Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Suku Batak merupakan salah satu etnis terbesar yang ada di Indonesia. Suku ini tersebar
keseluruh penjuru Indonesia, dan bahkan hampir mancakup seluruh dunia, itu sebabnya kata
“Batak” tidak asing lagi bagi kebanyakan masyarakat Indonesia.
Suku Batak sendiri terdiri dari enam sub-suku, antara lain: Toba, Simaunggun, Karo, Pak-pak,
Angkola Sipirok dan Mandailing. Suku batak ini pun bermukim di daerah pegunungan, wilayah
darat, dan pedalaman provinsi Sumatera Utara, dan sebahagian besar dari kenam sub-suku ini
berdiam di sekeliling Danau Toba, kecuali Angkola dan Mandailing yang hidup di perbatasan
Sumatera Barat.
Dari keenam sub-suku ini, Batak Toba merupakan suku yang paling banyak jumlahnya. Dari
berbagai studi kita dapat menemukan bahwa Suku Batak terdiri dari enam sub-etnis bahkan ada
beberapa penulis yang menambahkan bahwa orang Alas, Gayo, orang Pardembang yang ada
dipesisir Sungai Asahan, sebagian orang pesisir yang tinggal di pantai barat Pulau Sumatera juga
merupakan keturunan orang Batak (lihat Pederson, Niessen, Tobing, Pasaribu dalam Mauly
P.2004: 60) tetapi dalam kehidupan keseharian kata “batak” itu sendiri lebih diartikan kepada
suku Batak Toba.
Dari pengalaman dan proses perjalanan masyarakat Batak sendiri itulah yang menjadi ilham
pembuatan sebuah rumah. Sehingga, suku Batak mempunyai karakter rumah yang beda dengan
yang lain, unik, dan patut untuk dibanggakan.

1.2 TUJUAN
Tujuan di buatnya makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Arsitektur
Nusantara” dan untuk pembelajaran bagi para mahasiswa tentang sejarah arsitektur Indonesia.
Karena Indonesia memiliki beragam keragaman budaya, hal ini diharapkan dapat menambah
wawasan yang tidak terbatas bagi penerapa ide design bangunan dengan tidak menghilangkan
ciri khas dari negara sendiri.

1.3 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana hubungan sosial dan budaya masyarakat suku Batak?
2. Bagaimana arsitektur rumah masyarakat suku Batak?
3. Mengapa orang-orang suku Batak membuat rumah yang modelnya tidak umum?
4. Apa dan bagaimana bahan dan material rumah Batak?

1 | A r s i t e k t u r Tr a d i s i o n a l R u m a h A d a t B a t a k
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN ARSITEKTUR TRADISIONAL


Pengertian arsitektur tradisional adalah suatu karya bangunan arsiteltural yang
meneruskan / mewariskan nilai nilai norma adat dan tradisi yang melekat pada suatu daerah. Jika
seseorang mencoba untuk mencerminkan ciri khas budaya daerah tertentu di rumah mereka,opsi
yang ditempuh adalah desain interior atau arsitektur tradisional. Gaya tradisional ini mencangkup
ruangan interior/eksterior dan perabotan/furniture rumah yang memiliki khas gaya daerah
tertentu.

2.2 SUKU BATAK


Mitologi Batak adalah kepercayaan tradisional akan dewa-dewi yang dianut oleh orang
Batak. Agama Batak tradisional sudah hampir menghilang pada saat ini, begitu juga dengan
mitologi Batak. Kepercayaan Batak tradisional terbentuk sebelum datangnya agama Islam
dan Kristen oleh dua unsur yaitu megalitik kuno dan unsur Hindu yang membentuk
kebudayaan Batak.

Pengaruh dari India dapat terlihat dari elemen-elemen kepercayaan seperti asal-usul
dunia, mitos penciptaan, keberadaan jiwa serta bahwa jiwa tetap ada meskipun orang telah
meninggal dan sebagainya.

2 | A r s i t e k t u r Tr a d i s i o n a l R u m a h A d a t B a t a k
Suku Batak sendiri terbagi dari:
1. Batak Toba (Tapanuli) : mendiami Kabupaten Toba Samosir, Tapanuli Utara, Tapanuli
Tengah mengunakan bahasa Batak Toba.
2. Batak Simalungun : mendiami Kabupaten Simalungun, sebagian Deli Serdang, dan
menggunakan bahasa Batak Simalungun.
3. Batak Karo : mendiami Kabupaten Karo, Langkat dan sebagian Aceh dan menggunakan
bahasa Batak Karo.
4. Batak Mandailing : mendiami Kabupaten Tapanuli Selatan, Wilayah Pakantan dan
Muara Sipongi dan menggunakan bahasa Batak Mandailing.
5. Batak Pakpak : mendiami Kabupaten Dairi, dan Aceh Selatan dan menggunakan bahasa
Pakpak. Toba PUSUK BUHIT Simalungun Karo Pakpak Mandailing Angkola.

