Anda di halaman 1dari 89

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS

KONSEP DASAR PERAWATAN IBU HAMIL

OLEH
KELOMPOK 1
1. Ni Luh Made Desi Ratih (P07120016010)
2. Ni Kadek Rai Dwijayanti (P07120016081)
3. Ni Luh Putu Sariani (P07120016082)
4. Cok Istri Yogantari (P07120016083)
5. Ni Kadek Dwi Handayani (P07120016084)
6. Komang Risti Indriani (P07120016085)
7. Kadek Kartini Anggarini Putri (P07120016086)
8. Ni Kadek Kristian Purnama Dewi (P07120016087)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
TAHUN AKADEMIK 2017/2018

KATA PENGANTAR

i
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan hidayat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan makalahKeperawatan
Maternitas yang membahas mengenai “Konsep Dasar Perawatan Ibu Hamil”. Dalam
penyusunan makalah ini penulis berusaha untuk menyajikan secara ringkas dan jelas
agar mudah dipahami oleh pembaca. Sumber informasi penyajian uraian menyeluruh
mengenai makalah yang penulis dapatkan diperoleh dari hasil pencarian di beberapa
buku pembelajaran dan jurnal resmi dari situs internet sehingga sangat mendukung
penyelesaian makalah ini.
Penulis sepenuhnya menyadari, tanpa bantuan dan kerjasama dari pihak yang
terkait, makalah ini tidak akan sesuai dengan harapan. Untuk itu pada kesempatan yang
baik ini tidak lupa disampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Ns. Nyoman Hartati, S.Kep, M. Biomed selaku dosen mata kuliah Keperawatan
Maternitas yang selalu meluangkan waktu untuk memberikan kami bimbingan
dan tuntunan dalam penyelesaian makalah ini.
2. Teman-teman kelompok yang sudah membuat makalah ini dengan sebaik-
baiknya.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran konstruktif sangat diharapkan oleh penulis. Penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkompeten .

Denpasar, Februari 2018

Kelompok 1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii

ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

1.1 Latar Belakang....................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................2

1.3 Tujuan Makalah..................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3

2.1 Pengertian Konsep Dasar Perawatan Ibu Hamil.................................................3

2.2 Siklus Menstruasi................................................................................................5

2.3 Patofisiologi Kehamilan...................................................................................10

2.4 Perubahan fisik , Fisiologi dan Psikologi Ibu Hamil........................................46

2.5 Diagnosa medis Ibu hamil................................................................................54

2.6 Asuhan Keperawatan Ibu Hamil.......................................................................55

2.7 Review anatomi panggul..................................................................................68

2.8 Pemeriksaan Ibu Hamil.....................................................................................81

BAB III PENUTUP........................................................................................................87

3.1 Simpulan...........................................................................................................87

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................88

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehamilan atau disebut juga Gestasi adalah suatu proses/ rangkaian peristiwa
baru yang akan dialami oleh wanita bila sel ovumnya dibuahi oleh sel sperma yang
berasal dari tubuh pria dalam proses reproduksi. Oleh karena itu, ibu yang sedang hamil
dikatakan pula sedang mengandung. Pertanyaan ini dapat pula menimbulkan
pertanyaan, mengandung apa? Jawabannya tidak lain adalah mengandung sel telur yang
telah dibuahi oleh sel mani atau sperma.

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai dengan lahirnya janin ke dunia
luar. Lainnya kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)
dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 trimaster pertama
dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dimulai bulan ke 4 sampai bulan
ke 6, trimaster ketiga dari bulan ke 7 sampai bulan ke 9.

Proses kehamilan merupakan matarantai yang bersinambung dan terdiri dari


ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi
(implantasi) pada uterus, pembentukan plasentadan tumbuh kembang hasil sampai
aterm. Kehamilan menyebabkan perubahan fisik, psikis, dan sosial pada ibu oleh karena
itu peran keluarga sangat besar dalam upaya memelihara kehamilan. Pada primigravida
merupakan suatu kondisi kehamilan yang pertama kali dialami oleh ibu maka asuhan
antenatal care merupakan standar terpenting dalam mendeteksi dini komplikasi yang
terjadi, baik pada ibu maupun pada janin. Dulu orang menganggap bahwa pertolongan
pada persalinan adalah yang terpenting untuk menyelamatkan ibu dan anak. Tapi
persalinan boleh diibaratkan dengan pertandingan olahraga, prestasi pertandingan tidak
ditentukan oleh daya upaya untuk persalinan saja tetapi jauh sebelumnya adalah sangat
tergantung pada persiapan fisik maupun mental, sebelum pertandingan harus dimulai
sejak ibu semasa hamil.

1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah berdasarkan uraian dari latar belakang adalah sebagai
berikut.

a. Apakah yang dimaksud dengan Pengertian Konsep Dasar Perawatan Ibu Hamil ?
b. Bagaimana Siklus Menstruasi ?
c. Bagaimana Patofisiologi Kehamilan?
d. Bagaimana Perubahan fisik , Fisiologi dan Psikologi Ibu Hamil?
e. Bagaimana Diagnosa medis Ibu hamil?
f.Bagaimana Asuhan Keperawatan Ibu Hamil?
g. Bagaimana Review anatomi panggul?
h. Bagaimana Pemeriksaan Ibu Hamil?

1.3 Tujuan Makalah


Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain :

a. Untuk mengetahui Pengertian Konsep Dasar Perawatan Ibu Hamil


b. Untuk mengetahui Siklus Menstruasi
c. Untuk mengetahui Patofisiologi Kehamilan
d. Untuk mengetahui Perubahan fisik , Fisiologi dan Psikologi Ibu Hamil
e. Untuk mengetahui Diagnosa medis Ibu hamil
f. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Ibu Hamil
g. Untuk mengetahui Review anatomi panggul
h. Untuk mengetahui Pemeriksaan Ibu Hamil

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Konsep Dasar Perawatan Ibu Hamil


a. Pengertian Kehamilan
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bisa dihitung dari saat fertilisasi
hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40
minggu atau 10 bylan atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan
terbagi menjadi 3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung selama 12
minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke 13 hingga ke-27), dan trimester
ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40). (Prawirohardjo, 2009)

b. Pengertian Ibu Hamil


- Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Ibu hamil adalah keadaan wanita yang sedang mengandung janin didalam
rahimnya karena sel telur telah dibuahi oleh sprematozoa dari pria. Lebih
lanjut, kehamilan adalah akibat sel telur yang telah matang kemudian
bertemu spermatozoa dari pria sehingga terjadi lah proses pembuahan yang
kemudian menghasilkan janin.
- Menurut D.S Soewito M
Ibu hamil adalah kondisi dimana seorang wanita mengandung bayi dari hasil
hubungan seksual antara pria dan wanita. Inilah definisi yang banyak orang
mengerti. Ini merupakan pengertian dari ibu hamil yang sederhana.
Walaupun pengertian ini adalah cukup sederhana, namun hal ini dapat
memberikan pengertian kepada masyarakat luas tentang definisi ibu hamil
secara umum.
- Menurut Yahya Andi Saputra
Ibu hamil adalah kondisi seorang wanita yang sedang mengandung janin
yang merupakan pintu gerbang bagi penciptaan generasi penerus yang
handal. Menurut pengetian ini, ibu hamil merupakan sosok yang kelak akan

3
melahirkan generasi-genarasi penerus yang mempunyai keterampilan dan
kemampuan untuk membuat perubahan ke arah yang lebih baik. Ibu hamil
juga merupakan suatu anugerah bagi sebuah kemajuan bangsa karena dari
para ibu hamil terlahir calon penerus bangsa yang akan memimpin suatu
generasi dimasa yang akan datang.

c. Perawatan Kehamilan/Ibu Hamil


Perawatan kehamilan merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan
untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar
pelayanan antenatal yang ditetapkan. (Depkes RI, 2010).
Perawatan kehamilan merupakan suatu program berkesinambungan selama
kehamilan, persalinan, kelahiran, dan nifas yang terdiri atas edukasi, scrining,
deteksi dini, pencegahan, pengobatan, rehabilitasi yang bertujuan untuk
memberikan rasa aman dan nyaman, sehingga ibu mampu merawat bayi dengan
baik. (Sosroatmodjo, 2010).

d. Tujuan Perawatan Kehamilan


Menurut Mansjoer (2005), tujuan perawatan kehamilan adalah memantau
kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang
bayi; meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu
dan bayi; mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau kompliksi yang
mungkin terjadi selama hamil termasuk riwayat penyakit secara umum.
Pemeriksaan kehamilan adalah pengawasan terhadap ibu hamil dengan
mempersiapkan sebaik-baiknya fisik, mental ibu dalam kehamilan, persalinan
dan post partum sehingga selalu dalam keadaan sehat dan normal, oleh karena
itu pelayanan / asuhan pemeriksaan kehamilan merupakan cara penting untuk
memonitoring dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi
sedini mungkin bila ada kelainan pada ibu hamil (Saifudin, et.al., 2002).

4
2.2 Siklus Menstruasi
a. Pengertian Menstruasi

Menstruasi adalah perdarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar


14 hari setelah ovulas (Bobak, 2004). Menstruasi adalah perdarahan vagina
secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus. Fungsi menstruasi
normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium
dengan perubahan – perubahan terkait pada jaringan sasaran pada saluran
reproduksi normal, ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini,
karena tampaknya bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan – perubahan
siklik maupun lama siklus menstruasi (Greenspan, 1998).

Usia normal bagi seorang wanita mendapatkan menstruasi untuk pertama


kalinya pada usia 12 atau 13 tahun. Tetapi ada juga yang mengawalinya lebih
awal, yaitu pada usia 8 tahun atau lebih lambat yaitu usia 18 tahun. Menstruasi
akan berhenti dengan sendirinya pada saat wanita sudah berusia 40-50 tahun,
yang dikenal dengan istilah menopause.Setelah mengalami menstruasi biasanya
terlihat perubahan fisik wanita seperti pada pinggul dan payudaranya.

Untuk dapat terjadi menstruasi maka perlu adanya fungsi vagina, rahim,
indung telur dan adanya hubungan yang sinergis dari hipotalamus susunan
syaraf pusat dengan indung telur. Hubungan ini digambarkan dengan terciptanya
kekompakan sistem kerja hormon dalam tubuh seorang perempuan terutama
hormon steroid (estrogen dan progesteron).

Seorang perempuan mepunyai dua indung telur atau disebut juga


ovarium. Secara periodik setiap satu siklus kira - kira pada hari ke 14 ada salah
satu sel matang yang dilepaskan dari indung telur. Bila tidak ada pertemuan sel
sperma dan sel telur maka pembuahan tidak terjadi. Nah karena sel telur tidak
dibuahi akan menyebabkan dinding rahim meluruhkan lapisan endometrium,
terjadilah menstruasi.

b. Gambaran klinis menstruasi

5
Sebagian besar wanita pertengahan usia reproduktif, perdarahan menstruasi
terjadi setiap 25-35 hari dengan median panjang siklus adalah 28 hari. Wanita
dengan siklus ovulatorik, selang waktu antara awal menstruasi hingga ovulasi
fase folikular bervariasi lamanya. Siklus yang diamati terjadi pada wanita yang
mengalami ovulasi. Selang waktu antara awal perdarahan menstruasi fase luteal
relatif konstan dengan rata - rata 14 kurang lebih 2 hari pada kebanyakan wanita
(Grenspan, 1998).

Lama keluarnya darah menstruasi juga bervariasi pada umumnya lamanya 4


sampai 6 hari, tetapi antara 2 sampai 8 hari masih dapat dianggap normal.
Pengeluaran darah menstruasi terdiri dari fragmen - fragmen kelupasan
endometrium yang bercampur dengan darah yang banyaknya tidak tentu.
Biasanya darahnya cair, tetapi apabila kecepatan aliran darahnya terlalu besar,
bekuan dengan berbagai ukuran sangat mungkin ditemukan. Ketidakbekuan
darah menstruasi yang biasa ini disebabkan oleh suatu sistem fibrinolitik lokal
yang aktif di dalam endometrium.

Rata - rata banyaknya darah yang hilang pada wanita normal selama satu
periode menstruasi telah ditentukan oleh beberapa kelompok peneliti, yaitu 25-
60 ml. Konsentrasi Hb normal 14gr per dl dan kandungan besi Hb 3,4 mg per g,
volume darah ini mengandung 12-29 mg besi dan menggambarkan kehilangan
darah yang sama dengan 0,4 sampai 1,0 mg besi untuk setiap hari siklus tersebut
atau 150 sampai 400mg per tahun (Cunningham, 1995).

c. Aspek hormonal selama siklus menstruasi

Mamalia, khususnya manusia, siklus reproduksinya melibatkan berbagai


organ, yaitu uterus, ovarium, vagina, dan mammae yang berlangsung dalam
waktu tertentu atau adanya sinkronisasi, maka hal ini dimungkinkan adanya
pengaturan koordinasi yang disebut hormon. Hormon adalah zat kimia yang
dihasilkan oleh kelenjar endokrin, yang langsung dialirkan dalam peredaran
darah dan mempengaruhi organ tertentu yang disebut organ target. Hormon-
hormon yang berhubungan dengan siklus menstruasi ialah :

a. Hormon-hormon yang dihasilkan gonadotropin hipofisis :

6
1. Luteinizing Hormon (LH)

2. Folikel Stimulating Hormon (FSH)

3. Prolaktin Releasing Hormon (PRH)

b. Steroid ovarium

Ovarium menghasilkan progestrin, androgen, dan estrogen. Banyak


dari steroid yang dihasilkan ini juga disekresi oleh kelenjar adrenal atau
dapat dibentuk di jaringan perifer melalui pengubahan prekursor-prekursor
steroid lain; konsekuensinya, kadar plasma dari hormon - hormon ini tidak
dapat langsung mencerminkan aktivitas steroidogenik dari ovarium.

c. Fase-fase dalam siklus menstruasi

Setiap satu siklus menstruasi terdapat 4 fase perubahan yang terjadi


dalam uterus. Fase-fase ini merupakan hasil kerjasama yang sangat
terkoordinasi antara hipofisis anterior, ovarium, dan uterus. Fase-fase
tersebut adalah :

1. Fase menstruasi atau deskuamasi

Fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai


pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Fase ini
berlangsung selama 3-4 hari.

2. Fase pasca menstruasi atau fase regenerasi

Fase ini, terjadi penyembuhan luka akibat lepasnya endometrium.


Kondisi ini mulai sejak fase menstruasi terjadi dan berlangsung selama
kurang lebih 4 hari.

3. Fase intermenstum atau fase proliferasi

Setelah luka sembuh. akan terjadi penebalan pada endometrium


kurang lebih 3,5 mm. Fase ini berlangsung dari hari ke~5 sampai hari ke-14
dari siklus menstruasi.

7
 Fase proliferasi dini. terjadi pada hari ke-4 sampai hari ke-7. Fase
ini dapat dikenali dari epitel permukaan yang tipis dan adanya
regenerasi epitel.
 Fase proliferasi madya, terjadi pada hari ke-8 sampai hari ke-10.
Fase ini merupakan bentuk transisi dan dapat dikenali dari epitel
permukaan yang berbentuk torak yang tinggi.
 Fase proliferasi akhir, berlangsung antara hari ke-11 sampai hari
ke-14. Fase ini dapat dikenali dari permukaan yang tidak rata dan
dijumpai banyaknya mitosis.

d. Fase pramenstruasi atau fase sekresi

Fase ini berlangsung dari hari ke-14 sampai ke-28. Fase ini endometrium
kira-kira tetap tebalnya. tetapi bentuk kelenjar berubah menjadi panjang
berkelokkelok dan mengeluarkan getah yang makin lama makin nyata. Bagian
dalam sel endometrium terdapat glikogen dan kapur yang diperlukan sebagai
bahan makanan untuk telur yang dibuahi.

Fase sekresi dibagi dalam 2 tahap, yaitu :

1. Fase sekresi dini, pada fase ini endometrium lebih tipis dari fase
sebelumnya karena kehilangan cairan.
2. Fase sekresi lanjut, pada fase ini kelenjar dalam endometrium
berkembang dan menjadi lebih berkelok-kelok dan sekresi mulai
mengeluarkan getah yang mengandung glikogen dan lemak Akhir masa
ini, stroma endometrium berubah kearah sel-sel: desidua, terutama yang
ada di seputar pembuluh-pembuluh arterial, Keadaan ini memudahkan
terjadinya nidasi (Hanafiah. 1997).

d. Mekanisme siklus menstruasi


1. Pada setiap siklus haid FSH dikeluarkan oleh Lobus anterior hipofisis
yang menyebabkan beberapa lolikel primer berkembang dalam
ovarium.
2. Folikel primer berkembang menjadi folikel de Grasi yang membuat
esterogen.

8
3. Esterogen menekan FSH, sehingga lobus anterior hipofisis
mengeluarkan hormon gonadotropin yang kedua yaitu LH (luteinizing
hormone)
4. Produksi FSH dan LH dipengaruhi RH (relasing hormones) yang
disalurkan dari hipotalamus ke hipofisis
5. Dibawah pengaruh RH folikel de grati semakin lama semakin matang
dan makin banyak mengeluarkan likuor folikuli yang mengandung
esterogen.
6. Esterogen mempunyai pengaruh terhadap ende metrium menyebabkan
endometrium tumbuh (menebal) yang disebut masa proliferasi
7. Dibawah pengaruh LH folikel de grati menjadi lebih matang, mendekati
permukaan ovarium, dan kemudian terjadi ovulasi.
8. Setelah ovulasi terjadi. terbentuklah korpus rubrum(berwarna merah)
yang akan menjadi korpus luteum (berwarna kuning).
9. Korpus luteum menghasilkan hormon progestemn, Hormon progesteron
mempunyai pengaruh terhadap endometrium yang telah berproliferasi
menyebabkan kelenjar-kelenjarnya berlekuk-lekuk dan bersekresi
(masa sekresi)
10. Bila tidak ada pembuahan. korpus luteum berdegenerasi yang
menyebabkan kadar esterogen dan progesteron menurun. sehingga
terjadi degenerasi serta perdarahan dan pelepasan endometrium yang
nekrotik. yang disebut masa mestruasi.
11. Bilamana ada pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum
dipertahankan dan berkembang menjadi korpus luteum graviditatis.

Selama haid, pada hari bermulanya diambil sebagai hari pertama dari siklus
yang baru. Akan terjadi lagi peningkatan dari FSH sampai mencapai kadar 5
ng/ml (atau setara dengan 10 mUl/ml), dibawah pengaruh sinergis kedua
gonadotropin, folikel yang berkembang ini menghasilkan estradiol dalam jumlah
yang banyak. Peningkatan serum yang terus-menerus pada akhir fase tolikuier
akan menekan FSH dari hipofisis. Dua hari sebelum ovulasi. kadar estradiol
mencapai 150400 pg/ml. Kadar tersebut melebihi nilai ambang rangsang untuk
pengeluaran gonadotropin pra-ovulasi. Akibatnya FSH dan LH dalam serum
akan meningkat dan mencapai puncaknya satu hari sebelum ovulasi. Saat yang
sama pula, kadar estradiol akan kembali menurun. Kadar maksimal LH berkisar

9
antara 8 dan 35 ng/mi atau setara dengan 30-40 mUl/ml, dan FSH antara 4-10
ng/ ml atau setara dengan 15-45 mUl/ml.

