OLEH
KELOMPOK 1
1. Ni Luh Made Desi Ratih (P07120016010)
2. Ni Kadek Rai Dwijayanti (P07120016081)
3. Ni Luh Putu Sariani (P07120016082)
4. Cok Istri Yogantari (P07120016083)
5. Ni Kadek Dwi Handayani (P07120016084)
6. Komang Risti Indriani (P07120016085)
7. Kadek Kartini Anggarini Putri (P07120016086)
8. Ni Kadek Kristian Purnama Dewi (P07120016087)
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
KATA PENGANTAR
i
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan hidayat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan makalahKeperawatan
Maternitas yang membahas mengenai “Konsep Dasar Perawatan Ibu Hamil”. Dalam
penyusunan makalah ini penulis berusaha untuk menyajikan secara ringkas dan jelas
agar mudah dipahami oleh pembaca. Sumber informasi penyajian uraian menyeluruh
mengenai makalah yang penulis dapatkan diperoleh dari hasil pencarian di beberapa
buku pembelajaran dan jurnal resmi dari situs internet sehingga sangat mendukung
penyelesaian makalah ini.
Penulis sepenuhnya menyadari, tanpa bantuan dan kerjasama dari pihak yang
terkait, makalah ini tidak akan sesuai dengan harapan. Untuk itu pada kesempatan yang
baik ini tidak lupa disampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Ns. Nyoman Hartati, S.Kep, M. Biomed selaku dosen mata kuliah Keperawatan
Maternitas yang selalu meluangkan waktu untuk memberikan kami bimbingan
dan tuntunan dalam penyelesaian makalah ini.
2. Teman-teman kelompok yang sudah membuat makalah ini dengan sebaik-
baiknya.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran konstruktif sangat diharapkan oleh penulis. Penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkompeten .
Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3
3.1 Simpulan...........................................................................................................87
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................88
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai dengan lahirnya janin ke dunia
luar. Lainnya kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)
dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 trimaster pertama
dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dimulai bulan ke 4 sampai bulan
ke 6, trimaster ketiga dari bulan ke 7 sampai bulan ke 9.
1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah berdasarkan uraian dari latar belakang adalah sebagai
berikut.
a. Apakah yang dimaksud dengan Pengertian Konsep Dasar Perawatan Ibu Hamil ?
b. Bagaimana Siklus Menstruasi ?
c. Bagaimana Patofisiologi Kehamilan?
d. Bagaimana Perubahan fisik , Fisiologi dan Psikologi Ibu Hamil?
e. Bagaimana Diagnosa medis Ibu hamil?
f.Bagaimana Asuhan Keperawatan Ibu Hamil?
g. Bagaimana Review anatomi panggul?
h. Bagaimana Pemeriksaan Ibu Hamil?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
melahirkan generasi-genarasi penerus yang mempunyai keterampilan dan
kemampuan untuk membuat perubahan ke arah yang lebih baik. Ibu hamil
juga merupakan suatu anugerah bagi sebuah kemajuan bangsa karena dari
para ibu hamil terlahir calon penerus bangsa yang akan memimpin suatu
generasi dimasa yang akan datang.
4
2.2 Siklus Menstruasi
a. Pengertian Menstruasi
Untuk dapat terjadi menstruasi maka perlu adanya fungsi vagina, rahim,
indung telur dan adanya hubungan yang sinergis dari hipotalamus susunan
syaraf pusat dengan indung telur. Hubungan ini digambarkan dengan terciptanya
kekompakan sistem kerja hormon dalam tubuh seorang perempuan terutama
hormon steroid (estrogen dan progesteron).
5
Sebagian besar wanita pertengahan usia reproduktif, perdarahan menstruasi
terjadi setiap 25-35 hari dengan median panjang siklus adalah 28 hari. Wanita
dengan siklus ovulatorik, selang waktu antara awal menstruasi hingga ovulasi
fase folikular bervariasi lamanya. Siklus yang diamati terjadi pada wanita yang
mengalami ovulasi. Selang waktu antara awal perdarahan menstruasi fase luteal
relatif konstan dengan rata - rata 14 kurang lebih 2 hari pada kebanyakan wanita
(Grenspan, 1998).
Rata - rata banyaknya darah yang hilang pada wanita normal selama satu
periode menstruasi telah ditentukan oleh beberapa kelompok peneliti, yaitu 25-
60 ml. Konsentrasi Hb normal 14gr per dl dan kandungan besi Hb 3,4 mg per g,
volume darah ini mengandung 12-29 mg besi dan menggambarkan kehilangan
darah yang sama dengan 0,4 sampai 1,0 mg besi untuk setiap hari siklus tersebut
atau 150 sampai 400mg per tahun (Cunningham, 1995).
6
1. Luteinizing Hormon (LH)
b. Steroid ovarium
7
Fase proliferasi dini. terjadi pada hari ke-4 sampai hari ke-7. Fase
ini dapat dikenali dari epitel permukaan yang tipis dan adanya
regenerasi epitel.
Fase proliferasi madya, terjadi pada hari ke-8 sampai hari ke-10.
Fase ini merupakan bentuk transisi dan dapat dikenali dari epitel
permukaan yang berbentuk torak yang tinggi.
Fase proliferasi akhir, berlangsung antara hari ke-11 sampai hari
ke-14. Fase ini dapat dikenali dari permukaan yang tidak rata dan
dijumpai banyaknya mitosis.
Fase ini berlangsung dari hari ke-14 sampai ke-28. Fase ini endometrium
kira-kira tetap tebalnya. tetapi bentuk kelenjar berubah menjadi panjang
berkelokkelok dan mengeluarkan getah yang makin lama makin nyata. Bagian
dalam sel endometrium terdapat glikogen dan kapur yang diperlukan sebagai
bahan makanan untuk telur yang dibuahi.
1. Fase sekresi dini, pada fase ini endometrium lebih tipis dari fase
sebelumnya karena kehilangan cairan.
2. Fase sekresi lanjut, pada fase ini kelenjar dalam endometrium
berkembang dan menjadi lebih berkelok-kelok dan sekresi mulai
mengeluarkan getah yang mengandung glikogen dan lemak Akhir masa
ini, stroma endometrium berubah kearah sel-sel: desidua, terutama yang
ada di seputar pembuluh-pembuluh arterial, Keadaan ini memudahkan
terjadinya nidasi (Hanafiah. 1997).
8
3. Esterogen menekan FSH, sehingga lobus anterior hipofisis
mengeluarkan hormon gonadotropin yang kedua yaitu LH (luteinizing
hormone)
4. Produksi FSH dan LH dipengaruhi RH (relasing hormones) yang
disalurkan dari hipotalamus ke hipofisis
5. Dibawah pengaruh RH folikel de grati semakin lama semakin matang
dan makin banyak mengeluarkan likuor folikuli yang mengandung
esterogen.
6. Esterogen mempunyai pengaruh terhadap ende metrium menyebabkan
endometrium tumbuh (menebal) yang disebut masa proliferasi
7. Dibawah pengaruh LH folikel de grati menjadi lebih matang, mendekati
permukaan ovarium, dan kemudian terjadi ovulasi.
8. Setelah ovulasi terjadi. terbentuklah korpus rubrum(berwarna merah)
yang akan menjadi korpus luteum (berwarna kuning).
9. Korpus luteum menghasilkan hormon progestemn, Hormon progesteron
mempunyai pengaruh terhadap endometrium yang telah berproliferasi
menyebabkan kelenjar-kelenjarnya berlekuk-lekuk dan bersekresi
(masa sekresi)
10. Bila tidak ada pembuahan. korpus luteum berdegenerasi yang
menyebabkan kadar esterogen dan progesteron menurun. sehingga
terjadi degenerasi serta perdarahan dan pelepasan endometrium yang
nekrotik. yang disebut masa mestruasi.
11. Bilamana ada pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum
dipertahankan dan berkembang menjadi korpus luteum graviditatis.
Selama haid, pada hari bermulanya diambil sebagai hari pertama dari siklus
yang baru. Akan terjadi lagi peningkatan dari FSH sampai mencapai kadar 5
ng/ml (atau setara dengan 10 mUl/ml), dibawah pengaruh sinergis kedua
gonadotropin, folikel yang berkembang ini menghasilkan estradiol dalam jumlah
yang banyak. Peningkatan serum yang terus-menerus pada akhir fase tolikuier
akan menekan FSH dari hipofisis. Dua hari sebelum ovulasi. kadar estradiol
mencapai 150400 pg/ml. Kadar tersebut melebihi nilai ambang rangsang untuk
pengeluaran gonadotropin pra-ovulasi. Akibatnya FSH dan LH dalam serum
akan meningkat dan mencapai puncaknya satu hari sebelum ovulasi. Saat yang
sama pula, kadar estradiol akan kembali menurun. Kadar maksimal LH berkisar
9
antara 8 dan 35 ng/mi atau setara dengan 30-40 mUl/ml, dan FSH antara 4-10
ng/ ml atau setara dengan 15-45 mUl/ml.
Terjadinya puncak LH dan FSH pada hari ke-14, maka pada saat ini folikel
akan mulai pecah dan satu hari kemudian akan timbul ovulasi. Bersamaan
dengan ini dimulailah pembentukan dan pematangan korpus luteum yang
disertai dengan meningkatnya kadar progesteron, sedangkan gonadotropin mulai
turun kembali. Peningkatan progesteron tersebut tidak selalu memberi arti.
bahwa ovulasi telah terjadi dengan baik, karena pada beberapa wanita yang tidak
terjadi ovulasi tetap dijumpai suhu basal badan dan endometrium sesuai dengan
tase luteal.
Perdarahan sedikit/spotting
Kondisi ini terjadi 11 hari setelah kosepsi. Perdarahan atau spotting
terjadi karena corpun luteum tidak memproduksi cukup progesteron
untuk menghentikan menstruasi, sehingga keluar sedikit darah yang haid.
Hal ini dapat terjadi satu atau dua kali. Ada pula yang terus berlangsung
selama kehamilan, meskipun jarang terjadi.
Mual dan Muntah (Morning sickness)
Mual dan muntah adalah masalah umum selama kehamilan, biasanya
terjadi pada pagi hari. Dimulai sekitar 8 minggu dan terakhir sampai 12
minggu. Gejala ini muncul karena perubahan pada saluran cerna dan
peningkatan kadar estrogen dan kadar HCG dalam darah. Pada trimester
10
II mual dan muntah akan hilang dengan sendirinya.Apabila mual dan
muntah terlalu sering dan banyak maka disebut hiperemesis gravidarum.
Banyak ibu hamil yang merasa mual juga merasa keletihan, tetapi tidak
semua ibu hamil merasakan hal demikian. Hal ini dapat diatasi dengan
mengajurkan wanita hamil untuk menyelingi makanan pereda mual.
Kegiatan rutinnya sehari-hari dengan istirahat dan meminta bantuan dari
keluarga atau teman
Sering kencing
Terjadi pada 12 minggu pertama kehamilan. Ibu hamil akan mengalami
sering buang air kecil baik siang/malam. Hal ini karena rahim membesar
menekan kandung kemil atau adanya perubahan hormonal. Pada
trimester III timbul lagi karena kepala janin mulai turun ke bawah PAP,
sehingga kandng kencing tertekan kembali.
- Hidroreter dekstra dan pielitis dekstra
Dalam kehamilan ureter kanan dan kiri membesar karena pengaruh
progesteron. Akan tetapi ureter kanan lebih membesar karena lebih
banyak mengalami tekanan dibandingkan ureter kiri. Hal ini
disebabkan oleh karena uterus lebih sering memutar kearah kanan.
- Poliuria
Karena peningkatan sirkulasi darah diginjal saat kehamilan, sehingga
filtrasi di glomerolus juga meningkat lebih, lebih banyak dikeluarkan
urea, asam urine, glukosa, asam amino, asam folik dalam kehamilan.
Chloasma Gravidarum
Berupa bintik-bintik hitam atau bercak hiperpigmentasi kecoklatan pada
kulit di daerah tonjolan maksila dan dahi. Chloasma di alami 50% - 70%
wanita hamil, dimulai minggu ke-16 dan meningkat secara bertahap
sampai bayi lahir. Hal ini disebabkan karena pengaruh hormon MSH
(Melanophore Stimulating Hormone) yang dikeluarkan juga didorong
oleh sinar matahari yang mengenai kulit.