Orang Batak terdiri dari 5 sub etnis yang secara geografis dibagi sebagai berikut:
Suku Nias yang mendiami Kabupaten Nias (Pulau Nias) mengatakan bahwa mereka
bukanlah orang Batak karena nenek moyang mereka bukan berasal dari Tanah Batak.

Namun demikian, Ada yang berpendapat dan berkeyakinan bahwa etnis Batak bukan
hanya 5, akan tetapi sesungguhnya ada 11 (sebelas), ke 6 etnis batak tersebut adalah :
1. Batak Pesisir,
2. Batak Angkola,
3. Batak Padang lawas,
4. Batak Melayu,
5. Batak Nias,
6. Batak Alas Gayo.

Sebelas dari sub etnis Batak adalah:


1. Batak TOBA ,di Kab.Tapanuli Utara, Tengah, Selatan
2. Batak SIMALUNGUN, di Kab.Simalungun, sebelah Timur danau Toba
3. Batak KARO,di Kab Karo, Langkat dan sebagian Aceh
4. Batak PAKPAK [Dairi],di Kab Dairi dan Aceh Selatan
5. Batak MANDAILING,di Wilayah Pakantan dan Muara Sipongi
6. Batak PASISIR,di Pantai Barat antara Natal dan Singkil
7. Batak ANGKOLA,di Wilayah Sipirok dan P. Sidempuan\
8. Batak PADANGLAWAS ,di Wil. Sibuhuan, A.Godang, Rambe, Harahap
9. Batak MELAYU,di WiL Pesisir Timur Melayu
10. Batak NIAS,di Kab Pulau Nias dan sekitarnya
11. Batak ALAS GAYO,di Aceh Selatan,Tenggara, Tengah Yang disebut wilayah Tanah Batak
atau Tano Batak ialah daerah hunian sekeliling Danau Toba, Sumatera Utara.

3 | A r s i t e k t u r Tr a d i s i o n a l R u m a h A d a t B a t a k
Seandainya tidak mengikuti pembagian daerah oleh Belanda (politik devide et impera) seperti
sekarang, Tanah Batak konon masih sampai di Aceh Selatan.

2.3 AGAMA DAN KEPERCAYAAN

2.3.1 AGAMA PARMALIM


Sebelum masuknya pengaruh agama Hindu, Islam, dan Kristen ke tanah Batak, orang
Batak pada mulanya belum mengenal nama dan istilah “dewa-dewa”. Kepercayaan orang Batak
dahulu (kuno) adalah kepercayaan kepada arwah leluhur serta kepercayaan kepada benda-benda
mati. Benda-benda mati dipercayai memiliki tondi (roh) misalnya: gunung, pohon, batu, dll yang
kalau dianggap keramat dijadikan tempat yang sakral (tempat sembahan).

Orang Batak percaya kepada arwah leluhur yang dapat menyebabkan beberapa penyakit
atau malapetaka kepada manusia. Penghormatan dan penyembahan dilakukan kepada arwah
leluhur akan mendatangkan keselamatan, kesejahteraan bagi orang tersebut maupun pada
keturunan. Kuasa-kuasa inilah yang paling ditakuti dalam kehidupan orang Batak di dunia ini
dan yang sangat dekat sekali dengan aktifitas manusia.

Sebelum orang Batak mengenal tokoh dewa-dewa orang India dan istilah “Debata”, sombaon
yang paling besar orang Batak (kuno) disebut “Ompu Na Bolon” (Kakek/Nenek Yang Maha
Besar). Ompu Nabolon (pada awalnya) bukan salah satu dewa atau tuhan tetapi dia adalah yang
telah dahulu dilahirkan sebagai nenek moyang orang Batak yang memiliki kemampuan luar biasa
dan juga menciptakan adat bagi manusia.

Sebelum suku Batak menganut agama Kristen Protestan, mereka mempunyai sistem
kepercayaan dan religi tentang Mulajadi Nabolon yang memiliki kekuasaan di atas langit dan
pancaran kekuasaanNya terwujud dalam Debata Natolu. Menyangkut jiwa dan roh, suku Batak
mengenal tiga konsep, yaitu :

• TONDI

4 | A r s i t e k t u r Tr a d i s i o n a l R u m a h A d a t B a t a k
Tondi adalah jiwa atau roh seseorang yang merupakan kekuatan, oleh karena itu tondi
memberi nyawa kepada manusia. Tondi di dapat sejak seseorang di dalam kandungan.Bila tondi
meninggalkan badan seseorang, maka orang tersebut akan sakit atau meninggal, maka diadakan
upacara mangalap (menjemput) tondi dari sombaon yang menawannya
• SAHALA
Sahala adalah jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang. Semua orang memiliki
tondi, tetapi tidak semua orang memiliki sahala. Sahala sama dengan sumanta, tuah atau
kesaktian yang dimiliki para raja atau hula-hula.
• BEGU
Begu adalah tondi orang telah meninggal, yang tingkah lakunya sama dengan tingkah
laku manusia, hanya muncul pada waktu malam.