Terjadinya puncak LH dan FSH pada hari ke-14, maka pada saat ini folikel
akan mulai pecah dan satu hari kemudian akan timbul ovulasi. Bersamaan
dengan ini dimulailah pembentukan dan pematangan korpus luteum yang
disertai dengan meningkatnya kadar progesteron, sedangkan gonadotropin mulai
turun kembali. Peningkatan progesteron tersebut tidak selalu memberi arti.
bahwa ovulasi telah terjadi dengan baik, karena pada beberapa wanita yang tidak
terjadi ovulasi tetap dijumpai suhu basal badan dan endometrium sesuai dengan
tase luteal.

Awal fase luteal, seiring dengan pematangan korpus _ luteum. Sekresi


progesteron terus menerus meningkat clan mencapa kadar antara 6 dan 20 ng/ml.
Estradiol yang dikeluarkan terutama dari folikel yang besar yang tidak
mengalami atresia juga tampak pada fase luteal dengan konsentrasi yang lebih
tinggi daripada selama permulaan atau pertengahan fase folikuler. Produksi
estradiol dan progesteron maksimal diiumpa antara hari ke-20 dan 23 (Jacoeb
1994).

2.3 Patofisiologi Kehamilan

1. Patofisiologi Kehamilan (Trimester 1)

 Perdarahan sedikit/spotting
Kondisi ini terjadi 11 hari setelah kosepsi. Perdarahan atau spotting
terjadi karena corpun luteum tidak memproduksi cukup progesteron
untuk menghentikan menstruasi, sehingga keluar sedikit darah yang haid.
Hal ini dapat terjadi satu atau dua kali. Ada pula yang terus berlangsung
selama kehamilan, meskipun jarang terjadi.
 Mual dan Muntah (Morning sickness)
Mual dan muntah adalah masalah umum selama kehamilan, biasanya
terjadi pada pagi hari. Dimulai sekitar 8 minggu dan terakhir sampai 12
minggu. Gejala ini muncul karena perubahan pada saluran cerna dan
peningkatan kadar estrogen dan kadar HCG dalam darah. Pada trimester

10
II mual dan muntah akan hilang dengan sendirinya.Apabila mual dan
muntah terlalu sering dan banyak maka disebut hiperemesis gravidarum.
Banyak ibu hamil yang merasa mual juga merasa keletihan, tetapi tidak
semua ibu hamil merasakan hal demikian. Hal ini dapat diatasi dengan
mengajurkan wanita hamil untuk menyelingi makanan pereda mual.
Kegiatan rutinnya sehari-hari dengan istirahat dan meminta bantuan dari
keluarga atau teman
 Sering kencing
Terjadi pada 12 minggu pertama kehamilan. Ibu hamil akan mengalami
sering buang air kecil baik siang/malam. Hal ini karena rahim membesar
menekan kandung kemil atau adanya perubahan hormonal. Pada
trimester III timbul lagi karena kepala janin mulai turun ke bawah PAP,
sehingga kandng kencing tertekan kembali.
- Hidroreter dekstra dan pielitis dekstra
Dalam kehamilan ureter kanan dan kiri membesar karena pengaruh
progesteron. Akan tetapi ureter kanan lebih membesar karena lebih
banyak mengalami tekanan dibandingkan ureter kiri. Hal ini
disebabkan oleh karena uterus lebih sering memutar kearah kanan.

- Poliuria
Karena peningkatan sirkulasi darah diginjal saat kehamilan, sehingga
filtrasi di glomerolus juga meningkat lebih, lebih banyak dikeluarkan
urea, asam urine, glukosa, asam amino, asam folik dalam kehamilan.
 Chloasma Gravidarum
Berupa bintik-bintik hitam atau bercak hiperpigmentasi kecoklatan pada
kulit di daerah tonjolan maksila dan dahi. Chloasma di alami 50% - 70%
wanita hamil, dimulai minggu ke-16 dan meningkat secara bertahap
sampai bayi lahir. Hal ini disebabkan karena pengaruh hormon MSH
(Melanophore Stimulating Hormone) yang dikeluarkan juga didorong
oleh sinar matahari yang mengenai kulit.

 Obstipasi
Disebabkan karena reaksi otot halus diusus besar dengan adanya jumlah
progesteron yang meningkat reabsorbsi air di usus besar meningkat.
Progesteron dan penekanan terhadap perut oleh gerak kinerja yang

11
menurun dalam saluran pencernaan. Selain itu obstipasi juga disebabkan
oleh hipoperistaltik (perlambatan usus). Pilihan makanan yang tidak
lazim, kurang cairan, disertai abdomen akibat kehamilan dan pergeseran
usus akibat kompresi.

2. Hipertensi

 Definisi hipertensi dalam kehamilan


Hipertensi dalam kehamilan didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik
≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg (Boyce dkk, 2011).
 Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan
Berdasarkan Report of the National High Blood Pressure Education Program
Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy tahun 2000 yang
digunakan sebagai acuan klasifikasi di Indonesia, hipertensi dalam
kehamilan dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Hipertensi Kronik
2. Preeklampsia-eklampsia
3. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia
4. Hipertensi gestasional
 Diagnosis hipertensi dalam kehamilan
1. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan
20 minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur
kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap sampai 12 minggu pasca
persalinan.
2. Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan
disertai dengan proteinuria.
3. Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai dengan kejang-kejang atau
koma.
4. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia adalah hipertensi
kronik disertai tanda-tanda preeklampsia atau hipertensi kronik disertai
proteinuria.
5. Hipertensi gestasional adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan
tanpa disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan
pascapersalinan atau kehamilan dengan tanda-tanda preeklampsia tetapi
tanpa proteinuria. (Prawirohardjo, 2009)
 Faktor Risiko Hipertensi dalam Kehamilan
Dari berbagai macam faktor risiko terjadinya hipertensi dalam
kehamilan, maka dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Primigravida

12
2. Hiperplasentosis, seperti molahidatidosa, kehamilan ganda, diabetes
melitus, hidrops fetalis, bayi besar.
3. Umur yang ekstrim.
4. Riwayat keluarga yang pernah mengalami preeklampsia dan eklampsia
5. Penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil
6. Obesitas (prawirohardjo, 2009)
 Patofisiologi Hipertensi dalam Kehamilan
Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui dengan
jelas. Banyak teori telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam
kehamilan, tetapi tidak ada satu pun teori yang dianggap mutlak benar.
Teori-teori yang sekarang banyak dianut adalah ( Prawirohardjo, 2013) :
1. Teori kelainan vaskularisasi plasenta
Pada kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapat aliran darahdari
cabang-cabang arteri uterina dan arteri ovarika. Kedua pembuluh darah
tersebut menembus miometrium berupa arteri arkuata dan arteri arkuata
memberi cabang arteri radialis. Arteri radialis menembus endometrium
menjadi arteri basalis dan memberi cabang arteri spiralis. Pada
kehamilan normal, dengan sebab yang belum jelas, terjadi invasi
trofoblas ke dalam lapisan otot arteri spiralis yang menimbulkan
degenerasi lapisan otot tersebut, sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis.
Invasi trofoblas juga memasuki jaringan sekitar arteri spiralis, sehingga
jaringan matriks menjadi gembur dan memudahkan lumen spiralis
mengalami distensi dan dilatasi. Distensi dan vasodilatasi lumen arteri
apiralis ini memberi dampak penurunan tekanan darah, penurunan
resistensi vaskular, dan peningkatan aliran darah pada utero plasenta.
Akibatnya, aliran darah ke janin cukup banyak dan perfusi jaringan juga
meningkat, sehingga dapat menjamin pertumbuhna janin dengan baik.
Proses ini dinamakan “remodeling arteri spiralis”.
Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel
trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya.
Lapisan otot arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi dan
vasodilatasi. Akibatnya, arteri spiralis relatif mengalami vasokontriksi,
dan terjadi kegagalan “remodeling arteri spiralis”, sehingga aliran darah
utero plasenta menurun, dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta.

13
Dampak iskemia plasenta akan menimbulkan perubahan-perubahan yang
dapat menjelaskan patogenesis hipertensi dalam kehamilan selanjutnya.
2. Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel
a. Iskemia plasenta dan pembentukan oksidan/radikal bebas
Sebagaimana dijelaskan pada teori invasi trofoblas, pada
hipertensi dalam kehamilan terjadi kegagalan “remodeling
arteri spiralis”, dengan akibat plasenta mengalami iskemia.
Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan
menghasilkan oksidan (radikal bebas). Oksidan atau radikal
bebas adalah senyawa penerima molekul yang mempunyai
elektron yang tidak berpasangan. Salah satu oksidan penting
yang dihasilkan iskemia plasenta adalah radikal hidroksil
yang sangat toksis, khususnya terhadap membran sel endotel
pembuluh darah. Produksi oksidan pada manusia adalah suatu
proses normal, karena oksidan memang dibutuhkan untuk
perlindungan tubuh. Adanya radikal bebas dalam darah, maka
hipertensi dalam kehamilan disebut “toxaemia”. Radikal
hidroksil akan merusak membran sel, yang mengandung
banyak asam lemak tidak jernih menjadi peroksida
lemak. Peroksida lemak selain akan merusak membran sel, juga
akan merusak nukleus dan protein sel endotel. Produksi oksidan
(radikal bebas) dalam tubuh yang bersifat toksis, selalu
diimbangi dengan produksi antioksidan.
b. Peroksida lemak sebagai oksidan pada hipertensi dalam
kehamilan
Pada hipertensi dalam kehamilan telah terbukti bahwa kadar
oksidan, khususnya peroksida lemak meningkat, sedangkan
antioksidan, misalnya vitamin E pada hipertensi dalam
kehamilan menurun, sehingga terjadi dominan kadar oksidan
peroksida lemak yang relatif tinggi. Peroksida lemak sebagai
oksidan/radikal bebas yang sangat toksik ini akan beredar di
seluruh tubuh melalui aliran darah dan akan merusak membran
sel endotel. Membran sel endotel lebih mudah mengalami
kerusakan oleh peroksida lemak, karena letaknya langsung

14
berhubungan dengan aliran darah dan mengandung banyak
asam lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh sangat rentan
terhadap oksidan radikal hidroksil, yang akan berubah menjadi
peroksida lemak.
c. Disfungsi sel endotel
Akibat sel endotel terpapar terhadap peroksida lemak, maka
terjadi kerusakan sel endotel, yang kerusakannya dimulai dari
membran sel endotel. Kerusakan membran sel endotel
mengakibatkan terganggunya fungsi endotel, bahkan rusaknya
seluruh struktur sel endotel. Keadaan ini disebut “disfungsi
endotel” (endothelial disfunction). Pada waktu terjadi
kerusakan sel endotel yang mengakibatkan disfungsi sel
endotel, maka akan terjadi:
1) Ganggguan metabolisme prostaglandin, karena salah
satu fungsi endotel adalah memproduksi prostaglandin,
yaitu menurunnya produksi prostasiklin (PGE2) suatu
vasodilator kuat.
2) Agregasi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang
mengalami kerusakan. Agregasi trombosit ini adalah
untuk menutup tempat-tempat di lapisan endotel yang
mengalami kerusakan. Agregasi trombosit memproduksi
tromboksan (TXA2) suatu vasokontriktor kuat. Dalam
keadaan normal perbandingan kadar
protasiklin/tromboksan lebih tinggi kadar prostasiklin
(vasodilator). Pada preeklampsi kadar tromboksan lebih
tinggi dari kadar prostasiklin sehingga terjadi
vasokonstriksi, maka terjadi kenaikan tekana darah.
3) Perubahan khas pada sel endotel kapiler
glomerulus(glomerular endotheliosis).
4) Peningkatan permeabilitas kapiler.
5) Peningkatan produksi bahan-bahan vasopresor, yaitu
endotelin. Kadar vasodilator menurun, sedangkan
endotelin (vasokontriksi) meningkat.
6) Peningkatan faktor koagulasi.
3. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin

15
Faktor imunologik berperan terhadap terjadinya hipertensi dalam
kehamilan dengan fakta sebagai berikut :
a. Primigravida mempunyai resiko lebih besar terjadinya
hipertensi dalam kehamilan jika dibandingkan dengan
multigravida.
b. Ibu multipara yang kemudian menikah lagi mempunyai resiko
lebih besar terjadinya hipertensi dalam kehamilan jika
dibandingkan dengan suami yang sebelumnya.
c. Seks oral mempunyai resiko lebih rendah terjadinya
hipertensidalam kehamilan. Lamanya periode hubungan seks
sampai saat kehamilan ialah makin lama periode ini, makin
kecil terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Pada perempuan
hamil normal, respon imun tidak menolak adanya “hasil
konsepsi” yang bersifat asing. Hal ini disebabkan adanya
human leukocyte antigen protein G (HLA-G), yang berperan
penting dalam modulasi respon imun, sehingga ibu tidak
menolak hasil konsepsi (plasenta). Adanya HLA-G pada
plasenta dapat melindungi trofoblas janin dari lisis oleh natural
killer cell (NK)” ibu. Selain itu, adanya HLA-G akan
mempermudah invasi sel trofoblaskadalam jaringan desidua
ibu, jadi HLA-G merupakan prokondisi untuk terjadinya invasi
trofoblas ke dalam jaringan desidua ibudisamping untuk
menghadapi sel natural killer. Pada plasenta hipertensi dalam
kehamilan, terjadi penurunan HLA-G. Berkurngnya HLA-G di
desidua didaerah plasenta, menghambat invasi trofoblas ke
dalam desidua. Invasi trofoblas sangat penting agar jaringan
desidua menjadi lunak, dan gembur sehingga mepermudah
terjadinya reaksi inflamasi kemungkinan terjadi immune-
maladaptation pada preeklampsia. Pada awal trimester kedua
kehamilan perempuan yang mempunyai kecenderungan terjadi
preeklampsia, ternyata mempunyai proporsi sel yang lebih
rendah di banding pada normotensif.
4. Teori adaptasi kardiovaskular Pada hamil normal pembulu darah
refrakter tehadap bahan-bahan vasopresor. Refrakter berarti pembuluh

16
darah tidak peka tehadap rangsangan bahan vasopresor, atau dibutuhkan
kadar vasopresor yang lebih tinggi untuk menimbulkan respons
vasokonstriksi. Pada kehamilan normal terjadinya refrakter pembuluh
daerah terhadap bahan vasopresor adalah akibat dilindungi oleh adanya
sitensis prostaglandin pada sel endotel pembuluh darah. Hal ini
dibuktikan bahwa daya rafrakter terhadap bahan vasopresor akan hilang
bila diberi prostaglandin sintensa inhibitor (bahan yang menghambat
produksi prostaglandin). Prostaglandin ini di kemudian hari
ternyata adalah prostasiklin.Pada hipertensi dalam kehamilan
kehilangan daya refrakter terhadap bahan vasokonstriktor, dan ternyata
terjadi peningkatan kepekaan terhadap bahan-bahan vasopresor. Artinya,
daya refrakter pembuluh darah terhadap bahan vasopresor hilang
sehingga pembuluh darah menjadi peka terhadap bahan vasopresor.
Banyak peneliti telah membuktikan bahwa peningkatan kepekaan
terhadap bahan-bahan vasopresor pada hipertensi dalam kehamilan sudah
terjadi pada trimester I (pertama). Peningkatan kepekaan pada kehamilan
yang akan menjadi hipertensi dalam kehamilan, sudah dapat ditemukan
pada kehamilan dua puluh minggu. Fakta ini dapat dipakai sebagai
prediksi akan terjadinya hipertensi dalam kehamilan.

3. Preeklamsia

 Definisi Preeklamsia
Preeklampsia merupakan hipertensi yang terjadi setelah 20 minggu
kehamilan pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal.
Hipertensi yang ditemukan dengan tekanan sistolik ≥ 140 mmHg atau
tekanan diastolik ≥ 90 mmHg dengan pemeriksaan dua kali dengan jarak 6
jam dan terdapat proteinuria ≥0,3 gram/24 jam atau 1+ dipstick (Miller,
2007). Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai dengan kejang-kejang
dan/atau koma (prawirohardjo, 2009). Diagnosa preeklampsia berdasarkan
adanya hipertensi dan proteinuria, edema ataupun keduanya. Hipertensi
biasanya timbul lebih dahulu daripada tanda yang lain. Penyakit ini
didiagnosa berdasarkan tanda-tanda disfungsi endotel maternal yang tersebar
luas. Pada kehamilan normal, sebagian sel-sel sitotropoblast plasenta

17
menghentikan aktifitas perubahan yang tidak sesuai yang menyebabkan
infasi ke rahim dan pembuluh darahnya. Proses ini menyebabkan melekatnya
konseptus pada dinding rahim dan memulai aliran darah ibu ke plasenta.
Preeklampsia berhubungan dengan perubahan sitotropoblas abnormal, infasi
dangkal dan penurunan aliran darah ke plasenta (Tarigan, 2008).
 Klasifikasi Preeklamsia
1. Preeklampsia Ringan
Suatu sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi organ
yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi
endotel. Diagnosa preeklampsia ringan ditegakkan dengan kriteria:
a. Hipertensi: Sistolik/diastolik ≥ 140/90mmHg.
b. Proteinuria: ≥300mg/24 jam atau ≥1+ dipstik.
c. Edema: Edema lokal tidak dimasukkan dalam kriteria preeklampsia,
kecuali edema pada lengan, muka dan perut, edema generalisata.
(prawirohardjo, 2009)
2. Preeklampsia Berat
Diagnosa preeklampsia berat ditegakkan dengan kriteria:
a. Tekanan darah sistolik ≥160 mmHg dan tekanan darah diastolik
≥110 mmHg. Tekanan darah tidak menurun meskipun sudah dirawat
dirumah sakit dan sudah menjalani tirah baring.
b. Proteinuria lebih 5 g/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif.
c. Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam.
d. Kenaikan kadar kreatinin plasma.
e. Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala,
skotoma dan pandangan kabur.
f. Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen
(akibat tegangnya kapsula Glisson).
g. Edema paru-paru dan sianosis.
h. Hemolisis mikroangiopatik.
i. Trombositopenia berat: < 100.000 sel/ atau penurunan trombosit
dengan cepat.
j. Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoselular): peningkatan kadar
alanin dan aspartat aminotransferase
k. Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat.
l. Sindrom HELLP.
(Prawirohardjo, 2009)
 Gejala dan Tanda Klinis Preeklamsia
Sesuai dengan definisi preeklampsia, gejala utama preeklampsia adalah
hipertensi, proteinuria dan edema yang dijumpai pada kehamilan semester 2
atau kehamilan diatas 20 minggu dengan atau tanpa edema karena edema

