Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL TUGAS AKHIR

“ PEMODELAN PROPAGASI INDOOR UNTUK


JARINGAN SENSOR NIRKABEL (JSN) “

Disusun Oleh
Erni Novita Rini
3.33.13.0.08
Hery Eko Alfyanto
3.33.13.0.13

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK TELEKOMUNIKASI


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
FEBRUARI, 2015
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pada masa sekarang ini perkembangan teknologi memungkinkan
layanan komunikasi jarak jauh tanpa menggunakan kabel yang disebut
dengan teknologi nirkabel. Teknologi nirkabel dewasa ini telah merambah
ke segala aspek kehidupan manusia dari bidang industri hingga ke rumah
tangga. Salah satu teknologi nirkabel yang sedang popular adalah jaringan
sensor nirkabel (JSN).

Jaringan sensor nirkabel adalah suatu jaringan yang terdiri dari


sejumlah sensor, yang disebar pada suatu daerah tertentu yang diinginkan
untuk mendeteksi atau mengestimasi fenomena alam tertentu. Kelemahan
utama jaringan sensor nirkabel adalah keterbatasan energinya. Hal ini karena
sensor rata-rata dicatu oleh baterai yang mempunyai lifetime terbatas. Energi
sensor 70% digunakan untuk energi trasmisi/pengiriman data. Transmisi
data dipengaruhi oleh kondisi lintasan antara pengirim dan penerima.

Dalam pengaplikasiannya JSN dapat diaplikasikan diberbagai hal


seperti pemantauan lingkungan, pemantauan wilayah, pemantauan rumah
kaca, pendeteksi tanah longsor, pertanian dan dapat juga diaplikasian pada
smart building. JSN pada smart building contohnya dalam bidang teknologi
yaitu pemantauan suhu dalam gedung.

Transmisi pada JSN pada sebuah gedung dapat dipengaruhi oleh


berbagai faktor seperti keadaan dalam gedung yang terdapat sekat pembatas
antar ruangan serta furniture yang ada didalam gedung akan mempengaruhi
transmisinya. Selain itu kondisi dalam gedung meliputi keadaan ramai atau
sepinya juga akan mempengaruhi proses transmisinya.

Oleh karena itu dalam tugas akhir ini akan dilakukan pengujian atau
dianalisa karakteristik kanal dan model propagasi JSN di dalam ruangan
dalam kondisi Line Of Sight (LOS) maupun Non Line Of Sight (NLOS).
Prototype JSN yang dibuat adalah aplikasi JSN untuk memonitor suhu
ruangan. Pada pengujian pertama dengan kondisi LOS, node 1 diletakkan
pada ujung lorong gedung SB1 dan node 2 diletakkan pada ruangan kelas,
sedangkan server diletakkan pada ujung seberang dari node 1. Maka dari itu,
node 1 dengan server pada kondisi LOS sedangkan node 2 dengan server
pada kondisi NLOS. Untuk pengujian kedua pada kondisi NLOS, node 1
diletakkan pada ruang kelas gedung SB1 dan node 2 diletakkan diruang
kelas yang berbeda pada gedung SB1, sedangkan untuk server diletakkan di
ruang kelas yang berbeda dari node 1 dan node 2. Maka dari itu, kedua node
tersebut berada pada kondisi NLOS terhadap server karena terdapat
penghalang. Pengujian pada kedua kondisi ini dilakukan pengamatan pada
kondisi ramai dan pada kondisi tidak ada orang sama sekali, pengujian juga
dilakukan pada waktu siang dan malam hari.

1.2 Perumusan Masalah


Dari latar belakang tersebut maka dapat disimpulkan suatu permasalahan
yakni :
1. Apa pengaruhnya furniture maupun peralatan lain yang ada digedung
terhadap pengukuran RSSI ?
2. Apa saja yang menyebabkan adanya redaman terhadap sinyal pada
pengukuran RSSI dalam gedung ?
3. Berapa jarak maksimum yang mampu dicapai oleh Zigbee dalam
pengiriman data yang dilakukan didalam gedung ?
4. Bagaimana perbedaan pengukuran nilai RSSI yang terjadi dalam kondisi
LOS dan NLOS ?