2.4 ARSITEKTUR RUMAH ADAT BATAK


Selama suku Batak tinggal di pesisir danau toba, mereka membentuk suatu daerah
perkampungan yang cukup unik, dimana mereka memiliki 2 rumah, yaitu rumah jantan dan
rumah betina. Rumah jantan terletak disebelah selatan, fungsinya sebagai rumah tinggal,
sedangkan rumah betina terletak di sebelah utara, fungsinya sebagai tempat menyimpan padi.
Nenek moyang bangsa Batak (Bangso Batak) menyebut Rumah Batak yaitu “jabu na
marampang na marjual”. Ampang dan Jual adalah tempat mengukur padi atau biji bijian seperti
beras/kacang dll. Jadi Ampang dan Jual adalah alat pengukur, makanya Rumah Gorga, Rumah
Adat itu ada ukurannya, memiliki hukum hukum, aturan aturan, kriteria kriteria serta batas batas.

5 | A r s i t e k t u r Tr a d i s i o n a l R u m a h A d a t B a t a k
Biarpun Rumah Batak itu tidak memiliki kamar/dinding pembatas tetapi ada wilayah
(daerah) yang di atur oleh hukum - hukum. Ruangan Ruma Batak itu biasanya di bagi atas 4
wilayah (bagian) yaitu:

1. Jabu Bona ialah daerah sudut kanan di sebelah belakang dari pintu masuk rumah, daerah ini
biasa di tempati oleh keluarga tuan rumah.
2. Jabu Soding ialah daerah sudut kiri di belakang pintu rumah. Bahagian ini di tempati oleh anak
anak yang belum akil balik (gadis)
3. Jabu Suhat ialah daerah sudut kiri dibahagian depan dekat pintu masuk. Daerah ini di tempati
oleh anak tertua yang sudah berkeluarga, karena zaman dahulu belum ada rumah yang di ongkos
(kontrak) makanya anak tertua yang belum memiliki rumah menempati jabu suhat.[4]
4. Jabu Tampar Piring ialah daerah sudut kanan di bahagian depan dekat dengan pintu masuk.
Daerah ini biasa disiapkan untuk para tamu, juga daerah ini sering di sebut jabu tampar piring
atau jabu soding jolo-jolo. [5]

Disamping tempat keempat sudut utaman tadi masih ada daerah antara Jabu Bona dan
Jabu Tampar Piring, inilah yang dinamai Jabu Tongatonga Ni Jabu Bona. Dan wilayah antara
Jabu Soding dan Jabu Suhat disebut Jabu Tongatonga Ni Jabu Soding. Disebut Rumah Bolon
karena suku batak toba sangat percaya akan Tuhan mereka yaitu MULA JADI NA BOLON, jadi
rumah bolon berarti rumah Tuhan.

Itulah sebabnya ruangan Ruma Batak itu boleh dibagi 4 (empat) atau 6 (enam), makanya
ketika orang batak mengadakan pertemuan (rapat) atau RIA di dalam rumah sering mengatakan
sampai pada saat ini; Marpungu hita di jabunta na mar Ampang na Marjual on, jabu na
marsangap na martua on.

· Aspek-aspek Metafisik atau Spiritual yang menjadi Norma Utama


Begitu banyak aspek-spek spiritual yang menjadi norma utama dalam bangunan adat
batak Toba ini. Salah satu contohnya adlah mengenai keharusan jumlah anak tangga yang
berjumlah ganjil. Jika berjumlah genap, maka akan membawa kesialan bagi keluarga penghuni
rumah tersebut.
Bagian dari bangunan ini yang terdiri dari bagian atas, bagian tengah dan bagian bawah
juga menandakan bahwa adanya ketiga jenis kehidupan yang dipercayai.

· Bentuk-Bentuk Simbolik atau Lambang Kebudayaan atau Ide untuk Mengekspresikan


Makna pada Denah Anatomi dan Tampak
Rumah batak toba dihiasi dengan symbol – symbol yang diukir di hampir seluruh
bangunan rumah bolon. Gorga gorga tersebut memiliki arti dan maknanya tersendiri. Dan teknik
ragam hias untuk mebuat gorga tersebut terdiri dari cara, yaitu dengan teknik ukir teknik lukis.
Untuk mengukir digunakan pisau tajam dengan alat pemukulnya (pasak-pasak) dari kayu.
Sedangkan teknik lukis bahannya diolah sendiri dari batu-batuan atau pun tanaga yang keras dan
arang. Tiang yang berjumlah banyak mengandung filosofi kebersamaan dan kekokohan.

Ornamentasi dan dekorasi dari rumah adat Batak Toba mengandung nilai filosofi bagi
keselamatan penghuni. Lokasi elemen rumah yang dihias berada pada gevel, pintu masuk, sudut-

6 | A r s i t e k t u r Tr a d i s i o n a l R u m a h A d a t B a t a k
sudut rumah, bahkan ada yang sampai berada di keseluruhan dinding. Hiasan ini dapat berupa
ukiran, dapat diberi warna, atau hanya berupa gambar saja. Tiga elemen warna yang penting
adalah merah, putih dan hitam. Merah melambangkan pengetahuan/kecerdasan, putih
melambangkan kejujuran/kesucian dan hitam melambangkan kewibawaan / kepemimpinan.

