaskan
perubahan mukosa saluran nafas akibat adanya paparan terhadap suatu iritan dan
menimbulkan manifestasi klinik dengan gejala distress pernapasan. Reaksi yang timbul
akibat paparan terhadap suatu iritan berupa suatu bentuk inflamasi akut dengan edema
dan hipersekresi mukosa saluran nafas. Iritan dimaksud dalam hal ini jarang berupa
suatu kontak langsung dengan sumber panas, karena adanya reflek fisiologik yang
merupakan mekanisme pertahanan pada orang normal dengan upaya menahan nafas.
Iritan tersebut biasanya berupa produk toksik dari sisa pembakaran yang tidak sempurna
(toxic fumes) atau zat kimia lainnya.
8
Pada pemeriksaan laringoskopik atau bronkoskopik tampak patologi mukosa berupa
eritem, edematous, dan atau disertai ulserasi serta hipersekresi. Edema mukosa massif di
saluran nafas bagian atas (sekitar glotis) menyebabkan obstruksi lumen dapat terjadi
dalam waktu 24 jam menyebabkan sumbatan total saluran nafas bagian atas yang
memiliki korelasi dengan tingginya angka kematian fase akut.
Inflamasi akut pada epitel mukosa menyebabkan disrupsi dan maserasi epitel yang
nekrosis (sloughing mucosa). Epitel-epitel ini bercampur dengan secret yang kental oleh
karena banyak mengandung fibrin-fibrin menyebabkan obstruksi lumen (mucous plug).
Menimbulkan distress pernapasan dan kematian dalam waktu cepat. Proses inflamasi
mukosa saluran ini dihubungkan dikaitkan dengan peran sitokin dan radikal bebsa.
Mediator-mediator inflamasi ini dipicu oleh sel-sel epitel mukosa yang mengalami
proses inflamasi akut, khususnya oleh sel epitel yang mnegalami nekrosis. Sebukan sel-
sel radang akut khususnya netrofil dan leukosit polimorphonuclear (PMN) dimobilisir
ke lokasi ini; dan sel sel netrofil dan leukosit PMN yang beredar di sirkulasi
menimbulkan perubahan inflamatorik pada susunan pembuluh darah kapiler peri
alveolar dan parenkim paru. Akibat penumpukan fibrin, pada mukosa alveoli terbentuk
membrane hialin yang mengakibatkan gangguan difusi oksigen dan perfusi oksigen.
Kondisi ini disebut ARDS.

2. Gangguan mekanisme bernafas


Adanya eskar melingkar di permukaan rongga toraks (khususnya dinding dada)
menyebabkan gangguan ekspansi rongga toraks pada proses respirasi (terutama
inspirasi). Dengan terbatasnya proses ekspansi dinding dada ini, volume inspirasi
berkurang sehingga menyebabkan gangguan secara tidak langsung pada proses oxygen
exchange (penurunan PaO2).

3. Gangguan sirkulasi
Cedera termis menyebabkan proses inflamasi akut yang menimbulkan perubahan
permeabilitas kapiler. Terjadi perubahan bentuk sel-sel endotel (epitel tunika intima)
dimana sel-sel tersebut membulat (edematous) dengan pembesaran jarak interseluler
karena terjadi perubahan tekanan hidrostatik dan onkotik diruang intravaskuler, terjadi
ektravasasi cairan intravskuler, plasma (protein), elektrolit dan leukosit ke ruang
intertitial. Di jaringan intertitial terjadi penimbunan cairan, menyebabkan keseimbangan
9
tekanan hidrostatik dan onkotik terganggu. Penimbunan cairan di jaringan intertitial
menyebabkan gangguan perfusi dan metabolisme seluler (syok jaringan). Penimbunan
cairan massif di jaringan intertitial menyebabkan kondisi hipovolemik. Volume cairan
intravaskuler mengalami defisit, timbul ketidakmampuan menyelenggarakan proses
transportasi oksigen ke jaringan. Kondisi ini dikenal dengan syok hipovolemik. Reaksi
yang timbul akibat adanya gangguan homeostasis tersebut adalah vasokonstriksi
pembuluh-pembuluh perifer. Sirkulasi dipertahankan melalui kompensasi jantung dan
sistem pernafasan untuk memenuhi kebutuhan perfusi organ-organ vital di sentral (otak,
jantung, paru).