Obstipasi
Disebabkan karena reaksi otot halus diusus besar dengan adanya jumlah
progesteron yang meningkat reabsorbsi air di usus besar meningkat.
Progesteron dan penekanan terhadap perut oleh gerak kinerja yang
11
menurun dalam saluran pencernaan. Selain itu obstipasi juga disebabkan
oleh hipoperistaltik (perlambatan usus). Pilihan makanan yang tidak
lazim, kurang cairan, disertai abdomen akibat kehamilan dan pergeseran
usus akibat kompresi.
2. Hipertensi
12
2. Hiperplasentosis, seperti molahidatidosa, kehamilan ganda, diabetes
melitus, hidrops fetalis, bayi besar.
3. Umur yang ekstrim.
4. Riwayat keluarga yang pernah mengalami preeklampsia dan eklampsia
5. Penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil
6. Obesitas (prawirohardjo, 2009)
Patofisiologi Hipertensi dalam Kehamilan
Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui dengan
jelas. Banyak teori telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam
kehamilan, tetapi tidak ada satu pun teori yang dianggap mutlak benar.
Teori-teori yang sekarang banyak dianut adalah ( Prawirohardjo, 2013) :
1. Teori kelainan vaskularisasi plasenta
Pada kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapat aliran darahdari
cabang-cabang arteri uterina dan arteri ovarika. Kedua pembuluh darah
tersebut menembus miometrium berupa arteri arkuata dan arteri arkuata
memberi cabang arteri radialis. Arteri radialis menembus endometrium
menjadi arteri basalis dan memberi cabang arteri spiralis. Pada
kehamilan normal, dengan sebab yang belum jelas, terjadi invasi
trofoblas ke dalam lapisan otot arteri spiralis yang menimbulkan
degenerasi lapisan otot tersebut, sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis.
Invasi trofoblas juga memasuki jaringan sekitar arteri spiralis, sehingga
jaringan matriks menjadi gembur dan memudahkan lumen spiralis
mengalami distensi dan dilatasi. Distensi dan vasodilatasi lumen arteri
apiralis ini memberi dampak penurunan tekanan darah, penurunan
resistensi vaskular, dan peningkatan aliran darah pada utero plasenta.
Akibatnya, aliran darah ke janin cukup banyak dan perfusi jaringan juga
meningkat, sehingga dapat menjamin pertumbuhna janin dengan baik.
Proses ini dinamakan “remodeling arteri spiralis”.
Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel
trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya.
Lapisan otot arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi dan
vasodilatasi. Akibatnya, arteri spiralis relatif mengalami vasokontriksi,
dan terjadi kegagalan “remodeling arteri spiralis”, sehingga aliran darah
utero plasenta menurun, dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta.
13
Dampak iskemia plasenta akan menimbulkan perubahan-perubahan yang
dapat menjelaskan patogenesis hipertensi dalam kehamilan selanjutnya.
2. Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel
a. Iskemia plasenta dan pembentukan oksidan/radikal bebas
Sebagaimana dijelaskan pada teori invasi trofoblas, pada
hipertensi dalam kehamilan terjadi kegagalan “remodeling
arteri spiralis”, dengan akibat plasenta mengalami iskemia.
Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan
menghasilkan oksidan (radikal bebas). Oksidan atau radikal
bebas adalah senyawa penerima molekul yang mempunyai
elektron yang tidak berpasangan. Salah satu oksidan penting
yang dihasilkan iskemia plasenta adalah radikal hidroksil
yang sangat toksis, khususnya terhadap membran sel endotel
pembuluh darah. Produksi oksidan pada manusia adalah suatu
proses normal, karena oksidan memang dibutuhkan untuk
perlindungan tubuh. Adanya radikal bebas dalam darah, maka
hipertensi dalam kehamilan disebut “toxaemia”. Radikal
hidroksil akan merusak membran sel, yang mengandung
banyak asam lemak tidak jernih menjadi peroksida
lemak. Peroksida lemak selain akan merusak membran sel, juga
akan merusak nukleus dan protein sel endotel. Produksi oksidan
(radikal bebas) dalam tubuh yang bersifat toksis, selalu
diimbangi dengan produksi antioksidan.
b. Peroksida lemak sebagai oksidan pada hipertensi dalam
kehamilan
Pada hipertensi dalam kehamilan telah terbukti bahwa kadar
oksidan, khususnya peroksida lemak meningkat, sedangkan
antioksidan, misalnya vitamin E pada hipertensi dalam
kehamilan menurun, sehingga terjadi dominan kadar oksidan
peroksida lemak yang relatif tinggi. Peroksida lemak sebagai
oksidan/radikal bebas yang sangat toksik ini akan beredar di
seluruh tubuh melalui aliran darah dan akan merusak membran
sel endotel. Membran sel endotel lebih mudah mengalami
kerusakan oleh peroksida lemak, karena letaknya langsung
14
berhubungan dengan aliran darah dan mengandung banyak
asam lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh sangat rentan
terhadap oksidan radikal hidroksil, yang akan berubah menjadi
peroksida lemak.
c. Disfungsi sel endotel
Akibat sel endotel terpapar terhadap peroksida lemak, maka
terjadi kerusakan sel endotel, yang kerusakannya dimulai dari
membran sel endotel. Kerusakan membran sel endotel
mengakibatkan terganggunya fungsi endotel, bahkan rusaknya
seluruh struktur sel endotel. Keadaan ini disebut “disfungsi
endotel” (endothelial disfunction). Pada waktu terjadi
kerusakan sel endotel yang mengakibatkan disfungsi sel
endotel, maka akan terjadi:
1) Ganggguan metabolisme prostaglandin, karena salah
satu fungsi endotel adalah memproduksi prostaglandin,
yaitu menurunnya produksi prostasiklin (PGE2) suatu
vasodilator kuat.
2) Agregasi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang
mengalami kerusakan. Agregasi trombosit ini adalah
untuk menutup tempat-tempat di lapisan endotel yang
mengalami kerusakan. Agregasi trombosit memproduksi
tromboksan (TXA2) suatu vasokontriktor kuat. Dalam
keadaan normal perbandingan kadar
protasiklin/tromboksan lebih tinggi kadar prostasiklin
(vasodilator). Pada preeklampsi kadar tromboksan lebih
tinggi dari kadar prostasiklin sehingga terjadi
vasokonstriksi, maka terjadi kenaikan tekana darah.
3) Perubahan khas pada sel endotel kapiler
glomerulus(glomerular endotheliosis).
4) Peningkatan permeabilitas kapiler.
5) Peningkatan produksi bahan-bahan vasopresor, yaitu
endotelin. Kadar vasodilator menurun, sedangkan
endotelin (vasokontriksi) meningkat.
6) Peningkatan faktor koagulasi.
3. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
15
Faktor imunologik berperan terhadap terjadinya hipertensi dalam
kehamilan dengan fakta sebagai berikut :
a. Primigravida mempunyai resiko lebih besar terjadinya
hipertensi dalam kehamilan jika dibandingkan dengan
multigravida.
b. Ibu multipara yang kemudian menikah lagi mempunyai resiko
lebih besar terjadinya hipertensi dalam kehamilan jika
dibandingkan dengan suami yang sebelumnya.
c. Seks oral mempunyai resiko lebih rendah terjadinya
hipertensidalam kehamilan. Lamanya periode hubungan seks
sampai saat kehamilan ialah makin lama periode ini, makin
kecil terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Pada perempuan
hamil normal, respon imun tidak menolak adanya “hasil
konsepsi” yang bersifat asing. Hal ini disebabkan adanya
human leukocyte antigen protein G (HLA-G), yang berperan
penting dalam modulasi respon imun, sehingga ibu tidak
menolak hasil konsepsi (plasenta). Adanya HLA-G pada
plasenta dapat melindungi trofoblas janin dari lisis oleh natural
killer cell (NK)” ibu. Selain itu, adanya HLA-G akan
mempermudah invasi sel trofoblaskadalam jaringan desidua
ibu, jadi HLA-G merupakan prokondisi untuk terjadinya invasi
trofoblas ke dalam jaringan desidua ibudisamping untuk
menghadapi sel natural killer. Pada plasenta hipertensi dalam
kehamilan, terjadi penurunan HLA-G. Berkurngnya HLA-G di
desidua didaerah plasenta, menghambat invasi trofoblas ke
dalam desidua. Invasi trofoblas sangat penting agar jaringan
desidua menjadi lunak, dan gembur sehingga mepermudah
terjadinya reaksi inflamasi kemungkinan terjadi immune-
maladaptation pada preeklampsia. Pada awal trimester kedua
kehamilan perempuan yang mempunyai kecenderungan terjadi
preeklampsia, ternyata mempunyai proporsi sel yang lebih
rendah di banding pada normotensif.
4. Teori adaptasi kardiovaskular Pada hamil normal pembulu darah
refrakter tehadap bahan-bahan vasopresor. Refrakter berarti pembuluh
16
darah tidak peka tehadap rangsangan bahan vasopresor, atau dibutuhkan
kadar vasopresor yang lebih tinggi untuk menimbulkan respons
vasokonstriksi. Pada kehamilan normal terjadinya refrakter pembuluh
daerah terhadap bahan vasopresor adalah akibat dilindungi oleh adanya
sitensis prostaglandin pada sel endotel pembuluh darah. Hal ini
dibuktikan bahwa daya rafrakter terhadap bahan vasopresor akan hilang
bila diberi prostaglandin sintensa inhibitor (bahan yang menghambat
produksi prostaglandin). Prostaglandin ini di kemudian hari
ternyata adalah prostasiklin.Pada hipertensi dalam kehamilan
kehilangan daya refrakter terhadap bahan vasokonstriktor, dan ternyata
terjadi peningkatan kepekaan terhadap bahan-bahan vasopresor. Artinya,
daya refrakter pembuluh darah terhadap bahan vasopresor hilang
sehingga pembuluh darah menjadi peka terhadap bahan vasopresor.
Banyak peneliti telah membuktikan bahwa peningkatan kepekaan
terhadap bahan-bahan vasopresor pada hipertensi dalam kehamilan sudah
terjadi pada trimester I (pertama). Peningkatan kepekaan pada kehamilan
yang akan menjadi hipertensi dalam kehamilan, sudah dapat ditemukan
pada kehamilan dua puluh minggu. Fakta ini dapat dipakai sebagai
prediksi akan terjadinya hipertensi dalam kehamilan.
3. Preeklamsia
Definisi Preeklamsia
Preeklampsia merupakan hipertensi yang terjadi setelah 20 minggu
kehamilan pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal.
Hipertensi yang ditemukan dengan tekanan sistolik ≥ 140 mmHg atau
tekanan diastolik ≥ 90 mmHg dengan pemeriksaan dua kali dengan jarak 6
jam dan terdapat proteinuria ≥0,3 gram/24 jam atau 1+ dipstick (Miller,
2007). Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai dengan kejang-kejang
dan/atau koma (prawirohardjo, 2009). Diagnosa preeklampsia berdasarkan
adanya hipertensi dan proteinuria, edema ataupun keduanya. Hipertensi
biasanya timbul lebih dahulu daripada tanda yang lain. Penyakit ini
didiagnosa berdasarkan tanda-tanda disfungsi endotel maternal yang tersebar
luas. Pada kehamilan normal, sebagian sel-sel sitotropoblast plasenta
17
menghentikan aktifitas perubahan yang tidak sesuai yang menyebabkan
infasi ke rahim dan pembuluh darahnya. Proses ini menyebabkan melekatnya
konseptus pada dinding rahim dan memulai aliran darah ibu ke plasenta.
Preeklampsia berhubungan dengan perubahan sitotropoblas abnormal, infasi
dangkal dan penurunan aliran darah ke plasenta (Tarigan, 2008).
