Bab ini tentang “Manusia, Keragaman dan Kesetaraan” yakni dapat menyadarkan kepada
manusia bahwa keragaman merupakan keniscayaan hidup manusia, termasuk di
Indonesia. Dalam paham multikulturalisme, kesederajadan, dan atau kesetaraan sangat
dihargai untuk semua budaya yang ada dalam masyarakat. Paham ini sebetulnya
merupakan bentuk akomodasi dari budaya arus utama (besar) terhadap munculnya
budaya-budaya kecil yang datang dari berbagai kelompok. Itulah sebabnya, penting
sekarang ini membahas keragaman dan kesetaraan dalam hidup manusia
Dalam perkembangan konteks kehidupan bermasyarakat yang terjadi secara cepat dan
dramatis seringkali muncul ketegangan antara individualitas dan sosialitas. Bagaimana
seorang manusia yang senantiasa berusaha mencari identitas diri harus melakukan
akomodasi terhadap masyarakatnya yang juga terus berubah. Manusia baik sebagai
pribadi maupun sebagai bagian dari masyarakat dikitari oleh berbagai hal yang
1
menjadikannya selalu berada dalam ketegangan antara diri sendiri dan orang lain. Praktis
komunikasi, sejarah yang melingkupinya, keberadaan orang lain, konsep mengenai
masalalu, mas kini, dan mas depan juga merupakan hal-hal yang terus perlu
dipertimbangkan ketika manusia menjalani hidupnya, baik sebagai individu maupun
sebagai bagian dari sebuah masyarakat.
A. Keberagaman
Keragaman dapat diartikan dengan suatu hal yang “banyak macamnya”, “beda” antara
satu dan yang lainnya dan sifatnya tidak tunggal. Sedang kesetaraan dapat diartikan
sebagai “sama”, “tidak berbeda” atau “sederajat”. Beberapa istilah yang dianggap sesuai
dengan keragaman salah satunya ialah Pluralitas (plurality) yaitu suatu konsep yang
mengandaikan adanya “hal-hal yang lebih dari satu”. Sisi lain pluralits adalah
kemajemukan yang didasari oleh keutamaan (keunikan) dan kekhasan. Karena itu,
pluralitas tidak dapat terwujud atau diadakan atau terbayangkan keberadaannya kecuali
sebagai objek komparatif dari keseragaman dan kesatuan yang merangkum seluruh
dimensinya.
Pluralitas juga tidak dapat disematkan kepada kesatuan yang tidak mempunyai parsial-
parsial, atau yang bagian-bagiannya dipaksa untuk tidak menciptakan “keutamaan”,
“keunikan” dan “kekhasan” tersendiri. Anggota suatu keluarga adalah bentuk pluralitas
dalam rangka kesatuan keluarga dan sebagai antitesis darinya. Pria dan wanita adalah
bentuk pluralitas dari kerangka kesatuan jiwa manusia. Bangsa-bangsa adalah bentuk
pluralitas jenis manusia. Tanpa adanya kesatuan yang mencakup seluruh segi maka tidak
dapat dibayangkan adanya kemajemukan, keunikan dan kekhasan atau pluralitas itu.
Demikian juga sebaliknya.
2
dan kacau balau ditimbulkan oleh sikap ekstrem memusuhi yang tidak mengakui dan tidak
memiliki faktor pemersatu atau pengikat. Juga oleh sikap penyeragaman (yang dianggap
mengingkari adanya kekhasan dan perbedaan), yaitu sikap ekstrem represif dan otoriter
yang menafikkan perbedaan masing-masing pihak dan keunikannya.
Pluralitas juga bisa dianggap sebagai motivator dalam menghadapi ujian, cobaan,
kesulitan berkompetisi, dan berlomba-lomba dalam berkarya dan berkreasi diantara
masing-masing pihak yang berbeda dalam peradaban. Dan jika tidak ada pluralitas,
perbedaan dan perselisihan, maka tidak akan ada motivasi untuk berkompetisi, berlomba
dan saling dorong diantara individu manusia dan peradaban, hal ini tentunya akan
berakibat pada hidup yang stagnan dan tawar, serta mati tanpa dinamika. Juga manusia
tidak akan dapat mewujudkan tujuan-tujuan hidup, yaitu agar manusia membangun bumi
dan mengembangkan wujud peradabannya.
