Anda di halaman 1dari 16

A.

Tujuan
1. Membedakan secara subjektif panas dan dingin
2. Menemukan titik-titik panas, dingin, tekan dan nyeri pada telapak tangan
manusia
3. Mengetahui adanya mekanisme sensorik pada manusia untuk melokalisasi
taktil
4. Mengetahui kemampuan manusia untuk membedakan lokasi
5. taktil/kemampuan mendiskriminasikan 2 lokasi taktil baik yang dilakukan
secara simultan maupun suksesif
6. Membuktikan adanya mekanisme sensorik pada manusia berupa perasaan
iringan
7. Mengetahui kemampuan seseorang untuk membedakan derajat kekasaran
benda, mendeskripsikan sifat-sifat benda, dan menentukan jenis bahan pakaian
hanya berdasarkan sentuhan tanpa penglihatan visual
8. Mengetahui kemampuan seseorang untuk menafsirkan sikap yang sedang
dilakukan
B. Alat dan Bahan

1. Tiga waskom dengan air bersuhu 200, 300 dan 400


2. Gelas beker dan termometer kimia
3. Es
4. Alkohol dan eter
5. Kerucut kuningan + bejana berisi kikiran kuningan + estesiometer rambut Frey
+ jarum
6. Pensil + jangka + pelbagai jenis ampelas + benda-benda kecil + bahan-bahan
pakaian
C. Cara Kerja

I. Perasaan Subyektif Panas dan Dingin

1. Sediakan 3 waskom yang masing-masing berisi air dengan suhu kira-kira 200,
300, dan 400.
2. Masukkan tangan kanan ke dalam air bersuhu 200 dan tangan kiri ke dalam air
bersuhu 400 untuk ± 2 menit.
3. Catat kesan apa yang saudara alami.
4. Kemudian masukkan segera kedua tangan itu serentak ke dalam air bersuhu
300 C. Catat kesan apa yang saudara alami.
5. Tiup perlahan-lahan kulit punggung tangan yang kering dari jarak ± 10 cm.
6. Basahi sekarang kulit punggung tangan tersebut dengan air dan tiup sekali lagi
dengan kecepatan seperti di atas. Bandingkan kesan yang saudara alami antara
hasil tiupan pada nomor 5 dan nomor 6.
7. Olesi sebagian kulit punggung tangan dengan alkohol atau eter. Kesan apa
yang saudara alami?

II. Titik-titik Panas, Dingin, Tekan dan Nyeri di Kulit

1. Letakkan punggung tangan kanan saudara di atas sehelai kertas dan tarik garis
pada pinggir tangan dan jari-jari sehingga terdapat lukisan tangan.

2. Pilih dan gambarkan di telapak tangan itu suatu daerah seluas 3 x 3 cm dan
gambarkan pula daerah itu di lukisan tangan pada kertas. Kotak 3 x 3 cm,
dibuat lagi menjadi 12 x 12 kotak, jadi terdapat 144 kotak kecil.
3. Tutup mata OP dan letakkan punggung tangan kanannya santai di meja.
4. Selidikilah secara teratur menurut garis-garis sejajar titik-titik yang
memberikan kesan panas yang jelas pada telapak tangan tersebut dengan
menggunakan kerucut kuningan yang telah dipanasi. Cara memanasi kerucut
kuningan yaitu dengan menempatkannya dalam bejana berisi kikiran
kuningan yang direndam air panas bersuhu 500 C. Tandai titik-titik panas
yang diperoleh dengan tinta.
5. Ulangi penyelidikan yang serupa pada no.4 dengan kerucut kuningan yang
telah didinginkan. Cara mendinginkan kerucut kuningan yaitu dengan
menempatkannya dalam bejana berisi kikiran kuningan yang direndam dalam
air es. Tandai titik-titik dingin yang diperoleh dengan tinta.
6. Selidikilah pula menurut cara di atas titik-titik yang memberikan kesan tekan
dengan menggunakan estesiometer rambut Frey dan titik-titik yang
memberikan kesan nyeri dengan jarum.
7. Gambarkan dengan simbol yang berbeda semua titik yang diperoleh pada
lukisan tangan di kertas.

III. Lokalisasi Taktil


1. Tutup mata orang percobaan dan tekankan ujung pensil pada suatu titik di
kulit ujung jarinya.
2. Suruh sekarang orang percobaan melokalisasi tempat yang baru dirangsang
tadi dengan ujung sebuah pensil pula.
3. Tetapkan jarak antara titik rangsang dan titik yang ditunjuk.
4. Ulangi percobaan ni sampai 5 kali dan tentukan jarak rata-rata untuk kulit
ujung jari, telapak tangan, lengan bawah, lengan atas dan tengkuk.