Fase Luka Bakar:


 Fase awal, fase akut, fase syok
Gangguan pada saluran nafas akibat eskar melingkar di dada atau trauma multipel di
rongga toraks; dan gangguan sirkulasi seperti keseimbangan cairan elektrolit, syok
hipovolemia.

 Fase setelah syok berakhir, fase sub akut


Masalah yang dihadapi adalah akibat dari proses inflamasi yang berlanjut, penguapan
cairan disertai panas dan infeksi yang dapat menimbulkan Systemic Inflammatory Response
Syndrome (SIRS) dan Multi-system Organ Dysfunction Syndrome (MODS) dan sepsis.

 Fase lanjut
Berlangsung setelah penutupan luka sampai terjadinya maturasi jaringan. Masalah yang
dihadapi adalah penyulit dari luka bakar seperti parut hipertrofik, kontraktur dan
deformitas lain

Pembagian zona kerusakan jaringan:


 Zona koagulasi: zona nekrosis (Daerah yang lsg mgalami kerusakan)
 Zona statis:
− Daerah yang berada disekitar zona koagulasi
− Kerusakan endotel p. darah, trombosit, leukosit  gangguan perfusi (no flow
phenomena) --> perubahan permeabilitas kapiler dan respon inflamasi lokal
− 12-24 jam pasca cedera
10
 Zona hiperemi:
− Daerah diluar zona statis
− Vasodilatasi, reaksi sellular (-)

F. Diagnosis
1. Anamnesis
a. Waktu dan lama kontak
b. Lokasi – ruang terbuka atau tertutup (kemungkinan cedera paru lebih besar di ruang
tertutup).
c. Sumber panas – api (biasanya luka bakar dalam), air panas (jarang dengan ketebalan
penuh), dll.
d. Kemungkinan cedera lainnya: ledakan dengan serpih serpih tajam atau kaca,
kecelakaan kendaraan bermotor, dll.
e. Penyakit kronis yang sudah ada sebelumnya: termasuk panyakit pembuluh koroner,
DM, penyakit paru kronis, penyakit cerebrovaskuler, dan AIDS, memperburuk
prognosis sehingga perlu dicatat.

2. Pemeriksaan fisik
Pasien luka bakar merupakan pasien trauma dan evaluasinya perlu dilakukan secara
aman dan tangkas menurut petunjuk Advanced Trauma Life Support dari Amerika
College of Surgeons. Penyebab ketidakstabilan yang paling dini yang timbul pada
pasien luka bakar adalah cedera inhalasi yang berat, yang menimbulkan kerusakan jalan
napas atas dan obstruksi atau keracunaan karbon monoksida yang mendekati letal. Pada
pengamatan pertama harus dengan cepat dapat mengenali kesulitan-kesulitan ini. Pada
pengematan kedua yang menyeluruh dapat dideteksi adanya cedera-cedera lain yang
menyertainya. Perubahan status neurologic dapat menunjukkan adanya trauma kepala
tertutup. Tanda-tanda vital dan penilaian perifer memungkinkan interpretasi perubahan-
perubahan selanjutnya.

 Gangguan saluran pernafasan: Ada/tidaknya cedera inhalasi, ditandai dengan edema


laring (sesak napas, takipnea, stridor, suara serak)
 Gangguan sirkulasi: Ada/tidaknya syok hipovolemik (gelisah, pucat, dingin,

11
berkeringat, nadi kecil, dan cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin
berkurang)
 Keracunan gas CO maupun gas beracun lainnya: keracunan ringan (lemas, bingung,
pusing, mual dan muntah),keracunan berat (koma)
 Gangguan saluran pencernaan: Ada/tidaknya ileus paralitik, tukak Curling atau stress
ulcer

Penentuan derajat luka bakar


Luasnya daerah permukaan tubuh total luka yang terbakar menentukan kebutuhan
cairan, dosis obat, dan prognosis. Ukuran luka bakar dapat ditentukan dengan mudah
dan dengan ketepatan yang lumayan akurat mempergunakan “hukum Sembilan”.
Diagram luka bakar dapat membantu menentukan derajat luka bakar secara akurat.
Lokasi luka bakar digambarkan pada diagram tubuh. Luasnya cedera lebih penting
daripada dalamnya luka dalam penentuan perawatan pada hari hari pertama dirawat.