Klasifikasi Preeklamsia
1. Preeklampsia Ringan
Suatu sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi organ
yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi
endotel. Diagnosa preeklampsia ringan ditegakkan dengan kriteria:
a. Hipertensi: Sistolik/diastolik ≥ 140/90mmHg.
b. Proteinuria: ≥300mg/24 jam atau ≥1+ dipstik.
c. Edema: Edema lokal tidak dimasukkan dalam kriteria preeklampsia,
kecuali edema pada lengan, muka dan perut, edema generalisata.
(prawirohardjo, 2009)
2. Preeklampsia Berat
Diagnosa preeklampsia berat ditegakkan dengan kriteria:
a. Tekanan darah sistolik ≥160 mmHg dan tekanan darah diastolik
≥110 mmHg. Tekanan darah tidak menurun meskipun sudah dirawat
dirumah sakit dan sudah menjalani tirah baring.
b. Proteinuria lebih 5 g/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif.
c. Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam.
d. Kenaikan kadar kreatinin plasma.
e. Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala,
skotoma dan pandangan kabur.
f. Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen
(akibat tegangnya kapsula Glisson).
g. Edema paru-paru dan sianosis.
h. Hemolisis mikroangiopatik.
i. Trombositopenia berat: < 100.000 sel/ atau penurunan trombosit
dengan cepat.
j. Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoselular): peningkatan kadar
alanin dan aspartat aminotransferase
k. Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat.
l. Sindrom HELLP.
(Prawirohardjo, 2009)
Gejala dan Tanda Klinis Preeklamsia
Sesuai dengan definisi preeklampsia, gejala utama preeklampsia adalah
hipertensi, proteinuria dan edema yang dijumpai pada kehamilan semester 2
atau kehamilan diatas 20 minggu dengan atau tanpa edema karena edema
18
dijumpai 80% pada kehamilan normal dan edema tidak meningkatkan
morbiditas dan mortalitas maternal maupun perinatal.
Gejala-gejala dan tanda-tanda lain yang timbul pada preeklampsia
sesuai dengan kelainan-kelainan organ yang terjadi akibat preeklampsia:
1. Hipertensi
Disebut hipertensi bila tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih, atau
tekanan darah diastolik 90 mmHg.
2. Proteinuria
Pada wanita tidak hamil dijumpai protein dalam urin sekitar 18 mg/24
jam. Disebut proteinuria positif/patologis bila jumlah protein dalam urin
melebihi 300 mg/24 jam. Deteksi proteinuria penting dalam diagnosis
dan penanganan hipertensi dalam kehamilan. Proteinuria merupakan
gejala yang terahir timbul. Eklampsia bisa terjadi tanpa proteinuria.
Proteinuria pada preeklampsia merupakan indikator adanya bahaya pada
janin. Berat badan lahir rendah dan kematian perinatal meningkat pada
preeklampsia dengan proteinuria.
Diagnosis preeklampsia ditegakkan bila ada hipertensi dengan
proteinuria. Adanya kelainan cerebral neonatus dan retardasi intra uterin.
Proteinuria juga ada hubungannya dengan meningkatnya risiko kematian
janin dalam kandungan. Risiko terhadap ibu juga meningkat jika
dijumpai proteinuria.
3. Edema
Edema bukan merupakan syarat untuk diagnosa preeklampsia karena
edema dijumpai 60-80% pada kehamilan normal. Edema juga tidak
meningkatkan risiko hipertensi dalam kehamilan. Edema yang dijumpai
pada tangan dan muka selain pagi hari merupakan tanda patologis.
Kenaikan berat badan melebihi 1 kg per minggu atau kenaikan berat
badan yang tiba-tiba dalam 1 atau 2 hari harus dicurigai kemungkinan
adanya preeklampsia. Edema yang masif meningkatkan risiko terjadinya
edema paru terutama pada masa post partum. Pada 15-39 % kasus
preeklampsia berat tidak dijumpai edema.
4. Oliguria
Urin normal pada wanita hamil adalah 600-2000 ml dalam 24 jam.
Oliguria dan anuria meurpakan tanda yang sangat penting pada
preeklampsia dan merupakan indikasi untuk terjadi terminasi sesegera
mungkin. Walaupun demikian, oliguria atau anuria dapat terjadi karena
19
sebab prerenal, renal dan post renal. Pada preeklampsia, hipovolemia
tanpa vasokonstriksi yang berat, intrarenal dapat menyebabkan oliguria.
Kegagalan ginjal akut merupakan komplikasi yang jarang pada
preeklamspia, biasanya disebabkan nekrosis tubular, jarang karena
nekrosis kortikal. Pada umumnya kegagalan ginjal akut ditandai dengan
jumlah urin dibawah 600 ml/24 jam dan 50% dari kasus tersebut terjadi
sebagai komplikasi koagulasi intravaskular yang luas disebaban solusio
plasenta.
5. Kejang
Kejang tanpa penyebab lain merupakan diagnosis eklampsia, kejang
merupakan salah satu tanda dari gejala dan tanda gangguan serebral pada
preeklampsia. Tanda-tanda serebral yang lain pada preeklampsia antara
lain, sakit kepala, pusing, tinnitus, hiperrefleksia, gangguan visus,
gangguan mental, parestesia dan klonus. Gejala yang paling sering
mendahului kejang adalah sakit kepala, gangguan visus dan nyeri perut
atas.
6. Asam Urat
Korelasi meningkatnya asam urat dengan gejala-gejala kilinis dari
toksemia gravidarum mula-mula didapatkan oleh williams. Kadar asam
urat juga mempunyai korelasi dengan beratnya kelainan pada biopsi
ginjal. Kelainan patologis pembuluh darah uteroplasenta dan berkorelasi
dengan luaran janin pada preeklampsia. Hiperuricemia menyebabkan
kematian perinatal.
7. Gangguan Visus
Gangguan visus pada preeklampsia berat dapat merupakan flashing.
Cahaya berbagai warna, skotoma, dan kebutaan sementara. Penyebabnya
adalah spasme arteriol, iskemia dan edema retina. Tanpa tindakan operasi
penglihatan akan kembali normal dalam 1 minggu. (Tanjung, 2004)
Patofisiologi Preeklamsia
Menurut Cunningham, dkk (2005:644) semua teori yang memuat tentang
preeklamsi harus dapat menjelaskan pengamatan bahwa hipertensi pada
kehamilan jauh lebih besar, wanita yang kemungkinan terkena hipertensi:
a. Terpajan virus korion untuk pertama kali.
b. Terpajan virus korion dalam jumlah sangat besar, seperti pada
kehamilan kembar atau mola hidatidosa.
c. Sudah mengidap penyakit vascular.
20
d. Secara genetis rentan terhadap hipertensi yang timbul saat
hamil Walaupun esensial, virus korion tidak harus menunjang
janin atau terletak di dalam uterus
4. Anemia
Definisi Anemia pada Kehamilan
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin
di bawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar hemoglobin < 10,5 gr%
pada trimester II ( Depkes RI, 2009 ). Anemia adalah kondisi dimana sel
darah merah menurun atau menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas
daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan janin
menjadi berkurang. Selama kehamilan, indikasi anemia adalah jika
konsentrasi hemoglobin kurang dari 10,50 sampai dengan 11,00 gr/dl
(Varney, 2006 ).
Gejala Anemia pada Ibu Hamil
Ibu hamil dengan keluhan lemah, pucat, mudah pingsan, dengan tekanan
darah dalam batas normal, perlu dicurigai anemia defisiensi besi. Dan secara
klinis dapat dilihat tubuh yang pucat dan tampak lemah (malnutrisi). Guna
memastikan seorang ibu menderita anemia atau tidak, maka dikerjakan
pemeriksaan kadar Hemoglobin dan pemeriksaan darah tepi. Pemeriksaan
Hemoglobin dengan spektrofotometri merupakan standar ( Wiknjosastro,
2005). Proses kekurangan zat besi sampai menjadi anemia melalui beberapa
tahap: awalnya terjadi penurunan simpanan cadangan zat besi dalam bentuk
fertin di hati, saat konsumsi zat besi dari makanan tidak cukup, fertin inilah
yang diambil. Daya serap zat besi dari makanan sangat rendah, Zat besi pada
pangan hewan lebih tinggi penyerapannya yaitu 20 – 30 % sedangkan dari
sumber nabati 1-6 %. Bila terjadi anemia, kerja jantung akan dipacu lebih
cepat untuk memenuhi kebutuhan O2 ke semua organ tubuh, akibatnya
penderita sering berdebar dan jantung cepat lelah. Gejala lain adalah lemas,
cepat lelah, letih, mata berkunang kunang, mengantuk, selaput lendir ,
kelopak mata, dan kuku pucat (Sin sin, 2008).
Patofisiologi Anemia
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena
perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari
pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada
21
trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan
meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterem serta
kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume
plasma seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresi
aldesteron.
5. Abortus
a. Pengertian
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa
gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (Derek
liewollyn&Jones, 2002).
Terdapat beberapa macam kelainan dalam kehamilan dalam hal ini adalah
abortus yaitu abortus spontan, abortus buatan, dan terapeutik. Abortus spontan
terjadi karena kualitas sel telur dan sel sperma yang kurang baik untuk
berkembang menjadi sebuah janin. Abortus buatan merupakan pengakhiran
kehamilan dengan disengaja sebelum usia kandungan 28 minggu.Pengguguran
kandungan buatan karena indikasi medik disebut abortus terapeutik
(Prawirohardjo, S, 2002). Menariknya pembahasan tentang abortus dikarenakan
pemahaman di kalangan masyarakat masih merupakan suatu tindakan yang
masih dipandang sebelah mata. Oleh karena itu, pandangan yang ada di dalam
masyarakat tidak boleh sama dengan pandangan yang dimiliki oleh tenaga
kesehatan, dalam hal ini adalah perawat setelah membaca pokok bahasan ini.
Abortus terjadi pada usisa kehamilan kurang dari 8 minggu, janin dikeluarkan
seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara mendalam.
Pada kehamilan 8–14 minggu villi koriales menembus desidua secara
mendalam, plasenta tidak dilepaskan sempurna sehingga banyak perdarahan.
Pada kehamilan diatas 14 minggu, setelah ketubah pecah janin yang telah mati
akan dikeluarkan dalam bentuk kantong amnion kosong dan kemudian plasenta
(Prawirohardjo, S, 2002).
b. Klasifikasi
1. Abortus spontanea (abortus yang berlangsung tanpa tindakan)
Abortus imminens :
Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa
adanya dilatasiserviks.
22
Abortus insipiens :
Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan
adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih
dalam uterus.
Abortus inkompletus :
Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
Abortus kompletus :
Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
2. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)
Menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu.
Pada umumnya dianggap bayi belum dapat hidup
diluar kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur 28 minggu,
atau berat badanbayi belum 1000 gram, walaupun terdapat kasus bahwa
bayi dibawah 1000 gram dapat terus hidup.
c. Etiologi
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu:
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus pada
kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini
adalah :
Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X
Lingkungan sekitar tempat impaltasi kurang sempurna
Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan temabakau dan
alcohol
Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi
menahun
Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan
toksoplasmosis.
Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada
trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
Penyebab secara umum:
Infeksi akut
Infeksi kronis
23
1. Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
a. Hipertensi
b. Nephritis
c. Diabetes
d. Anemia Berat
e. Penyakit Jantung
f. Toxemia Gravidarum
6. Trauma fisik.
Retroversi kronis.
- Mola hidatidosa.
24
d. Patofisiologi
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua
secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan
8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak
dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan
lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil
konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil
yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup,
mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.
6. Kehamilan Ektopik
a. Pengertian
Kehamilan secara normal akan berada di kavum uteri. Kehamilan ektopik ialah
kehamilan di tempat yang luar biasa. Kehamilan ektopik terjadi setiap saat
ketika penananaman blastosit berlangsung dimanapun, kecuali di endometrium
yang melapisi rongga uterus. Tempat yang mungkin untuk kehamilan ektopik
adalah serviks, tuba fallopi, ovarium dan abdomen (Varney,dkk, 2006).