Sayyid Quthb ” mengatakan bahwa adalah tabiat manusia untuk berbeda”. Karena
perbedaan ini adalah salah satu pokok dari pokok-pokok diciptakannya manusia, yang
menghasilkan hikmah yang tinggi. Seperti penugasan makhluk manusia ini sebagai
pemimpin di muka bumi, serta perbedaan mereka dalam persiapan dan potensi-potensi
serta tugas yang diemban. Sehingga, pada gilirannya akan membawa kepada perbedaan
dalam jerangka berfikir, kecenerungan metodologi yang dipegang, dan tekhnik-tekhnik
yang ditempuh. Sementara, dengan perbedaan dan persaingan, manusia akan menggali
potensi mereka yang terpendam, serta akan selalu terjaga dan berusaha mengeksplorasi
kekayan bumi ini, dengan menggunakan kekuatannya serta rahasia-rahasinya yang
terpendam, yang pada akhirnya akan membawa kepada kebaikan, kemajuan dan
pertumbuhan.
Namun, tindakan saling dorong dan saling membela, yang menjadi motivator dan
diperkuat oleh kemajemukan dan perbedaan itu, diharapkan senantiasa memiliki sifat
membawa manfaat, berada dalam kerangka kesatuan nilai yang konstan, serta pokok-
pokok yang menyatukan diantara pihak-pihak yang berselisih dan saling membela diri
tersebut. Karena harus ada timbangan yang konstan pula, yang dianggap dapat
memuaskan seluruh pihak yang berselisih dan kata akhir rujukan dalam berdebat, serta
ada tujuan yang sama dari manusia.
3
Istilah lain yang digunakan untuk masyarakat yang terdiri dari agama, ras, bahasa, dan
budaya yang berbeda, yakni keragaman (diversity) yang menunjukkan bahwa
keberadaaan yang lebih dari satu itu berbeda-beda, heterogen dan bahkan tidak dapat
disamakan. Pada abad ke-20, kemajemukan menjadi syarat demokrasi. Serba tunggal,
misalnya, satu ideologi, satu partai politik, satu calon pemimpin, dianggap sebagai satu
bentuk pemaksaan dari negara.
Furnivall adalah yang pertama kali mengintroduksi konsep masyarakat majemuk pada
waktu dia membahas kebijakan dan praktek-praktek pemerintahan jajahan di Indonesia.
Dia menunjukkan bahwa sebuah masyarakat majemuk ditandai oleh penduduknya yang
secara suku bangsa dan rasial saling berbeda yang hidup dalam satuan-satuan kelompok
masing-masing, yang hanya bertemu di pasar. Ciri-ciri ini ada pada masyarakat jajahan
yang merupakan produk dari politik ekonomi penjajahan untuk menguasai sumberdaya
yang ada setempat. Produk dari politik ekonomi ini adalah adanya golongan penjajah yang
mempersatukan secara paksa masyarakat-masyarakat pribumi kedalam sebuah
masyarakat jajahan untuk diatur dan diperibtah guna kepentingan ekonomi penjajah.
Disamping golongan penjajah dan pribumi terdapat golongan pedagang perantara yang
biasanya adalah orang-orang asing yang secara sosial dan rasial tidak tergolong sama
dengan golongan penjajah ataupun golongan pribumi. Di Indonesia, tiga golongan ini
terwujud secara vertical sebagai orang Belanda dan Kulit Putih lainnya, orang Pribumi,
dan orang Timur Asing (orang Cina dan Arab) yang masing-masing hidup dalam
kelompok-kelompok dan pemukimannya sendiri menurut kebudayaan dan pranata-
pranata masing-masing, dan keteraturan serta ketertiban kehidupan mereka diatur oleh
hukum yang masing-masing berbeda satu dari lainnya.
4
Multikulturalisme adalah sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan.
Perbedaan yang dimaksud adalah perbedaan-perbedaan individual atau orang-perorang
dan perbedaan kebudayaan. Perbedaan kebudayaan mendorong upaya terwujudnya
keanekaragaman atau pluralisme budaya sebagai sebuah corak kehidupan masyarakat
yang mempunyai keanekaragaman kebudayaan, yaitu yang saling memahami dan
menghormati kebudayaan-kebudayaan mereka yang berbeda satu dengan lainnya,
termasuk kebudayaan dari mereka yang tergolong sebagai kelompok minoritas.