18
dijumpai 80% pada kehamilan normal dan edema tidak meningkatkan
morbiditas dan mortalitas maternal maupun perinatal.
Gejala-gejala dan tanda-tanda lain yang timbul pada preeklampsia
sesuai dengan kelainan-kelainan organ yang terjadi akibat preeklampsia:
1. Hipertensi
Disebut hipertensi bila tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih, atau
tekanan darah diastolik 90 mmHg.
2. Proteinuria
Pada wanita tidak hamil dijumpai protein dalam urin sekitar 18 mg/24
jam. Disebut proteinuria positif/patologis bila jumlah protein dalam urin
melebihi 300 mg/24 jam. Deteksi proteinuria penting dalam diagnosis
dan penanganan hipertensi dalam kehamilan. Proteinuria merupakan
gejala yang terahir timbul. Eklampsia bisa terjadi tanpa proteinuria.
Proteinuria pada preeklampsia merupakan indikator adanya bahaya pada
janin. Berat badan lahir rendah dan kematian perinatal meningkat pada
preeklampsia dengan proteinuria.
Diagnosis preeklampsia ditegakkan bila ada hipertensi dengan
proteinuria. Adanya kelainan cerebral neonatus dan retardasi intra uterin.
Proteinuria juga ada hubungannya dengan meningkatnya risiko kematian
janin dalam kandungan. Risiko terhadap ibu juga meningkat jika
dijumpai proteinuria.
3. Edema
Edema bukan merupakan syarat untuk diagnosa preeklampsia karena
edema dijumpai 60-80% pada kehamilan normal. Edema juga tidak
meningkatkan risiko hipertensi dalam kehamilan. Edema yang dijumpai
pada tangan dan muka selain pagi hari merupakan tanda patologis.
Kenaikan berat badan melebihi 1 kg per minggu atau kenaikan berat
badan yang tiba-tiba dalam 1 atau 2 hari harus dicurigai kemungkinan
adanya preeklampsia. Edema yang masif meningkatkan risiko terjadinya
edema paru terutama pada masa post partum. Pada 15-39 % kasus
preeklampsia berat tidak dijumpai edema.
4. Oliguria
Urin normal pada wanita hamil adalah 600-2000 ml dalam 24 jam.
Oliguria dan anuria meurpakan tanda yang sangat penting pada
preeklampsia dan merupakan indikasi untuk terjadi terminasi sesegera
mungkin. Walaupun demikian, oliguria atau anuria dapat terjadi karena

19
sebab prerenal, renal dan post renal. Pada preeklampsia, hipovolemia
tanpa vasokonstriksi yang berat, intrarenal dapat menyebabkan oliguria.
Kegagalan ginjal akut merupakan komplikasi yang jarang pada
preeklamspia, biasanya disebabkan nekrosis tubular, jarang karena
nekrosis kortikal. Pada umumnya kegagalan ginjal akut ditandai dengan
jumlah urin dibawah 600 ml/24 jam dan 50% dari kasus tersebut terjadi
sebagai komplikasi koagulasi intravaskular yang luas disebaban solusio
plasenta.
5. Kejang
Kejang tanpa penyebab lain merupakan diagnosis eklampsia, kejang
merupakan salah satu tanda dari gejala dan tanda gangguan serebral pada
preeklampsia. Tanda-tanda serebral yang lain pada preeklampsia antara
lain, sakit kepala, pusing, tinnitus, hiperrefleksia, gangguan visus,
gangguan mental, parestesia dan klonus. Gejala yang paling sering
mendahului kejang adalah sakit kepala, gangguan visus dan nyeri perut
atas.
6. Asam Urat
Korelasi meningkatnya asam urat dengan gejala-gejala kilinis dari
toksemia gravidarum mula-mula didapatkan oleh williams. Kadar asam
urat juga mempunyai korelasi dengan beratnya kelainan pada biopsi
ginjal. Kelainan patologis pembuluh darah uteroplasenta dan berkorelasi
dengan luaran janin pada preeklampsia. Hiperuricemia menyebabkan
kematian perinatal.
7. Gangguan Visus
Gangguan visus pada preeklampsia berat dapat merupakan flashing.
Cahaya berbagai warna, skotoma, dan kebutaan sementara. Penyebabnya
adalah spasme arteriol, iskemia dan edema retina. Tanpa tindakan operasi
penglihatan akan kembali normal dalam 1 minggu. (Tanjung, 2004)
 Patofisiologi Preeklamsia
Menurut Cunningham, dkk (2005:644) semua teori yang memuat tentang
preeklamsi harus dapat menjelaskan pengamatan bahwa hipertensi pada
kehamilan jauh lebih besar, wanita yang kemungkinan terkena hipertensi:
a. Terpajan virus korion untuk pertama kali.
b. Terpajan virus korion dalam jumlah sangat besar, seperti pada
kehamilan kembar atau mola hidatidosa.
c. Sudah mengidap penyakit vascular.

20
d. Secara genetis rentan terhadap hipertensi yang timbul saat
hamil Walaupun esensial, virus korion tidak harus menunjang
janin atau terletak di dalam uterus
4. Anemia
 Definisi Anemia pada Kehamilan
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin
di bawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar hemoglobin < 10,5 gr%
pada trimester II ( Depkes RI, 2009 ). Anemia adalah kondisi dimana sel
darah merah menurun atau menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas
daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan janin
menjadi berkurang. Selama kehamilan, indikasi anemia adalah jika
konsentrasi hemoglobin kurang dari 10,50 sampai dengan 11,00 gr/dl
(Varney, 2006 ).
 Gejala Anemia pada Ibu Hamil
Ibu hamil dengan keluhan lemah, pucat, mudah pingsan, dengan tekanan
darah dalam batas normal, perlu dicurigai anemia defisiensi besi. Dan secara
klinis dapat dilihat tubuh yang pucat dan tampak lemah (malnutrisi). Guna
memastikan seorang ibu menderita anemia atau tidak, maka dikerjakan
pemeriksaan kadar Hemoglobin dan pemeriksaan darah tepi. Pemeriksaan
Hemoglobin dengan spektrofotometri merupakan standar ( Wiknjosastro,
2005). Proses kekurangan zat besi sampai menjadi anemia melalui beberapa
tahap: awalnya terjadi penurunan simpanan cadangan zat besi dalam bentuk
fertin di hati, saat konsumsi zat besi dari makanan tidak cukup, fertin inilah
yang diambil. Daya serap zat besi dari makanan sangat rendah, Zat besi pada
pangan hewan lebih tinggi penyerapannya yaitu 20 – 30 % sedangkan dari
sumber nabati 1-6 %. Bila terjadi anemia, kerja jantung akan dipacu lebih
cepat untuk memenuhi kebutuhan O2 ke semua organ tubuh, akibatnya
penderita sering berdebar dan jantung cepat lelah. Gejala lain adalah lemas,
cepat lelah, letih, mata berkunang kunang, mengantuk, selaput lendir ,
kelopak mata, dan kuku pucat (Sin sin, 2008).
 Patofisiologi Anemia
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena
perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari
pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada

21
trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan
meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterem serta
kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume
plasma seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresi
aldesteron.

5. Abortus

a. Pengertian
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa
gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (Derek
liewollyn&Jones, 2002).
Terdapat beberapa macam kelainan dalam kehamilan dalam hal ini adalah
abortus yaitu abortus spontan, abortus buatan, dan terapeutik. Abortus spontan
terjadi karena kualitas sel telur dan sel sperma yang kurang baik untuk
berkembang menjadi sebuah janin. Abortus buatan merupakan pengakhiran
kehamilan dengan disengaja sebelum usia kandungan 28 minggu.Pengguguran
kandungan buatan karena indikasi medik disebut abortus terapeutik
(Prawirohardjo, S, 2002). Menariknya pembahasan tentang abortus dikarenakan
pemahaman di kalangan masyarakat masih merupakan suatu tindakan yang
masih dipandang sebelah mata. Oleh karena itu, pandangan yang ada di dalam
masyarakat tidak boleh sama dengan pandangan yang dimiliki oleh tenaga
kesehatan, dalam hal ini adalah perawat setelah membaca pokok bahasan ini.
Abortus terjadi pada usisa kehamilan kurang dari 8 minggu, janin dikeluarkan
seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara mendalam.
Pada kehamilan 8–14 minggu villi koriales menembus desidua secara
mendalam, plasenta tidak dilepaskan sempurna sehingga banyak perdarahan.
Pada kehamilan diatas 14 minggu, setelah ketubah pecah janin yang telah mati
akan dikeluarkan dalam bentuk kantong amnion kosong dan kemudian plasenta
(Prawirohardjo, S, 2002).
b. Klasifikasi
1. Abortus spontanea (abortus yang berlangsung tanpa tindakan)
 Abortus imminens :
Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa
adanya dilatasiserviks.

22
 Abortus insipiens :
Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan
adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih
dalam uterus.
 Abortus inkompletus :
Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
 Abortus kompletus :
Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
2. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)
Menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu.
Pada umumnya dianggap bayi belum dapat hidup
diluar kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur 28 minggu,
atau berat badanbayi belum 1000 gram, walaupun terdapat kasus bahwa
bayi dibawah 1000 gram dapat terus hidup.
c. Etiologi
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu:
 Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus pada
kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini
adalah :
 Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X
 Lingkungan sekitar tempat impaltasi kurang sempurna
 Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan temabakau dan
alcohol
 Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi
menahun
 Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan
toksoplasmosis.
 Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada
trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
Penyebab secara umum:
 Infeksi akut

1. virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.

2. Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.

3. Parasit, misalnya malaria.

 Infeksi kronis

23
1. Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.

2. Tuberkulosis paru aktif.

3. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.

4. Penyakit kronis, misalnya :

a. Hipertensi

b. Nephritis

c. Diabetes

d. Anemia Berat

e. Penyakit Jantung

f. Toxemia Gravidarum

5. Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.

6. Trauma fisik.

Penyebab yang bersifat lokal:

 Fibroid, inkompetensia serviks.

 Radang pelvis kronis, endometrtis.

 Retroversi kronis.

 Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil,


sehingga

 menyebabkan hiperemia dan abortus

7. Penyebab dari segi Janin

- Kematian janin akibat kelainan bawaan.

- Mola hidatidosa.

- Penyakit plasenta dan desidua ,misalnya inflamasi dan


degenerasi.

24
d. Patofisiologi

Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis


jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda
asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda
asing tersebut.

Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua
secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan
8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak
dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan
lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil
konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil
yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup,
mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.

6. Kehamilan Ektopik

a. Pengertian

Kehamilan secara normal akan berada di kavum uteri. Kehamilan ektopik ialah
kehamilan di tempat yang luar biasa. Kehamilan ektopik terjadi setiap saat
ketika penananaman blastosit berlangsung dimanapun, kecuali di endometrium
yang melapisi rongga uterus. Tempat yang mungkin untuk kehamilan ektopik
adalah serviks, tuba fallopi, ovarium dan abdomen (Varney,dkk, 2006).

Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang tempat implantasi atau nidasi


melekatnya buah kehamilan di luar tempat yang normal, yakni di luar rongga
rahim (Wibowo, 2007). Kehamilan ekstrauterin adalah kehamilan di luar batas
uterus, sedangkan kehamilan heterotopik adalah hamil intrauterin dan hamil
ektopik yang terjadi bersama-sama. Sedangkan yang disebut sebagai kehamilan
ektopik terganggu adalah suatu kehamilan ektopik yang mengalami abortus
ruptur pada dinding tuba (Manuaba, dkk, 2008).

Lokasi Kehamilan Ektopik:

25
Kebanyakan kehamilan ekstrauterin terjadi pada tuba Fallopi (gestasi ektopik),
tetapi jarang ovum yang fertil berimplantasi pada permukaan ovarium atau
serviks uterin. Sangat jarang ovum yang fertil berimplantasi pada
omentum/kehamilan abnormal (Manuaba, dkk, 2008).Fungsi normal tuba adalah
:

a. Transportasi ovum

b. Spermatozoa dan zigot

c. Tempat terjadinya konsepsi

d. Tumbuh kembang zigot menjadi blastokis untuk siap melakukan nidasi


pada endometrium,

e. Menjadi tempat transportasi hasil konsepsi menuju uterus untuk


nidasi(Manuaba, dkk, 2008).

Lokasi kehamilan ektopik meliputi :

1. Kehamilan tuba (interstisial, ampula tuba, istmus tuba, osteum tuba


eksternum)

2. Kehamilan servikal

3. Kehamilan ovarium

4. Kehamilan abdomen (primer implantasi, sekunder implantasi)

5. Kehamilan intralegamenter di ligamentum rotundum (Manuaba.dkk,


2008).

b. Etiologi

Semua faktor yang menghambat migrasi embrio ke kavum uteri menyebabkan


seorang ibu semakin rentan untuk menderita kehamilan ektopik, yaitu :

1. Faktor dalam lumen tuba:

a. Endosalpingitis, menyebabkan terjadinya penyempitan lumen


tuba.

26
b. Hipoplasia uteri, dengan lumen tuba menyempit dan berkelok-
kelok.

c. Operasi plastik tuba dan sterilisasi yang tidak sempurna.

2. Faktor pada dinding tuba:

a. Endometriosis, sehingga memudahkan terjadinya implantasi di


tuba.

b. Divertikel tuba kongenital, menyebabkan retensi ovum.

3. Faktor di luar dinding tuba:

a. Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba

b. Tumor yang menekan dinding tuba.

c. Pelvic Inflammatory Disease (PID)

4. Faktor lain:

a. Hamil saat berusia lebih dari 35 tahun.

b. Fertilisasi in vitro.

c. Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR).

d. Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya.

e. Infertilitas.

f. Mioma uteri.

g. Hidrosalping (Rachimhadhi, 2005).

d. Patofisiologi

Tempat-tempat implantasi kehamilan ektopik antara lain ampulla tuba (lokasi


tersering), isthmus, fimbriae, pars interstitialis, kornu uteri, ovarium, rongga
abdomen, serviks dan ligamentum kardinal. Zigot dapat berimplantasi tepat pada
sel kolumnar tuba maupun secara interkolumnar. Pada keadaan yang pertama,
zigot melekat pada ujung atau sisi jonjot endosalping yang relatif sedikit

27
mendapat suplai darah, sehingga zigot mati dan kemudian diresorbsi. Pada
implantasi interkolumnar, zigot menempel di antara dua jonjot. Zigot yang telah
bernidasi kemudian tertutup oleh jaringan endosalping yang menyerupai
desidua, yang disebut pseudokapsul.

Villi korialis dengan mudah menembus endosalping dan mencapai lapisan


miosalping dengan merusak integritas pembuluh darah di tempat tersebut.
Selanjutnya, hasil konsepsi berkembang, dan perkembangannya tersebut
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tempat implantasi, ketebalan tempat
implantasi dan banyaknya perdarahan akibat invasi trofoblas.Seperti kehamilan
normal, uterus pada kehamilan ektopik pun mengalami hipertrofi akibat
pengaruh hormon estrogen dan progesteron, sehingga tanda-tanda kehamilan
seperti tanda Hegar dan Chadwick pun ditemukan. Endometrium pun berubah
menjadi desidua, meskipun tanpa trofoblas. Sel-sel epitel endometrium menjadi
hipertrofik, hiperkromatik, intinya menjadi lobular dan sitoplasmanya
bervakuol.Perubahan selular demikian disebut sebagai reaksi Arias-
Stella. Karena tempat implantasi pada kehamilan ektopik tidak ideal untuk
berlangsungnya kehamilan, suatu saat kehamilan ektopik tersebut akan
terkompromi. Kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi pada kehamilan
ektopik adalah:

a. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi,

b. Abortus ke dalam lumen tuba,

c. Ruptur dinding tuba.

Abortus ke dalam lumen tuba lebih sering terjadi pada kehamilan pars
ampullaris, sedangkan ruptur lebih sering terjadi pada kehamilan pars isthmica.
Pada abortus tuba, bila pelepasan hasil konsepsi tidak sempurna atau tuntas,
maka perdarahan akan terus berlangsung. Bila perdarahan terjadi sedikit demi
sedikit, terbentuklah mola kruenta. Tuba akan membesar dan kebiruan
(hematosalping), dan darah akan mengalir melalui ostium tuba ke dalam rongga
abdomen hingga berkumpul di kavum Douglas dan membentuk hematokel
retrouterina.

28
Pada kehamilan di pars isthmica, umumnya ruptur tuba terjadi lebih awal,
karena pars isthmica adalah bagian tuba yang paling sempit. Pada kehamilan di
pars interstitialis ruptur terjadi lebih lambat (8-16 minggu) karena lokasi tersebut
berada di dalam kavum uteri yang lebih akomodatif, sehingga sering kali
kehamilan pars interstitialis disangka sebagai kehamilan intrauterin biasa.

Perdarahan yang terjadi pada kehamilan pars interstitialis cepat berakibat fatal
karena suplai darah berasal dari arteri uterina dan ovarika. Oleh sebab itu
kehamilan pars interstitialis adalah kehamilan ektopik dengan angka mortalitas
tertinggi. Kerusakan yang melibatkan kavum uteri cukup besar sehingga
histerektomi pun diindikasikan.Ruptur, baik pada kehamilan fimbriae, ampulla,
isthmus maupun pars interstitialis, dapat terjadi secara spontan maupun akibat
trauma ringan, seperti koitus dan pemeriksaan vaginal. Bila setelah ruptur janin
terekspulsi ke luar lumen tuba, masih terbungkus selaput amnion dan dengan
plasenta yang masih utuh, maka kehamilan dapat berlanjut di rongga abdomen.
Untuk memenuhi kebutuhan janin, plasenta dari tuba akan meluaskan
implantasinya ke jaringan sekitarnya, seperti uterus, usus dan ligamen
(Rachimhadhi, 2005).

7. Intra Uterine Growth Retardation (IUGR)

a. Pengertian

Definisi menurut WHO (1969), janin yang mengalami pertumbuhan yang


terhambat adalah janin yang mengalami kegagalan dalam mencapai berat
standard atau ukuran standard yang sesuai dengan usia
kehamilannya.Pertumbuhan Janin Terhambat atau Intra Uterine Growth
Restriction adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan nutrisi dan
pertumbuhan janin yang mengakibatkan berat badan lahir dibawah batasan
tertentu dari usia kehamilannya.Definisi yang sering dipakai adalah bayi-bayi
yang mempunyai berat badan dibawah 10 persentil dari kurva berat badan bayi
yang normal). Dalam 5 tahun terakhir, istilah Retardation pada Intra Uterine
Growth Retardation (IUGR) telah berubah menjadi Restriction oleh karena
Retardasi lebih ditekankan untuk mental.

29
Menurut Gordon, JO (2005) pertumbuhan janin terhambat-PJT (Intrauterine
Growth Retardation) diartikan sebagai suatu kondisi dimana janin berukuran
lebih kecil dari standar ukuran biometri normal pada usia kehamilan. Kadang
pula istilah PJT sering diartikan sebagai kecil untuk masa kehamilan-KMK
(small for gestational age). Umumnya janin dengan PJT memiliki taksiran berat
dibawah persentil ke-10. Artinya janin memiliki berat kurang dari 90 % dari
keseluruhan janin dalam usia kehamilan yang sama. Janin dengan PJT pada
umumnya akan lahir prematur (<37 minggu) atau dapat pula lahir cukup bulan
(aterm, >37 minggu).

b. Klasifikasi iugr

Klasifikasi IUGR / Pertumbuhan janin terhambat (PJT) yaitu:

1. PJT tipe I atau dikenal juga sebagai tipe simetris. Terjadi pada
kehamilan 0-20 minggu,terjadi gangguan potensi tubuh janin ntuk
memperbanyak sel (hiperplasia), umumnya disebabkan oleh kelainan
kromosom atau infeksi janin.prognosisnya buruk.

2. PJT tipe II atau dikenal juga sebagai tipe asimetris.terjadi pada


kehamilan 24-40 minggu, yaitu gangguan potensi tubuh janin untuk
memperbesar sel (hipertropi), misalnya pada hipertensi dalam kehamilan
disertai insufisiensi plasenta.

3. PJT tipe III adalah kelainan diantara dua tipe diatas. Terjadi pada
kehamilan 20-28 minggu,yaitu gangguan potensi tubuh kombinasi antara
gangguan hiperplasia dan hipertropi sel. Misalnya dapat terjadi pada
malnutrisi ibu,kecanduan obat,atau keracunan.

c. Etologi

1. Faktor Ibu

 Penyakit hipertensi (kelainan vaskular ibu).