25
Kebanyakan kehamilan ekstrauterin terjadi pada tuba Fallopi (gestasi ektopik),
tetapi jarang ovum yang fertil berimplantasi pada permukaan ovarium atau
serviks uterin. Sangat jarang ovum yang fertil berimplantasi pada
omentum/kehamilan abnormal (Manuaba, dkk, 2008).Fungsi normal tuba adalah
:
a. Transportasi ovum
2. Kehamilan servikal
3. Kehamilan ovarium
b. Etiologi
26
b. Hipoplasia uteri, dengan lumen tuba menyempit dan berkelok-
kelok.
4. Faktor lain:
b. Fertilisasi in vitro.
e. Infertilitas.
f. Mioma uteri.
d. Patofisiologi
27
mendapat suplai darah, sehingga zigot mati dan kemudian diresorbsi. Pada
implantasi interkolumnar, zigot menempel di antara dua jonjot. Zigot yang telah
bernidasi kemudian tertutup oleh jaringan endosalping yang menyerupai
desidua, yang disebut pseudokapsul.
Abortus ke dalam lumen tuba lebih sering terjadi pada kehamilan pars
ampullaris, sedangkan ruptur lebih sering terjadi pada kehamilan pars isthmica.
Pada abortus tuba, bila pelepasan hasil konsepsi tidak sempurna atau tuntas,
maka perdarahan akan terus berlangsung. Bila perdarahan terjadi sedikit demi
sedikit, terbentuklah mola kruenta. Tuba akan membesar dan kebiruan
(hematosalping), dan darah akan mengalir melalui ostium tuba ke dalam rongga
abdomen hingga berkumpul di kavum Douglas dan membentuk hematokel
retrouterina.
28
Pada kehamilan di pars isthmica, umumnya ruptur tuba terjadi lebih awal,
karena pars isthmica adalah bagian tuba yang paling sempit. Pada kehamilan di
pars interstitialis ruptur terjadi lebih lambat (8-16 minggu) karena lokasi tersebut
berada di dalam kavum uteri yang lebih akomodatif, sehingga sering kali
kehamilan pars interstitialis disangka sebagai kehamilan intrauterin biasa.
Perdarahan yang terjadi pada kehamilan pars interstitialis cepat berakibat fatal
karena suplai darah berasal dari arteri uterina dan ovarika. Oleh sebab itu
kehamilan pars interstitialis adalah kehamilan ektopik dengan angka mortalitas
tertinggi. Kerusakan yang melibatkan kavum uteri cukup besar sehingga
histerektomi pun diindikasikan.Ruptur, baik pada kehamilan fimbriae, ampulla,
isthmus maupun pars interstitialis, dapat terjadi secara spontan maupun akibat
trauma ringan, seperti koitus dan pemeriksaan vaginal. Bila setelah ruptur janin
terekspulsi ke luar lumen tuba, masih terbungkus selaput amnion dan dengan
plasenta yang masih utuh, maka kehamilan dapat berlanjut di rongga abdomen.
Untuk memenuhi kebutuhan janin, plasenta dari tuba akan meluaskan
implantasinya ke jaringan sekitarnya, seperti uterus, usus dan ligamen
(Rachimhadhi, 2005).
a. Pengertian
29
Menurut Gordon, JO (2005) pertumbuhan janin terhambat-PJT (Intrauterine
Growth Retardation) diartikan sebagai suatu kondisi dimana janin berukuran
lebih kecil dari standar ukuran biometri normal pada usia kehamilan. Kadang
pula istilah PJT sering diartikan sebagai kecil untuk masa kehamilan-KMK
(small for gestational age). Umumnya janin dengan PJT memiliki taksiran berat
dibawah persentil ke-10. Artinya janin memiliki berat kurang dari 90 % dari
keseluruhan janin dalam usia kehamilan yang sama. Janin dengan PJT pada
umumnya akan lahir prematur (<37 minggu) atau dapat pula lahir cukup bulan
(aterm, >37 minggu).
b. Klasifikasi iugr
1. PJT tipe I atau dikenal juga sebagai tipe simetris. Terjadi pada
kehamilan 0-20 minggu,terjadi gangguan potensi tubuh janin ntuk
memperbanyak sel (hiperplasia), umumnya disebabkan oleh kelainan
kromosom atau infeksi janin.prognosisnya buruk.
3. PJT tipe III adalah kelainan diantara dua tipe diatas. Terjadi pada
kehamilan 20-28 minggu,yaitu gangguan potensi tubuh kombinasi antara
gangguan hiperplasia dan hipertropi sel. Misalnya dapat terjadi pada
malnutrisi ibu,kecanduan obat,atau keracunan.
c. Etologi
1. Faktor Ibu
30
sirkulasi dengan tetap. Aliran darah yang terjamin sangat penting
artinya untuk tumbuh kembang janin dengan baik dalam
uterus.Dikemukakan bahwa jumlah arteri-arterioli yang didestruksi
oleh sel trophoblas sekitar 100-150 pada daerah seluas plasenta
sehingga cukup untuk menjamin aliran darah tanpa gangguan pada
lumen dan arteri spiralis terbuka.
Kelainan uterus.
Kehamilan kembar.
Keadaan gizi
31
menjadi baik, ibu yang kurus memerlukan kenaikan berat badan
yang lebih banyak dari pada ibu-ibu yang gemuk dalam masa
kehamilan.
Perokok
2. Faktor Anak
a. Kelainan congenital
b. Kelainan genetik
32
TORCH (toxoplasmosis, rubella, cytomegalovirus, dan herpes
simplex) yang bisa menyebabkan hambatan pertumbuhan
intrauterin sampai 30% dari kejadian. Infeksi AIDS pada ibu hamil
menurut laporan bisa mengurangi berat badan lahir bayi sampai
500 gram dibandingkan dengan bayi-bayi yang lahir sebelum
terkena infeksi itu.Diperkirakan infeksi intrauterin meninggikan
kecepatan metabolisme pada janin tanpa kompensasi peningkatan
transportasi substrat oleh plasenta sehingga pertumbuhan janin
menjadi subnormal atau dismatur
3. Faktor Plasenta
33
d. Patofisiologi
8. Persalinan postterm
a) Pengertian
Definisi standar untuk kehamilan dan persalinan lewat bulan adalah 294 hari
setelah hari pertama menstruasi terakhir, atau 280 hari setelah ovulasi. Istilah
lewat bulan (postdate) digunakan karena tidak menyatakan secara langsung
34
pemahaman mengenai lama kehamilan dan maturitas janin ( Varney Helen,
2007).
b) Etiologi
Pengaruh Progesteron
Teori Oksitosin
35
menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan baik sehingga
kehamilan dapat berlangsung lewat bulan.
Saraf Uterus
Heriditer
c) Diagnosa
- Riwayat Haid
Diagnosis tidak sulit untuk ditegakkan apabila hari pertama haid terakhir
(HPHT) diketahui dengan pasti. Untuk riwayat haid yang dapat
dipercaya, diperlukan beberapa kriteria antara lain,
36
Selanjutnya diagnosis ditentukan dengan menghitung menurut rumus
Naegele. Berdasarkan riwayat haid, seseorang penderita yang ditetapkan
sebagai kehamilan dan persalinan postterm kemungkinan adalah sebagai
berikut:
d) Patofisiologi
1) Sindrom posmatur
Insidensi sindrom postmaturitas pada bayi berusia 41, 42, dan 43 minggu
masing-masing belum dapat ditentukan dengan pasti. Syndrome ini
terjadi pada sekitar 10 % kehamilan antara 41 dan 43 minggu serta
meningkat menjadi 33 % pada 44 minggu. Oligohidramnion yang
menyertainya secara nyata meningkatkan kemungkinan postmaturitas.
2) Disfungsi plasenta
37
Kadar eritroprotein plasma tali pusat meningkat secara signifikan pada
kehamilan yang mencapai 41 minggu atau lebih dan meskipun tidak ada
apgar skor dan gas darah tali pusat yang abnormal pada bayi ini, bahwa
terjadi penurunan oksigen pada janin yang postterm.
38
merupakan bayi-bayi dengan hambatan pertumbuhan yang jumlahnya
relatif kecil ini.
Pathway 1.
Patofisiologi Kehamilan
Perdarahan sedikit/spotting
Sering kencing
39
Hidroreter dekstra
Chloasma Gravidarum Poliuria
dan pielitis dekstra
Obstipasi
40
Pathway 2.
Penurunan perfusi
plasenta
Istemik Plasenta Rasio TxA2/pl
endotelin
NO
Sirkulasi faktor-faktor sitokin(TNF-a dan IL)
dan lemak peroksia
hematokrit
41
Pathway 3.
PREEKLAMPSIA
Hipertensi
42
Pathway 4.
ANEMIA
Perubahan sirkulasi
Trimester II 100 ml
Pathway 5.
43
2.4 Perubahan fisik , Fisiologi dan Psikologi Ibu Hamil
A. Perubahan Fisik
1. Perubahan Fisik pada Trimester I
Menurut Kurnia (2009) perubahan fisik pada trimester I adalah :
a) Pembesaran Payudara
Payudara akan membesar dan mengencang, karena terjadi peningkatan hormon
kehamilan yang menimbulkan pelebaran pembuluh darah dan untuk
44
mempersiapkan pemberian nutrisi pada jaringan payudara sebagai persiapan
menyusui.
b) Sering buang air kecil
Keinginan sering buang air kecil pada awal kehamilan ini dikarenakan rahim
yang membesar dan menekan kandung kencing. Keadaan ini akan menghilang
pada trimester II dan akan muncul kembali pada akhir kehamilan, karena
kandung kemih ditekan oleh kepala janin.
c) Konstipasi
Keluhan ini juga sering dialami selama awal kehamilan, karena peningkatan
hormon progesteron yang menyebabkan relaksasi otot sehingga usus bekerja
kurang efisien. Adapun keuntungan dari keadaan ini adalah memungkinkan
penyerapan nutrisi yang lebih baik saat hamil.
d) Morning Sickness, mual dan muntah
Hampir 50% wanita hamil mengalami mual dan biasanya mual dimulai sejak
awal kehamilan. Mual muntah diusia muda disebut morning sickness tetapi
kenyataannya mual muntah ini dapat terjadi setiap saat.
e) Merasa lelah
Hal ini terjadi karena tubuh bekerja secara aktif untuk menyesuaikan secara
fisik dan emosional untuk kehamilan. Juga peningkatan hormonal yang dapat
mempengaruhi pola tidur.
f) Sakit Kepala
Sakit kepala yang lebih sering dialami oleh pada ibu hamil pada awal kehamilan
karena adanya peningkatan tuntutan darah ke tubuh sehingg ketika akan
mengubah posisi dari duduk / tidur ke posisi yang lain (berdiri) tiba-tiba, sistem
sirkulasi darah merasa sulit beradaptasi. Sakit kepala / pusing yang lebih sering
daripada biasanya dapat disebabkan oleh faktor fisik maupun emosional. Pola
makan yang berubah, perasaan tegang dan depresi juga dapat menyebabkan
sakit kepala.
g) Kram Perut
Kram perut saat trimester awal kehamilan seperti kram saat menstruasi di
bagian perut bawah atau rasa sakit seperti ditusuk yang timbul hanya beberapa
menit dan tidak menetap adalah normal. Hal ini sering terjadi karena adanya
perubahan hormonal dan juga karena adanya pertumbuhan dan
pembesaran dari rahim dimana otot dan ligamen merenggang untuk menyokong
rahim.
h) Meludah
45
Keinginan meludah yang terjadi pada ibu hamil yang terus menerus dianggap
normal sebab hal ini termasuk gejala morning sickness.
i) Peningkatan Berat Badan
Pada akhir trimester pertama wanita hamil akan merasa kesulitan memasang
kancing / rok celana panjangnya, hal ini bukan berarti ada peningkatan berat
badan yang banyak tapi karena rahim telah berkembang dan memerlukan ruang
juga, dan ini semua karena pengaruh hormon estrogen yang menyebabkan
pembesaran rahim dan hormon progresteron yang menyebabkan tubuh menahan
air.