2.4.1 BAGIAN – BAGIAN RUMAH BATAK


Menurut tingkatannya Ruma Batak itu dapat dibagi menjadi 3 bagian :
1. Bagian Bawah (Tombara) yang terdiri dari batu pondasi atau ojahan tiang-tiang pendek, pasak
(rancang) yang menusuk tiang, tangga (balatuk)
2. Bagian Tengah (Tonga) yang terdiri dari dinding depan, dinding samping, dan belakang
3. Bagian Atas (Ginjang) yang terdiri dari atap (tarup) di bawah atap urur diatas urur membentang
lais, ruma yang lama atapnya adalah ijuk (serat dari pohon enau).

Bagian bawah berfungsi sebagai tempat ternak seperti kerbau, lembu dll. Bagian tengah
adalah ruangan tempat hunian manusia. Bagian atas adalah tempat-tempat penyimpanan benda-
benda keramat (ugasan homitan).

Menurut seorang peneliti dan penulis Gorga Batak (Ruma Batak) tahun 1920
berkebangsaan Belanda bernama D.W.N. De Boer, di dalam bukunya Het Toba Batak Huis,
ketiga benua itu adalah :
1. Banua toru (bawah)
2. Banua tonga (tengah)
3. Banua ginjang (atas)

Selanjutnya suku Batak Toba yang lama telah berkeyakinan bahwa ketiga dunia (banua)
itu diciptakan oleh Maha Dewa yang disebut dengan perkataan Mula Jadi Na Bolon. Seiring
dengan pembagian alam semesta (jagad raya) tadi yang terdiri dari 3 bagian, maka orang Batak
Toba pun membagi/ merencanakan ruma tradisi mereka menjadi 3 bagian.

7 | A r s i t e k t u r Tr a d i s i o n a l R u m a h A d a t B a t a k
· 2.4.2 ATAP
Atap Rumah Bolon mengambil ide dasar dari punggung kerbau, bentuknya yang
melengkung menambah nilai keaerodinamisannya dalam melawan angin danau yang kencang.

Atap terbuat dari ijuk, yaitu bahan yang mudah didapat didaerah setempat. Suku batak
menganggap Atap sebagai sesuatu yang suci, sehingga digunakan untuk menyimpan pusaka
mereka.

· 2.4.3 BADAN RUMAH


Badan rumah terletak dibagian tengah atau dalam mitologi batak disebut dunia tengah,
dunia tengah melambangkan tempat aktivitas manusia seperti masak, tidur, bersenda gurau.
Bagian badan rumah dilengkapi hiasan berupa ipon ipon untuk menolak bala

· 2.4.4 PONDASI
• Pondasi rumah batak toba menggunakan jenis pondasi cincin, dimana batu sebagai tumpuan dari
kolom kayu yang berdiri diatasnya.
• Tiang-tiang berdiameter 42 - 50 cm, berdiri diatas batu ojahan struktur yang fleksibel, sehingga
tahan terhadap gempa

8 | A r s i t e k t u r Tr a d i s i o n a l R u m a h A d a t B a t a k
• Tiang yang berjumlah 18 mengandung filosofi kebersamaan dan kekokohan
• Mengapa memakai pondasi umpak?, karena pada waktu tersebut masih banyaknya batu ojahan
dan kayu gelonggong dalam jumlah yang besar. Dan belum ditemukannya alat perekat seperti
semen

· 2.4.5 DINDING
• Dinding pada rumah batak toba miring, agar angin mudah masuk
• Tali-tali pengikat dinding yang miring disebut tali ret-ret, terbuat dari ijuk atau rotan. Tali
pengikat ini membentuk pola seperti cicak yang mempunyai 2 kepala saling bertolak belakang,
maksudnya ialah cicak dikiaskan sebagai penjaga rumah, dan 2 kepala saling bertolak belakang
melambangkan semua penghuni rumah mempunyai peranan yang sama dan saling menghormati.

· 2.4.6 ORGANISASI RUANG


Bentuk-bentuk ruang ruang dimana posisinya dalam ruang diatur oleh pola grid, hal ini
dapat dilihat dari kolom-kolom yang tersusun secara modular pada denah.

9 | A r s i t e k t u r Tr a d i s i o n a l R u m a h A d a t B a t a k
10 | A r s i t e k t u r T r a d i s i o n a l R u m a h A d a t B a t a k
2.4.7 KESEIMBANGAN
Keseimbangan pada rumah batak toba adalah simetris, baik pada denah maupun fasade
bangunan, hal ini dapat dilihat jika kita menarik garis lurus tepat pada as gambar denah dan
fasade

2.4.8 SIRKULASI RUANG


Sirkulasi Ruang pada rumah batak toba adalah tersamar, karena harus melewati jalan
lurus sebelum berbelok ke bangunan utamanya

2.4.9 PINTU MASUK BANGUNAN


Pintu Utama Menjorok kedalam dengan lebar 80 cm dan tingginya 1,5 m, dikelilingi
dengan ukiran, lukisan dan tulisan dan dengan dua kepala singa pada ambang pintu.