5
Multikulturalisme dilihat sebagai pengikat dan jembatan yang mengakomodasi perbedaan-
perbedaan, termasuk perbedaan-perbedaan kesuku-bangsaan dan suku-bangsa dalam
masyarakat yang multikultural. Pengertian ini mengacu pada pengertian bahwa
perbedaan-perbedaan tersebut terwadahi di tempat-tempat umum, tempat kerja dan
pasar, dan sistem nasional dalam hal kesetaraan derajat secara politik, hukum, ekonomi,
dan sosial. Sedangkan kesukubangsaan dan masyarakat suku bangsa dengan
kebudayaan suku bangsanya tetap dapat hidup dalam ruang lingkup atau suasana
kesukubangsaanya. Tetapi didalam suasana-suasana nasional dan tempat-tempat umum
yang seharusnya menjadi cirinya adalah kebangsaan dengan pluralisme budayanya, dan
bukannya sesuatu kesukubangsaan atau sesuatu kebudayaan suku bangsa tertentu yang
dominan.
B. Kesetaraan
Kesetaraan berasal dari kata setara atau sederajat. Jadi, kesetaraan juga dapat disebut
kesederajatan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sederajat artinya sama
tingkatan (kedudukan, pangkat). Dengan demikian, kesetaraan atau kesederajatan
menunjukkan adanya tingkatan yan sama, kedudukan yang sama, tidak lebih tinggi atau
tidak lebih rendah antara satu sama lain:
Kesetaraan manusia bermakna bahwa manusia sebagai mahkluk Tuhan memiliki
tingkat atau kedudukan yang sama. Tingkatan atau kedudukan yang sama itu
bersumber dari pandangan bahwa semua manusia tanpa dibedakan adalah
diciptakan dengan kedudukan yang sama, yaitu sebagai makhluk mulia dan
tinggi derajatnya dibanding makhluk lain.
Dihadapan Tuhan, semua manusia adalah sama derajat, kedudukan, atau
tingkatannya. Yang membedakan nantinya adalah tingkat ketakwaan manusia
tersebut terhadap Tuhan.
Persamaan atau tingkatan manusia ini berimplikasi pada adanya pengakuan
akan kesetaraan atau kesederajatan manusia. Jadi, kesetaraan atau
kesederajatan tidak sekedar bermakna adanya persamaan kedudukan manusia.
Kesederajatan adalah suatu sikap mengakui adanya persamaan derajat,
persamaan hak dan persamaan kewajiban sebagai sesama manusia. Implikasi
selanjutnya adalah perlunya jaminan akan hak-hak itu agar setiap manusia bisa
merealisasikan serta perlunya merumuskan sejumlah kewajiban-kewajiban agar
semua bisa melaksanakan agar tercipta tertib kehidupan.
6
Berkaitan dengan dua konsep di atas, maka dalam keragaman diperlukan adanya
kesetaraan atau kesederajatan. Artinya, meskipun individu maupun masyarakat
adalah beragam dan berbeda-beda, tetapi mereka memiliki dan diakui akan
kedudukan, hak-hak dan kewajiban yang sama sebagai sesama baik dalam kehidupan
pribadi maupun kemasyarakatan. Terlebih lagi dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, jaminan atau kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dari berbagai
ragam masyarakat di dalamnya amat diperlukan.
a. kesetaraan Gander
Kesetaraan gender adalah suatu kondisi dimana semua manusia (baik laki-laki
maupun perempuan) bebas mengembangkan kemampuan personal mereka dan
membuat pilihan-pilihan tanpa dibatasi oleh stereotype, peran gender yang kaku. Hal
ini bukan berarti bahwa perempuan dan laki-laki harus selalu sama, tetapi hak,
tanggung jawab dan kesempatannya tidak dipengaruhi oleh apakah mereka dilahirkan
sebagai laki-laki atau perempuan (Unesco, 2002).