46
Perubahan hormonal juga menyebabkan kuku bertumbuh lebih cepat dan
rambut tumbuh lebih banyak dan kadang di tempat yang tidak diinginkan,
seperti di wajah atau di perut. Tapi, tidak perlu khawatir dengan rambut
yang tumbuh tak semestinya ini, karena akan hilang setelah bayi lahir.
f) Sakit perut bagian bawah
Pada kehamilan 18-24 minggu, ibu hamil akan merasa nyeri di perut bagian
bawah seperti ditusuk atau tertarik ke satu atau dua sisi. Hal ini karena
perenggangan ligamentum dan otot untuk menahan rahim yang semakin
membesar. Nyeri ini hanya akan terjadi beberapa menit dan bersifat tidak
menetap.
g) Pusing
Pusing menjadi keluhan yang sering terjadi selama kehamilan trimester
kedua, karena ketika rahim membesar akan menekan pembuluh darah besar
sehingga menyebabkan tekanan darah menurun.
47
Kram otot ini timbul karena sirkulasi darah yang lebih lambat saat
kehamilan. Atasi dengan menaikkan kaki ke atas dan minum kalsium yang
cukup. Jika terkena kram kaki ketika duduk atau saat tidur, cobalah
menggerak-gerakkan jari-jari kaki ke arah atas.
l) Sedikit Pembengkakan
Pembengkakan adalah kondisi normal pada kehamilan, dan hampir 40%
wanita hamil mengalaminya. Hal ini karena perubahan hormon yang
menyebabkan tubuh menahan cairan. Pada trimester kedua akan tampak
sedikit pembengkakan pada wajah dan terutama terlihat pada kaki bagian
bawah dan pergelangan kaki. Pembengkakan akan terlihat lebih jelas pada
posisi duduk atau berdiri yang terlalu lama.
48
e) Sering kencing
Pembesaran rahim ketika kepala bayi turun ke rongga panggul akan makin
menekan kandungan kencing ibu hamil.
f) Masalah tidur
Setelah perut besar, bayi akan sering menendang di malam hari sehingga
merasa kesulitan untuk tidur nyenyak.
g) Varises
Peningkatan volume darah dan alirannya selama kehamilan akan menekan
daerah panggul dan vena di kaki, yang mengakibatkan vena menonjol, dan
dapat juga terjadi di daerah vulva vagina. Pada akhir kehamilan, kepala bayi
juga akan menekan vena daerah panggul yang akan memperburuk varises.
Varises juga dipengaruhi faktor keturunan.
h) Kontraksi perut
Braxton-Hicks atau kontraksi palsu ini berupa rasa sakit di bagian perut
yang ringan, tidak teratur, dan akan hilang bila ibu hamil duduk atau
istirahat.
i) Bengkak
Perut dan bayi yang kian membesar selama kehamilan akan meningkatkan
tekanan pada daerah kaki dan pergelangan kaki ibu hamil, dan kadang
membuat tangan membengkak. Ini disebut edema, yang disebabkan oleh
perubahan hormonal yang menyebabkan retensi cairan.
j) Kram pada kaki
Kram kaki ini timbul karena sirkulasi darah yang menurun, atau karena
kekurangan kalsium.
k) Cairan vagina
Peningkatan cairan vagina selama kehamilan adalah normal. Cairan
biasanya jernih. Pada awal kehamilan, cairan ini biasanya agak kental,
sedangkan pada saat mendekati persalinan cairan tersebut akan lebih cair.
B. Perubahan Fisiologi
Hampir setiap tubuh wanita hamil mengalami perubahan baik pada organ dan
sistem organnya. Menurut Mochtar (2011) dan Bobak, Lowdermilk & Jensen
(2004) perubahan fisiologis yang terjadi pada wanita hamil antara lain:
(1) Sistem Reproduksi
Ukuran uterus membesar akibat dari hipertrofi dan hiperplasia otot polos rahim,
berat uterus naik dari 30 gram menjadi 1000 gram, isthmus Rahim hipertrofi
dan serviks uteri bertambah vaskularisasinya dan bertambah lunak. Proses
ovulasi berhenti, vagina dan vulva berwarna lebih merah atau kebiruan.
49
Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan menyebabkan robeknya
serabut elastin di bawah kulit sehingga timbul stirae gravidarum.
(2) Sistem Sirkulasi Darah
Volume darah total dan volume plasma darah naik pesat sejak akhir trimester
pertama. Gambaran protein darah berubah; jumlah protein, albumin dan gama
globulin menurun pada trimester pertama dan meningkat bertahap pada akhir
kehamilan. Pompa jantung akan meningkat setelah kehamilan tiga bulan dan
menurun lagi pada minggu-minggu terakhir kehamilan. Tekanan darah
cenderung turun pada trimester kedua dan akan naik lagi seperti pada
prahamil. Nadi biasanya naik, nilai rata-ratanya 84 kali per menit.
(3) Sistem pernapasan
Adanya usus yang tertekan ke arah diafragma akibat pembesaran uterus, akan
menekan paru-paru sehingga wanita hamil akan cenderung mengeluh sesak dan
napas pendek. Kapasitas vital paru sedikit meningkat selama kehamilan.
(4) Sistem Pencernaan
Pada trimester pertama, muncul keluhan mual dan muntah. Salivasi meningkat,
tonus otot saluran pencernaan melemah sehingga motilitas usus menurun dan
makanan akan lebih lama berada dalam saluran makanan.
(5) Sistem Integumen
Pada daerah kulit tertentu, terdapat hiperpigmentasi jaringan seperti pada muka,
payudara (puting dan areola payudara), perut dan vulva.
(6) Metabolisme
Tingkat metabolik basal pada wanita hamil meningkat hingga 15-20% terutama
pada trimester akhir. Terjadi gangguan keseimbangan asam basa, kebutuhan
protein dan kalori meningkat. Wanita hamil sering merasa haus, nafsu makan
bertambah, sering buang air kecil dan kadang dijumpai glukosuria, serta berat
badan ibu hamil akan meningkat.
(7) Payudara
Selama kehamilan, payudara bertambah besar, tegang dan berat. Dapat terjadi
noduli-noduli akibat hipertrofi kelenjar alveoli; bayangan vena-vena lebih
membiru.
C. Perubahan Psikologis
Selain menimbulkan perubahan fisik, kehamilan juga menimbulkan perubahan dan
adaptasi psikologis bagi ibu hamil. Membesarnya janin dalam kandungan
mengakibatkan calon ibu letih, tidak nyaman, tidak dapat tidur nyenyak, sering
mendapat kesulitan bernapas dan beban fisik lainnya. Semua pengalaman ini
50
mengakibatkan timbulnya kecemasan, ketegangan, konflik batin dan lain-lain.
Selain itu, adanya resiko perdarahan, rasa sakit pada saat melahirkan, bahaya
kematian pada dirinya sendiri maupun bayi yang akan dilahirkan juga menambah
kecemasan dan ketakutan bagi ibu hamil (Lia, 2011). Menurut Nirwana (2011) dan
Hamilton (2004), perubahan psikologis yang dialami ibu hamil berdasarkan usia
kehamilan yaitu:
(1) Perubahan psikologis pada trimester pertama
Ibu membutuhkan adaptasi terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya pada
trimester awal kehamilan. Banyak ibu yang merasa kecewa, terjadi penolakan,
kecemasan dan kesedihan. Sering kali pada awal kehamilan banyak ibu yang
mengharapkan untuk tidak hamil. Hampir 80% wanita menolak, gelisah, depresi
dan murung. Sebanyak 15% ibu hamil mengalami gangguan jiwa pada trimester
pertama. Pada wanita hamil banyak mengalami ketakutan dan fantasi selama
kehamilan, khususnya tentang perubahan fisik yang terjadi pada dirinya.
(2) Perubahan psikologis pada trimester kedua
Terdapat dua fase perubahan psikologis pada trimester kedua. Fase pertama
yaitu fase prequickening, dimana pada fase ini ibu menganalisis dan
mengevaluasi segala hubungan interpersonal yang telah terjadi. Proses ini akan
menjadi dasar bagaimana calon ibu mengembangkan hubungan dengan anak
yang akan dilahirkan. Proses yang terjadi pada pengevaluasian adalah
perubahan identitas dari penerima kasih sayang (dari ibunya) menjadi pemberi
kasih sayang (persiapan menjadi seorang ibu). Pada trimester kedua, calon ibu
sudah dapat menerima kehamilannya. Fase kedua yaitu fase postquickening
yaitu ibu hamil akan fokus pada kehamilan dan persiapan untuk menyambut
lahirnya bayi. Pergerakan yang dirasakan dapat membantu ibu membangun
konsep bahwa bayinya adalah individu yang terpisah dengannya dan
menyebabkan ibu terfokus pada bayinya.
(3) Perubahan psikologis pada trimester ketiga
Pergerakan bayi akan semakin sering dirasakan oleh calon ibu pada trimester
ketiga. Perasaan tersebut menimbulkan kecemasan tersendiri bagi seorang ibu
seperti takut kalau sewaktu-waktu bayinya lahir, apakah bayinya akan terlahir
normal, dan hal-hal lain terkait kondisi bayinya. Seorang ibu juga akan
memikirkan tentang proses persalinan yang akan dialami dan bahaya fisik yang
akan timbul pada saat persalinan. Trimester ketiga inilah ibu memerlukan
51
ketenangan dan dukungan dari suami, keluarga serta tenaga kesehatan.
Penelitian dari Aprianawati (2007) tentang hubungan antara dukungan keluarga
terhadap tingkat kecemasan ibu primigravida menjelang persalinan. Hasil dari
penelitian menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan
keluarga dengan kecemasan ibu hamil, dimana ibu hamil yang mendapat
dukungan yang besar dari keluarganya, akan mengalami kecemasan yang
rendah dalam menghadapi persalinannya
G2P1001
1 23456
Cara membaca diagnosa medis tersebut yaitu:
1. G (Gravida) yaitu jumlah kehamilan termasuk mola, Ke, abortus, jadi G2 berarti
kehamilan yang kedua
2. P (Para) yaitu jumlah anak yang dilahirkan > 2500gr, jadi P1 berarti sudah
melahirkan anak yang pertama dengan berat > 2500gr
3. Angka 1 menunjukkan Hamil aterm.
4. Angka 0 yang pertama menunjukkan jumlah premature.
52
5. Angka 0 yang ke 2 menunjukkan jumlah abortus.
6. Angka 1 yang terakhir menunjukkan jumlah anak lahir yang hidup.
53
Ditanyakan untuk mengetahui keluhan ibu yang dirasakan saat
pengkajian. Keluhan yang disampaikan ibu pada kunjungan ulang sangat
penting untuk mengontrol kehamilan ibu.
4) Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Ditanyakan untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita ibu
sebelumnya apakah ibu pernah menderita penyakit menular seperti TBC,
hepatitis, malaria, ataupun penyakit keturunan seperti jantung, darah
tinggi, ginjal, kencing manis, juga pernahkah ibu menderita kanker
ataupun tumor, serta untuk mengetahui apakah ibu pernah dirawat di
rumah sakit sebelumnya.
5) Riwayat Kesehatan Sekarang
Ditanyakan untuk mengetahui apakah ibu sedang menderita penyakit
menular seperti TBC, hepatitis, malaria, ataupun penyakit keturunan
seperti jantung, darah tinggi, ginjal, kencing manis, juga pernahkah ibu
menderita kanker, tumor, ataupun HIV/AIDS.
6) Riwayat Kesehatan Keluarga
Ditanyakan mengenai latar belakang keluarga terutama :
a. Anggota keluarga yang mempunyai penyakit tertentu terutama
penyakit menular seperti TBC, hepatitis.
b. Penyakit keluarga yang diturunkan seperti kencing manis, kelainan
pembekuan darah, jiwa, dan asma.
c. Riwayat kehamilan kembar. Faktor yang meningkatkan kemungkinan
hamil kembar adalah faktor ras, keturunan, umur, wanita, dan paritas.
Oleh karena itu apabila ada yang pernah melahirkan atau hamil
dengan anak kembar harus diwaspadai karena hal ini bisa menurun
pada ibu.