Pada trimester kedua terdapat kelanjutan migrasi interstitial dan


endotelium trophoblas masuk jauh ke dalam arterioli miometrium
sehingga aliran menjadi tanpa hambatan menuju retroplasenter

30
sirkulasi dengan tetap. Aliran darah yang terjamin sangat penting
artinya untuk tumbuh kembang janin dengan baik dalam
uterus.Dikemukakan bahwa jumlah arteri-arterioli yang didestruksi
oleh sel trophoblas sekitar 100-150 pada daerah seluas plasenta
sehingga cukup untuk menjamin aliran darah tanpa gangguan pada
lumen dan arteri spiralis terbuka.

Gangguan terhadap jalannya destruksi sel trophoblas ke dalam arteri


spiralis dan arteriolinya dapat menimbulkan keadaan yang
bersumber dari gangguan aliran darah dalam bentuk “iskemia
retroplasenter”.Dengan demikian dapat terjadi bentuk hipertensi
dalam kehamilan apabila gangguan iskemianya besar dan gangguan
tumbuh kembang janin terjadi apabila iskemia tidak terlalu besar,
tetapi aliran darah dengan nutrisinya merupakan masalah pokok

 Kelainan uterus.

Janin yang tumbuh di luar uterus biasanya mengalami hambatan


pertumbuhan.

 Kehamilan kembar.

Kehamilan dengan dua janin atau lebih kemungkinan besar


dipersulit oleh pertumbuhan kurang pada salah satu atau kedua janin
dibanding dengan janin tunggal normal. Hambatan pertumbuhan
dilaporkan terjadi pada 10 s/d 50 persen bayi kembar.

 Ketinggian tempat tinggal

Jika terpajan pada lingkungan yang hipoksik secara kronis, beberapa


janin mengalami penurunan berat badan yang signifikan Janin dari
wanita yang tinggal di dataran tinggi biasanya mempunyai berat
badan lebih rendah daripada mereka

 Keadaan gizi

Wanita kurus cenderung melahirkan bayi kecil, sebaliknya wanita


gemuk cenderung melahirkan bayi besar. Agar nasib bayi baru lahir

31
menjadi baik, ibu yang kurus memerlukan kenaikan berat badan
yang lebih banyak dari pada ibu-ibu yang gemuk dalam masa
kehamilan.

Faktor terpenting pemasukan makanan adalah lebih utama pada


jumlah kalori yang dikonsumsi setiap hari dari pada komposisi dari
kalori. Dalam masa hamil wanita keadaan gizinya baik perlu
mengkonsumsi 300 kalori lebih banyak dari pada sebelum hamil
setiap hari. Penambahan berat badan yang kurang di dalam masa
hamil menyebabkan kelahiran bayi dengan berat badan yang rendah.

 Perokok

Kebiasaan merokok terlebih dalam masa kehamilan akan


melahirkan bayi yang lebih kecil sebesar 200 sampai 300 gram pada
waktu lahir. Kekurangan berat badan lahir ini disebabkan oleh dua
faktor yaitu :

 Wanita perokok, cenderung makan sedikit karena itu ibu akan


kekurangan substrat di dalam darahnya yang bisa dipergunakan
oleh janin.

 Merokok menyebabkan pelepasan epinefrin dan norepinefrin


yang menyebabkan vasokonstriksi yang berkepanjangan sehingga
terjadi pengurangan jumlah pengaliran darah kedalam uterus dan
yang sampai ke dalam ruang intervillus.

2. Faktor Anak

a. Kelainan congenital

b. Kelainan genetik

c. Infeksi janin, misalnya penyakit TORCH (toksoplasma, rubela,


sitomegalovirus, dan herpes).

Infeksi intrauterine adalah penyebab lain dari hambatan


pertumbuhan intrauterine.banyaktipe seperti pada infeksi oleh

32
TORCH (toxoplasmosis, rubella, cytomegalovirus, dan herpes
simplex) yang bisa menyebabkan hambatan pertumbuhan
intrauterin sampai 30% dari kejadian. Infeksi AIDS pada ibu hamil
menurut laporan bisa mengurangi berat badan lahir bayi sampai
500 gram dibandingkan dengan bayi-bayi yang lahir sebelum
terkena infeksi itu.Diperkirakan infeksi intrauterin meninggikan
kecepatan metabolisme pada janin tanpa kompensasi peningkatan
transportasi substrat oleh plasenta sehingga pertumbuhan janin
menjadi subnormal atau dismatur

3. Faktor Plasenta

Penyebab faktor plasenta dikenal sebagai insufisiensi plasenta. Faktor


plasenta dapat dikembalikan pada faktor ibu, walaupun begitu ada
beberapa kelainan plasenta yang khas seperti tumor plasenta. Sindroma
insufisiensi fungsi plasenta umumnya berkaitan erat dengan aspek
morfologi dari plasenta.Parameter klinik yang dapat digunakan untuk
mendeteksi PJT ketidaksesuaian usia gestasi dengan besar uterus, laju
pertumbuhan terhambat, atau pertambahan berat badan ibu yang kurang.
Kejadian yang terbukti dengan cara ini hanya 10-25%, sehingga perlu
digabung dengan pemeriksaan dan USG Doppler.

 Manajemen pada kasus preterm dengan pertumbuhan janin


terhambat lakukan pematangan paru dan asupan nutrisi
tinggi kalori mudah cerna, dan banyak istirahat.

 Pada kehamilan 35 minggu tanpa terlihat pertumbuhan


janin dapat dilakukan pengakhiran kehamilan.

 Jika terdapat oligohidramnion berat disarankan untuk per


abdominam.

 Pada kehamilan aterm tergantung kondisi janin jika


memungkinkan dapat dicoba lahir pervaginam.

33
d. Patofisiologi

a. Kondisi kekurangan nutrisi pada awal kehamilan

Pada kondisi awal kehamilan pertumbuhan embrio dan trofoblas


dipengaruhi oleh makanan. Studi pada binatang menunjukkan bahwa
kondisi kekurangan nutrisi sebelum implantasi bisa menghambat
pertumbuhan dan perkembangan. Kekurangan nutrisi pada awal kehamilan
dapat mengakibatkan janin berat lahir rendah yang simetris. Hal sebaiknya
terjadi kondisi percepatan pertumbuhan pada kondisi hiperglikemia pada
kehamilan lanjut.

b. Kondisi kekurangan nutrisi pada pertengahan kehamilan

Defisiensi makanan mempengaruhi pertumbuhan janin dan plasenta, tapi


bisa juga terjadi peningkatan pertumbuhan plasenta sebagai kompensasi.
Didapati ukuran plasenta yang luas.

c. Kondisi kekurangan nutrisi pada akhir kehamilan

Terjadi pertumbuhan janin yang lambat yang mempengaruhi interaksi


antara janin dengan plasenta. Efek kekurangan makan tergantung pada
lamanya kekurangan. Pada kondisi akut terjadi perlambatan pertumbuhan
dan kembali meningkat jika nutrisi yang diberikan membaik. Pada kondisi
kronis mungkin telah terjadi proses perlambatan pertumbuhan yang
irreversible

8. Persalinan postterm

a) Pengertian

Persalinan postterm adalah persalinan melampaui umur hamil 42 minggu dan


pada janin terdapat tanda postmaturitas (Manuaba, 2007).

Definisi standar untuk kehamilan dan persalinan lewat bulan adalah 294 hari
setelah hari pertama menstruasi terakhir, atau 280 hari setelah ovulasi. Istilah
lewat bulan (postdate) digunakan karena tidak menyatakan secara langsung

34
pemahaman mengenai lama kehamilan dan maturitas janin ( Varney Helen,
2007).

Persalinan postterm menunjukkan kehamilan berlangsung sampai 42 minggu


(294 hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut rumus
Naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari (Prawirohardjo, 2008).

b) Etiologi

Menurut Sarwono Prawirohardjo dalam bukunya (Ilmu Kebidanan, 2008) faktor


penyebab kehamilan postterm adalah :

 Pengaruh Progesteron

Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan dipercaya merupakan


kejadian perubahan endokrin yang penting dalam memacu proses
biomolekuler pada persalinan dan meningkatkan sensitivitas uterus
terhadap oksitosin , sehingga terjadinya kehamilan dan persalinan
postterm adalah karena masih berlangsungnya pengaruh progesteron.

 Teori Oksitosin

Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan postterm


memberi kesan atau dipercaya bahwa oksitosin secara fisiologis
memegang peranan penting dalam menimbulkan persalinan dan
pelepasan oksitosin dari neurohipofisis ibu hamil yang kurang pada usia
kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu faktor penyebabnya.

 Teori Kortisol/ACTH janin

Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai “pemberi tanda” untuk


dimulainya persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba
kadar kortisol plasma janin. Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta
sehingga produksi progesteron berkurang dan memperbesar sekresi
estrogen, selanjutnya berpengaruh terhadap meningkatnya produksi
prostaglandin. Pada cacat bawaan janin seperti anansefalus, hipoplasia
adrenal janin, dan tidak adanya kelenjar hipofisis pada janin akan

35
menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan baik sehingga
kehamilan dapat berlangsung lewat bulan.

 Saraf Uterus

Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhauser akan


membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan di mana tidak ada
tekanan pada pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek
dan bagian bawah masih tinggi kesemuanya diduga sebagai
penyebabnya.

 Heriditer

Beberapa penulis menyatakan bahwa seseorang ibu yang mengalami


kehamilan postterm mempunyai kecenderungan untuk melahirkan lewat
bulan pada kehamilan berikutnya. Mogren (1999) seperti dikutip
Cunningham, menyatakan bahwa bilamana seseorang ibu mengalami
kehamilan postterm saat melahirkan anak perempuan, maka besar
kemungkinan anak perempuannya mengalami kehamilan postterm.

c) Diagnosa

Tidak jarang seorang bidan mengalami kesulitan dalam menentukan diagnosis


karena diagnosis ditegakkan berdasarkan umur kehamilan, bukan terhadap
kondisi kehamilan. Diagnosis dapat ditentukan melalui (Prawirohardjo, 2008) :

- Riwayat Haid

Diagnosis tidak sulit untuk ditegakkan apabila hari pertama haid terakhir
(HPHT) diketahui dengan pasti. Untuk riwayat haid yang dapat
dipercaya, diperlukan beberapa kriteria antara lain,

 Penderita harus yakin betul dengan HPHT-nya

 Siklus 28 hari dan teratur

 Tidak minum pil antihamil setidaknya 3 bulan terakhir

36
Selanjutnya diagnosis ditentukan dengan menghitung menurut rumus
Naegele. Berdasarkan riwayat haid, seseorang penderita yang ditetapkan
sebagai kehamilan dan persalinan postterm kemungkinan adalah sebagai
berikut:

- Terjadi kesalahan dalam menetukan tanggal haid terakhir atau


akibat menstruasi abnormal.

- Tanggal haid terakhir diketahui jelas, tetapi terjad kelambatan


ovulasi.

- Tidak ada kesalahan menentukan haid terakhir dan kehamilan


memang berlangsung lewat bulan (keadaan ini sekitar 20-30%
dari seluruh penderita yang diduga kehamilan postterm).

d) Patofisiologi

1) Sindrom posmatur

Bayi postmatur menunjukan gambaran yang khas, yaitu berupa kulit


keriput, mengelupas lebar-lebar, badan kurus yang menunjukan
pengurasan energi, dan maturitas lanjut karena bayi tersebut matanya
terbuka. Kulit keriput telihat sekali pada bagian telapak tangan dan
telapak kaki. Kuku biaanya cukup panjang. Biasanya bayi postmatur
tidak mengalami hambatan pertumbuhan karena berat lahirnya jarang
turun dibawah persentil ke-10 untuk usia gestasinya.banyak bayi
postmatur Clifford mati dan banyak yang sakit berat akibat asfiksia lahir
dan aspirasi mekonium. Berapa bayi yang bertahan hidup mengalami
kerusakan otak.

Insidensi sindrom postmaturitas pada bayi berusia 41, 42, dan 43 minggu
masing-masing belum dapat ditentukan dengan pasti. Syndrome ini
terjadi pada sekitar 10 % kehamilan antara 41 dan 43 minggu serta
meningkat menjadi 33 % pada 44 minggu. Oligohidramnion yang
menyertainya secara nyata meningkatkan kemungkinan postmaturitas.

2) Disfungsi plasenta

37
Kadar eritroprotein plasma tali pusat meningkat secara signifikan pada
kehamilan yang mencapai 41 minggu atau lebih dan meskipun tidak ada
apgar skor dan gas darah tali pusat yang abnormal pada bayi ini, bahwa
terjadi penurunan oksigen pada janin yang postterm.

Janin posterm mungkin terus bertambah berat badannya sehingga bayi


tersebut luar biasa beras pada sat lahir. Janin yang terus tumbuh
menunjukan bahwa fungsi plasenta tidak terganggu. Memang,
pertumbuhan janin yang berlanjut, meskipun kecepatannya lebih lambat,
adalah cirri khas gestasi antara 38 dan 42 minggu.

3) Gawat janin dan Oligohidramnion

Alasan utama meningkatnya resiko pada janin posterm adalah bahwa


dengan diameter tali pusat yang mengecil, diukur dengan USG, bersifat
prediktif terhadap gawat janin intrapartum, terutama bila disertai dengan
ologohidramnion.

Penurunan volume cairan amnion biasanya terjadi ketika kehamilan telah


melewati 42 minggu, mungkin juga pengeluaran mekonium oleh janin ke
dalam volume cairan amnion yang sudah berkurang merupakan
penyebab terbentuknya mekonium kental yang terjadi pada sindrom
aspirasi mekonium.

4) Pertumbuhan janin terhambat

Hingga kini, makna klinis pertumbuhan janin terhambat pada kehamilna


yang seharusnya tanpa komplikasi tidak begitu diperhatikan. Divon dkk,.
(1998) dan Clausson., (1999) telah menganalisis kelahiran pada hampir
700.000 wanita antara 1987 sampai 1998 menggunakan akte kelahiran
medis nasional swedia. Bahwa pertumbuhan janin terhambat menyertai
kasus lahir mati pada usia gestasi 42 minggu atau lebih, demikian juga
untuk bayi lahir aterm.Morniditas dan mortalitas meningkatkan secara
signifikan pada bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan. Memang,
seperempat kasus lahir mati yang terjadi pada kehamilan memanjang

38
merupakan bayi-bayi dengan hambatan pertumbuhan yang jumlahnya
relatif kecil ini.

5) Serviks yang tidak baik

Sulit untuk menunjukan seriks yang tidak baik pada kehamilan


memanjang karena pada wanita dengan umur kehamilan 41 minggu
mempunyai serviks yang belum berdilatasi. Dilatasi serviks adalah
indicator prognostic yang penting untuk keberhasilan induksi dalam
persalinan.

Pathway 1.

Patofisiologi Kehamilan

Perdarahan sedikit/spotting

Mual dan Muntah


(Morning sickness)

Sering kencing

39

Hidroreter dekstra
Chloasma Gravidarum Poliuria
dan pielitis dekstra
Obstipasi
40
Pathway 2.

HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

Hipertensi kronik Hipertensi Gestasional Preeklampsi

Invasi trofoblas yang abnormal pada arteri spiralis ibu

Penurunan perfusi
plasenta
Istemik Plasenta Rasio TxA2/pl

endotelin
NO
Sirkulasi faktor-faktor sitokin(TNF-a dan IL)
dan lemak peroksia

Peningkatan Leukosit dan Neutrofit Disfungsi Endotel Vasospasme

Mikroangiopatihemolisis intravaskuler Agresi platelet Permeabilitas kapiler

Jumlah eritrosit anemianormositik


normokromik Trombositopenia Volume darah

hematokrit

41
Pathway 3.
PREEKLAMPSIA

Preeklampsia ringan Preeklampsia berat

Hipertensi 140/90 mmHg, Proteinuria, Edema , asam


urat gangguan visus

Terpajan virus korion

Mengidap penyakit vascular

Hipertensi

42
Pathway 4.

ANEMIA

Kadar hemoglobin <


10,5 gr%

Perubahan sirkulasi

Volume plasma 45-65% sekresi aldesteron

Trimester II 100 ml

Pathway 5.

43
2.4 Perubahan fisik , Fisiologi dan Psikologi Ibu Hamil
A. Perubahan Fisik
1. Perubahan Fisik pada Trimester I
Menurut Kurnia (2009) perubahan fisik pada trimester I adalah :
a) Pembesaran Payudara
Payudara akan membesar dan mengencang, karena terjadi peningkatan hormon
kehamilan yang menimbulkan pelebaran pembuluh darah dan untuk

44
mempersiapkan pemberian nutrisi pada jaringan payudara sebagai persiapan
menyusui.
b) Sering buang air kecil
Keinginan sering buang air kecil pada awal kehamilan ini dikarenakan rahim
yang membesar dan menekan kandung kencing. Keadaan ini akan menghilang
pada trimester II dan akan muncul kembali pada akhir kehamilan, karena
kandung kemih ditekan oleh kepala janin.
c) Konstipasi
Keluhan ini juga sering dialami selama awal kehamilan, karena peningkatan
hormon progesteron yang menyebabkan relaksasi otot sehingga usus bekerja
kurang efisien. Adapun keuntungan dari keadaan ini adalah memungkinkan
penyerapan nutrisi yang lebih baik saat hamil.
d) Morning Sickness, mual dan muntah
Hampir 50% wanita hamil mengalami mual dan biasanya mual dimulai sejak
awal kehamilan. Mual muntah diusia muda disebut morning sickness tetapi
kenyataannya mual muntah ini dapat terjadi setiap saat.
e) Merasa lelah
Hal ini terjadi karena tubuh bekerja secara aktif untuk menyesuaikan secara
fisik dan emosional untuk kehamilan. Juga peningkatan hormonal yang dapat
mempengaruhi pola tidur.
f) Sakit Kepala
Sakit kepala yang lebih sering dialami oleh pada ibu hamil pada awal kehamilan
karena adanya peningkatan tuntutan darah ke tubuh sehingg ketika akan
mengubah posisi dari duduk / tidur ke posisi yang lain (berdiri) tiba-tiba, sistem
sirkulasi darah merasa sulit beradaptasi. Sakit kepala / pusing yang lebih sering
daripada biasanya dapat disebabkan oleh faktor fisik maupun emosional. Pola
makan yang berubah, perasaan tegang dan depresi juga dapat menyebabkan
sakit kepala.
g) Kram Perut
Kram perut saat trimester awal kehamilan seperti kram saat menstruasi di
bagian perut bawah atau rasa sakit seperti ditusuk yang timbul hanya beberapa
menit dan tidak menetap adalah normal. Hal ini sering terjadi karena adanya
perubahan hormonal dan juga karena adanya pertumbuhan dan
pembesaran dari rahim dimana otot dan ligamen merenggang untuk menyokong
rahim.
h) Meludah

45
Keinginan meludah yang terjadi pada ibu hamil yang terus menerus dianggap
normal sebab hal ini termasuk gejala morning sickness.
i) Peningkatan Berat Badan
Pada akhir trimester pertama wanita hamil akan merasa kesulitan memasang
kancing / rok celana panjangnya, hal ini bukan berarti ada peningkatan berat
badan yang banyak tapi karena rahim telah berkembang dan memerlukan ruang
juga, dan ini semua karena pengaruh hormon estrogen yang menyebabkan
pembesaran rahim dan hormon progresteron yang menyebabkan tubuh menahan
air.