7
Banyak pemahaman yang keliru ketika orang mengartikan seks dan gender,
karena gender dalam bahasa Inggris hanya diartikan sebagai jenis kelamin. Untuk itu
perlu dipahami terlebih dahulu bahwa seks merupakan suatu hal yang merupakan
kodrat berupa ciri-ciri fisik/ biologis yang tidak bisa dipertukarkan antara laki-laki dan
perempuan. Misalnya, perempuan yang mengalami haid, hamil dan melahirkan yang
ini tidak mungkin bisa dilakukan laki-laki. Dan sebaliknya laki-laki memiliki jakun,
sperma dan alat vital berupa penis. Seks bersifat kodrati yang tidak mengenal batas
ruang dan waktu, bersifat alamiah dan tidak akan berubah dalam kondisi apapun.\
2. Independen 2. Dependen
3. Rasional 3. Emosional
4. Obyektif 4. Subyektif
8
9. Lebih kompetitif 9. Kurang kompetitif
Sifat feminin seringkali dilekatkan pada diri perempuan dan sifat maskulin seringkali
dianggap sebagai sifat laki-laki. Sehingga bila ada seorang yang bersikap tidak
sesuai dari sifat-sifat yang sudah dilekatkan pada dirinya oleh masyarakat maka dia
diangggap menyimpang atau salah. Padahal pada riilnya, potensi yang dimiliki laki-
laki dan perempuan sebagai sesama manusia adalah relatif. Tidak semua laki-laki
mampu bersikap tegas. Demikian pula tidak semua perempuan bersikap cengeng,
dan seterusnya.
9
Pada sektor budaya, perempuan terkungkung dengan stereotype yang
dilekatkan pada dirinya untuk tidak keluar dari peran domestiknya.
Dalam sektor publik maupun domestik perempuan seringkali menjadi
korban tindak kekerasan.
Dalam bidang ekonomi, perempuan mengalami marginalisasi dan harus
menanggung beban ganda jika ingin berkiprah di ruang publik.
10
Sebelum kedatangan agama Hindu yang berasal dari India, orang-orang Indonesia
sudah mempunyai keyakinan atau kebudayaan sendiri yang biasa disebut dengan
istilah animisme dan dinamisme. Agama hindu datang di Indonesia dengan jalan
damai. Kontak agama tersebut melalui jalan perdagangan. Setelah agama Hindu
mengalami kemunduran, datang agama lain, yatiu agama islam dan kristen. Kedua
agama tersebut juga diterima dengan cara-cara yang damai.
Agama mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan
yang dimaksud berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia sebagai
kekuatan gaib yang tak dapat ditangkap dengan panca indra. Dalam peraktiknya
fungsi agama dalam masyarakat antara lain adalah :
1. Berfungsi edukatif : ajaran agama secara hukum berfungsi menyuruh dan
melarang
2. Berfungsi penyelamat
3. Berfungsi sebagai perdamaian
4. Berfungsi sebagai Social control
5. Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas
6. Berfungsi transformatif
7. Berfungsi sublimatif
Di indonesia, agama merupakan unsur yang sangat penting dan sudah ada
beberapa agama yang telah diakui, hal itu merupakan bukti adanya keragaman
dalam hal agama atau kepercayaan. Adapun terhadap keragaman manusia dalam
hal kepercayaan, sikap, dan perilakunya. Manusia tidak dipandai sederajat. Ada
yang mulia dan ada yang hina, bergantung pada kadar ketakwaannya.
11
Belum terarahnya pendidikan politk di kalangan pemuda dan belum dihayatinya
mekanisme demokrasi pancasila maupun lembaga-lembaga kontitusi, tertib
hukum, dan disiplin nasional merupakan hambatan bagi penyaluran aspirasi
generasi muda secara institusional dan konstitusional.
d. Tatakrama
Tatakrama yang dianggap arti bahasa jawa yang berarti “ adat sopan santun, basa
basi “ pada dasarnya ialah segala tindakan, perilaku, adat istiadat, tegur sapa,
ucap dan cakapsesuai kaidah atau norma tertentu. Adat terbentuk dari kebiasaan-
kebiasaan dalam masyarakat yang fungsinya mengikat masyarakat tersebut,
sedangkan kesopanan berasal dari masyarakat itu sendiri yang dapat menilai baik
dan buruknya sikap lahir dan tingkah laku manusia.
12
Terjadinya segmentasi kedalam kelompok-kelompok yang
seringkali memilikikebudayaan yang berbeda.
Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi kedalam lembaga-lembaga yang
bersifat nonkomplemeter.
Kurang mengembangkan konsesus diantara para anggota masyarakat
tentang nilai-nilaisosial yang bersifat dasar.
Secara relatif sering kali terjadi konflik diantara kelompok yang satu dengan
yang lainnya.