Daerah Persentase
Bayi Anak Dewasa
Kepala dan 20 15 9
leher
Lengan Kanan 10 10 9

Kiri 10 10 9
Tungkai
Kanan Kiri 10 15 18
10 15 18
Badan Depan 20 20 18

Punggung 20 20 18
Perineum - - -
total 100 105 100

12
Gambar 3. Diagram rule of nine dari Wallace untuk dewasa (kiri) dan anak (deret kedua dari
kiri) dan diagram Lund-Bowder untuk dewasa (deret ketiga dan keempat dari kiri)

3. Pemeriksaan laboratorium
Hitung darah lengkap, elektrolit dan profil biokimia standar perlu diperoleh segera
setelah pasien tiba difasilitas perawatan. Konsentrasi gas darah dan karboksi-
hemoglobin perlu segera diukur oleh karena pemberian oksigen dapat menutupi
keparahan keracunan karbon monoksida yang dialami penderita.

G. Penatalaksanaan
Jika ada keraguan, rawatlah pasien di rumah sakit. Kasus-kasus kritis harus dirujuk ke
pusat luka bakar, Tetapi baru dikirim setelah dipasang beberapa slang infus dan sudah dimuali
resusitasi cairan yang adekuat. Perawatan jalan cukup untuk luka bakar superfisial yang
mengenai kurang dari 15 % luas permukaan tubuh pada orang dewasa dan 10% pada anak-
anak.4
Perawatan jalan untuk luka bakar ketebalan penuh kurang dari 2% masih masuk akal.
Pasien dengan luka bakar dalam lebih dari 10% biasanya dirawat di rumah sakit. Adapun
faktor faktor lain yang lebih baik dirawat di rumah sakit adalah umur-umur ekstrem (sangat
muda atau sangat tua) atau luka bakar pada tangan, kaki, wajah, atau perineum.
Banyak faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka bakar baik pengaruh positif
maupun negative sehingga luka akan mengalami penyembuhan, delayed healing, atau bahkan
non-healing. Factor internal seperti usia, kondisi premorbid dan adanya gangguan proses
metabolism khusunya protein jelas menyebabkan terhambatnya proses penyembuhan. Faktor
eksternal lebih ditekankan pada perlakuan terhadap luka; dengan penatalaksanaan yang tepat
13
akan menyebabkan proses penyembuhan sebagaimana mestinya. Sebaliknya dengan
penatalaksanaan yang tidak tepat, akan terjadi konversi luka bakar kearah yang lebih berat
atau bahkan kematian jaringan.
Pada pasien luka bakar, pemberian nutrisi secara enteral sebaiknya dilakukan sejak dini dan
pasien tidak perlu dipuasakan. Bila pasien tidak sadar, maka pemberian nutrisi dapat melalui
naso-gastric tube (NGT). Nutrisi yang diberikan sebaiknya mengandung 10-15% protein, 50-
60% karbohidrat dan 25-30% lemak. Pemberian nutrisi sejak awal ini dapat meningkatkan
fungsi kekebalan tubuh dan mencegah terjadinya atrofi vili usus. Dengan demikian diharapkan
pemberian nutrisi sejak awal dapat membantu mencegah terjadinya SIRS dan MODS.

Luka bakar ringan


 Merendam segera daerah luka di dalam air dingin atau memakai kantong dingin akan
meredekan nyeri dan mengurangi pembengkakan. Es jangan ditempelkan langsung pada
kulit.
 Luka bakar harus dibersihkan dengan hati-hati dan dilakukan debrideman jaringan mati,
seperti epidermis yang sudah tidak menempel karena lepuh yang pecah.
 Lepuh yang utuh umumnya tidak boleh didebridemen. Karena ada kemungkinan lepuh
pecah, bula yang amat tegang di atas sendi boleh diaspirasi secara steril
 Luka bakar derajat pertama dapat diobati dengan krem antibiotik Pembalutan tidak
diperlukan.
 Luka bakar derajat kedua harus diobati dengan antibiotic topical dan penutupan luka.
Sebuah regimen yang sering dipakai adalah neomisin- polimiksin-basitrasin (Neosporin)
yang dioleskan pada luka bakar, dengan kasa yang telah mengandung antibiotic
(Xeroform) dipasang di atasnya. Luka harus dilihat dan kasa penutupnya diganti
seluruhnya dalam jangka waktu 1 sampai 2 hari. Idelanya pasien boleh mengoleskan
antibiotic topical beberapa kali sehari, meskipun ini mungkin tidak praktis untuk terapi
rawat jalan.