IV.Diskriminasi Taktil

1. Tentukan secara kasar ambang membedakan dua titik untuk ujung jari dengan
menempatkan kedua ujung sebuah jangka secara serentak (simultan) pada
kulit ujung jari.

2. Dekatkan kedua ujung jangka itu sampai di bawah ambang dan kemudian
jauhkan berangsur-angsur sehingga kedua ujung jangka itu tepat dapat
dibedakan sebagai 2 titik.
3. Ulangi percobaan ini dari suatu jarak permulaan di atas ambang. Ambil angka
ambang terkecil sebagai ambang diskriminasi taktil tempat itu.
4. Lakukan percobaan di atas sekali lagi, tetapi sekarang dengan menempatkan
kedua ujung jangka secara berturut-turut (suksesif).
5. Tentukan ambang dengan cara yang sama (simultan dan suksesif) ambang
membedakan 2 titik ujung jari, tengkuk dan pipi.
6. Catat apa yang saudara alami.

V. Perasaan Iringan (After Image)

1. Letakkan sebuah pensil antara kepala dan daun telinga dan biarkan di tempat
itu selama saudara melakukan percobaan VI.
2. Setelah saudara selesai dengan percobaan VI, angkatlah pensil dari telinga
saudara dan apakah yang saudara rasakan setelah pensil itu diambil?

VI. Daya Membedakan Berbagai Sifat Benda

A. Kekasaran Permukaan Benda


1. Dengan mata tertutup, suruh orang percobaan meraba-raba permukaan
ampelas yang mempunyai derajat kekasaran yang berbeda-beda.
2. Perhatikan kemampuan orang percobaan untuk membedakan derajat
kekasaran ampelas.
B. Bentuk Benda
1. Dengan mata tertutup, suruh orang percobaan memegang-megang benda-
benda kecil yang saudara berikan (pensil, penghapus, rautan, koin, dan lain-
lain).
2. Suruh orang percobaan menyebutkan nama/bentuk benda-benda itu.
C. Bahan Pakaian
1. Dengan mata tertutup, suruh orang percobaan meraba-raba bahan-bahan
pakaian yang saudara berikan.
2. Suruh orang percobaan setiap kali menyebutkan jenis/sifat bahan yang
dirabanya itu. Bila OP membuat kesalahan dalam membedakan sifat benda
(ukuran, bentuk, berat, permukaan), apa nama kelainan neurologis yang
dideritanya?

VII. Tafsiran Sikap

1. Suruh orang percobaan duduk dan tutup mata.


2. Pegang dan gerakkan secara pasif lengan bawah orang percobaan ke
dekat kepalanya, ke dekat dadanya, ke dekat lututnya, dan akhirnya
gantungkan di sisi badannya.
3. Tanyakan setiap kali sikap dan lokasi lengan orang percobaan.
4. Suruh orang percobaan dengan telunjuknya menyentuh telinga, hidung,
dan dahinya dengan perlahan-lahan setelah setiap kali mengangkat lurus
lengannya.
5. Perhatikan apakah ada kesalahan. Bila OP membuat kesalahan dalam
melokalisasikan tempat-tempat yang diminta, apa nama kelainan
neurologis yang dideritanya?

D. Hasil Percobaan

I. Perasaan Subyektif Panas dan Dingin


Kesan 1 : Untuk waskom bersuhu 200 = dingin (hanya 1 tangan)
Untuk waskom bersuhu 400 = panas (hanya 1 tangan)
Ketika kedua tangan dimasukkan ke dalam waskom yang bersuhu 300, maka tangan
yang sebelumnya berada pada waskom bersuhu 200 akan terasa panas, sedangkan
tangan yang sebelumnya berada pada waskom bersuhu 300 akan terasa dingin.
Kesan 2 : Setelah punggung tangan dibasahi dengan air dan ditiup perlahan-lahan,
punggung tangan terasa lebih dingin dibandingkan sebelum dibasahi dengan air
Kesan 3 : Setelah punggung tangan diolesi dengan alkohol/eter dan ditiup, punggung
tangan terasa lebih dingin dibandingkan setelah dibasahi dengan air. (alkohol/eter
sangat mudah menguap apabila sudah berkontak dengan udara luar)

II. Titik-titik Panas, Dingin, Tekan, dan Nyeri

(NB: Hasil percobaan dilampirkan di bagian belakang makalah ini)

III. Lokalisasi Taktil

Ujung Jari
Percobaan 1 : 0,3 cm
Percobaan 2 : 0,2 cm
Percobaan 3 : 0,2 cm
Percobaan 4 : 0 cm
Percobaan 5 : 0,2 cm
Rata-rata dari 5x percobaan : 0,18 cm

Telapak tangan
Percobaan 1 : 0,5 cm
Percobaan 2 : 0,7 cm
Percobaan 3 : 0,4 cm
Percobaan 4 : 0,4 cm
Percobaan 5 : 0,3 cm
Rata-rata dari 5x percobaan : 0,46 cm