1.3 Tinjauan Pustaka


Penelitian tentang Jaringan Sensor Nirkabel pernah dilakukan antara lain
oleh Anggreani, Imana Nur (2014), Turner dkk (2014) dan Triuli, Novianti
dkk (2013). Anggreani, Imana Nur (2014) meneliti tentang sistem
pengukuran air berbasis Jaringan Sensor Nirkabel. Hasil penelitiannya
menunjukkan penukuran nilai RSSI pada kondisi NLOS di indoor yang
dilakukan dilorong gedung SB Politeknik Negeri Semarang jarak maksimal
yang dilakukan untuk pengujian beada pada jarak 45 meter dengan
sensitifitas sebesar -96dBm. Berdasarkan data pada datasheet XBee jarak
yang dapat dicapai di indoor sekitar 40m saja. Terjadi kenaikan jarak
jangkauan sebesar 5m yang dapat disebabkan oleh refleksi / pantulan pada
dinding disekitar perangkat XBee. Sedangkan pengukuran nilai RSSI pada
kondisi LOS di indoor kuat sinyal yang diterima oleh sisi penerima berbeda-
beda tergantung jenis penghalang karena setiap material penghalang
memiliki nilai redaman yang berbeda-beda. Selain itu semakin banyak
penghalang yang menghalangi komunikasi pada jaringan ZigBee maka akan
menurunkan kuat sinyal dan jarak pada proses propagasi antara pengirim
dan penerima menjadi terbatas.
Truli, Novianti dkk (2013) mengenai penelitiannya tentang
pemodelan karakteristik propagasi berdasarkan RSSI pada Jaringan Sensor
Nirkabel. Hasil penelitiannya menunjukkan parameter RSSI pada propagasi
indoor dan outdoor JSN dipengaruhi oleh jarak node ke sink, ketinggian
node dan daya transmit yang digunakan. Semakin jauh jarak node dari sink
maka nilai RSSI juga akan semakin menurun. Namun berdasarkan daya
transmit yang digunakan semakin besar dayanya maka nilai RSSI yang
diperoleh semakin besar.
Turner dkk (2014) mengenai tulisannya tentang Modelling Indoor
Propagation for WSN Deployment in Smart Building. Dalam makalahnya ini
mereka mengusukan penggunaan kualitas sinyal dan node sensor pada jarak
pendek untuk membuat pemetaan berdasarkan kekuatan sinyal yang relative
terhadap jarak dilingkungan yang nyata dalam ruangan. Dari pemetaan
tersebut, penyebaran dari node sensor dapat ditentukan sebelumnya untuk
meminimalkan jumlah node dari posisi mereka untuk mengurangi biaya dan
energi yang digunakan. Pada percobaan ini kekuatan sinyal yang digunakan
akan berpengaruh terhadap kekuatan sinyal yang diterima ketika melakukan
pengukuran dilapangan. RSSI dapat diprediksi dan dimodelkan berdasarkan
kekuatan sinyal rata-rata selama jarak radius berpusat pada penerima.
Pemodelan ini dicari dengan persamaan berikut :
RSSI = – (10n log 10 d + A)
Dimana n menunjukkan konstanta sinyal propagasi, d adalah jarak antara
antena pemancar dan penerima, dan A merupakan rata-rata kuat sinyal yang
diterima. Konstanta propagasi / eksponen pathloss memegang nilai tertentu
untuk lingkungan yang berbeda. Rappaport menyarankan bahwa eksponen
pathlosss untuk lingkungan dalam sebuah bangunan dengan line-of-sight
mewakili 1,6 dan 1,8 dengan ruang bebas adalah 2, lingkungan terhalang
mewakili 2 sampai 3 dan lingkungan terhambat digedung mewakili nilai 4
sampai 6. Dengan demikian n memiliki nilai 1 sampai 6 yang digunakan
dalam pemodelan ini untuk memprediksi pelemahan.
Beda yang dilakukan peneliti sebelumnya dengan yang akan
dilakukan pada Tugas Akhir ini yaitu mengukur nilai RSSI dalam kondisi
LOS dan NLOS di Indoor dengan mengubah-ubah jarak antara transceiver
dan receiver serta mengubah ketinggian node yang akan diukur nilai
RSSInya. Dari nilai RSSI yang diperoleh akan didapatkan besarnya
konstanta propagasi (n) dengan menggunakan rumus yang telah dijelaskan
oleh Turner dkk (2014) sebagai berikut :
RSSI = – (10n log 10 d + A)
Dari nilai konstanta propagasi yang didapat selanjutnya ditentukan
pemodelan dari kedua kondisi dalam percobaan yaitu dalam kondisi LOS
dan NLOS.