2. Perubahan Fisik pada Trimester II


Menurut Kurnia (2009), perubahan fisik pada trimester
II adalah :
a) Perut semakin membesar
Setelah usia kehamilan 12 minggu, rahim akan membesar dan melewati
rongga panggul. Pembesaran rahim akan tumbuh sekitar 1 cm setiap
minggu. Pada kehamilan 20 minggu, bagian teratas rahim sejajar dengan
puser (umbilicus). Setiap individu akan berbeda-beda tapi pada kebanyakan
wanita, perutnya akan mulai membesar pada kehamilan 16 minggu.

b) Sendawa dan buang angina


Sendawa dan buang angin akan sering terjadi pada ibu hamil hal ini sudah
biasa dan normal karena akibat adanya perenggangan usus selama
kehamilan. Akibat dari hal tersebut perut ibu hamil akan terasa kembung
dan tidak nyaman.
c) Pelupa
Pada beberapa ibu hamil akan menjadi sedikit pelupa selama kehamilannya.
Ada beberapa teori tentang hal ini, diantaranya adalah karena tubuh ibu
hamil terus bekerja berlebihan untuk perkembangan bayinya sehingga
menimbulkan blok pikiran.
d) Rasa panas di perut
Rasa panas diperut adalah keluhan yang paling sering terjadi selama
kehamilan, karena meningkatnya tekanan akibat Rahim yang membesar dan
juga pengaruh hormonal yang menyebabkan rileksasi otot saluran cerna
sehingga mendorong asam lambung kearah atas.
e) Pertumbuhan rambut dan kuku

46
Perubahan hormonal juga menyebabkan kuku bertumbuh lebih cepat dan
rambut tumbuh lebih banyak dan kadang di tempat yang tidak diinginkan,
seperti di wajah atau di perut. Tapi, tidak perlu khawatir dengan rambut
yang tumbuh tak semestinya ini, karena akan hilang setelah bayi lahir.
f) Sakit perut bagian bawah
Pada kehamilan 18-24 minggu, ibu hamil akan merasa nyeri di perut bagian
bawah seperti ditusuk atau tertarik ke satu atau dua sisi. Hal ini karena
perenggangan ligamentum dan otot untuk menahan rahim yang semakin
membesar. Nyeri ini hanya akan terjadi beberapa menit dan bersifat tidak
menetap.

g) Pusing
Pusing menjadi keluhan yang sering terjadi selama kehamilan trimester
kedua, karena ketika rahim membesar akan menekan pembuluh darah besar
sehingga menyebabkan tekanan darah menurun.

h) Hidung dan Gusi berdarah


Hal ini juga terjadi karena peningkatan aliran darah selama masa kehamilan.
Kadang juga mengalami sumbatan di hidung. Ini disebabkan karena adanya
perubahan hormonal.
i) Perubahan kulit
Ibu hamil akan mengalami perubahan pada kulit. Perubahan tersebut bisa
berbentuk garis kecoklatan yang dimulai dari puser (umbilicus) sampai ke
tulang pubis yang disebut linea nigra. Sedangkan kecoklatan pada wajah
disebut chloasma atau topeng kehamilan. Hal ini dapat menjadi petunjuk
sang ibu kurang asam folat. Strecth mark terjadi karena peregangan kulit
yang berlebihan, biasanya pada paha atas, dan payudara. Akibat peregangan
kulit ini dapat menimbulkan rasa gatal, sedapat mungkin jangan
menggaruknya. Strecth mark tidak dapat dicegah, tetapi dapat diobati
setelah persalinan.
j) Payudara
Payudara akan semakin membesar dan mengeluarkan cairan yang
kekuningan yang disebut kolostrum. Putting dan sekitarnya akan semakin
berwarna gelap dan besar. Bintikbintik kecil akan timbul disekitar putting,
dan itu adalah kelenjar kulit.
k) Kram pada kaki

47
Kram otot ini timbul karena sirkulasi darah yang lebih lambat saat
kehamilan. Atasi dengan menaikkan kaki ke atas dan minum kalsium yang
cukup. Jika terkena kram kaki ketika duduk atau saat tidur, cobalah
menggerak-gerakkan jari-jari kaki ke arah atas.
l) Sedikit Pembengkakan
Pembengkakan adalah kondisi normal pada kehamilan, dan hampir 40%
wanita hamil mengalaminya. Hal ini karena perubahan hormon yang
menyebabkan tubuh menahan cairan. Pada trimester kedua akan tampak
sedikit pembengkakan pada wajah dan terutama terlihat pada kaki bagian
bawah dan pergelangan kaki. Pembengkakan akan terlihat lebih jelas pada
posisi duduk atau berdiri yang terlalu lama.

3. Perubahan Fisik pada Trimester III


Menurut Kurnia (2009) perubahan fisik pada trimester III adalah:
a) Sakit bagian tubuh belakang
Sakit pada bagian tubuh belakang (punggung-pinggang), karena
meningkatnya beban berat dari bayi dalam kandungan yang dapat
mempengaruhi postur tubuh sehingga menyebabkan tekanan ke arah tulang
belakang.
b) Payudara
Keluarnya cairan dari payudara, yaitu colostrum, merupakan makanan bayi
pertama yang kaya akan protein. Biasanya, pada trimester ini, ibu hamil
akan merasakan hal itu, yakni keluarnya colostrum.
c) Konstipasi
Pada trimester ini sering terjadi konstipasi karena tekanan rahim yang
membesar kearah usus selain perubahan hormone progesteron.
d) Pernafasan
Karena adanya perubahan hormonal yang memengaruhi aliran darah ke
paru-paru, pada kehamilan 33-36 minggu, banyak ibu hamil akan merasa
susah bernapas. Ini juga didukung oleh adanya tekanan rahim yang
membesar yang berada di bawah diafragma (yang membatasi perut dan
dada). Setelah kepala bayi turun kerongga panggul ini biasanya 2-3 minggu
sebelum persalinan pada ibu yang baru pertama kali hamil akan merasakan
lega dan bernapas lebih mudah, dan rasa panas diperut biasanya juga ikut
hilang, karena berkurangnya tekanan bagian tubuh bayi dibawah diafragma /
tulang iga ibu.

48
e) Sering kencing
Pembesaran rahim ketika kepala bayi turun ke rongga panggul akan makin
menekan kandungan kencing ibu hamil.
f) Masalah tidur
Setelah perut besar, bayi akan sering menendang di malam hari sehingga
merasa kesulitan untuk tidur nyenyak.
g) Varises
Peningkatan volume darah dan alirannya selama kehamilan akan menekan
daerah panggul dan vena di kaki, yang mengakibatkan vena menonjol, dan
dapat juga terjadi di daerah vulva vagina. Pada akhir kehamilan, kepala bayi
juga akan menekan vena daerah panggul yang akan memperburuk varises.
Varises juga dipengaruhi faktor keturunan.
h) Kontraksi perut
Braxton-Hicks atau kontraksi palsu ini berupa rasa sakit di bagian perut
yang ringan, tidak teratur, dan akan hilang bila ibu hamil duduk atau
istirahat.
i) Bengkak
Perut dan bayi yang kian membesar selama kehamilan akan meningkatkan
tekanan pada daerah kaki dan pergelangan kaki ibu hamil, dan kadang
membuat tangan membengkak. Ini disebut edema, yang disebabkan oleh
perubahan hormonal yang menyebabkan retensi cairan.
j) Kram pada kaki
Kram kaki ini timbul karena sirkulasi darah yang menurun, atau karena
kekurangan kalsium.
k) Cairan vagina
Peningkatan cairan vagina selama kehamilan adalah normal. Cairan
biasanya jernih. Pada awal kehamilan, cairan ini biasanya agak kental,
sedangkan pada saat mendekati persalinan cairan tersebut akan lebih cair.

B. Perubahan Fisiologi
Hampir setiap tubuh wanita hamil mengalami perubahan baik pada organ dan
sistem organnya. Menurut Mochtar (2011) dan Bobak, Lowdermilk & Jensen
(2004) perubahan fisiologis yang terjadi pada wanita hamil antara lain:
(1) Sistem Reproduksi
Ukuran uterus membesar akibat dari hipertrofi dan hiperplasia otot polos rahim,
berat uterus naik dari 30 gram menjadi 1000 gram, isthmus Rahim hipertrofi
dan serviks uteri bertambah vaskularisasinya dan bertambah lunak. Proses
ovulasi berhenti, vagina dan vulva berwarna lebih merah atau kebiruan.

49
Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan menyebabkan robeknya
serabut elastin di bawah kulit sehingga timbul stirae gravidarum.
(2) Sistem Sirkulasi Darah
Volume darah total dan volume plasma darah naik pesat sejak akhir trimester
pertama. Gambaran protein darah berubah; jumlah protein, albumin dan gama
globulin menurun pada trimester pertama dan meningkat bertahap pada akhir
kehamilan. Pompa jantung akan meningkat setelah kehamilan tiga bulan dan
menurun lagi pada minggu-minggu terakhir kehamilan. Tekanan darah
cenderung turun pada trimester kedua dan akan naik lagi seperti pada
prahamil. Nadi biasanya naik, nilai rata-ratanya 84 kali per menit.
(3) Sistem pernapasan
Adanya usus yang tertekan ke arah diafragma akibat pembesaran uterus, akan
menekan paru-paru sehingga wanita hamil akan cenderung mengeluh sesak dan
napas pendek. Kapasitas vital paru sedikit meningkat selama kehamilan.
(4) Sistem Pencernaan
Pada trimester pertama, muncul keluhan mual dan muntah. Salivasi meningkat,
tonus otot saluran pencernaan melemah sehingga motilitas usus menurun dan
makanan akan lebih lama berada dalam saluran makanan.
(5) Sistem Integumen
Pada daerah kulit tertentu, terdapat hiperpigmentasi jaringan seperti pada muka,
payudara (puting dan areola payudara), perut dan vulva.
(6) Metabolisme
Tingkat metabolik basal pada wanita hamil meningkat hingga 15-20% terutama
pada trimester akhir. Terjadi gangguan keseimbangan asam basa, kebutuhan
protein dan kalori meningkat. Wanita hamil sering merasa haus, nafsu makan
bertambah, sering buang air kecil dan kadang dijumpai glukosuria, serta berat
badan ibu hamil akan meningkat.

(7) Payudara
Selama kehamilan, payudara bertambah besar, tegang dan berat. Dapat terjadi
noduli-noduli akibat hipertrofi kelenjar alveoli; bayangan vena-vena lebih
membiru.

C. Perubahan Psikologis
Selain menimbulkan perubahan fisik, kehamilan juga menimbulkan perubahan dan
adaptasi psikologis bagi ibu hamil. Membesarnya janin dalam kandungan
mengakibatkan calon ibu letih, tidak nyaman, tidak dapat tidur nyenyak, sering
mendapat kesulitan bernapas dan beban fisik lainnya. Semua pengalaman ini

50
mengakibatkan timbulnya kecemasan, ketegangan, konflik batin dan lain-lain.
Selain itu, adanya resiko perdarahan, rasa sakit pada saat melahirkan, bahaya
kematian pada dirinya sendiri maupun bayi yang akan dilahirkan juga menambah
kecemasan dan ketakutan bagi ibu hamil (Lia, 2011). Menurut Nirwana (2011) dan
Hamilton (2004), perubahan psikologis yang dialami ibu hamil berdasarkan usia
kehamilan yaitu:
(1) Perubahan psikologis pada trimester pertama
Ibu membutuhkan adaptasi terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya pada
trimester awal kehamilan. Banyak ibu yang merasa kecewa, terjadi penolakan,
kecemasan dan kesedihan. Sering kali pada awal kehamilan banyak ibu yang
mengharapkan untuk tidak hamil. Hampir 80% wanita menolak, gelisah, depresi
dan murung. Sebanyak 15% ibu hamil mengalami gangguan jiwa pada trimester
pertama. Pada wanita hamil banyak mengalami ketakutan dan fantasi selama
kehamilan, khususnya tentang perubahan fisik yang terjadi pada dirinya.
(2) Perubahan psikologis pada trimester kedua
Terdapat dua fase perubahan psikologis pada trimester kedua. Fase pertama
yaitu fase prequickening, dimana pada fase ini ibu menganalisis dan
mengevaluasi segala hubungan interpersonal yang telah terjadi. Proses ini akan
menjadi dasar bagaimana calon ibu mengembangkan hubungan dengan anak
yang akan dilahirkan. Proses yang terjadi pada pengevaluasian adalah
perubahan identitas dari penerima kasih sayang (dari ibunya) menjadi pemberi
kasih sayang (persiapan menjadi seorang ibu). Pada trimester kedua, calon ibu
sudah dapat menerima kehamilannya. Fase kedua yaitu fase postquickening
yaitu ibu hamil akan fokus pada kehamilan dan persiapan untuk menyambut
lahirnya bayi. Pergerakan yang dirasakan dapat membantu ibu membangun
konsep bahwa bayinya adalah individu yang terpisah dengannya dan
menyebabkan ibu terfokus pada bayinya.
(3) Perubahan psikologis pada trimester ketiga
Pergerakan bayi akan semakin sering dirasakan oleh calon ibu pada trimester
ketiga. Perasaan tersebut menimbulkan kecemasan tersendiri bagi seorang ibu
seperti takut kalau sewaktu-waktu bayinya lahir, apakah bayinya akan terlahir
normal, dan hal-hal lain terkait kondisi bayinya. Seorang ibu juga akan
memikirkan tentang proses persalinan yang akan dialami dan bahaya fisik yang
akan timbul pada saat persalinan. Trimester ketiga inilah ibu memerlukan

51
ketenangan dan dukungan dari suami, keluarga serta tenaga kesehatan.
Penelitian dari Aprianawati (2007) tentang hubungan antara dukungan keluarga
terhadap tingkat kecemasan ibu primigravida menjelang persalinan. Hasil dari
penelitian menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan
keluarga dengan kecemasan ibu hamil, dimana ibu hamil yang mendapat
dukungan yang besar dari keluarganya, akan mengalami kecemasan yang
rendah dalam menghadapi persalinannya

2.5 Diagnosa medis Ibu hamil


Diagnosis berasal dari bahasa Yunani “Dia” berarti melalu I dan “Gnosis”
berarti Ilmu Pengetahuan. Jadi diagnosis berarti penetapan suatu keadaan yang
menyimpang atau keadaan normal melalui dasar pemikiran dan pertimbangan ilmu
pengetahuan.

Menurut Salmann(1950) Diagnosa Medis (Medical diagnosis), yaitu suatu


diagnosis yang menetapkan keadaan normal atau keadaan menyimpang yang
disebabkan oleh suatu penyakit yang membutuhkan tindakan medis/pengobatan.

Diagnosis ditetapkan berdasarkan atas pertimbangan data hasil pemeriksaan


secara sistematis, Data diagnostic yang paling utama harus dipunyai untuk dapat
menetapkan diagnosis adalah data pemeriksaan klinis meliputi pemeriksaan
subjektif dan objektif serta data pemeriksaan dan pengukuran pada model studi.

Diagnosa Medis Ibu Hamil meliputi:

G2P1001

1 23456
Cara membaca diagnosa medis tersebut yaitu:

1. G (Gravida) yaitu jumlah kehamilan termasuk mola, Ke, abortus, jadi G2 berarti
kehamilan yang kedua
2. P (Para) yaitu jumlah anak yang dilahirkan > 2500gr, jadi P1 berarti sudah
melahirkan anak yang pertama dengan berat > 2500gr
3. Angka 1 menunjukkan Hamil aterm.
4. Angka 0 yang pertama menunjukkan jumlah premature.

52
5. Angka 0 yang ke 2 menunjukkan jumlah abortus.
6. Angka 1 yang terakhir menunjukkan jumlah anak lahir yang hidup.

2.6 Asuhan Keperawatan Ibu Hamil


1. PENGKAJIAN
Tangggal : Untuk mengetahui kapan mulai dilakukan pengkajian pada klien
Jam :-
No. RM : untuk dapat membedakan antara pasien dengan pasien yang lain dalam
suatu ruangan.
a. Data Subjektif
1) Biodata
a. Nama :Nama ibu dan suami untuk mengenal, ,memanggil, dan
menghindari terjadi kekeliruan.
b. Umur :Ditanyakan untuk mengetahui umur ibu, dimana
kehamilan normal terjadi pada saat ibu berusia lebih dari 20 tahun
dan kurang dari 35 tahun.
c. Agama :Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan
pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan pasien/klien. Dengan
diketahuinya agama pasien, akan memudahkan bidan melakukan
pendekatan di dalam melaksanakan asuha keperawatan.
d. Suku :Untuk mengetahui dari suku mana ibu beraal dan
menentukan cara pendekatan di dalam melaksanakan asuhan
keperawatan.
e. Pendidikan :Untuk mengetahui tingkat pengetahuan sebagai dasar
dalam memberikan asuhan.
f. Pekerjaan :Untuk mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial
ekonomi klien dan apakah pekerjaan ibu/ suami dapat mempengaruhi
kesehatan klien atau tidak.
g. Penghasilan :Untuk mengetahui status ekenomi penderita dan
mengetahui pola kebiasaan yang dapat mempengaruhi kesehatan
klien
h. Alamat : Untuk mengetahui tempat tinggal klien dan menilai
apakah lingkungan cukup aman bagi kesehatannya serta
mempermudah untuk melakukan kunjungan ulang.
2) Alasan Datang
Apa alasan ibu sehingga datang untuk memeriksakan diri. Apakah
kunjungan datang ulang maupun control kehamilan
3) Keluhan Utama

53
Ditanyakan untuk mengetahui keluhan ibu yang dirasakan saat
pengkajian. Keluhan yang disampaikan ibu pada kunjungan ulang sangat
penting untuk mengontrol kehamilan ibu.
4) Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Ditanyakan untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita ibu
sebelumnya apakah ibu pernah menderita penyakit menular seperti TBC,
hepatitis, malaria, ataupun penyakit keturunan seperti jantung, darah
tinggi, ginjal, kencing manis, juga pernahkah ibu menderita kanker
ataupun tumor, serta untuk mengetahui apakah ibu pernah dirawat di
rumah sakit sebelumnya.
5) Riwayat Kesehatan Sekarang
Ditanyakan untuk mengetahui apakah ibu sedang menderita penyakit
menular seperti TBC, hepatitis, malaria, ataupun penyakit keturunan
seperti jantung, darah tinggi, ginjal, kencing manis, juga pernahkah ibu
menderita kanker, tumor, ataupun HIV/AIDS.
6) Riwayat Kesehatan Keluarga
Ditanyakan mengenai latar belakang keluarga terutama :
a. Anggota keluarga yang mempunyai penyakit tertentu terutama
penyakit menular seperti TBC, hepatitis.
b. Penyakit keluarga yang diturunkan seperti kencing manis, kelainan
pembekuan darah, jiwa, dan asma.
c. Riwayat kehamilan kembar. Faktor yang meningkatkan kemungkinan
hamil kembar adalah faktor ras, keturunan, umur, wanita, dan paritas.
Oleh karena itu apabila ada yang pernah melahirkan atau hamil
dengan anak kembar harus diwaspadai karena hal ini bisa menurun
pada ibu.
7) Riwayat Haid
Ditanyakan mengenai :
a. Menarche adalah terjadi haid yang pertama kali. Menarche terjadi
pada usia pubertas yaitu sekitar 12-16 tahun.
b. Siklus haid pada setiap wanita tidak sama. Siklus haid yang
normal /dianggap sebagai siklus adalah 28 hari, tetapi siklus ini bisa
maju sampai 3 hari atau mundur selama 3 hari. Panjang siklus haid
yang biasa pada manusia adalah 25-32 hari.
c. Lamanya haid. Biasanya antara 2-5 hari, ada yang 1-2 hari namun
diikuti darah sedikit-sedikit dan ada sampai 7-8 hari. Jumlah darah