2.4.10 ORNAMENT (GORGA BATAK)


Gorga Batak adalah ukiran atau pahatan tradisional yang biasanya terdapat di dinding
rumah bahagian luar dan bagian depan dari rumah-rumah adat Batak. Gorga ada dekorasi atau
hiasan yang dibuat dengan cara memahat kayu (papan) dan kemudian mencatnya dengan tiga (3)
macam warna yaitu : merah-hitam-putih. Warna yang tiga macam ini disebut tiga bolit.

11 | A r s i t e k t u r T r a d i s i o n a l R u m a h A d a t B a t a k
Bahan-bahan untuk Gorga ini biasanya kayu lunak yaitu yang mudah dikorek/dipahat.
Biasanya nenek-nenek orang Batak memilih kayu ungil atau ada juga orang menyebutnya kayu
ingul. Kayu Ungil ini mempunyai sifat tertentu yaitu antara lain tahan terhadap sinar matahari
langsung, begitu juga terhadap terpaan air hujan, yang berarti tidak cepat rusak/lapuk akibat kena
sengatan terik matahari dan terpaan air hujan. Kayu Ungil ini juga biasa dipakai untuk
pembuatan bahan-bahan kapal/ perahu di Danau Toba.

· Bahan-bahan Cat (Pewarna)

Pada zaman dahulu Nenek orang Batak Toba menciptakan catnya sendiri secara alamiah
misalnya :
Cat Warna Merah diambil dari batu hula, sejenis batu alam yang berwarna merah yang tidak
dapat ditemukan disemua daerah. Cara untuk mencarinya pun mempunyai keahlian khusus. Batu
inilah ditumbuk menjadi halus seperti tepung dan dicampur dengan sedikit air, lalu dioleskan ke
ukiran itu.
Cat Warna Putih diambil dari tanah yang berwarna Putih, tanah yang halus dan lunak dalam
bahasa Batak disebut Tano Buro. Tano Buro ini digiling sampai halus serta dicampur dengan
sedikit air, sehingga tampak seperti cat tembok pada masa kini.
Cat Warna Hitam diperbuat dari sejenis tumbuh-tumbuhan yang ditumbuk sampai halus serta
dicampur dengan abu periuk atau kuali. Abu itu dikikis dari periuk atau belanga dan dimasukkan
ke daun-daunan yang ditumbuk tadi, kemudian digongseng terus menerus sampai menghasilkan
seperti cat tembok hitam pada zaman sekarang.

Jenis/ Macamnya Gorga Batak

Menurut cara pengerjaannya ada 2 jenis :


1. Gorga Uhir yaitu Gorga yang dipahatkan dengan memakai alat pahat dan setelah siap dipahat
baru diwarnai
2. Gorga Dais yaitu Gorga yang dilukiskan dengan cat warna tiga bolit. Gorga dais ini merupakan
pelengkap pada rumah adat Batak Toba. Yang terdapat pada bahagian samping rumah, dan
dibahagian dalam.

Menurut bentuknya
Dilihat dari ornament dan gambar-gambarnya dapat pula Gorga itu mempunyai nama-namanya
tersendiri, antara lain :

• Gorga Ipon-Ipon, Terdapat dibahagian tepi dari Gorga; ipon-ipon dalam Bahasa Indonesia
adalah Gigi. Manusia tanpa gigi sangat kurang menarik, begitulah ukiran Batak, tanpa adanya
ipon-ipon sangat kurang keindahan dan keharmonisannya. Ipon-ipon ada beraneka ragam,
tergantung dari kemampuan para pengukir untuk menciptakannya. Biasanya Gorga ipon-ipon ini
lebarnya antara dua sampai tiga sentimeter dipinggir papan dengan kata lain sebagai hiasan tepi
yang cukup menarik.

12 | A r s i t e k t u r T r a d i s i o n a l R u m a h A d a t B a t a k
• Gorga Sitompi, Sitompi berasal dari kata tompi, salah satu perkakas Petani yang disangkutkan
dileher kerbau pada waktu membajak sawah. Gorga Sitompi termasuk jenis yang indah di dalam
kumpulan Gorga Batak. Disamping keindahannya, kemungkinan sipemilik rumah sengaja
memesankannya kepada tukang Uhir (Pande) mengingat akan jasa alat tersebut (Tompi) itu
kepada kerbau dan kepada manusia.

• Gorga Simataniari (Matahari), Gorga yang menggambarkan matahari, terdapat disudut kiri
dan kanan rumah. Gorga ini diperbuat tukang ukir (Pande) mengingat jasa matahari yang
menerangi dunia ini, karena matahari juga termasuk sumber segala kehidupan, tanpa matahari
takkan ada yang dapat hidup.