7) Riwayat Haid
Ditanyakan mengenai :
a. Menarche adalah terjadi haid yang pertama kali. Menarche terjadi
pada usia pubertas yaitu sekitar 12-16 tahun.
b. Siklus haid pada setiap wanita tidak sama. Siklus haid yang
normal /dianggap sebagai siklus adalah 28 hari, tetapi siklus ini bisa
maju sampai 3 hari atau mundur selama 3 hari. Panjang siklus haid
yang biasa pada manusia adalah 25-32 hari.
c. Lamanya haid. Biasanya antara 2-5 hari, ada yang 1-2 hari namun
diikuti darah sedikit-sedikit dan ada sampai 7-8 hari. Jumlah darah
54
yang keluar saat haid ± 50 ml/cc. Pada wanita biasanya lama haid ini
tetap.
d. Keluhan yang dirasakan.
e. Keputihan warnanya bau, gatal/tidak.
8) Riwayat Perkawinan
Ditanyakan tentang :
Ibu menikah berapa kali, lamanya, dan umur pertama kali menikah.
a. Umur pertama kali menikah < 18 tahun, pinggulnya belum cukup
pertumbuhannya sehingga jika hamil beresiko pada saat melahirkan.
b. Jika hamil umur > 35 tahun bahayanya bisa terjadi hipertensi,
plasenta previa, pre-eklamsia, KPD, persalinan tidak lancar/macet,
perdarahan setelah bayi lahir, BBLR.
9) Riwayat Kehamilan seperti ada tidaknya kehamilan premature, abortus,
Persalinan, dan Nifas Yang Lalu
Untuk mengetahui bagaimana kehamilan, persalinan dan nifas yang
terdahulu apakah pernah ada komplikasi atau penyulit sehingga dapat
memperkirakan adanya kelainan atau keabnormalan yang dapat
mempengaruhi kehamilan selanjutnya.
10) Riwayat Kehamilan Sekarang
a. Berapa kali periksa dan dimana
Pemeriksaan sebaiknya dilakukan tiap 4 minggu jika segala sesuatu
normal sampai kehamilan 28 minggu, sesudah itu pemeriksaan
dilakukan tiap 2 minggu dan sesudah 36 minggu dilakukan
pemeriksaan setiap minggu.
b. Gerakan janin. Umumnya gerakan janin dirasakan ibu pada
kehamilan 18 minggu pada primigravida dan kehamilan 16 minggu
pada multi gravid. Pengamatan pergerakan janin dilakukan setiap
hari setelah usia kehamilan lebih dari 28 minggu.
c. Keluhan-keluhan yang lazim pada kehamilan.
d. Imunisasi TT diberikan sekurang-kurangnya diberikan 2x dengan
interval minimal 4 minggu, kecuali bila sebelumnya ibu pernah
mendapat TT 2x pada kehamilan yang lalu atau pada calon
pengantin. Maka TT cukup diberikan satu kali (TT boster).
Pemberian TT pada ibu hamil tidak membahayakan janin walaupun
diberikan pada kehamilan muda. Dosis pada TT yaitu 0,5 ml di
berikan melalui muskulus teltoid. Pada bagian sinistra termasuk TT
yang pertama dan yang bagian dekstra termasuk pemberian TT yang
55
ke dua. Yang bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi tetanus
neonates.
e. Pemberian vitamin, zat besi : tablet sehari segera setelah rasa mual
hilang, minimal sebanyak 90 tablet (200ml) selama kehamilan.
f. Riwayat kehamilan sekarang membantu bidan untuk menentukan
usia kehamilan, memberikan konseling tentang keluhan hamil yang
biasa, dan dapat medeteksi adanya komplikasi. Dengan cara
menghitung hpht yaitu :
11) Riwayat KB
Ditanyakan pernahkah ibu mengikuti KB/tidak, apa macamnya, ada
keluhan /tidak, setelah persalinan rencananya ibu menggunakan KB apa.
12) Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Nutrisi
Nutrisi yang diperlukan ibu hamil : kalori, protein, kalsium, zat besi,
vitamin A B C D, dan air. Bahan makanan yang banyak mengandung
lemak dan hidrat arang seperti manisan dan gorengan perlu dikurangi
untuk menghindari kelebihan berat badan yang berlebihan.
b. Eliminasi
Pada bulan pertama kehamilan ibu biasanya mengeluh sering
kencing, hal ini dipengaruhi oleh uterus yang semakin membesar
secara fisiologis dan pada akhir kehamilan biasanya ibu juga
mengeluh sering kencing karena kandung kemih tertekan oleh kepala
janin. Perubahan hormonal mempengaruhi aktifitas usus halus dan
usus besar sehingga mengakibatkan obstipasi. Sembelit dapat terjadi
56
secara mekanis yang disebabkan karena menurunnya gerakan ibu
hamil, tekanan kepala janin terhadap usus besar dan rectum.
c. Istirahat
Waktu istirahat harus lebih lama ±10-11 jam. Untuk wanita hamil,
juga dianjurkan untuk tidur siang. Jadwal istirahat dan tidur harus
diperhatikan dengan baik karena istirahat dan tidur yang teratur dapat
meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani untuk kepentingan
pertumbuhan dan perkembangan janin.
d. Aktivitas
Wanita yang hamil boleh bekerja tetapi sifatnya tidak melelahkan dan
mengganggu kehamilan. Misalnya : pekerjaan rumah tangga yang
ringan, masak, menyapu, tetapi jangan menimba, mengangkat air, dll.
Pekerjaan dinas misal guru, pegawai kantor boleh diteruskan.
Pekerjaan yang sifatnya dapat mengganggu kehamilan lebih baik
dihindarkan misalnya pekerjaan dipabrik rokok, percetakan, yang
mengeluarkan zat yang dapat mengganggu janin dalam
kandungannya.
e. Personal Higiene
(1) Rambut harus sering dicuci
(2) Gigi betul-betul harus mendapat perawatan untuk mencegah
caries.
(3) Buah dada adalah organ yang berat hubungannya dengan
kehamilan dan nifas, sebagai persiapan untuk produksi makanan
bayi oleh karena itu bila kurang kebersihannya bisa menyebabkan
infeksi.
(4) Kebersihan vulva. Vulva harus selalu dalam keadaan bersih.
Setelah BAK/BAB harus selalu dikeringkan, cara cebok yang
dari depan kebelakang.
(5) Kebersihan kuku tidak boleh dilupakan karena dibawah kuku bisa
tersembunyi kuman penyakit.
(6) Kebersihan kulit dilakukan dengan mandi 2x sehari. Mandi tidak
hanya membersihkan kulit tetapi menyegarkan badan, karena
pembuluh darah terangsang dan badan terasa nyaman.
(7) Kebersihan pakaian. Wanita hamil ganti pakaian yang bersih,
kalau dapat pagi dan sore, lebih-lebih pakaian dalam seperti BH
dan celana dalam.
57
13) Riwayat Psikososial dan Budaya
Untuk mengetahui keadaan psikologis ibu terhadap kehamilannya serta
bagaimana tanggapan suami dan keluarga tentang kehamilan, budaya
ditanyakan untuk mengetahui kebiasaan dan tradisi yang dilakukan ibu
dan keluarga berhubungan dengan kepercayaan pada takhayul, kebiasaan
berobat dan semua yang berhubungan dengan kondisi kesehatan ibu.
14) Pola Spiritual
untuk mengetahui kegiatan spiritual ibu.
b. Data obyektif
1) Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik/cukup/lemah
Kesadaran : composmentis/apatis/somnolen
Tinggi badan : normal > 145cm, ibu hamil dengan tinggi
badan kurang dari 145 cm kemungkinan panggul sempit
BB sebelum hamil : mengetahui BB sebelum hamil dan saat
hamil adalah penambahan BB atau penururnan BB
BB sekarang : selama kehamilan TM II dan III
pertambahan BB kurang lebih 0,5kg perminggu, hingga akhir
kehamilan pertambahan BB yang normal sekitar 9-13,5kg
LL atas : normal > 23,5 cm, bila kurang merupakan
indikator kuat untuk status gizi ibu yang kurang baik/buruk,
sehingga beresiko untuk melahirkan BBLR.
Tekanan darah, pernapasan, nadi, dan temperature.
2) Pemeriksaan Fisik
a. Kepala dan leher
(1) Kepala : bersih, tidak ada benjolan, tidak ada luka
atau lesi.
(2) Rambut : warna rambut, tidak ada ketombe, tidak
rontok, dan distribusi merata.
(3) Wajah : tidak ada cloasma gravidarum, tidak ada
oedema, dan tidak pucat.
(4) Mata :konjungtiva tidak pucat dan sclera tidak
ikterus.
(5) Mulut dan gigi : bersih, warna bibir kemerahan, gigi tidak
berlubang, caries pada gigi, gusi tidak berdarah.
(6) Leher : tidak ada bendungan vena jugularis, tidak
ada pembengkakan kelenjar limfe dan tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid.
58
b. Payudara
(1) Inspeksi : bentuk melingkar, simetris, hiperpi-
mentasi pada areola, puting susu menonjol, tidak ada
retraksi atau dimpling pada saat retraksi(kalau terjadi
tumor).
(2) Palpasi : tidak ada masa/benjolan, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, colostrums (-)
3) Abdomen
a. Inspeksi : tidak ada luka bekas operasi, terdapat linea nigra
dan pembesaran uterus sesuai dengan umur kehamilan.
b. Palpasi
Leopold I
(1) Kaki klien dibengkokan pada lutut dan lipatan paha
(2) Pemeriksaan berdiri sebelah kanan klien dan melihat kearah
muka klien
(3) Rahim dibawah ketengah
(4) Tinggi fundus uteri ditentukan
(5) Tentukan bagian apa dari anak yang terdapat dalam fundus
uteri. Sifat kepala ialah keras, bundar dan melenting, sifat
bokong adalah lunak, kurang bundar dan kurang melenting,
pada letak lintang fundus uteri kosong. Variasi menurut
knebel : menentukan letak kepala atau bokong dengan satu
tangan di fundus dan tangan lain di atas simfisis.
Leopold II
(1) Kedua tangan pindah kesamping
(2) Tentukan batas samping rahim kiri dan kanan
tentukan letak punggung anak
(3) Pada letak lintang, tentukan dimana letak kepala
janin. Leopold II untuk menentukan dimana letaknya
punggung anak dan dimana letaknya bagian-bagian
kecil. Variasi menurut poudin : menentukan letak
punggung dengan satu tangan menekan di fundus.
Leopld III
(1) Dipergunakan satu tangan saja
(2) Bagian bawah ditentukan antara ibu jari dan jari
lainnya
(3) Adakah bagian bawah masih dapat dipergunakan.
Leopold III menentukan apa yang terdapat dibawah
59
dan apakah bagian bawah anak ini sudah atau belum
terpegang oleh pintu atas panggul. Variasi menurut
ahlfeld menentukan letak punggung dengan pinggir
tangan kiri diletakkan tegak di tengah perut.
Lepold IV
(1) Pemeriksaan merubah sikapnya yaitu melihat ke arah
kaki si penderita.
(2) Dengan kedua tangan ditentukan apa yang menjadi
bagian bawah.
(3) Ditentukan apakah bagian bawah sudah masuk ke
dalam pintu atas panggul dan berapa masuknya
bagian bawah ke dalam rongga panggul.
Jika kita rapatkan kedua tangan akan kita dapatkan :
a. Kedua tangan pada pinggir kepala divergent
(ukuran terbesar kepala sudah melewati pintu atas
panggul)
b. Kedua tangan pada pinggir kepala convergent
(ukuran terbesar kepala belum melewati pintu
atas panggul). Leopold IV untuk menentukan
bagian yang terendah dan berapa masuknya
bagian yang bawah ke dalam rongga panggul.
4) Pemeriksaan penunjang (laboratorium), (buku KIA).
5) Pemeriksaan Khusus
Inspeculo bertujuan untuk mengetahui apakah pendarahan
berasal dari osteum uteri eksternum atau dari kelainan cervik
vagina. Apabila perdarahan dari osteum uteri ekternum,
adanya plasenta harus dicurigai.
USG untuk menentukan letak plasenta.
(6) Pemeriksaan Laboratorium
Hb : jika terjadi pendarahan yang banyak dan keadaan
umum pasien lemah serta pucat, kemungkinan pasien
mengalami anemia.
Urine : dicurigai ada protein urine yang memperberat
kehamilan dan glukosa.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidaknyamanan berhubungan dengan perubahan pada mekanika tubuh efek
dari perubahan hormone.