54
yang keluar saat haid ± 50 ml/cc. Pada wanita biasanya lama haid ini
tetap.
d. Keluhan yang dirasakan.
e. Keputihan warnanya bau, gatal/tidak.
8) Riwayat Perkawinan
Ditanyakan tentang :
Ibu menikah berapa kali, lamanya, dan umur pertama kali menikah.
a. Umur pertama kali menikah < 18 tahun, pinggulnya belum cukup
pertumbuhannya sehingga jika hamil beresiko pada saat melahirkan.
b. Jika hamil umur > 35 tahun bahayanya bisa terjadi hipertensi,
plasenta previa, pre-eklamsia, KPD, persalinan tidak lancar/macet,
perdarahan setelah bayi lahir, BBLR.
9) Riwayat Kehamilan seperti ada tidaknya kehamilan premature, abortus,
Persalinan, dan Nifas Yang Lalu
Untuk mengetahui bagaimana kehamilan, persalinan dan nifas yang
terdahulu apakah pernah ada komplikasi atau penyulit sehingga dapat
memperkirakan adanya kelainan atau keabnormalan yang dapat
mempengaruhi kehamilan selanjutnya.
10) Riwayat Kehamilan Sekarang
a. Berapa kali periksa dan dimana
Pemeriksaan sebaiknya dilakukan tiap 4 minggu jika segala sesuatu
normal sampai kehamilan 28 minggu, sesudah itu pemeriksaan
dilakukan tiap 2 minggu dan sesudah 36 minggu dilakukan
pemeriksaan setiap minggu.
b. Gerakan janin. Umumnya gerakan janin dirasakan ibu pada
kehamilan 18 minggu pada primigravida dan kehamilan 16 minggu
pada multi gravid. Pengamatan pergerakan janin dilakukan setiap
hari setelah usia kehamilan lebih dari 28 minggu.
c. Keluhan-keluhan yang lazim pada kehamilan.
d. Imunisasi TT diberikan sekurang-kurangnya diberikan 2x dengan
interval minimal 4 minggu, kecuali bila sebelumnya ibu pernah
mendapat TT 2x pada kehamilan yang lalu atau pada calon
pengantin. Maka TT cukup diberikan satu kali (TT boster).
Pemberian TT pada ibu hamil tidak membahayakan janin walaupun
diberikan pada kehamilan muda. Dosis pada TT yaitu 0,5 ml di
berikan melalui muskulus teltoid. Pada bagian sinistra termasuk TT
yang pertama dan yang bagian dekstra termasuk pemberian TT yang

55
ke dua. Yang bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi tetanus
neonates.
e. Pemberian vitamin, zat besi : tablet sehari segera setelah rasa mual
hilang, minimal sebanyak 90 tablet (200ml) selama kehamilan.
f. Riwayat kehamilan sekarang membantu bidan untuk menentukan
usia kehamilan, memberikan konseling tentang keluhan hamil yang
biasa, dan dapat medeteksi adanya komplikasi. Dengan cara
menghitung hpht yaitu :

Hari Bulan Tahun


Januari - Maret +7 +9 Tetap
April - Desember +7 -3 +1
Contohnya :
1. Hphtnya 20 Mei 2017, maka tafsiran persalinan yaitu :
Hari : 20 + 7 = 27
Bulan :5–3=2
Tahun : 2017 + 1 = 2018
2. Hphtnya 28 Januari 2017, maka tafsiran persalinan yaitu :
Hari : 28 + 7 = 35
Bulan : 1 + 9 = 10
Tahun : tetap 2017

11) Riwayat KB
Ditanyakan pernahkah ibu mengikuti KB/tidak, apa macamnya, ada
keluhan /tidak, setelah persalinan rencananya ibu menggunakan KB apa.
12) Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Nutrisi
Nutrisi yang diperlukan ibu hamil : kalori, protein, kalsium, zat besi,
vitamin A B C D, dan air. Bahan makanan yang banyak mengandung
lemak dan hidrat arang seperti manisan dan gorengan perlu dikurangi
untuk menghindari kelebihan berat badan yang berlebihan.

b. Eliminasi
Pada bulan pertama kehamilan ibu biasanya mengeluh sering
kencing, hal ini dipengaruhi oleh uterus yang semakin membesar
secara fisiologis dan pada akhir kehamilan biasanya ibu juga
mengeluh sering kencing karena kandung kemih tertekan oleh kepala
janin. Perubahan hormonal mempengaruhi aktifitas usus halus dan
usus besar sehingga mengakibatkan obstipasi. Sembelit dapat terjadi

56
secara mekanis yang disebabkan karena menurunnya gerakan ibu
hamil, tekanan kepala janin terhadap usus besar dan rectum.
c. Istirahat
Waktu istirahat harus lebih lama ±10-11 jam. Untuk wanita hamil,
juga dianjurkan untuk tidur siang. Jadwal istirahat dan tidur harus
diperhatikan dengan baik karena istirahat dan tidur yang teratur dapat
meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani untuk kepentingan
pertumbuhan dan perkembangan janin.
d. Aktivitas
Wanita yang hamil boleh bekerja tetapi sifatnya tidak melelahkan dan
mengganggu kehamilan. Misalnya : pekerjaan rumah tangga yang
ringan, masak, menyapu, tetapi jangan menimba, mengangkat air, dll.
Pekerjaan dinas misal guru, pegawai kantor boleh diteruskan.
Pekerjaan yang sifatnya dapat mengganggu kehamilan lebih baik
dihindarkan misalnya pekerjaan dipabrik rokok, percetakan, yang
mengeluarkan zat yang dapat mengganggu janin dalam
kandungannya.
e. Personal Higiene
(1) Rambut harus sering dicuci
(2) Gigi betul-betul harus mendapat perawatan untuk mencegah
caries.
(3) Buah dada adalah organ yang berat hubungannya dengan
kehamilan dan nifas, sebagai persiapan untuk produksi makanan
bayi oleh karena itu bila kurang kebersihannya bisa menyebabkan
infeksi.
(4) Kebersihan vulva. Vulva harus selalu dalam keadaan bersih.
Setelah BAK/BAB harus selalu dikeringkan, cara cebok yang
dari depan kebelakang.
(5) Kebersihan kuku tidak boleh dilupakan karena dibawah kuku bisa
tersembunyi kuman penyakit.
(6) Kebersihan kulit dilakukan dengan mandi 2x sehari. Mandi tidak
hanya membersihkan kulit tetapi menyegarkan badan, karena
pembuluh darah terangsang dan badan terasa nyaman.
(7) Kebersihan pakaian. Wanita hamil ganti pakaian yang bersih,
kalau dapat pagi dan sore, lebih-lebih pakaian dalam seperti BH
dan celana dalam.

57
13) Riwayat Psikososial dan Budaya
Untuk mengetahui keadaan psikologis ibu terhadap kehamilannya serta
bagaimana tanggapan suami dan keluarga tentang kehamilan, budaya
ditanyakan untuk mengetahui kebiasaan dan tradisi yang dilakukan ibu
dan keluarga berhubungan dengan kepercayaan pada takhayul, kebiasaan
berobat dan semua yang berhubungan dengan kondisi kesehatan ibu.
14) Pola Spiritual
untuk mengetahui kegiatan spiritual ibu.

b. Data obyektif
1) Pemeriksaan Umum
 Keadaan umum : baik/cukup/lemah
 Kesadaran : composmentis/apatis/somnolen
 Tinggi badan : normal > 145cm, ibu hamil dengan tinggi
badan kurang dari 145 cm kemungkinan panggul sempit
 BB sebelum hamil : mengetahui BB sebelum hamil dan saat
hamil adalah penambahan BB atau penururnan BB
 BB sekarang : selama kehamilan TM II dan III
pertambahan BB kurang lebih 0,5kg perminggu, hingga akhir
kehamilan pertambahan BB yang normal sekitar 9-13,5kg
 LL atas : normal > 23,5 cm, bila kurang merupakan
indikator kuat untuk status gizi ibu yang kurang baik/buruk,
sehingga beresiko untuk melahirkan BBLR.
 Tekanan darah, pernapasan, nadi, dan temperature.
2) Pemeriksaan Fisik
a. Kepala dan leher
(1) Kepala : bersih, tidak ada benjolan, tidak ada luka
atau lesi.
(2) Rambut : warna rambut, tidak ada ketombe, tidak
rontok, dan distribusi merata.
(3) Wajah : tidak ada cloasma gravidarum, tidak ada
oedema, dan tidak pucat.
(4) Mata :konjungtiva tidak pucat dan sclera tidak
ikterus.
(5) Mulut dan gigi : bersih, warna bibir kemerahan, gigi tidak
berlubang, caries pada gigi, gusi tidak berdarah.
(6) Leher : tidak ada bendungan vena jugularis, tidak
ada pembengkakan kelenjar limfe dan tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid.

58
b. Payudara
(1) Inspeksi : bentuk melingkar, simetris, hiperpi-
mentasi pada areola, puting susu menonjol, tidak ada
retraksi atau dimpling pada saat retraksi(kalau terjadi
tumor).
(2) Palpasi : tidak ada masa/benjolan, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, colostrums (-)
3) Abdomen
a. Inspeksi : tidak ada luka bekas operasi, terdapat linea nigra
dan pembesaran uterus sesuai dengan umur kehamilan.
b. Palpasi
 Leopold I
(1) Kaki klien dibengkokan pada lutut dan lipatan paha
(2) Pemeriksaan berdiri sebelah kanan klien dan melihat kearah
muka klien
(3) Rahim dibawah ketengah
(4) Tinggi fundus uteri ditentukan
(5) Tentukan bagian apa dari anak yang terdapat dalam fundus
uteri. Sifat kepala ialah keras, bundar dan melenting, sifat
bokong adalah lunak, kurang bundar dan kurang melenting,
pada letak lintang fundus uteri kosong. Variasi menurut
knebel : menentukan letak kepala atau bokong dengan satu
tangan di fundus dan tangan lain di atas simfisis.
 Leopold II
(1) Kedua tangan pindah kesamping
(2) Tentukan batas samping rahim kiri dan kanan
tentukan letak punggung anak
(3) Pada letak lintang, tentukan dimana letak kepala
janin. Leopold II untuk menentukan dimana letaknya
punggung anak dan dimana letaknya bagian-bagian
kecil. Variasi menurut poudin : menentukan letak
punggung dengan satu tangan menekan di fundus.
 Leopld III
(1) Dipergunakan satu tangan saja
(2) Bagian bawah ditentukan antara ibu jari dan jari
lainnya
(3) Adakah bagian bawah masih dapat dipergunakan.
Leopold III menentukan apa yang terdapat dibawah

59
dan apakah bagian bawah anak ini sudah atau belum
terpegang oleh pintu atas panggul. Variasi menurut
ahlfeld menentukan letak punggung dengan pinggir
tangan kiri diletakkan tegak di tengah perut.
 Lepold IV
(1) Pemeriksaan merubah sikapnya yaitu melihat ke arah
kaki si penderita.
(2) Dengan kedua tangan ditentukan apa yang menjadi
bagian bawah.
(3) Ditentukan apakah bagian bawah sudah masuk ke
dalam pintu atas panggul dan berapa masuknya
bagian bawah ke dalam rongga panggul.
Jika kita rapatkan kedua tangan akan kita dapatkan :
a. Kedua tangan pada pinggir kepala divergent
(ukuran terbesar kepala sudah melewati pintu atas
panggul)
b. Kedua tangan pada pinggir kepala convergent
(ukuran terbesar kepala belum melewati pintu
atas panggul). Leopold IV untuk menentukan
bagian yang terendah dan berapa masuknya
bagian yang bawah ke dalam rongga panggul.
4) Pemeriksaan penunjang (laboratorium), (buku KIA).
5) Pemeriksaan Khusus
Inspeculo bertujuan untuk mengetahui apakah pendarahan
berasal dari osteum uteri eksternum atau dari kelainan cervik
vagina. Apabila perdarahan dari osteum uteri ekternum,
adanya plasenta harus dicurigai.
USG untuk menentukan letak plasenta.
(6) Pemeriksaan Laboratorium
Hb : jika terjadi pendarahan yang banyak dan keadaan
umum pasien lemah serta pucat, kemungkinan pasien
mengalami anemia.
Urine : dicurigai ada protein urine yang memperberat
kehamilan dan glukosa.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidaknyamanan berhubungan dengan perubahan pada mekanika tubuh efek
dari perubahan hormone.

60
b. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan penekanan kandung kemih
karena pembesaran uterus.
c. Kurangnya pengetahuan. Perawatan kehamilan berhubungan dengan kurangnya
informasi.
d. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
mempertahankan kenyaman.
e. Gangguan pola nafas berhubungan dengan penekanan pembuluh darah abdomen
yang mengalirkan O2.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Ketidaknyamanan berhubungan dengan perubahan pola mekanika tubuh efek
dari perubahan hormone.
Tujuan : ketidaknyamanan berkurang/hilang
Kriteri Hasil :
1. Klien dapat mengidentifikasi dan mendemonstrasikan tindakan perawatan
diri yang tepat.
2. Ketidaknyamanan dapat dicegah dan diminimalkan

INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji faktor pencetus perasaan tidak 1. Menentukan intervensi
nyaman yang dirasakan klien selanjutnya

2. Kai TTV klien 2. Ketidaknyamanan dapat


diakibatkan pola nafas, curah
jantung, temperature/suhu
yang tidak stabil
3. Atur posisi klien senyaman mungkin 3. Posisi menentukan
saatn dilakukan perasaan/ketidaknyamanan
pengkajian/pemeriksaan dari klien atau ibu hamil
4. Ajarkan klien/ibu untuk 4. Posisi tubuh, porsi makan,
meminimalkan ketidaknyamanan dan aktivitas berlebihan
saat berada dirumah dengan adalah faktor penyebab
mengatur posisi tubuh, porsi makan munculnya ketidaknyamanan
(6x dengan porsi makan sedikit), saat hamil.
dan aktivitas
5. Berikan lingkungan yang nyaman 5. Peningkatan kenyamanan
bagi klien saatn bagi klien
pengkajian/pemeriksaan
6. Kolaborasikan dengan dokter ahli 6. Pengobatan efektif dan aman
kandungan dalam tindakan pada ibu hamil
pengobatan bila perlu

b. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan penekanan kandung kemih


karena pembesaran uterus.

61
Tujuan : masalah eliminasi urine dapat teratasi
Kriteria hasil :
1. Klien dapat myebutkan cara-cara untuk meminimalkan masalah.
2. Klien dapat mengidentifikasi tanda/gejala yang memerlukan
evaluasi/intervensi medis.
3. Klien terhindar dari masalah kelebihan volume cairan dan edema pada daerah
wajah dan ektremitas.

INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji kenaikan berat badan 1. Mendeteksi penambahan
BB berlebihan dan retensi
cairan yang tidak terlihat

2. Member penjelasan tentang perubahan 2. Penekan terjadi pada


sistem perkemihan selama kehamilan kandung kemih akibat
pembesaran uterus

3. Menganjurkan ibu untuk melakukan 3. Meningkatkan perkusi


posisi miring saat tidur ginjal memobilisasi bagian
edema

4. Anjurkan klien menghindari posisi 4. Posisi memungkinkan


tegak atau supine dalam waktu yang terjadi sindrom vena kava
lama dan menurunnya aliran
vena
5. Berikan info mengenai perlunya 5. Memungkinkan diafragma
masukan cairan 6-8 gelas perhari menurun, membantu
mengembangkan ekspansi
paru.

c. Kurangnya pengetahuan. Perawatan kehamilan berhubungan dengan kurangnya


informasi.
Tujuan : menambah wawasan tentangS perawatan kehamilan
Kriteria hasil :
1. Klien dapat memahami tentang perawat kehamilan
2. Klien dapat menyebutkan tentang perawatan kehamilan
3. Klien dapat terhindar dari resiko komplikasi kehamilan

INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji tingkat pendidikan ibu 1. Mengetahui tingkatan
pendidikan ibu dapat
memudahkan memberikan
penjelasan tentang
perawatan kehamilan

62
2. Berikan penjelasan tentang perubahan- 2. Mencegah tingkatan
perubahan biologis dan psikologis kekhawatiran pada ibu
normal pada ibu hamil selama kehamilan

3. Berikan imunisasi TT 0,5 ml IM 3. Melindungi bayi pada saat


lahir dari tempat yang tidak
bersih dan mencegah
bakteri menyerang bayi
baru lahir
4. Lakukan diskusi tentang penyakit- 4. Membantu ibu mengetahui
penyakit yang dapat mempengaruhi tentang hal-hal yang
kehamilan, resiko komplikasi beresiko selama kehamilan
kehamilan, dan hal-hal yang dapt
membahayakan janin.
5. Jelaskan rencana perawatan dan 5. Membantu ibu mengetahui
pengobatan hal-hal yang perlu
dilakukan saat kehamilan
dan proses pengobatan jika
terjadi sakit pada ibu

d. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan ketidakmampuan untuk


mempertahankan kenyamanan.
Tujuan : masalah gangguan tidur teratasi
Kriteria Hasil :
1. Klien tahu cara mengatasi gangguan istirahat tidur
2. Klien mendapatkan istirahat yang maksimal

INTERVENSI RASIONAL
1. Tinjau ulang kebutuhan perubahan 1. Membantu
tidur normal berkenaan dengan mengidentifikasi
kehamilan kebutuhan pola tidur
2. Evaluasi tingkat kelelahan, anjurkan 2. Meringankan rasa lelah
klien untuk istirahat 1-2 jam pada
siang hari dan 8 jam pada malam hari
3. Kaji insomnia, anjurkan teknik 3. Ansietas yang berlebihan,
relaksasi, membaca, mandi air hangat, kegembiraan,
dan penurunan aktivitas ketidaknyamanan fisik,
dapat mempersulit tidur
4. Anjurkan tidur pola posisi semi fowler 4. Memungkinkan diafragma
menurun, membantu
mengembangkan ekspansi

e. Gangguan pola nafas berhubungan dengan penekanan pembuluh darah abdomen


yang mengalirkan O2.
Tujuan : pola nafas kembali normal

63
Kriteria hasil :
1. Klien mengatakan sesak nafas berkurang
2. Klien dapat mendemonstrasikan perilaku yang mengoptimalkan fungsi
pernafasan.

INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji status, pola, frekuensi 1. Menentukan luas atau
pernafasan beratnya masalah

2. Kaji riwayat medis terdahulu, 2. Masalah lain dapat


misalnya : riwayat alergi, asma, TBC mempengaruhi pola nafas
dan menurunkan
oksigenasi jaringan
ibu/janin
3. Posisikan ibu dengan posisi 3. Menghindari masalah pola
senyaman mungkin nafas akibat posisi yang
salah/kurang tepat
4. Beri informasi pada ibu tentang 4. Menurunkan kemungkinan
kesulitan pernafasan dan program gejala pernafasan yang
latihan yang realistis tidak stabil/tidak efektif
dan agar ibu dapat
mengatasi apabila terjadi
sesak tiba-tiba
5. Berikan lingkungan yang nyaman, 5. Menghindari sesak akibat
aman, tenang, bebas dari asap rangsangan zat kimia yang
rokok/bau yang menyengat berbau menyengat
6. Kolaborasi dengan dokter dalam 7. Tindakan efektif dan
pemberian oksigen bila diperlukan efisien dalam menangani
sesak

4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan disesuaikan dengan intervensi keperawatan

5. EVALUASI KEPERAWATAN
a. Klien dapat mengidentifikasi dan mendemonstrasikan tindakan perawatan diri
yang tepat.
b. Ketidaknyamanan dapat dicegah dan diminimalkan.
c. Klien dapat menyebutkan cara-cara untuk meminimalkan masalah.
d. Klien dapat mengidentifikasi tanda/gejala yang memerlukan evaluasi/intervensi
medis.
e. Klien terhindar dari masalah kelebihan volume cairan dan edema pada daerah
wajah dan ektremitas.
f. Klien dapat memahami tentang perawatan kehamilan.
g. Klien dapat menyebutkan tentang perawatan kehamilan.