Terapi cairan
Diberikan pada luka bakar derajat II/ lebih seluas ≥20% pada anak- anak, atau ≥30% pada
dewasa. Jumlahnya berdasarkan luas luka bakar (%LB) dan berat badan (BB). Permeabilitas
kapiler terhadap koloid telah terbukti signifikan dalam 24 jam pertama. Oleh karena itu,
penggantian cairan permulaan sebaiknya dengan larutan kristaloid.
14
Formula Parkland (Baxter) dianjurkan4
 24 jam pertama larutan RL, 4 ml/kg/persentase luka bakar.(luka bakar yang lebih besar dari
50% dianggap 50%).
(1) Setengah volume pada 8 jam pertama
(2) Setengah volume pada 16 jam berikutnya
 Formula seperti ini hendaknya hanya digunakan sebagai pedoman, dan pasien yang
mengalami syok dengan tanda-tanda vital yang tidak stabil harus diresusitasi dengan lebih
agresif. Pertahankan keluaran urin antara 30 dan 50 ml/jam

Resusitasi cairan dilakukan dengan memberikan cairan pengganti. Ada beberapa cara
untuk menghitung kebutuhan cairan ini:
 Cara Evans
1. Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL NaCl per 24 jam
2. Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL plasma per 24 jam
3. 2.000 cc glukosa 5% per 24 jam
Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16
jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari
ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.

 Cara Baxter
Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4 mL
Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16
jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari
ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.

Luka bakar berat


Pada luka bakar derajat dua dangkal
Bula yang luas lebih 5 cm dengan akumulasi transudate, akan menyebabkan penarikan
cairan ke dalam bula sehingga menyebabkan penarikan cairan ke dalam bula sehingga
menyebabkan gangguan keseimbangan cairan; sehingga perlu dilakukan insisi. Insisi
bertujuan mengeluarkan cairan transudate, tanpa membuang epidermis yang terlepas.
Selanjutnya epidermis yang terlepas (epidermolisis) ini dijadikan sebagai penutup luka
sebagaimana split thickness skin graft. Perawatan selanjutnya adalah meletakkan tulle di atas
15
graft tersebut dan membungkusnya dengan kasa lembab (moist dressing) selama 2-3 hari,
dilanjutkan dengan perawatan luka menggunanakan krim antibiotik sampai terjadi epitelisasi.

Luka bakar derajat dua dalam dan derajat tiga


Setelah pencucian luka, letakkan tulle dan pembalutan luka dengan kasa lembab. Kasa
lembab ini akan menyerap eksudat yang timbul dan mencgah penguapan. Balutan diganti
sesuai kebutuhan, terutama bila kasa sudah jenuh. Sebagai upaya mencegah infeksi, lakukan
pencucian luka (dilusi), kalau perlu menggunakan larutan mengandung antibiotic. Pada eskar
lakukan hal yang sama atau bila dikhawatirkan akan timbul infeksi, sebagai pencegahan dapat
dilakukan teknik klisis atau diolesi krim antibiotik topical yang sesuai dengan
karakteristiknya. Penggantian balutan dilakukan 1-2 dalam sehari, sesuai kebutuhan selama 1-
2 hari pertama sampai siap dilakukan eskarektomi.
Eksisi dini adalah tindakan pembuangan jaringan nekrosis (nekrotomi) dan debris
(debridement) yang dikerjakan dalam waktu kurang dari 7 hari pertama pasca cedera termis.
Kemudian pada perkembangannya diterapkan lebih dini yaitu dalam 24 jam pertama pasca
trauma. Dilakukan tindakan dini ada beberapa hal diantaranya:
1. Mengupayakan proses penyembuhan luka berjalan sesuai dengan waktu.
Jaringan nekrosis, debris, eskar dibuang, sehingga proses inflamasi tidak berkepanjangan
dan segera dilanjutkan fibroplasia.
2. Jaringan nekrosis melepaskan burn toxin yang menginduksi dilepasnya mediator-mediator
inflamasi. Salah satu upaya memutus mata rantai. Proses ini adalah melakukan eliminasi
fokus, yaitu nekrotomi dan debridement sedini mungkin
3. Semakin lama tindakan eksisi dilakukan, hiperemi akibat vasodilatasi di sekitar luka
dimulai demikian pula proses angiogenesis; hal mana akan menyebabkan banyak darah
keluar saat tindakan operasi.