1.4 Tujuan dan Manfaat


Tujuan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui pemodelan propagasi indoor
untuk JSN yang pada pengujiannya dibedakan dalam kondisi LOS dan
NLOS pada pengukuran suhu.
Manfaat yang diharapkan dari penulisan Tugas Akhir ini sebagai berikut :
1. Bagi penulis dapat menerapkan ilmu yang diperoleh selama belajar di
Politeknik Negeri Semarang dalam kehidupan sehari-hari, serta
menambah pengetahuan mengenai Jaringan Sensor Nirkabel.
2. Bagi Politeknik Negeri Semarang untuk menambah karya ilmiah dan
penelitian-penelitian yang nantinya dapat dikembangkan kembali.
3. Bagi masyarakat dapat memberikan informasi mengenai teknologi
Jaringan Sensor Nirkabel yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari.

1.5 Model Penelitian / Cara Kerja Sistem


Metode penelitian yang digunakan dalam pembuatan tugas akhir ini adalah
sebagai berikut :
1. Metode Observasi
Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang dilakukan dengan
mencari referensi berupa: buku, jurnal, penelitian, karya ilmiah, artikel,
dan observasi perangkat serta software yang digunakan untuk
mendukung penelitian. Serta observasi lokasi penelitian yang akan
dilakukan pada tugas akhir ini yang digunakan sebagai penelitian yaitu
gedung SB-I dengan denah sebagai berikut :

Gambar 1. Denah Gedung SB-I


2. Perancangan Sistem
Metode ini meliputi perancangan infrastruktur Jaringan Sensor Nirkabel
mulai dari manfaat dan analisis sistem. Perancangan dalam penelitian ini
terdapat satu interface skenario yaitu pada indoor.
a. Skenario yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu node klien ( node
1 dan node 2 ) terhubung dengan node 3 menggunakan jaringan
Zigbee star dalam kondisi indoor dengan pengujian LOS dan NLOS
dan dilakukan pengujian ketika ruangan dalam keadaan sepi dan
ramai. Dari pengujian tersebut akan diperoleh data berupa kuat
sinyal. Berikut skema jaringan / blok diagram pengujian :

Gambar 2. Skema Jaringan Kondisi NLOS


Gambar 3. Skema Jaringan Kondisi LOS
b. Pengambilan data pada bagian pengujian transmisi data dari alat ke
server dimulai dengan 3 node aktif bersamaan maka melakukan
pengujian di sisi output.
c. Klien berada dalam jarak yang ditentukan dari server dengan node
untuk mengetahui jarak juga mempunyai pengaruh pada kuat sinyal.
3. Pembuatan Aplikasi dan Implementasi
Metode ini meliputi penerapan dan instalasi sistem dari hasil rancangan.
Setiap topologi skenario pengaturan dan interface sama dan jumlah user
sama yang terhubung pada setiap topologi pada perancangan sistem.
4. Metode Pengujian
Tahapan pengujian dilakukan untuk memastikan bahwa jaringan yang
dibuat beserta dengan beberapa media transmisi tersebut dapat bekerja
dengan baik. Proses pengujian yang akan dilakukan dalam tugas akhir
ini yaitu:

a. Pengujian komunikasi sistem ini hanya membahas pengaruh


Received Signal Strength Indicator (RSSI) Zigbee terhadap jarak
dalam kondisi indoor baik LOS maupun NLOS.
b. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui status koneksi dari
jaringan yang sudah dibuat, sudah mampu bekerja dengan baik.
c. Data yang diambil adalah pengujian yang dilakukan pada kondisi
indoor dengan LOS dan NLOS ketika keadaan dalam gedung sepi
dan ramai.
Berikut gambaran mengenai pengujian komunikasi dalam kondisi LOS
dan NLOS di indoor.
Gambar 4. Pengujian Kondisi NLOS

Gambar 5. Pengujian Kondisi LOS


5. Metode Analisa
Metode ini merupakan tahap lanjutan dari metode pengujian dan tentu
analisa data hasil pengujian. Untuk menguji dari hasil pengujian yaitu
dengan menggunakan topologi star antar node berbasis Jaringan Sensor
Nirkabel, maka apabila antar node dan server terdapat halangan, akan
terdapat pengaruh terhadap Received Signal Strength Indicator (RSSI).
Cara kerja sistem :

Gambar 6. Skema Sistem JSN NLOS


Pada Gambar 1.2 merupakan skema sistem dari tugas akhir yaitu
mengukur suhu dengan jaringan sensor nirkabel pada kondisi Non Line Of
Sight. Pada keadaan seperti ini sensor suhu yang terdapat pada tiga sisi
yaitu pada node 1, node 2 dan node 3 dengan adanya penghalang ini akan
mengukur besarnya suhu yang terjadi pada kondisi yang telah ditentukan
yaitu pada siang dan malam hari serta pada kondisi ramai dan tidak ada
orang sama sekali. Node 1 dan node 2 yang berperan sebagai client akan
mengirimkan data pengukuran suhu menggunakan mikrokontroller XBee
melalui jaringan ZigBee. Node 3 yang berperan sebagai server akan
mengolah data yang telah dikirimkan dan akan ditampilkan pada layar PC.