Lengan bawah
Percobaan 1 : 0,3 cm
Percobaan 2 : 1 cm
Percobaan 3 : 0,5 cm
Percobaan 4 : 0,9 cm
Percobaan 5 : 1,3 cm
Rata-rata dari 5x percobaan : 0,8 cm

Lengan atas
Percobaan 1 : 2,1 cm

Percobaan 2 : 2,5 cm
Percobaan 3 : 1 cm
Percobaan 4 : 1,5 cm
Percobaan 5 : 1,5 cm
Rata-rata dari 5x percobaan : 1,75 cm

Tengkuk
Percobaan 1 : 0,7 cm
Percobaan 2 : 0,7 cm
Percobaan 3 : 0,4 cm
Percobaan 4 : 0,4 cm
Percobaan 5 : 0,5 cm
Rata-rata dari 5x percobaan : 0,54 cm

IV. Diskriminasi Taktil

Ujung jari

a. Jarak 2 ujung jangka sebelum digeser : 1,5 cm (masih terasa sebagai 2 titik)
b. Jarak 2 ujung jangka setelah digeser : 0,3 cm (sudah tidak dapat dibedakan
sebagai 2 titik)

Tengkuk

a. Jarak 2 ujung jangka sebelum digeser : 1,5 cm (masih terasa sebagai 2 titik)
b. Jarak 2 ujung jangka setelah digeser : 1,3 cm (sudah tidak dapat dibedakan
sebagai 2 titik)

Pipi

a. Jarak 2 ujung jangka sebelum digeser : 1,5 cm (masih terasa sebagai 2 titik)
b. Jarak 2 ujung jangka setelah digeser : 0,8 cm (sudah tidak dapat dibedakan
sebagai 2 titik)
V. Perasaan Iringan (After Image)

Percobaan ini dilakukan dengan meletakkan pensil yang diselipkan di telinga OP dan
tetap dibiarkan terselip selama beberapa saat. Ketika pensil diambil dari telinga OP,
OP masih dapat merasakan adanya keberadaan pensil yang terselip di telinganya.
Fenomena OP yang masih dapat merasakan keberadaan pensil walaupun pensil telah
diambil dari telinganya inilah yang disebut sebagai perasaan iringan.

VI. Daya Membedakan Berbagai Sifat Benda


a. Kekasaran Permukaan Benda
Untuk membedakan kekasaran permukaan benda, digunakan berbagai macam
ampelas dengan derajat kekasaran yang berbeda. OP mampu membedakan kekasaran
benda dengan tepat dan mampu pula mengurutkan kekasaran ampelas dari yang
paling halus hingga yang paling kasar.
Berikut adalah gambar urutan ampelas yang kami gunakan :

b. Bentuk Benda
Untuk membedakan bentuk benda, kami menggunakan berbagai macam benda-benda
kecil, antara lain tutup pulpen, penghapus, rautan, staples, tip-ex, dan kotak isi pensil
mekanik. Selama percobaan, OP mampu menyebutkan nama-nama benda yang
disentuhnya dan mampu pula mendeskripsikan bagaimana bentuk benda yang sedang
dipegangnya.
Berikut ini adalah benda-benda yang kami gunakan :
Benda 1 : serutan / rautan Benda 2 : tempat isi pensil
Benda 3 : tip-ex Benda 4 : staples

Benda 5 : flashdisk Benda 6 : penghapus

Benda 7 : tutup pulpen

c. Bahan Pakaian
Untuk percobaan ini, kami menggunakan berbagai macam bahan pakaian yang telah
disediakan. Selama percobaan, OP mampu mendeskripsikan bagaimana jenis bahan
pakaian yang dipegangnya. Jenis bahan pakaian yang dideskripsikan mencakup antara
lain, apakah bahan pakaian tersebut mudah menyerap air atau tidak, apakah bahan
pakaian tersebut akan terasa panas atau tidak apabila dikenakan, dan apakah bahan
pakaian tersebut memiliki serat-serat yang banyak atau sedikit.
Berikut adalah bahan-bahan pakaian yang kami gunakan :
VII. Tafsiran Sikap

Selama percobaan, OP tidak menemukan kesulitan dalam menyebutkan lokasi-lokasi


mana saja yang baru saja disentuh oleh tangannya, selain itu OP juga tidak
menemukan kesulitan berarti dalam menyentuh telinga, hidung, dan dahinya setelah
mengangkat lurus lengannya. OP tidak memiliki gangguan neurologis dan masih
memiliki sistem saraf yang bekerja normal.