60
b. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan penekanan kandung kemih
karena pembesaran uterus.
c. Kurangnya pengetahuan. Perawatan kehamilan berhubungan dengan kurangnya
informasi.
d. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
mempertahankan kenyaman.
e. Gangguan pola nafas berhubungan dengan penekanan pembuluh darah abdomen
yang mengalirkan O2.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Ketidaknyamanan berhubungan dengan perubahan pola mekanika tubuh efek
dari perubahan hormone.
Tujuan : ketidaknyamanan berkurang/hilang
Kriteri Hasil :
1. Klien dapat mengidentifikasi dan mendemonstrasikan tindakan perawatan
diri yang tepat.
2. Ketidaknyamanan dapat dicegah dan diminimalkan
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji faktor pencetus perasaan tidak 1. Menentukan intervensi
nyaman yang dirasakan klien selanjutnya
61
Tujuan : masalah eliminasi urine dapat teratasi
Kriteria hasil :
1. Klien dapat myebutkan cara-cara untuk meminimalkan masalah.
2. Klien dapat mengidentifikasi tanda/gejala yang memerlukan
evaluasi/intervensi medis.
3. Klien terhindar dari masalah kelebihan volume cairan dan edema pada daerah
wajah dan ektremitas.
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji kenaikan berat badan 1. Mendeteksi penambahan
BB berlebihan dan retensi
cairan yang tidak terlihat
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji tingkat pendidikan ibu 1. Mengetahui tingkatan
pendidikan ibu dapat
memudahkan memberikan
penjelasan tentang
perawatan kehamilan
62
2. Berikan penjelasan tentang perubahan- 2. Mencegah tingkatan
perubahan biologis dan psikologis kekhawatiran pada ibu
normal pada ibu hamil selama kehamilan
INTERVENSI RASIONAL
1. Tinjau ulang kebutuhan perubahan 1. Membantu
tidur normal berkenaan dengan mengidentifikasi
kehamilan kebutuhan pola tidur
2. Evaluasi tingkat kelelahan, anjurkan 2. Meringankan rasa lelah
klien untuk istirahat 1-2 jam pada
siang hari dan 8 jam pada malam hari
3. Kaji insomnia, anjurkan teknik 3. Ansietas yang berlebihan,
relaksasi, membaca, mandi air hangat, kegembiraan,
dan penurunan aktivitas ketidaknyamanan fisik,
dapat mempersulit tidur
4. Anjurkan tidur pola posisi semi fowler 4. Memungkinkan diafragma
menurun, membantu
mengembangkan ekspansi
63
Kriteria hasil :
1. Klien mengatakan sesak nafas berkurang
2. Klien dapat mendemonstrasikan perilaku yang mengoptimalkan fungsi
pernafasan.
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji status, pola, frekuensi 1. Menentukan luas atau
pernafasan beratnya masalah
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan disesuaikan dengan intervensi keperawatan
5. EVALUASI KEPERAWATAN
a. Klien dapat mengidentifikasi dan mendemonstrasikan tindakan perawatan diri
yang tepat.
b. Ketidaknyamanan dapat dicegah dan diminimalkan.
c. Klien dapat menyebutkan cara-cara untuk meminimalkan masalah.
d. Klien dapat mengidentifikasi tanda/gejala yang memerlukan evaluasi/intervensi
medis.
e. Klien terhindar dari masalah kelebihan volume cairan dan edema pada daerah
wajah dan ektremitas.
f. Klien dapat memahami tentang perawatan kehamilan.
g. Klien dapat menyebutkan tentang perawatan kehamilan.
64
h. Klien dapat terhindar dari resiko komplikasi kehamilan.
i. Klien tahu cara mengatasi gangguan istirahat tidur.
j. Klien mendapatkan istirahat yang maksimal.
k. Klien mengatakan sesak nafas berkurang.
l. Klien dapat mendemonstrasikan perilaku yang mengoptimalkan fungsi
pernafasan.
1) Jalan lahir
2) Janin
Jalan lahir dibagi atas a) bagian tulang terdiri atas tulang-tulang panggul
dengan sendi-sendinya (artikulasio) ; dan b) bagian lunak terdiri atas otot-otot,
jaringan-jaringan, dan ligamen-ligamen. Dalam proses persalinan pervaginam
janin harus melewati jalan lahir ini. Jika jalan lahir khususnya bagian tulang
mempunyai bentuk dan ukuran rata-rata normal serta ukuran janinnya pun rata-
rata normal, maka dengan kekuatan yang normal pula persalinan pervaginam
akan berlangsung tanpa kesulitan.
Bagian keras pelvis yang dibentuk oleh tulang ada 2 bagian yaitu :
1. Pelvis mayor
65
2. Pelvis minor
66
b. Os iskhium adalah bagian terendah dari os koksa. Tonjolan dibelakang disebut
tuber iskhii yang menyangga tubuh sewaktu duduk.
c. Os pubis terdiri dari ramus superior dan ramus inferior. Ramus superior os pubis
berhubungan dengan os ilium, sedang ramus inferior kanan dan kiri membentuk
arkus pubis. Ramis inferior berhubungan dengan ops iskhium kira-kira pada 1/3
distal dari foramen obturator. Kedua os pubis bertemu pada simfisis.
d. Sakrum berbentuk baji, terdiri atas 5 vertebra sakralis. Vertebra pertama paling
besar, menghadap ke depan. Pinggir atas vertebra ini dikelnal sebagai
promontorium, merupakan suatu tanda penting dalam penilaian ukuran-ukuran
panggul. Permukaan anterior sakrum berbentuk konkaf.
Tulang coxae terdiri atas 3 buah tulang yang berhubungan satu sama lain.Batas
os coxae dari articulatio sakroiliaka sampai pertengahan pubis.
67
d. Spina illiaka posterior inferior (SIPI)
Di bawah spina illiaka posterior inferior terdapat tekik yang disebut Incisura
Ischiadika Mayo
68
Pada pertengahan basis terdapat titik menonjol digunakan sebagai petunjuk
saat melakukan pengukuran panggul dalam dinamakan
PROMONTORIUM.Pada bagian anterior memanjng sampai illium dinamakan
sayap sacrum.Lubang yang terdapat pada bagian depan dinamakan FORAMINA
SACRALIA ANTERIORA.Lubang yang terdapat pada bagian belakang
dinamakan FORAMINA SACRALIA POSTERIORA.Pada vertebra terdapat
bagian yang berduri yang dinamakan KRISTA SAKRALIA.Pada bagian
samping tulang kelangkang berhubungan dengan kedua tulang pangkal paha
dengan perantara articulatio sacroilliaca dan ke bawah dengan tulang tungging.
Berbentuk segitiga dan terdiri atas 3-5 ruas bersatu.Pada persalinan ujung
tulang tungging dapat ditolak sedikit ke belakang, hingga ukuran pintu bawah
panggul bertambah besar.Coccygis bersifat lentur, kelenturannya mempengaruhi
lebar dari ukuran panggul dalam.
Bagian lunak panggul terdiri dari otot-otot dan ligamenta yang meliputi
dinding panggul sebelah dalam dan yang menutupi panggul sebelah bawah, yang
menutupi panggul dari bawah membentuk dasar panggul dan disebut
DIAFRAGMA PELVIS.
2. Musc. Ilio coccygeus dari arcus tendineus m.levator ani ke os coccygis dan
septum anococcygeus.
69
Kiri kanan terdapat celah berbentuk segitiga yang disebut hiatus urogenitalis
yang tertutup oleh sekat yang disebut diafragma urogenitale.
DAERAH PERINIUM
Merupakan bagian permukaan dari pintu bawah panggul, terdiri dari 2 bagian
yaitu :
2. Regio urogenitalis
Terdapat :
b. M. Ischio cavernosus
1. Pars Muskularis
Pars muskularis yaitu muskulus levator ani. Muskulus levator ani terletak
agak ke belakang dan merupakan suatu sekat yang ditembus oleh rektum.
Muskulus levator ani kiri dan kanan terdiri dari 3 bagian yaitu:
2. Pars Membranosa
70
Pars membranosa yaitu diafragma urogenital. Antara muskulus pubio
kogsigeus kiri kanan terdapat celah berbentuk segitiga yang disebut hiatus
urigenitalis yang tertutup oleh sekat yang disebut diafragma urogenitalis. Sekat
ini menutupi pintu bawah panggul disebelah depan dan ditembus oleh uretra dan
vagina.
3. Regio Perineum
D. Bentuk-Bentuk Panggul
1. PANGGUL GYNECOID
Panggul paling baik untuk perempuan. Bentuk pintu atas panggul hampir
bulat. Diameter anteroposterior sama dengan diameter transversa bulat. Jenis ini
ditemukan pada 45% wanita.
2. PANGGUL ANDROID
3. PANGGUL ANTHROPOID
Bentuk pintu atas panggul agak lonjong seperti telur. Panjang diameter
anteroposterior lebih besar daripada diameter transversa. Jenis ini ditemukan
35% pada wanita
71
4. PANGGUL PLATYPELOID
Sebenarnya jenis ini adalah jenis ginekoid yang menyempit pada arah muka
belakang. Ukuran melintang jauh lebih besar daripada ukuran muka belakang.
Jenis ini ditemukan pada 5% perempuan
SUMBU PANGGUL
INCLINATIO PELVIS
Inclinatio pelvis adalah sudut antara PAP dengan bidang sejajar pada
wanita berdiri. Sudut ini sebesar 55 derajat. Besar dan kecilnya dapat
mempengaruhi proses persalinan.
BIDANG-BIDANG PANGGUL
Promontorium
Sayap sacrum
Linea terminalis
Ramus superior
72
Pinggir atas symphysis
2) Ukuran melintang adalah ukuran terbesar antara linea terminalis kanan dan
kiri dengan jarak kurang lebih 13,5 cm
Pintu bawah panggul terdiri dari 2 segitiga dengan dasar yang sama,
ialah garis yang menghubungkan kedua tuber ischiadicum kiri dan kanan.Puncak
dari segitiga yang belakang adalah ujung os sacrum sedangkan segitiga depan
73
dibatasi oleh arcus pubis.Pada pintu bawah panggul biasanya ditentukan oleh 3
ukuran yaitu :
1. Ukuran muka belakang, dari pinggir bawah symphysis ke ujung sacrum (11,5
cm)
2. Ukuran melintang, ukuran antara tuber ischiadicum kiri dan kanan sebelah
dalam (10,5cm)
BIDANG HODGE
Bidang hodge untuk menentukan berapa jauh bagian depan anak itu
turun ke dalam rongga panggul.
UKURAN-UKURAN PANGGUL
74
Dengan 2 jari telunjuk dan jari tengah, melalui konkavitas dari sacrum, jari
tengah digerakkan ke atas sampai dapat meraba promontorium.Sisi radial dari
jari telunjuk ditempelkan pada pinggir bawah symphysis dan tempat ini ditandai
dengan kuku jari telunjuk tangan kiri.Diameter oblique (menyilang) yaitu
articulatio saccroilliaka sampai tuber pubicum (12,5 cm)Diameter tranversal
adalah jarak antara linea terminalis kiri dan kanan (13,5 cm )
ukuran luar panggul tidak dapat digunakan untuk penilaian apakah persalinan
dapat berlangsung secara biasa atau tidak. Walaupun begitu ukuran luar panggul
dapat memberi petunjuk akan kemungkinan panggul sempit.
a. Distania spinarum adalah jarak antara SIAS kiri dan kanan (26-28 cm)
b. Distania cristarum adalah jarak antara crista iliaca kiri dan kanan (28-30 cm)
c. Diastania boudeloque adalah jarak antara tepi atas symphysis sampai ruas
lumbal ke 5 (18-20 cm)
d. Lingkar panggul adalah dari tepi atas symphisys ke pertengahan SIAS lalu ke
proxesus lumbal ke 5 kembali ke pertengahan SIAS dan kembali di tepi atas
shymphisis (80-100 cm)
E. Kelainan Panggul
75
Keluhan disfungsi dasar panggul dapat berupa prolaps organ panggul
atau yang lebih dikenal dengan turun peranakan, inkontinensia urine
(mengompol, karena kesulitan menahan kencing), inkontinensia alvi (gangguan
buang air besar), disfungsi seksual dan kelainan bawaan genital. Ada beberapa
hal yang dapat menjadi penyebab kemunculan gangguan tersebut, yaitu
melahirkan anak yang terlalu besar, terlalu sering melahirkan, pertambahan usia,
perubahan hormonal akibat menopause, obesitas, merokok, genetik, kelainan
sifat jaringan dan tekanan intraabdominal (rongga perut) yang meningkat terus-
menerus, seperti mengangkat beban terlalu berat.