Gambar 7. Skema Sistem JSN LOS


Pada Gambar 7 merupakan skema sistem tugas akhir yaitu jaringan sensor
nirkabel yang ada pada kondisi Line Of Sight pada node 1 dan node 3 yang
mana pada pengukuran ini tidak terdapat penghalang. Sedangkan pada
node 2 pada kondisi Non Line Of Sight yang mana terdapat penghalang
berupa dinding. Node1 dan node 2 berperan sebagai client. Kerja dari
sistem ini yaitu sensor suhu pada node 1, node 2 dan node 3 akan
mengukur besarnya suhu pada waktu yang telah ditentukan yaitu siang dan
malam hari serta pada kondisi ramai dan tidak ada orang sama sekali.
Hasil dari pengukuran ini akan dikirimkan ke node 3 yang berperan
sebagai server.
Pengujian yang dilakukan dari kedua kondisi tersebut yaitu pada
saat LOS dan NLOS akan diamati perbedaan antara keduanya seperti
redaman, bagaimana pengaruh pengiriman sinyal pada saat LOS dan
NLOS serta pembahasan mengenai propagasinya.
Kondisi gedung yang akan digunakan akan sangat berpengaruh
pada nilai RSSI nya. Pada gedung SB-I banyaknya ruang dan juga
ukurannya terlihat seperti pada gambar 8.
Gambar 8. Kondisi gedung SB-I
Seperti yang ditunjukkan pada gambar diatas terdapat banyak ruang pada
gedung SB-I yang tentu saja antar ruang dipisahkan oleh sekat-sekat.
Pemisah antara ruang tersebut dipisahkan oleh tembok. Kondisi didalam
ruang tidak semuanya sama seperti pada ruang kelas didalamnya terdapat
meja, kursi, papan tulis, lcd. Sedangkan kondisi dalam ruang lab
cenderung lebih banyak terdapat barang-barang perlengkapan lab. Semua
kondisi didalam ruang akan berpengaruh terhadap propagasinya. Selain itu
komponen pada gedung seperti kayu, batu, aluminium, ternit, kaca,
keramik juga sangat berpengaruh.
Pengukuran nilai RSSI dilakukan terhadap node 1 dan node 2.
Kuat sinyal yang dikirimkan dari node server ke node 1 dan node 2 akan
diperoleh besarnya kuat sinyal yang diterima dalam bentuk satuan watt /
mwatt. Pengukuran nilai RSSI pada sisi penerima dimulai dari sinyal yang
keluar dari antena pemancar dan diterima oleh antena penerima. Jadi nilai
yang diperoleh adalah nilai RSSI secara nyata pada pecobaan yang
dilakukan. Karena pada peralatan yang digunakan memiliki karakteristik
besarnya penguatan dan redaman masing-masing yang berbeda. Seperti
pada sisi transceiver (Tx) dari server ke antena pengirim akan terjadi
redaman dan diantena akan dikuatkan kembali sinyalnya untuk selanjutnya
dikirimkan ke sisi penerima (Rx). Ketika sinyal keluar dari antena dan
dikirimkan ke penerima disini akan terjadi redaman sinyal yang bisa
disebabkan oleh kondisi lingkungan disekitarnya. Dan disinilah nilai RSSI
didapat yaitu setelah sinyal dipancarkan oleh antena dan diterima oleh
antena penerima sebelum sinyal dikuatkan kembali oleh antena. Maka dari
itu spesifikasi alat yang digunakan perlu diketahui berapa besar gain pada
antena dan juga loss pada kabel penghubung dikedua sisi pemancar dan
penerima. Pengukuran nilai RSSI seperti yang digambarkan pada gambar
berikut :

Gambar 1.4 Pengukuran nilai RSI

Gambar 1.5 Diagram Level RSSI = EIRP - PR + GR – LfR

 Effective Isotropic Radiated Power (EIRP)