• Gorga Desa Naualu (Delapan Penjuru Mata Angin), Gorga ini menggambarkan gambar mata
angin yang ditambah hiasan-hiasannya. Orang Batak dahulu sudah mengetahui/kenal dengan
mata angin. Mata angin ini pun sudah mempunyai kaitan-kaitan erat dengan aktivitas-aktivitas
ritual ataupun digunakan di dalam pembuatan horoscope seseorang/sekeluarga. Sebagai
pencerminan perasaan akan pentingnya mata angina pada suku Batak maka diperbuatlah dan
diwujudkan dalam bentuk Gorga.

• Gorga Si Marogung-ogung (Gong), Pada zaman dahulu Ogung (gong) merupakan sesuatu
benda yang sangat berharga. Ogung tidak ada dibuat di dalam negeri, kabarnya Ogung
didatangkan dari India. Sedangkan pemakaiannya sangat diperlukan pada pesta-pesta adat dan
bahkan kepada pemakaian pada upacara-upacara ritual, seperti untuk mengadakan Gondang
Malim (Upacara kesucian). Dengan memiliki seperangkat Ogung pertanda bahwa keluarga
tersebut merupakan keluarga terpandang. Sebagai kenangan akan kebesaran dan nilai Ogung itu
sebagai gambaran/ keadaan pemilik rumah maka dibuatlah Gorga Marogung-ogung.

13 | A r s i t e k t u r T r a d i s i o n a l R u m a h A d a t B a t a k
• Gorga Singa Singa, Dengan mendengar ataupun membaca perkataan Singa maka akan terlintas
dalam hati dan pikiran kita akan perkataan: Raja Hutan, kuat, jago, kokoh, mampu, berwibawa.
Tidak semua orang dapat mendirikan rumah Gorga disebabkan oleh berbagai faktor termasuk
factor social ekonomi dan lain-lain. Orang yang mampu mendirikan rumah Gorga Batak jelaslah
orang yang mampu dan berwibawa di kampungnya. Itulah sebabnya Gorga Singa dicantumkan di
dalam kumpulan Gorga Batak

• Gorga Jorgom, Ada juga orang menyebutnya Gorga Jorgom atau ada pula menyebutnya Gorga
Ulu Singa. Biasa ditempatkan di atas pintu masuk ke rumah, bentuknya mirip binatang dan
manusia.

14 | A r s i t e k t u r T r a d i s i o n a l R u m a h A d a t B a t a k
• Gorga Boras Pati dan Adop Adop (Tetek ), Boras Pati sejenis mahluk yang menyerupai kadal
atau cicak. Boras Pati jarang kelihatan atau menampakkan diri, biasanya kalau Boras Pati sering
nampak, itu menandakan tanam-tanaman menjadi subur dan panen berhasil baik yang menuju
kekayaan (hamoraon). Gorga Boras Pati dikombinasikan dengan tetek (susu, tarus). Bagi orang
Batak pandangan terhadap susu (tetek) mempunyai arti khusus dimana tetek yang besar dan
deras airnya pertanda anaknya sehat dan banyak atau punya keturunan banyak (gabe). Jadi
kombinasi Boras Pati susu (tetek) adalah perlambang Hagabeon, Hamoraon sebagai idaman
orang Batak.

• Gorga Ulu Paung, Ulu Paung terdapat di puncak rumah Gorga Batak. Tanpa Ulu Paung rumah
Gorga Batak menjadi kurang gagah. Pada zaman dahulu Ulu Paung dibekali (isi) dengan
kekuatan metafisik bersifat gaib. Disamping sebagai memperindah rumah, Ulu Paung juga
berfungsi untuk melawan begu ladang (setan) yang datang dari luar kampung. Zaman dahulu
orang Batak sering mendapat serangan kekuatan hitam dari luar rumah untuk membuat
perselisihan di dalam rumah (keluarga) sehingga tidak akur antara suami dan isteri. Atau
membuat penghuni rumah susah tidur atau rasa takut juga sakit fisik dan berbagai macam ketidak
harmonisan.

Masih banyak lagi gambar-gambar yang terdapat pada dinding atau bahagian muka dari rumah
Batak yang sangat erat hubungannya dengan sejarah kepribadian si pemilik rumah. Ada juga
gambar lembu jantan, pohon cemara, orang sedang menunggang kuda, orang sedang mengikat
kerbau. Gambar Manuk-Manuk (burung) dan hiasan burung Patia Raja perlambang ilmu
pengetahuan dan lain-lain.

2.4.11 PEMANFAATAN RUANG


Pada bagian dalam rumah (interior) dibangun lantai yang dalam pangertian Batak disebut
“papan”. Agar lantai tersebut kokoh dan tidak goyang maka dibuat galang lantai (halang papan)
yang disebut dengan “gulang-gulang”. Dapat juga berfungsi untuk memperkokoh bangunan
rumah sehingga ada ungkapan yang mengatakan “Hot do jabu i hot margulang-gulang, boru ni
ise pe dialap bere i hot do i boru ni tulang.”