76
semakin berat dan fungsi reproduksi tidak dipertahankan lagi, akan dilakukan
tindakan operatif dengan mengangkat rahim.
77
dipertimbangkan dalam melakukan pengkajian fisik, di antaranya sikap petugas
kesehatan saat melakukan pengkajian. Selain harus menjaga kesopanan, petugas
harus membina hubungan yang baik dengan pasien. Sebelum melakukan
pemeriksaan, pastikan lingkungan tempat pemeriksaan senyaman mungkin,
termasuk mengatur pencahayaan. Pemeriksaan fisik pada ibu hamil selain
bertujuan untuk mengetahui kesehatan ibu dan janin saat ini, juga bertujuan
untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada pemeriksaan berikutnya.
Penentuan apakah sang ibu sedang hamil atau tidak sangat diperlukan saat ibu
pertama kali berkunjung ke petugas kesehatan. Jika hasil pemeriksaan pada
kunjungan pertama sang ibu dinyatakan hamil, maka langkah selanjutnya perlu
ditentukan berapa usia kehamilannya. Setiap pemeriksaan kehamilan adalah
dengan melihat dan meraba petugas akan mengetahui apakah ibu sehat, janin
tumbuh dengan baik, tinggi fundus uteri sesuai dengan umur kehamilan atau
tidak, serta di mana letak janin.
a. Inspeksi
Inspeksi dilakukan untuk menilai keadaan ada tidaknya cloasma
gravidarum pada muka atau wajah, pucat atau tidak pada selaput mata, dan ada
tidaknya edema. Pemeriksaan selanjutnya adalah pemeriksaan pada leher untuk
menilai ada tidaknya pembesaran kelenjar gondok atau kelenjar limfe.
Pemeriksaan dada untuk menilai apakah perut membesar kedepan atau
kesamping, keadaan pusat, pigmentasi linea alba, serta ada tidaknya striae
gravidarum. Pemeriksaan vulva untuk menilai keadan perineum, ada tidaknya
tanda chadwick, dan adanya fluor. Kemudian pemeriksaan ektremitas untuk
menilai ada tidaknya varises.
b. Palpasi
Palpasi dilakukan utnuk menentukan besarnya rahim dengan menentukan
usia kehamilan serta menentukan letak anak dalam rahim. Pemeriksaan secara
palpasi dilakukan dengan menggunakan metode Leopold yakni :
Cara kerja untuk melakukan palpasi leopold pada ibu hamil menurut
Sulistyawati (2010), adalah:
Leopold I
1) Pemeriksa menghadap pasien
2) Kedua tangan meraba bagian fundus dan mengukur berapa tinggi fundus uteri.
78
3) Meraba bagian apa yang berada di fundus. Jika teraba benda bulat, melenting,
mudah digerakkan, maka itu adalah kepala. Namun jika teraba benda bulat,
besar, lunak, tidak melenting itu adalah bokong.
Leopold II
1) Kedua tangan pemeriksa berada disebelah kanan dan kiri perut ibu
2) Ketika memeriksa sebelah kanan, maka tangan kanan menahan perut sebelah
kiri kearah kanan.
3) Raba perut sebelah kanan menggunakan tangan kiri dan rasakan bagian apa yang
ada disebelah tangan kanan ( jika teraba bagian yang rata, terasa ada tahanan,
tidak teraba bagian kecil, maka itu adalah punggung bayi, namun jika teraba
bagian-bagian kecil dan menonjol maka itu adalah bagian kecil janin.
Leopold III
2) Tangan kanan meraba bagian yang ada di bagian bawah uterus teraba bagian
yang bulat, melenting, keras, dan dapat digoyangkan maka itu adalah kepala.
Namun jika teraba bagian yang bulat, besar, lunak dan sulit digerakkan maka ini
adalah bokong. Jika dibagian bawah tidak ditemukan kedua bagian seperti
diatas, maka pertimbangkan apakah janin dalam letak melintang.
3) Pada letak sungsang atau melintang dapat dirasakan ketika tangan kanan
menggoyangkan bagian bawah, tangan kiri akan merasakan ballottement
(pantulan dari kepala janin, terutama ini ditemukan pada usia kehamilan 5-7
bulan).
4) Tangan kanan meraba bagian bawah (jika teraba kepala goyangkan jika masih
mudah digoyangkan, berarti kepala belum masuk panggul , namun jika tidak
dapat digoyangkan berarti kepala sudah masuk panggul, lalu lanjutkan dengan
Leopold IV untuk mengetahui seberapa jauh kepala masuk panggul.
Leopold IV
79
3) Jika teraba kepala tempatkan kedua tangan di dua belah pihak yang
berlawanandi bagian bawah.
4) Jika kedua tangan konvergen (dapat saling bertemu) berarti kepala belum masuk
panggul.
5) Jika kedua tangan divergen ( tidak saling bertemu) berarti kepala sudah masuk
panggul.
c. Auskultasi
Auskultasi, dilalukan umumnya dengan stetoskop monoaural untuk
mendengarkan bunyi jantung anak, bising tali pusat, gerakan anak, bising rahim,
bunyi aorta, serta bising usus. Bunyi jantung anak dapat didengar pada akhir
bulan ke-5, walaupun dengan ultrasonografi dapat diketahui pada akhir bulan ke-
3. Bunyi jantung anak dapat terdengar dikiri dan kanan di bawh tali pusar bila
presentasi kepala. Bila terdengar setinggi tali pusat, maka presentasi di daerah
bokong. Bila terdenga pada pihak berlawanan dengan bagian kecil, maka anak
fleksi dan bila sepihak maka defleksi.
Dalam keadaan sehat,bunyi jantung antara 120-140 kali permenit. Bunyi
jantung dihitung dengan mendengarkannya selama 1 menit penuh. Bila kurang
dari 120 kali permenit atau lebih dari 140 per menit, kemungkinan janin dalam
keadaan gawat janin. Selain bunyi jantung anak, dapat didengarkan bising tali
pusat seperti meniup. Kemudian bising rahim seperti bising yang frekuensinya
sama seperti denyut nadi ibu, bunyi aorta frekuensinya sama seperti denyut nadi
dan bising usus yang sifatnya tidak teratur.
80
Misal, HPHT 10 Januari 2010, maka perkiraan lahir (10+7), (1+9), (2010 + 0) =
17-10-2010 atau 17 Oktober 2010
Jika HPHT Ibu ada pada bulan April – Desember
Rumusnya: (Tanggal + 7 hari), (bulan – 3),(Tahun + 1).
Misal, HPHT 10 Oktober 2010, maka perkiraan lahir (10 + 7), (10 – 3), (2010 +
1) = 17-7-2011 atau 17 Juli 2011.
Catatan:
Rumus ini hanya bisa diterapkan pada wanita yang daur haidnya teratur, yakni
antara 28-30 hari.
Perkiraan tanggal persalinan sering meleset antara 7 hari sebelum atau
setelahnya. Hanya sekitar 5% bayi yang akan lahir sesuai perhitungan ini.
Untuk mengurangi kemungkinan terlalu melesetnya perhitungan pada wanita
yang daur haidnya pendek, akan ditambahkan beberapa hari dari hari-H. Sedang
yang daur haidnya panjang, akan dikurangi beberapa hari.
b. Gerakanjanin
Perlu untuk diketahui bahwa pada kehamilan pertama gerakan janin
mulai terasa setelah kehamilan memasuki usia 18-20 minggu. Sedangkan pada
kehamilan kedua dan seterusnya, gerakan janin sudah terasa pada usia kehamilan
16-18 minggu.
c. Tinggi puncak rahim
Biasanya, dokter akan meraba puncak rahim (Fundus uteri) yang
menonjol di dinding perut dan penghitungan dimulai dari tulang kemaluan. Jika
jarak dari tulang kemaluan sampai puncak rahim sekitar 28 cm, ini berarti usia
kehamilan sudah mencapai 28 minggu. Tinggi maksimal puncak rahim adalah 36
cm, ini menunjukkan usia kehamilan sudah mencapai 36 minggu. Perlu dietahui,
ukuran maksimal adalah 36 cm dan tidak akan bertambah lagi meskipun usia
kehamilan mencapai 40 minggu. Kalaupun tingginya bertambah, kemungkinan
yang akan dialami adalah janin Anda besar, kembar, atau cairan tubuh Anda
berlebih.
81
dengan puncak rahim masih di bawah pusar, maka setiap penambahan 2 jari
berarti penambahan usia kehamilan sebanyak 2 minggu.
e. Menggunakan ultrasonografi (USG)
Cara ini paling mudah dan paling sering dilakukan oleh dokter. Tingkat
akurasinya cukup tinggi, yakni sekitar 95%. Dengan USG maka usia kehamilan
dan perkiraan waktu kelahiran si kecil bisa dilihat dengan jelas melalui
“gambar” janin yang muncul pada layar monitor.
82
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan
sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan
dengan nidasi atau implantasiIbu hamil adalah keadaan wanita yang sedang
mengandung janin didalam rahimnya karena sel telur telah dibuahi oleh
sprematozoa dari pria. Perawatan kehamilan merupakan pelayanan kesehatan oleh
tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan
standar pelayanan antenatal yang ditetapkan. (Depkes RI, 2010).Pemeriksaan
kehamilan adalah pengawasan terhadap ibu hamil dengan mempersiapkan sebaik-
baiknya fisik, mental ibu dalam kehamilan, persalinan dan post partum sehingga
selalu dalam keadaan sehat dan normal. Menstruasi adalah perdarahan periodik
pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulas (Bobak, 2004).Pemeriksaan
fisik tidak hanya bermanfaat bagi ibu hamil, termasuk janin yang dikandungnya.
Rangkaian pemeriksaan ini bisa mendeteksi secara dini bila ada kelainan
kehamilan. Sehingga bisa segera diterapkan tindakan penanganan yang tepat.
83
DAFTAR PUSTAKA
Saifudin, A.B. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Depkes, 2010. Kesehatan Remaja: Problem dan Solusinya. Jakarta. Salemba Medika
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/46832/4/Chapter%20II.pdf (diakses
tanggal 02 Februari 2018)
Sinsin,lis. 2008. Seri Kesehatan Ibu dan Anak Masa Kehamilan dan Persalinan, Jakarta:
Elex Media Komputindo
84
Aprianawati, R. B. & Sulistyorini, I. R. 2007. Hubungan antara dukungan keluarga
dengan kecemasan ibu hamil menghadapi kelahiran anak pertama pada masa triwulan
ketiga. Psikologi. Dikutip 2 Februari 2018, dari
http://skripsistikes.files.wordpress.com/2009/08/56.pdf.
Kurnia, . 2009. Menghindari Gangguan Saat Melahirkan & Panduan Lengkap Mengurut
Bayi. Yogjakarta : Panji Pustaka.
Ellen, Christina dkk. 2002. “konsep anc kehamilan normal” Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama
Riyadi, Sujono, Biologi Reproduksi, (Yogyakarta: STIKES Yogyakarta, 2012) hlm. 111-
116
http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/macam-macam-bentuk-panggul-pada-
wanita.html#ixzz3ljbd6YuW
85
Dr.dr.Harjadi Widjaja,I.Anatomi Pelvis.Jakarta:EGC,2010
Varney, Helen dkk. 2003. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ed.4 Vol.1. Jakarta:EGC
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis obstetri. Jakarta: EGC
Bobak, Lowdermik, dan Jensen, Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta, EGC.
Icesmi Sukarni.2013. Kehamilan, Persalinan dan Nifas. Yogyakarta, Nuha Medika
86