EIRP merupakan total energi yang dikeluarkan oleh antena. Dapat
dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
EIRP = PT – Lft + GT
Dimana :
PT : daya pancar
Lft : rugi-rugi pada pemancar
GT : penguatan antena pemancar
 Power Link Budget
adalah nilai yang menghitung semua gain dan loss antara pengirim dan
penerima termasuk attenuasi, penguatan dan loss yang dapat terjadi.
Link budget dapat digunakan untuk mengirimkan sinyal agar dapat
dimengerti oleh penerima sinyal. Berikut rumus sederhana untuk
menentukan link budget :
Received power = Transmitted Power + G - L
Gambar 1.6 Flow chart cara kerja sistem pada node 1 dan node 2

Gambar 1.7 Flow chart cara kerja sistem pada Server

Dari pengujian tersebut akan diperoleh pengukuran nilai RSSI


dalam bentuk dBm. Berdasarkan hasil pengukuran RSSI ini akan dihitung
besarnya nilai konstanta propagasi (n) dengan menggunakan rumus berikut
:
RSSI = – (10n log 10 d + A) (1)
Dimana:
n = konstanta propagasi
d = jarak antara pengirim dan penerima
A = rata-rata sinyal yang diterima (-dBm)
Dari rumus diatas untuk mendapatkan nilai konstanta propagasinya
dilakukan dengan menggunakan regresi linier.
Regresi linier adalah metode statistika yang digunakan untuk
membentuk model hubungan antara variabel terikat (Y) dengan satu atau
lebih variabel bebas (X). Apabila banyaknya variabel bebas hanya ada
satu, disebut sebagai regresi linier sederhana, sedangkan apabila terdapat
lebih dari 1 variabel bebas, disebut sebagai regresi linier berganda.
Analisis regresi setidak-tidaknya memiliki 3 kegunaan, yaitu untuk tujuan
deskripsi dari fenomena data atau kasus yang sedang diteliti, untuk tujuan
kontrol, serta untuk tujuan prediksi. Bentuk Umum Regresi Linier
Sederhana :
Y = a + bX (2)

a = (Σy) (Σx2) – (Σx) (Σxy) (3)


n(Σx2) – (Σx)2
b = n(Σxy) – (Σx) (Σy)
n(Σx2) – (Σx)2
Y = variabel dependen yang diprediksikan
X = variabel independen yang mempunyai nilai tertentu
a = konstanta
b = koefisien regresi X terhadap Y
Untuk mempermudah dalam perhitungan konstanta propagasi
dengan sistem regresi linier dituliskan Dlog=10log(d). Maka besarnya
konstanta propagasi dapat dihitung dengan rumus berikut :
-RSSI = n Dlog + A
1.6 Jadwal Kegiatan
Waktu Kegiatan
Kegiatan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus

Observasi
Studi Literatur
Perancangan
Program
Pembuatan
Program
Uji coba dan
Evaluasi Program
Penyusunan
Laporan
Persiapan Ujian
Ujian Pendadaran

1.7 Rincian Biaya


No Perangkat Harga Satuan Jumlah Harga Total
1. Sensor suhu Rp. 55.000 3 buah Rp. 165.000

2. Xbee Rp. 400.000 3 buah Rp. 1.200.000


Arduino Leonardo
3. Rp. 255.000 3 buah Rp. 765.000
Dfroboot

4. Mini USB Rp. 20.000 1 buah Rp. 20.000

5. Laptop Milik pribadi 1 unit -

TOTAL Rp. 2.150.000


BAB II
DAFTAR PUSTAKA

Darlis, Arsyad Ramadhan dkk. 2010. “Pengukuran Model Propagasi Outdoor dan
Indoor Sistem WiMAX 2.3GHz di Lingkungan Kampus ITB”.
(http://lib.itenas.ac.id/kti/wp-content/uploads/2012/03/Pengukuran-Model-
Propagasi-Outdoor-dan-Indoor-Sistem-WiMAX-2.3GHz-di-Lingkungan-Kampus-
ITB.pdf)

Winardi. “Mengenal Teknologi ZigBee Sebagai Standart Pengiriman Data Secara


Wireless”.
(http://comp-eng.binus.ac.id/files/2012/06/Mengenal-Teknologi-ZigBee-Sebagai-
Standart-Pengiriman-Data-Secara-Wireless-Winardi.pdf)

Perdana, Cahya. 2013.” Pembangunan Jaringan Sensor Nirkabel Berprotokol


ZigBee untuk Monitoring Suhu pada Ruangan Server”.
(http://digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-35161-5109100025-paperpdf.pdf)

Anda mungkin juga menyukai