15 | A r s i t e k t u r T r a d i s i o n a l R u m a h A d a t B a t a k
Untuk menjaga kebersihan rumah, di bagian tengah agak ke belakang dekat tungku
tempat bertanak ada dibuat lobang yang disebut dengan “talaga”. Semua yang kotor seperti
debu, pasir karena lantai disapu keluar melalui lobang tersebut. Karena itu ada falsafah yang
mengatakan “Talaga panduduran, lubang-lubang panompasan” yang dapat mengartikan bahwa
segala perbuatan kawan yang tercela atau perbuatan yang dapat membuat orang tersinggung
harus dapat dilupakan.
Melintang di bagian tengah dibangun “para-para” sebagai tempat ijuk yang kegunaannya
untuk menyisip atap rumah jika bocor. Dibawah para-para dibuat “parlabian” digunakan tempat
rotan dan alat-alat pertukangan seperti hortuk, baliung dan baji-baji dan lain sebagainya. Karena
itu ada fatsafah yang mengatakan “Ijuk di para-para, hotang di parlabian, na bisuk bangkit gabe
raja ndang adong be na oto tu pargadisan” yang artinya kira-kira jika manusia yang bijak bestari
diangkat menjadi raja maka orang bodoh dan kaum lemah dapat terlindungi karena sudah
mendapat perlakuan yang adil dan selalu diayomi.
Untuk masuk ke dalam rumah dilengkapi dengan “tangga” yang berada di sebelah depan
rumah dan menempel pada parhongkom. Untuk rumah sopo dan tangga untuk “Ruma” dulu kala
berada di “tampunak”. Karena itu ada falsafah yang berbunyi bahwa “Tampunak ni sibaganding,
di dolok ni pangiringan. Horas ma na marhaha-maranggi jala tangkas ma sipairing-iringan”.
Ada kalanya keadaan tangga dapat menjadi kebanggaan bagi orang Batak. Bila tangga
yang cepat aus menandakan bahwa tangga tersebut sering dilintasi orang. Pengertian bahwa yang
punya rumah adalah orang yang senang menerima tamu dan sering dikunjungi orang karena
orang tersebut ramah. Tangga tersebut dinamai dengan “Tangga rege-rege”.

2.4.12 PERABOT PENTING


Berbagai bentuk dan perabotan yang bernilai bagi orang Batak antara lain adalah
“ampang” yang berguna sebagai alat takaran (pengukur) untuk padi dan beras. Karena itu ada
falsafah yang mengatakan “Ampang di jolo-jolo, panguhatan di pudi-pudi. Adat na hot pinungka
ni na parjolo, ihuthononton sian pudi”. Pengertian yang dikandungnya adalah bahwa apa bentuk
adat yang telah lazim dilaksanakan oleh para leluhur hendaknya dapat dilestarikan oleh generasi
penerus. Perlu ditambahkan bahwa “panguhatan” adalah sebagai tempat air untuk keperluan
memasak.
Di sebelah bagian atas kiri dan kanan yang letaknya berada di atas pandingdingan dibuat
“pangumbari” yang gunanya sebagai tempat meletakkan barang-barang yang diperlukan sehari-
hari seperti kain, tikar dan lain-lain. Falsafah hidup yang disuarakannya adalah “Ni buat
silinjuang ampe tu pangumbari. Jagar do simanjujung molo ni ampehon tali-tali”.
Untuk menyimpan barang-barang yang bernilai tinggi dan mempunyai harga yang mahal
biasanya disimpan dalam “hombung”, seperti sere (emas), perak, ringgit (mata uang sebagai alat
penukar), ogung, dan ragam ulos seperti ragi hotang, ragi idup, ragi pangko, ragi harangan, ragi
huting, marmjam sisi, runjat, pinunsaan, jugia so pipot dan beraneka ragam jenis tati-tali seperti
tutur-tutur, padang ursa, tumtuman dan piso halasan, tombuk lada, tutu pege dan lain sebagainya.
Karena orang Batak mempunyai karakter yang mengagungkan keterbukaan maka di kala
penghuni rumah meninggal dunia dalam usia lanjut dan telah mempunyai cucu maka ada acara
yang bersifat kekeluargaan untuk memeriksa isi hombung. Ini disebut dengan “ungkap
hombung” yang disaksikan oleh pihak hula-hula.