Secara relatif intergrasi sosial tumbuh diatas paksaan dan saling
ketergantungan di dalam bidang ekonomi.
Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok yang lain.
13
Berdirinya Negara Indonesia dilatarbelakangi oleh masyarakat yang demikian
majemuk, baik secara etnis, geografis, kultural maupun religius. Manusia secara
kodrat diciptakan sebagai makhluk yang mengusung nilai harmoni. Perbedaan yang
berwujud baik secara fisik maupun mental, seharusnya dijadikan sebuah potensi
untuk menciptakan sebuah kehidupan yang menjunjung tinggi toleransi. Tetapi
sering kali yang terjadi adalah, perbedaan tersebut justru memicu ketegangan
hubungan antar anggota masyarakat. Sifat dasar yang selalu dimiliki oleh
masyarakat majemuk sebagaimana dijelaskan oleh (Van de Berghe).Terjadinya
segmentasi (pemisahan diri) kedalam kelompok-kelompok yang seringkali memiliki
kebudayaan yang berbeda.
Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi kedalam lembaga-lembaga yang bersifat
non komplementer (melengkapi).
Kurang mengembangkan konsensus (kesepakatan) diantara para anggota
masyarakat tentang nilai-nilai sosial yang bersifat dasar.
Secara relatif sering kali terjadi konflik diantara kelompok yang satu dengan yang
lainnya.
Secara relative integrasi sosial tumbuh diatas paksaan dan saling ketergantungan
didalam bidang ekonomi.
Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok yang lain.
Realitas diatas harus diakui dengan sikap terbuka, logis dan dewasa. Karena
dengan adanya sifat terbuka itulah solusi dari akar permasalahan yang terjadi
akibat kemajemukan dapat dipertumpul.
Problematika Diskriminasi
Diskriminasi adalah setiap tindakan yang melakukan pembedaan terhadap
seseorang atau
sekelompok orang berdasarkan ras, agama, suku, etnis, klompok, golongan, status,
dan kelas sosial ekonomi, jenis kelamin, kondisi fisik tubuh, usia, orientasi seksual,
pandangan idiologi, dan politik serta batas Negara, dan kebangsaan seseorang.
Pasal 281 Ayat 2 UUD NKRI 1945 Telah menegaskan bahwa “ Setiap orang berhak
bebasdari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak
mendapatkanperlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu “
Sementara itu Pasal 3 UU No30 Tahun 1999 tentang HAM Telah menegaskan
14
bahwa “Setiap orang dilahirkan bebasdengan harkat dan martyabat yang sama dan
sederajat”.
Pada dasarnya diskriminasi tidak terjadi begitu saja, akan tetapi karena adanya
beberapa faktor penyebab antara lain :
Dari kajian yang dilakukan terhadap berbagai kasus disintekrasi bangsa dan
bubarnya sebuah Negara, dapat disimpulkan adanya enam faktor utama yang
secara geradual bias menjadi penyebab utama peroses itu, yaitu :
Kegagalan kepemimpinan
Kerisis Ekonomi yang akut dan berlangsung lama
Krisis politik
Krisis Sosial
Demoralisasi Tentara dan Polisi
Interfensi asing
Dalam hal ini maka tedapat teori yang menunjukkan penyebab konflik ditengah
masyarakat
antara lain:
15
Teori hubungan masyarakat, memiliki pandangan bahwa konflik yang
sering muncul ditengah masyarakat disebabkan polarisasi yang terus
terjadi, ketidakpercayaan dan permusuhan diantara kelompok yang
berbeda, perbedaan bias dilatarbelakangi SARA bahkan pilihan ideologi
politiknya.
Teori identitas yang melihat bahwa konflik yang mengeras dimasyarakat
tidak lain disebabkan identitas yang terancam yang sering berakar pada
hilangnya sesuatu atau penderitaan masa lalu yang tidak terselesaikan
16
Salah satu hal yang dapat dijadikan solusi adalah Bhineka Tunggal Ika yang
merupakanungkapan yang menggambarkan masyarakat Indonesia yang
“majemuk” atau “heterogen”. Masyarakat Indonesia terwujud sebagai hasil
interaksi sosial dari banyak suku bangsa dan beraneka ragam latar belakang
kebudayaan, agama, sejarah, dan tujuan yang sama yang disebut Kebudayaan
Nasional.
17