64
h. Klien dapat terhindar dari resiko komplikasi kehamilan.
i. Klien tahu cara mengatasi gangguan istirahat tidur.
j. Klien mendapatkan istirahat yang maksimal.
k. Klien mengatakan sesak nafas berkurang.
l. Klien dapat mendemonstrasikan perilaku yang mengoptimalkan fungsi
pernafasan.

2.7 Review anatomi panggul


A. Anatomi Panggul

Pada setiap persalinan harus di perhatikan 3 faktor berikut:

1) Jalan lahir

2) Janin

3) Kekuatan yang ada pada Ibu.

Jalan lahir dibagi atas a) bagian tulang terdiri atas tulang-tulang panggul
dengan sendi-sendinya (artikulasio) ; dan b) bagian lunak terdiri atas otot-otot,
jaringan-jaringan, dan ligamen-ligamen. Dalam proses persalinan pervaginam
janin harus melewati jalan lahir ini. Jika jalan lahir khususnya bagian tulang
mempunyai bentuk dan ukuran rata-rata normal serta ukuran janinnya pun rata-
rata normal, maka dengan kekuatan yang normal pula persalinan pervaginam
akan berlangsung tanpa kesulitan.

Penolong persalinan harus mampu mengenal panggul normal dalam kehamilan,


serta mampu pula mengenal penyimpangan dari keadaan normal. Kelainan
panggul bawaan karena sesuatu penyakit pada umumnya jarang, dan kalaupun
ada mudah dikenal secara klinis. Panggul atau pelvis terdiri atas 2 bagian yaitu :

1. Bagian keras yang dibentuk oleh tulang

2. Bagian lunak yang dibentuk oleh otot-otot dan ligamenta

Bagian keras pelvis yang dibentuk oleh tulang ada 2 bagian yaitu :

1. Pelvis mayor

Mendukung isi perut seperti usus, hati, ginjal, pankreas dll

65
2. Pelvis minor

Tempat organ-organ genetalia internal seperti uterus, ovarium, vagina,


kandung kemih, dll

B. Tulang-Tulang Yang Menyusun Panggul

Tulang panggul terdiri dari 4 buah tulang yaitu :

a) 2 buah tulang pangkal aha ( os coxae )

b) 1 buah tulang kelangkang (os sacrum)

c) 1 buah tulang tungging (os coccygis)

Tulang-tulang panggul terdiri atas os koksa disebelah depan dan samping


dan os sakrum dan os koksigis di sebelah belakang. Os koksa terdiri dari 3
bagian, yaitu os ilium, os iskhium, dan os pubis.

Tulang-tulang ini satu dan lainnya berhubungan.di depan terdapat


hubungan antara kedua os pubis kanan dan kiri, disebut simfisis. Di belakang
terdapat artikulasio sakro-iliaka yang menghubungkan os sakrum dengan os
ilium. Di bawah terdapat artikulasio sakro-koksigea yang menghubungkan os
sakrum dengan os koksigis.

Diluar kehamilan artikulasio ini hanya memungkinkan pergeseran


sedikit, tetapi pada kehamilan dan waktu persalinan dapat bergeser lebih jauh
dan lebih longgar, misalnya ujung os koksigis dapat bergerak ke belakang
sampai sejauh lebih kurang 2,5cm. Hal ini dapat dilakukan bila ujung os
koksigis menonjol ke depan pada partus, dan pada pengeluaran kepala janin
dengan cunam ujung os koksigis itu dapat ditekan kebelakang.

a. Os ilium merupakan tulang terbesar dengan permukaan anterior berbentuk


konkaf yang disebut fossa iliaka. Bagian atasnya disebut krista iliaka. Ujung-
ujungnya disebut spina iliaka anterior superior dan spina iliaka posterior
superior.

66
b. Os iskhium adalah bagian terendah dari os koksa. Tonjolan dibelakang disebut
tuber iskhii yang menyangga tubuh sewaktu duduk.

c. Os pubis terdiri dari ramus superior dan ramus inferior. Ramus superior os pubis
berhubungan dengan os ilium, sedang ramus inferior kanan dan kiri membentuk
arkus pubis. Ramis inferior berhubungan dengan ops iskhium kira-kira pada 1/3
distal dari foramen obturator. Kedua os pubis bertemu pada simfisis.

d. Sakrum berbentuk baji, terdiri atas 5 vertebra sakralis. Vertebra pertama paling
besar, menghadap ke depan. Pinggir atas vertebra ini dikelnal sebagai
promontorium, merupakan suatu tanda penting dalam penilaian ukuran-ukuran
panggul. Permukaan anterior sakrum berbentuk konkaf.

e. Os koksigis merupakan tulang kecuil, terdiri atas 4 vertebra koksigis.

1. Tulang Pangkal Paha (OS COXAE)

Tulang coxae terdiri atas 3 buah tulang yang berhubungan satu sama lain.Batas
os coxae dari articulatio sakroiliaka sampai pertengahan pubis.

Ketiga tulang itu ialah :

a. Tulang usus ( os illium)

b. Tulang duduk ( os ischium)

c. Tulang kemaluan ( os pubis )

2. Tulang Usus ( OS ILLIUM )

Os illium terletak dari articulatio sakroilliaka sampai pinggir atas


acetabulum.Batas atasnya merupakan pinggir tulang yang tebal yang disebut
Crista illia ujung depan maupun belakang dari crista illiaka menonjol terdiri atas
4 spina yaitu :

a. Spina illiaka anterior superior (SIAS)

b. Spina illiaka anterior inferior (SIAI)

c. Spina illiaka posterior superior (SIPS)

67
d. Spina illiaka posterior inferior (SIPI)

Di bawah spina illiaka posterior inferior terdapat tekik yang disebut Incisura
Ischiadika Mayo

3. Tulang Duduk (OS ISCHIUM)

Os ischium terletak dari foramen obsturatorium sampai pada pinggir atas


acetabulum.Tonjolan yang ada pada ischium yaitu SPINA ISCHIADICA. Tulang
yang tebal yang menyangga berat badan pada saat duduk adalah TUBER
ISCHADICUM. Bagian yang cekung besar sebelah atas disebut inchisura
isciadica mayor.Bagian yang cekung kecil sebelah bawah disebut inchisura
ischiadica minor.

4. Tulang Kemaluan ( OS PUBIS )

Tulang yang membatasi sebuah lubang dalam tulang panggul dinamakan


FORAMEN OBTURATORIUM. Bagian atas yang menonjol pada os pubis
dinamakan RAMUS SUPERIOR, cekungannya dinamakan Linea Inominata
atau Linea Terminalis.Pertemuan kedua ramus superior dinamakan tepi atas
simfisis.Pada bagian bawahnya dinamakan Ramus Inferior, pertemuan antara
ramus inferior membentuk tepi bawah simfisis.Pada ramus inferior membentuk
sudut yang disebut Arcus Pubis yang sudutnya tidak boleh kurang dari 90
derajat.

5. Tulang Kelangkang( OS SACRUM )

Tulang kelangkang berbentuk segitiga melebar di atas dan meruncing ke


bawah.Batas-batas dari os sacrum yaitu :

1. Articulatio sakro illiaca ( batas kanan dan kiri )

2. Prosesus lumbal ke 5 ( batas belakang atas )

3. Coccygis ( batas bawah )

4. Promontorium ( batas depan atas )

68
Pada pertengahan basis terdapat titik menonjol digunakan sebagai petunjuk
saat melakukan pengukuran panggul dalam dinamakan
PROMONTORIUM.Pada bagian anterior memanjng sampai illium dinamakan
sayap sacrum.Lubang yang terdapat pada bagian depan dinamakan FORAMINA
SACRALIA ANTERIORA.Lubang yang terdapat pada bagian belakang
dinamakan FORAMINA SACRALIA POSTERIORA.Pada vertebra terdapat
bagian yang berduri yang dinamakan KRISTA SAKRALIA.Pada bagian
samping tulang kelangkang berhubungan dengan kedua tulang pangkal paha
dengan perantara articulatio sacroilliaca dan ke bawah dengan tulang tungging.

6. Tulang Tungging ( OS COCCYGIS )

Berbentuk segitiga dan terdiri atas 3-5 ruas bersatu.Pada persalinan ujung
tulang tungging dapat ditolak sedikit ke belakang, hingga ukuran pintu bawah
panggul bertambah besar.Coccygis bersifat lentur, kelenturannya mempengaruhi
lebar dari ukuran panggul dalam.

C. Jaringan Lunak Panggul

Bagian lunak panggul terdiri dari otot-otot dan ligamenta yang meliputi
dinding panggul sebelah dalam dan yang menutupi panggul sebelah bawah, yang
menutupi panggul dari bawah membentuk dasar panggul dan disebut
DIAFRAGMA PELVIS.

Diafragma pelvis dari dalam ke luar terdiri atas :

a. Musculus levator ani

Terdiri atas 3 bagian, dari depan ke belakang dapat dikenal :

1. Musc. Pubo coccygeus dari os pubis ke septum anococcygeus.

2. Musc. Ilio coccygeus dari arcus tendineus m.levator ani ke os coccygis dan
septum anococcygeus.

3. Musc. (ischio) coccygeus dari spina ischiadica ke pinggir sacrum dan


coccygis.

b. Antara m.pubo coccygeus

69
Kiri kanan terdapat celah berbentuk segitiga yang disebut hiatus urogenitalis
yang tertutup oleh sekat yang disebut diafragma urogenitale.

DAERAH PERINIUM

Merupakan bagian permukaan dari pintu bawah panggul, terdiri dari 2 bagian
yaitu :

1. Regio analis di sebelah belakang

Terdapat m.sphincter ani externus yang mengelilingi anus

2. Regio urogenitalis

Terdapat :

a. M. Bulbo cavenosus, yang mengelilingi vulva

b. M. Ischio cavernosus

c. M. Transversus perinei superficialis

Ligamen-ligamen yang penting adalah ligamen sacro illiaka, ligamen sacro


spinosum dan ligamen sacro tuberosum.

Diafragma pelvis terdiri dari:

1. Pars Muskularis

Pars muskularis yaitu muskulus levator ani. Muskulus levator ani terletak
agak ke belakang dan merupakan suatu sekat yang ditembus oleh rektum.
Muskulus levator ani kiri dan kanan terdiri dari 3 bagian yaitu:

a. Muskulus pubokogsigis dari os pubis ke septum anokogsigeum

b. Muskulus illio kogsigeus dari arkus tendineus muskulus levator ani ke os


kogsigis dan septum anokogsigeum

c. Musculus ischio coccygis dari spina ischiadika ke pinggir os sacrum dan os


coccygis

2. Pars Membranosa

70
Pars membranosa yaitu diafragma urogenital. Antara muskulus pubio
kogsigeus kiri kanan terdapat celah berbentuk segitiga yang disebut hiatus
urigenitalis yang tertutup oleh sekat yang disebut diafragma urogenitalis. Sekat
ini menutupi pintu bawah panggul disebelah depan dan ditembus oleh uretra dan
vagina.

3. Regio Perineum

Regio perineum merupakan bagian permukaan dari pintu bawah panggul.


Daerah ini terbagi menjadi 2 bagia, yaitu:

a. Regio analis disebelah belakang – Pada regio analis terdapat muskulus


spinter eksternus yang mengelilingi anus dan liang senggama bagian bawah

b. Regio urogenitalis – Pada regio urogenitalis terdapat muskulus


ischiokavernosus dan muskulus transversus perinei superfisialis

D. Bentuk-Bentuk Panggul

Klasifikasi menurut Caldwell dan Molloy, bentuk panggul terbagi menjadi 4


yaitu:

1. PANGGUL GYNECOID

Panggul paling baik untuk perempuan. Bentuk pintu atas panggul hampir
bulat. Diameter anteroposterior sama dengan diameter transversa bulat. Jenis ini
ditemukan pada 45% wanita.

2. PANGGUL ANDROID

Bentuk pintu atas panggul hampir segitiga. Umumnya pria mempunyai


jenis seperti ini. Panjang diameter transversa dekat dengan sakrum. Pada wanita
ditemukan 15%.

3. PANGGUL ANTHROPOID

Bentuk pintu atas panggul agak lonjong seperti telur. Panjang diameter
anteroposterior lebih besar daripada diameter transversa. Jenis ini ditemukan
35% pada wanita

71
4. PANGGUL PLATYPELOID

Sebenarnya jenis ini adalah jenis ginekoid yang menyempit pada arah muka
belakang. Ukuran melintang jauh lebih besar daripada ukuran muka belakang.
Jenis ini ditemukan pada 5% perempuan

SUMBU PANGGUL

Sumbu panggul adalah garis yang menghubungkan pusat-pusat dari


beberapa bidang di dalam panggul berupa garis lurus di bagian atas sampai suatu
titik sedikit di atas spina ischiadika dan kemudian melengkung ke depan di
daerah PBP.Sumbu jalan lahir sedikit berbeda dari sumbu anatomis. Bagian atas
dari jalan lahir merupakan silinder yang lurus tapi ujung bawahnya melengkung
ke depan, ditentukan oleh perubahan dasar panggul karena desakan bagian depan
anak.

INCLINATIO PELVIS

Inclinatio pelvis adalah sudut antara PAP dengan bidang sejajar pada
wanita berdiri. Sudut ini sebesar 55 derajat. Besar dan kecilnya dapat
mempengaruhi proses persalinan.

BIDANG-BIDANG PANGGUL

1. Pintu Atas Panggul

Pintu atas panggul adalah batas atas dari panggul kecil.

Bentuknya bulatan oval dengan panjang kesamping dan dibatasi oleh :

 Promontorium

 Sayap sacrum

 Linea terminalis

 Ramus superior

72
 Pinggir atas symphysis

Biasanya 3 ukuran ditentukan dari PAP yaitu:

1) Ukuran muka belakang, dari promontorium ke pinggir atas symphysis,


dikenal dengan nama conjugata vera dengan ukuran 11 cm.Pada wanita hidup
conjugata vera tak dapat diukur dengan langsung, tapi dapat diperhitungkan dari
conjugata diagonalis (dari promontorium ke pinggir bawah symphysis)

2) Ukuran melintang adalah ukuran terbesar antara linea terminalis kanan dan
kiri dengan jarak kurang lebih 13,5 cm

3) Ukuran serong, dari articulatio sacroilliaka ke tuberpubikum dari belahan


panggul yang bertentangan, dengan jarak kurang lebih 13 cm.

BIDANG LUAS PANGGUL

Yaitu bidang dengan ukuran-ukuran terbesar.Bidang luas panggul


terbentang antara pertengahan symphysis, pertengahan acetabulum dan
pertemuan antara ruas sacral II dan III. Ukuran muka belakang 12,75 cm, dan
ukuran melintang 12,5 cm.Bidang ini tidak menimbulkan kesukaran dalam
persalinan.

BIDANG SEMPIT PANGGUL

Yaitu bidang dengan ukuran-ukuran terkecil.Bidang sempit panggul


terdapat setinggi pinggir bawah symphysis, kedua spina ischiadicae dan
memotong sacrum krang lebih 1-2 cm di atas ujung sacrum.Bidang ini paling
sulit penilaiannya karena ukurannya paling kecil, dan sulit
mengukurnya.Kesempitan pintu bawah panggul biasanya disertai kesempitan
bidang sempit panggul.

PINTU BAWAH PANGGUL

Pintu bawah panggul terdiri dari 2 segitiga dengan dasar yang sama,
ialah garis yang menghubungkan kedua tuber ischiadicum kiri dan kanan.Puncak
dari segitiga yang belakang adalah ujung os sacrum sedangkan segitiga depan

73
dibatasi oleh arcus pubis.Pada pintu bawah panggul biasanya ditentukan oleh 3
ukuran yaitu :

1. Ukuran muka belakang, dari pinggir bawah symphysis ke ujung sacrum (11,5
cm)

2. Ukuran melintang, ukuran antara tuber ischiadicum kiri dan kanan sebelah
dalam (10,5cm)

3. Diameter sagitalis posterior, dari ujung sacrum ke pertengahan ukuran melintang


(7,5cm)

BIDANG HODGE

Bidang hodge untuk menentukan berapa jauh bagian depan anak itu
turun ke dalam rongga panggul.

Bidang hodge antara lain :

a. Hodge I, Ialah setinggi pintu atas panggul

b. Hodge II, Sejajar dengan hodge I setinggi tepi bawah symphisis

c. Hodge III, Sejajar dengan hodge I setinggi spina ischiadica

d. Hodge IV, Sejajar dengan hodge I setinggi ujung os coccygis

UKURAN-UKURAN PANGGUL

1. Ukuran Dalam Panggul

Conjugata vera yaitu perbatasan dari tepi atas symphysis sampai ke


promontorium, tidak dapat diukur secara klinis ( kurang lebih 11 cm )Conjugata
diagonalis yaitu tepi bawah symphysis sampai ke promontorium (kurang lebih
12-13 cm)

Cara mengukur conjugata diagonalis

74
Dengan 2 jari telunjuk dan jari tengah, melalui konkavitas dari sacrum, jari
tengah digerakkan ke atas sampai dapat meraba promontorium.Sisi radial dari
jari telunjuk ditempelkan pada pinggir bawah symphysis dan tempat ini ditandai
dengan kuku jari telunjuk tangan kiri.Diameter oblique (menyilang) yaitu
articulatio saccroilliaka sampai tuber pubicum (12,5 cm)Diameter tranversal
adalah jarak antara linea terminalis kiri dan kanan (13,5 cm )

2. Ukuran Luar Panggul

ukuran luar panggul tidak dapat digunakan untuk penilaian apakah persalinan
dapat berlangsung secara biasa atau tidak. Walaupun begitu ukuran luar panggul
dapat memberi petunjuk akan kemungkinan panggul sempit.

Ukuran-ukuran luar panggul yaitu :

a. Distania spinarum adalah jarak antara SIAS kiri dan kanan (26-28 cm)

b. Distania cristarum adalah jarak antara crista iliaca kiri dan kanan (28-30 cm)

c. Diastania boudeloque adalah jarak antara tepi atas symphysis sampai ruas
lumbal ke 5 (18-20 cm)

d. Lingkar panggul adalah dari tepi atas symphisys ke pertengahan SIAS lalu ke
proxesus lumbal ke 5 kembali ke pertengahan SIAS dan kembali di tepi atas
shymphisis (80-100 cm)

E. Kelainan Panggul

Sebagai sebuah kondisi yang sulit didiagnosis, disfungsi dasar panggul


(pelvic floor dysfunction/PFD) ternyata cukup banyak dialami wanita, terutama
setelah melahirkan. dan jika tidak ditangani dengan baik, maka kelainan itu bisa
memengaruhi kualitas hidup wanita.