16 | A r s i t e k t u r T r a d i s i o n a l R u m a h A d a t B a t a k
Untuk keluarga dengan tingkat ekonomi sederhana, ada tempat menyimpan barang-
barang yang disebut dengan “rumbi” yang fungsinya hampir sama dengan hombung hanya saja
ukurannya lebih kecil dan tidak semewah hombung.
Sebagai tungku memasak biasanya terdiri dari beberapa buah batu yang disebut
“dalihan”. Biasanya ini terdiri dari 5 (lima) buah sehingga tungku tempat memasak menjadi dua,
sehingga dapat menanak nasi dan lauk pauk sekaligus.
Banyak julukan yang ditujukan kepada orang yang empunya rumah tentang kesudiannya
untuk menerima tamu dengan hati yang senang yaitu “paramak so balunon” yang berarti bahwa
“amak” (tikar) yang berfungsi sebagai tempat duduk bagi tamu terhormat jarang digulung,
karena baru saja tikar tersebut digunakan sudah datang tamu yang lain lagi.
“Partataring so ra mintop” menandakan bahwa tungku tempat menanak nasi selalu
mempunyai bara api tidak pernah padam. Menandakan bahwa yang empunya rumah selalu gesit
dan siap sedia dalam menyuguhkan sajian yang perlu untuk tamu.
“Parsangkalan so mahiang” menandakan bahwa orang Batak akan berupaya semaksimal
mungkin untuk memikirkan dan memberikan hidangan yang bernilai dan cukup enak yang
biasanya dari daging ternak.
Untuk itu semua maka orang Batak selalu menginginkan penghasilan mencukupi untuk
dapat hidup sejahtera dan kiranya murah rejeki, mempunyai mata pencaharian yang memadai,
sehingga disebut “Parrambuan so ra marsik”.
Tikar yang disebut “amak” adalah benda yang penting bagi orang Batak. Berfungsi untuk alas
tidur dan sebagai penghangat badan yang dinamai bulusan. Oleh karena itu ada falsafah yang
mengatakan “Amak do bulusan bahul-bahul inganan ni eme. Horas uhum martulang gabe uhum
marbere”.

17 | A r s i t e k t u r T r a d i s i o n a l R u m a h A d a t B a t a k
BAB III
PENUTUP

3.1KESIMPULAN
Suku Batak memiliki kepercayaan yang umumnya sama dengan bangsa keturunan detro melayu,
yaitu percaya terhadap arwah-arwah nenek moyang.
Salah satu sumber penciptaan rumah yang unik suku batak yaitu karena kepercayaannya terhadap
arwah nenek moyang. Selain itu, sifat gotong yang melekat pada pribadi orang-orang Batak.
Setiap bentuk, sudut, celah yang ada pada rumah batak itu memiliki makna yang dalam. Jadi,
tidak dibuat begitu saja. Butuh pemikiran yang disinergikan dengan kepercayaan mereka.
Sehingga bahan, material, cara pembuatan, dan orientasinya menjadi sangat unik.

3.2SARAN
Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan bangsa Indonesia tidak lain karena
bangsa Indonesia memiliki 1.128 suku bangsa yang tersebar di 18.108 pulau. Salah satu suku
yang mendiami pulau-pulau di Indonesia adalah suku Batak, Sumatera Utara.
Kegencaran pergerakan arus globalisasi dunia dapat salah satu mengancam identitas bangsa
Indonesia ini. Sepatutnya kita tetap mempertahankan, memajukan, dan melindungi asset Negara
ini.
Keunikan arsitektur tradisional tersebut adalah asset bangsa yang tidak didapat dengan instan.
Hasil budi daya nenek moyang bangsalah yang membuatnya menjadi arsitetktur yang beda
dengan yang lain dan penuh makna filosofis.
Sebagai bangsa asli keturunan Indonesia sangatlah memalukan jika kita tidak mampu untuk
menjaganya. Apalagi jika karya super ini diklaim oleh Negara lain sebagai kekayaan
Negara/bangsanya. Kita jangan sampai kecolongan lagi.
Keikutsertaan masyarakat, pemerintah, dan negaralah yang sangat menentukan. Masyarakat
sebaiknya yang menjaganya dengan sokongan pemerintah dan Negara yang melindunginya.

18 | A r s i t e k t u r T r a d i s i o n a l R u m a h A d a t B a t a k
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Mitologi_Batak
http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Batak
http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Batak
www.sihotang.s5.com/adat.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Parmalim
http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Batak#Kepercayaan
http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Batak#Kepercayaan
http://adatbatakdavid.blogspot.com/2012/10/rumah-adat-batak-toba.html
http://batakcom.tumblr.com/post/26554065445/gorga-batak
http://batakcom.tumblr.com/post/26554065445/gorga-batak
http://ml.scribd.com/doc/93667475/RUMA-GORGA
http://batakcom.tumblr.com/post/26554065445/gorga-batak
http://batakcom.tumblr.com/post/26554065445/gorga-batak
http://adatbatakdavid.blogspot.com/2012/10/rumah-adat-batak-toba.html
http://batakcom.tumblr.com/post/26554065445/gorga-batak
http://adatbatakdavid.blogspot.com/2012/10/rumah-adat-batak-toba.html
http://adatbatakdavid.blogspot.com/2012/10/rumah-adat-batak-toba.html

19 | A r s i t e k t u r T r a d i s i o n a l R u m a h A d a t B a t a k

Anda mungkin juga menyukai