Skin Grafting
Skin grafting adalah salah satu metode penutupan luka sederhana yang merupakan salah
satu modalitas utama dalam ilmu bedah plastik. Pada kasus luka bakar di fase awal. Metode
ini diterapkan pada luka bakar berdasarkan tujuan
 Menghentikan evaporative heat loss berlebihan yang menyebabkan gangguan metabolism.
Dalam mengatasi raw surface yang terjadi, diupayakan suatu penutup luka biologic terbaik
bagi tubuh.
16
 Mengupayakan agar proses penyembuhan terjadi sesuai waktu.

Kehilangan kulit yang luas pada luka bakar menyebabkan hilangnya barier kulit yang
berperan pada pengaturan penguapan dan mencegah infeksi mikroorganisme dari luar;
menyebabkan penguapan berlebihan disertai kehilangan energy (panas, protein dsb). Skin
graft yang dilekatkan merupakan penutup luka terbaik, sehingga dengan penutupan ini
penguapan berlebihan dapat dihentikan. Proses epitelisasi merupakan bagian dari proses
penyembuhan luka.

Beberapa hal yang menjadi perhatian dalam penatalaksanaan skin grafting ini antara lain.
1. Penutupan timing operasi
2. Persiapan operasi, baik donor maupun resipien
3. Penentuan priotitas daerah yang memerlukan penutupan, sehubungan dengan keterbatasan
donor.
4. Beberapa alternative untuk mengatasi masalah keterbatasan donor
5. Prosedur operasi
6. Perawatan pasca prosedur skin grafting

Penilaian hasil prosedur skin grafting sangat ditentukan oleh langkah-langkah yang
dilakukan pada prosedur itu sendiri (penentuan timing operasi, hemostasis, donor tipis, balut
tekan, kasa adsorben, dsb)

H. Prognosis
Prognosis dan penanganan luka bakar terutama tergantung pada dalam dan luasnya
permukaan luka bakar, dan penanganan sejak awal hingga penyembuhan. Selain itu faktor
letak daerah yang terbakar, usia dan keadaan kesehatan penderita juga turut menentukan
kecepatan penyembuhan.
Penyulit juga mempengaruhi progonosis pasien. Penyulit yang timbul pada luka bakar
antara lain gagal ginjal akut, edema paru, SIRS, infeksi dan sepsis, serta parut hipertrofik dan
kontraktur.

17
BAB III
KESIMPULAN

Luka bakar adalah kerusakan kulit tubuh yang disebabkan oleh api, atau oleh penyebab lain
seperti oleh air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi. Luka bakar dapat terjadi pada orang
tua ataupun muda, kaya atau miskin, negara maju maupun negara berkembang, namun negara
miskin dan kurang mampu memiliki risiko lebih tinggi dan pada umumnya menerima
penatalaksanaan yang kurang baik. Aturan Wallace untuk memperkirakan persentase luas
permukaan kulit yang terbakar. Perkiraan alternatif yang berguna dapat menggunakan bidang
telapak tangan ditambah jari-jari pasien sendiri adalah sekitar 1% dari area kulit total.
Tatalaksana luka bakar fase sub akut meliputi tatalaksana evaporate heat loss
hipermetabolisme, infeksi, dan SIRS. Debridement awal (saat minggu ke-2 sampai ke-3)
sebelum debridement lanjutan dilakukan pada luka bakar yang tidak dapat sembuh sendiri.
Eskaraktomi memperbaiki hasil baik fungsi maupun kosmetik luka bakar.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Ahmadsyah I, Prasetyono TOH. Luka. Dalam: Sjamsuhidajat R, de Jong W, editor. Buku ajar
ilmu bedah. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010. h. 103-110.
2. Moenadjat Y. Luka bakar. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003.
3. Heimbach DM, Holmes JH. Burns. In: Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, Dunn DL,
Hunter JG, Pollock RE, editors. Schwartz’s principal surgery. 8th ed. USA: The McGraw-Hill
Companies; 2007.
4. Naradzay JFX, Alson R. Thermal burns. Dalam: Slapper D, Talavera F, Hirshon JM,
Halamka J, Adler J, editors. Diunduh dari: http://www.emedicinehealth.com.
5. Split & Full Thickness Skin Grafting. Diunduh dari
http://www.burnsurvivorsttw.org/burns/grafts.html.

19

Anda mungkin juga menyukai