Disfungsi dasar panggul merupakan suatu keadaan di mana dasar


panggul mengalami kelemahan, sehingga membuat organ-organ panggul –
seperti kandung kemih dan rektum – turun dari tempat yang seharusnya.
Sebanyak satu dari sepuluh wanita akan terkena kelainan tersebut, dan sekitar 50
persen wanita memiliki keluhan disfungsi dasar panggul setelah melahirkan.

75
Keluhan disfungsi dasar panggul dapat berupa prolaps organ panggul
atau yang lebih dikenal dengan turun peranakan, inkontinensia urine
(mengompol, karena kesulitan menahan kencing), inkontinensia alvi (gangguan
buang air besar), disfungsi seksual dan kelainan bawaan genital. Ada beberapa
hal yang dapat menjadi penyebab kemunculan gangguan tersebut, yaitu
melahirkan anak yang terlalu besar, terlalu sering melahirkan, pertambahan usia,
perubahan hormonal akibat menopause, obesitas, merokok, genetik, kelainan
sifat jaringan dan tekanan intraabdominal (rongga perut) yang meningkat terus-
menerus, seperti mengangkat beban terlalu berat.

Meski tidak mengakibatkan kematian, disfungsi dasar panggul


menyebabkan cacat yang mengganggu aktivitas para wanita, dan menurunkan
kualitas hidup mereka, apabila tidak segera dicegah dan diobati. Upaya
pencegahan disfungsi dasar panggul bisa dilakukan dengan menghindari
obesitas, serta faktor risiko, seperti aktivitas yang meningkatkan tekanan
intraabdominal.

Sementara cara paling sederhana untuk mengatasi disfungsi dasar


panggul yang masih bersifat ringan adalah dengan rutin melakukan senam kegel.
Cukup lakukan minimal 10 kali dalam sehari, selama tiga bulan. Senam kegel
sendiri terdiri dari gerakan yang dapat memperkuat otot-otot dasar panggul.
Caranya, kerutkan otot dasar panggul, dengan gerakan seperti buang air kecil
dan air besar, tahan beberapa hitungan, lalu lepaskan lagi. Dengan otot dasar
panggul yang kuat, maka diharapkan otot-otot kandung kemih dan vagina bisa
menguat lagi.

Untuk mencegah disfungsi dasar panggul yang lebih parah, hindari


mengejan terlalu keras saat buang air besar, perbanyak konsumsi makanan
berserat dan atur pola buang air besar yang teratur, serta obati batuk kronis yang
ada. Saat hamil, upayakan berat bayi tidak terlalu besar, dan hindari persalinan
macet.

Bila sudah terjadi turun peranakan, namun masih ingin mempertahankan


fungsi reproduksi, maka bisa digunakan cincin vagina atau pesarium berdiameter
60-80cm, yang dapat bertahan selama empat tahun. Namun jika gangguan sudah

76
semakin berat dan fungsi reproduksi tidak dipertahankan lagi, akan dilakukan
tindakan operatif dengan mengangkat rahim.

2.8 Pemeriksaan Ibu Hamil


1. Pemeriksaan fisik pada ibu hamil
Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan yang dilakukan pada bagian tubuh
dari kepala sampai kaki. Kehamilan merupakan suatu proses pembuahan dalam
rangka melanjutkan keturunan yang terjadi secara alami, menghasilkan janin
yang tumbuh normal di dalam rahim ibu. Pemeriksaan fisik tidak hanya
bermanfaat bagi ibu hamil, termasuk janin yang dikandungnya. Rangkaian
pemeriksaan ini bisa mendeteksi secara dini bila ada kelainan kehamilan.
Sehingga bisa segera diterapkan tindakan penanganan yang tepat. Tumbuh
kembang buah hati juga lebih terpantau dengan baik, sehingga bisa mencegah
bayi lahir mati, berat badan bayi rendah, lahir prematur dan mencegah bayi mati
saat baru lahir. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan sedikitnya sekali saat trimester
pertama dan sebulan sekali saat trimester kedua. Sedangkan kalau usia
kehamilan 28 minggu pemeriksaan diterapkan 3 minggu sekali, 32 minggu 2
minggu sekali dan 38 minggu seminggu sekali. Pemeriksaan fisik pada
kehamilan dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaan. Secara umum
meliputi pemeriksaan umum dan pemeriksaan kebidanan. Pemeriksaan umum
meliputi pemeriksaan jantung dan paru-paru,reflex, serta tanda-tanda vital
seperti tekanan darah, denyut nadi, suhu, dan pernapasan. Pemeriksaan umum
pada ibu hamil bertujuan untuk menilai keadaan umum ibu, status gizi,tingkat
kesadaran, serta ada tidaknya kelainan bentuk badan.pemeriksaan kebidanan
dilakukan melalui pemeriksaan pandang (inspeksi), pemeriksaan raba (palpasi),
periksa dengar (auskultasi), periksa ketuk (perkusi). Pemeriksaan dilakukan dari
ujung rambut sampai ke ujung kaki, yang dalam pelaksanaannya dilakukan
secara sistematis atau berurutan. Pada saat melakukan pemeriksaan daerah dada
dan perut, pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi dilakukan secara berurutan
dan bersamaan sehingga tidak adanya kesan membuka tutup baju pasien yang
mengakibatkan rasa malu pasien. Pengkajian fisik harus dilakukan secara
komprehensif serta meliputi riwayat kesehatan. Ada beberapa hal yang perlu

77
dipertimbangkan dalam melakukan pengkajian fisik, di antaranya sikap petugas
kesehatan saat melakukan pengkajian. Selain harus menjaga kesopanan, petugas
harus membina hubungan yang baik dengan pasien. Sebelum melakukan
pemeriksaan, pastikan lingkungan tempat pemeriksaan senyaman mungkin,
termasuk mengatur pencahayaan. Pemeriksaan fisik pada ibu hamil selain
bertujuan untuk mengetahui kesehatan ibu dan janin saat ini, juga bertujuan
untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada pemeriksaan berikutnya.
Penentuan apakah sang ibu sedang hamil atau tidak sangat diperlukan saat ibu
pertama kali berkunjung ke petugas kesehatan. Jika hasil pemeriksaan pada
kunjungan pertama sang ibu dinyatakan hamil, maka langkah selanjutnya perlu
ditentukan berapa usia kehamilannya. Setiap pemeriksaan kehamilan adalah
dengan melihat dan meraba petugas akan mengetahui apakah ibu sehat, janin
tumbuh dengan baik, tinggi fundus uteri sesuai dengan umur kehamilan atau
tidak, serta di mana letak janin.

a. Inspeksi
Inspeksi dilakukan untuk menilai keadaan ada tidaknya cloasma
gravidarum pada muka atau wajah, pucat atau tidak pada selaput mata, dan ada
tidaknya edema. Pemeriksaan selanjutnya adalah pemeriksaan pada leher untuk
menilai ada tidaknya pembesaran kelenjar gondok atau kelenjar limfe.
Pemeriksaan dada untuk menilai apakah perut membesar kedepan atau
kesamping, keadaan pusat, pigmentasi linea alba, serta ada tidaknya striae
gravidarum. Pemeriksaan vulva untuk menilai keadan perineum, ada tidaknya
tanda chadwick, dan adanya fluor. Kemudian pemeriksaan ektremitas untuk
menilai ada tidaknya varises.
b. Palpasi
Palpasi dilakukan utnuk menentukan besarnya rahim dengan menentukan
usia kehamilan serta menentukan letak anak dalam rahim. Pemeriksaan secara
palpasi dilakukan dengan menggunakan metode Leopold yakni :
Cara kerja untuk melakukan palpasi leopold pada ibu hamil menurut
Sulistyawati (2010), adalah:

 Leopold I
1) Pemeriksa menghadap pasien
2) Kedua tangan meraba bagian fundus dan mengukur berapa tinggi fundus uteri.

78
3) Meraba bagian apa yang berada di fundus. Jika teraba benda bulat, melenting,
mudah digerakkan, maka itu adalah kepala. Namun jika teraba benda bulat,
besar, lunak, tidak melenting itu adalah bokong.
 Leopold II
1) Kedua tangan pemeriksa berada disebelah kanan dan kiri perut ibu
2) Ketika memeriksa sebelah kanan, maka tangan kanan menahan perut sebelah
kiri kearah kanan.
3) Raba perut sebelah kanan menggunakan tangan kiri dan rasakan bagian apa yang
ada disebelah tangan kanan ( jika teraba bagian yang rata, terasa ada tahanan,
tidak teraba bagian kecil, maka itu adalah punggung bayi, namun jika teraba
bagian-bagian kecil dan menonjol maka itu adalah bagian kecil janin.

 Leopold III

1) Tangan kiri menahan fundus uteri

2) Tangan kanan meraba bagian yang ada di bagian bawah uterus teraba bagian
yang bulat, melenting, keras, dan dapat digoyangkan maka itu adalah kepala.
Namun jika teraba bagian yang bulat, besar, lunak dan sulit digerakkan maka ini
adalah bokong. Jika dibagian bawah tidak ditemukan kedua bagian seperti
diatas, maka pertimbangkan apakah janin dalam letak melintang.

3) Pada letak sungsang atau melintang dapat dirasakan ketika tangan kanan
menggoyangkan bagian bawah, tangan kiri akan merasakan ballottement
(pantulan dari kepala janin, terutama ini ditemukan pada usia kehamilan 5-7
bulan).

4) Tangan kanan meraba bagian bawah (jika teraba kepala goyangkan jika masih
mudah digoyangkan, berarti kepala belum masuk panggul , namun jika tidak
dapat digoyangkan berarti kepala sudah masuk panggul, lalu lanjutkan dengan
Leopold IV untuk mengetahui seberapa jauh kepala masuk panggul.

 Leopold IV

1) Pemeriksa menghadap kaki pasien

2) Kedua tangan meraba bagian janin yang ada dibawah

79
3) Jika teraba kepala tempatkan kedua tangan di dua belah pihak yang
berlawanandi bagian bawah.

4) Jika kedua tangan konvergen (dapat saling bertemu) berarti kepala belum masuk
panggul.

5) Jika kedua tangan divergen ( tidak saling bertemu) berarti kepala sudah masuk
panggul.

c. Auskultasi
Auskultasi, dilalukan umumnya dengan stetoskop monoaural untuk
mendengarkan bunyi jantung anak, bising tali pusat, gerakan anak, bising rahim,
bunyi aorta, serta bising usus. Bunyi jantung anak dapat didengar pada akhir
bulan ke-5, walaupun dengan ultrasonografi dapat diketahui pada akhir bulan ke-
3. Bunyi jantung anak dapat terdengar dikiri dan kanan di bawh tali pusar bila
presentasi kepala. Bila terdengar setinggi tali pusat, maka presentasi di daerah
bokong. Bila terdenga pada pihak berlawanan dengan bagian kecil, maka anak
fleksi dan bila sepihak maka defleksi.
Dalam keadaan sehat,bunyi jantung antara 120-140 kali permenit. Bunyi
jantung dihitung dengan mendengarkannya selama 1 menit penuh. Bila kurang
dari 120 kali permenit atau lebih dari 140 per menit, kemungkinan janin dalam
keadaan gawat janin. Selain bunyi jantung anak, dapat didengarkan bising tali
pusat seperti meniup. Kemudian bising rahim seperti bising yang frekuensinya
sama seperti denyut nadi ibu, bunyi aorta frekuensinya sama seperti denyut nadi
dan bising usus yang sifatnya tidak teratur.

2. Menghitung taksiran persalinan


Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung usia kehamilan :
a) Hari pertama haid terakhir (HPHT)
Metode ini membutuhkan pengetahuan Anda tentang siklus menstruasi.
Berdasarkan siklus, dokter bisa memperkirakan usia kehamilan dan tanggal
kelahiran si kecil yang dihitung berdasarkan rumus Naegele. Cara
menghitungnya yaitu tentukan hari pertama menstruasi terakhir. Angka ini
dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir (LMP = Last Menstrual Periode).
Jika HPHT Ibu ada pada bulan Januari – Maret
Rumusnya: (Tanggal + 7 hari), (bulan + 9), (tahun + 0).

80
Misal, HPHT 10 Januari 2010, maka perkiraan lahir (10+7), (1+9), (2010 + 0) =
17-10-2010 atau 17 Oktober 2010
Jika HPHT Ibu ada pada bulan April – Desember
Rumusnya: (Tanggal + 7 hari), (bulan – 3),(Tahun + 1).
Misal, HPHT 10 Oktober 2010, maka perkiraan lahir (10 + 7), (10 – 3), (2010 +
1) = 17-7-2011 atau 17 Juli 2011.
Catatan:
 Rumus ini hanya bisa diterapkan pada wanita yang daur haidnya teratur, yakni
antara 28-30 hari.
 Perkiraan tanggal persalinan sering meleset antara 7 hari sebelum atau
setelahnya. Hanya sekitar 5% bayi yang akan lahir sesuai perhitungan ini.
 Untuk mengurangi kemungkinan terlalu melesetnya perhitungan pada wanita
yang daur haidnya pendek, akan ditambahkan beberapa hari dari hari-H. Sedang
yang daur haidnya panjang, akan dikurangi beberapa hari.
b. Gerakanjanin
Perlu untuk diketahui bahwa pada kehamilan pertama gerakan janin
mulai terasa setelah kehamilan memasuki usia 18-20 minggu. Sedangkan pada
kehamilan kedua dan seterusnya, gerakan janin sudah terasa pada usia kehamilan
16-18 minggu.
c. Tinggi puncak rahim
Biasanya, dokter akan meraba puncak rahim (Fundus uteri) yang
menonjol di dinding perut dan penghitungan dimulai dari tulang kemaluan. Jika
jarak dari tulang kemaluan sampai puncak rahim sekitar 28 cm, ini berarti usia
kehamilan sudah mencapai 28 minggu. Tinggi maksimal puncak rahim adalah 36
cm, ini menunjukkan usia kehamilan sudah mencapai 36 minggu. Perlu dietahui,
ukuran maksimal adalah 36 cm dan tidak akan bertambah lagi meskipun usia
kehamilan mencapai 40 minggu. Kalaupun tingginya bertambah, kemungkinan
yang akan dialami adalah janin Anda besar, kembar, atau cairan tubuh Anda
berlebih.

d. Menggunakan 2 jari tangan


Pengukuran dengan menggunakan 2 jari tangan ini hanya bisa dilakukan
jika ibu hamil tidak memiliki berat badan yang berlebih. Caranya; letakkan dua
jari Anda diantara tulang kemaluan dan perut. Jika jarak antara tulang kemaluan

81
dengan puncak rahim masih di bawah pusar, maka setiap penambahan 2 jari
berarti penambahan usia kehamilan sebanyak 2 minggu.
e. Menggunakan ultrasonografi (USG)
Cara ini paling mudah dan paling sering dilakukan oleh dokter. Tingkat
akurasinya cukup tinggi, yakni sekitar 95%. Dengan USG maka usia kehamilan
dan perkiraan waktu kelahiran si kecil bisa dilihat dengan jelas melalui
“gambar” janin yang muncul pada layar monitor.

82
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan
sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan
dengan nidasi atau implantasiIbu hamil adalah keadaan wanita yang sedang
mengandung janin didalam rahimnya karena sel telur telah dibuahi oleh
sprematozoa dari pria. Perawatan kehamilan merupakan pelayanan kesehatan oleh
tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan
standar pelayanan antenatal yang ditetapkan. (Depkes RI, 2010).Pemeriksaan
kehamilan adalah pengawasan terhadap ibu hamil dengan mempersiapkan sebaik-
baiknya fisik, mental ibu dalam kehamilan, persalinan dan post partum sehingga
selalu dalam keadaan sehat dan normal. Menstruasi adalah perdarahan periodik
pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulas (Bobak, 2004).Pemeriksaan
fisik tidak hanya bermanfaat bagi ibu hamil, termasuk janin yang dikandungnya.
Rangkaian pemeriksaan ini bisa mendeteksi secara dini bila ada kelainan
kehamilan. Sehingga bisa segera diterapkan tindakan penanganan yang tepat.

83
DAFTAR PUSTAKA

Saifudin, A.B. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Depkes, 2010. Kesehatan Remaja: Problem dan Solusinya. Jakarta. Salemba Medika

Mansjoer, Arif. 2005. Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius

Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo

Depkes RI,2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/46832/4/Chapter%20II.pdf (diakses
tanggal 02 Februari 2018)

Lathifa, ST. 2015. Proses Kehamilan.


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42092/5/Chapter%20I.pdf (diakses
tanggal 02 Februari 2018)

Miller, D. A.2007. Hypertension in pregnancy. In : De Cherney, Alan H. Lauren, N.


Goodwin, T . editors. Current diagnosis and treatment obstetrics and Gynecology 10 th.
Ed New York : McGraw Hiil. P 318-328.

Noverstiti. 2015. Anemia pada Ibu Hamil.


http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-391-62850896-tesis.pdf (diakses
tanggal 02 Februari 2018)

Prawirohardjo,Sarwono.2009.Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal Jakarta : PT


Bina Pustaka.

Surya, Indah. 2016. Kehamilan. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-


gdl-indahsurya-5622-3-babii.pdf (diakses tanggal 02 Februari 2018)

Sinsin,lis. 2008. Seri Kesehatan Ibu dan Anak Masa Kehamilan dan Persalinan, Jakarta:
Elex Media Komputindo

84
Aprianawati, R. B. & Sulistyorini, I. R. 2007. Hubungan antara dukungan keluarga
dengan kecemasan ibu hamil menghadapi kelahiran anak pertama pada masa triwulan
ketiga. Psikologi. Dikutip 2 Februari 2018, dari
http://skripsistikes.files.wordpress.com/2009/08/56.pdf.

Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2004, Buku Ajar Keperawatan Maternitas / Maternity


Nursing (Edisi 4), Alih Bahasa Maria A. Wijayati, Peter I. Anugerah, Jakarta : EGC

Hamilton, Perry M. 2004, Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.

Kurnia, . 2009. Menghindari Gangguan Saat Melahirkan & Panduan Lengkap Mengurut
Bayi. Yogjakarta : Panji Pustaka.

Lia , 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Jakarta : Salemba Medika

Mochtar, Rustam. 2011. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC

Nirwana, 2011. Psikologi Kesehatan Wanita. Yogyakarta: Nuha Medika.

Wayan Ardhana. 2010


www.google.co.id/wayanardhana.staff.ugm.ac.id/materi_orto2_diag.pdf. Diakses
pada tanggal 2 Februari 2018

DepKes RI. 2002. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta: DepKes

Ellen, Christina dkk. 2002. “konsep anc kehamilan normal” Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama

Manuaba, A. 2000. Ergonomi Kesehatan Keselamatan Kerja. Dalam Wygnyosoebroto s


& Wiranto, S.E:Eds. Processing Seminar Nasional Ergonomi PT. guna Widya
Surabaya

Riyadi, Sujono, Biologi Reproduksi, (Yogyakarta: STIKES Yogyakarta, 2012) hlm. 111-
116

http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/macam-macam-bentuk-panggul-pada-
wanita.html#ixzz3ljbd6YuW

Faiz Omar, Moffat David.At a Glance Anatomi .Jakarta.Erlangga.2003

85
Dr.dr.Harjadi Widjaja,I.Anatomi Pelvis.Jakarta:EGC,2010

Varney, Helen dkk. 2003. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ed.4 Vol.1. Jakarta:EGC
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis obstetri. Jakarta: EGC
Bobak, Lowdermik, dan Jensen, Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta, EGC.
Icesmi Sukarni.2013. Kehamilan, Persalinan dan Nifas. Yogyakarta, Nuha Medika

86

Anda mungkin juga menyukai