E. Pembahasan
A. Pembahasan Percobaan I dan Percobaan II
Sekilas Mengenai Alat Indra Kulit
Reseptor sensorik dapat merupakan bagian dari neuron atau sel khusus yang
membangkitkan potensial aksi di neuron. Reseptor sensorik bersatu dengan sel non-
saraf yang melingkupinya dan membentuk alat indra. Reseptor di tiap indera
disesuaikan untuk berespon terhadap satu bentuk energi tertentu. Bentuk energi
tertentu ketika reseptor ini paling sensitif dinamakan rangsangan yang adekuat.
Terdapat empat sensasi kulit : raba-tekan (tekanan adalah rabaan yang ditahan agak
lama), dingin, hangat, dan nyeri. Representasi dari berbagai sensasi di kulit ini bersifat
pungtata. Ketika kulit dipetakan secara cermat dan di gambar garis setiap
milimeternya, sensasi akan timbul dari titik-titik yang terletak di atas reseptor raba.
Sebagian besar kulit dapat merasakan keempat sensasi tersebut. Hal ini menunjukkan
bahwa reseptor terletak di ujung saraf bebas, terutama di kulit dan jaringan subkutis.
Unit reseptor kulit secara umum, depolarisasi disebabkan oleh hambatan kanal K+,
pengaktifan kanal Na+, atau penghambatan Na+-K+ATPase (masih belum pasti).
Raba (Mechanoreseptor)
Tekanan adalah rasa raba yang menetap. Reseptor raba paling banyak ditemukan
dikulit jari tangan serta bibir. Serabut sensorik Aβ yang menyalurkan impuls dari
reseptor raba ke susunan saraf pusat memiliki diamter 5-12 µm dan memiliki
kecepatan konduksi 30-70 m/det. Sebagian impuls saraf raba juga dihantarkan melalui
serabut C. Informasi rasa raba disalurkan melalui jalur lembarniskus maupun jalur
anterolateral, sehingga hanya lesi yang sangat kuat yang dapat menghilangkan sensasi
raba. Apabila columna dorsalis dirusak, sensasi getaran dan propriosepsi akan
berkurang, ambang rasa raba akan meningkat, dan jumlah daerah yang yang peka
terhadap rasa raba di kulit menjadi berkurang. Mechanoreseptor sangat sensitif
terhadap rangsangan yang terjadi pada membran sel. Membran sel memiliki regulasi
mekanis ion channel dimana bisa terbuka ataupun tertutup bila ada respon terhadap
tegangan, tekanan dan yang bisa menimbulkan kelainan pada membran. Terdapat tiga
jenis mechanoreseptor antara lain:
- Tactile reseptor atau reseptor taktil memberikan sensasi sentuhan, tekanan dan
getaran. Sensasi sentuhan memberikan inforamsi tentang bentuk atau tekstur,
dimana tekanan memberikan sensasi derajat kelainan mekanis. Sensasi getaran
memberikan sensasi denyutan/ debaran.
- Baroreseptor untuk mendeteksi adanya perubahan tekanan pada dinding pembuluh
darah dan pada tractus digestivus, urinarius dan sistem reproduksi.
- Proprioseptor untuk memonitor posisi sendi dan otot, hal ini merupakan struktur
dan fungsi yang kompleks pada reseptor sensoris.
Suhu (Thermoreseptor)

Temperatur reseptor/ thermoreseptor merupakan free nerve ending yang


terletak pada dermis, otot skeletal, liver, hipotalamus. Reseptor dingin tiga/ empat kali
lebih banyak daripada reseptor panas. Tidak ada strukur yang membedakan reseptor
dingin dan panas. Sensasi temperatur diteruskan pada jalur yang sama dengan sensasi
nyeri. Mereka dikirim terlebih dahulu ke formasio retikularis, thalamus dan korteks
primer sensoris. Thermoreseptor merupakan phasic reseptor, yang akan segera aktif
bila temperatur berubah, tetapi cepat beradaptasi sehingga menjadikan temperatur
tubuh cepat stabil.
Kulit manusia itu sendiri, memiliki daerah peka-dingin dan daerah peka-panas
yang terpisah. Daerah peka-dingin terdapat empat sampai sepuluh kali lebih banyak
dibandingkan dengan daerah peka-panas. Reseptor dingin berespon terhadap suhu 10-
38⁰C, dan reseptor panas terhadap suhu dari 30-45⁰C. aferen untuk suhu dingin adalah
serabut C dan Aδ, sedangkan eferen untuk panas adalah serabut C. Karena organ indra
terletak didaerah sub-epitel, suhu jaringan subkutis lah yang menentukan respon.
Benda logam dingin terasa lebih dingin dibandingkan dengan benda kayu dengan
suhu sama, karena logam menghantarkan panas ke luar kulit lebih cepat sehingga
menyebabkan jaringan sub kutis lebih dingin.

Nyeri (Nosiseptor)
Organ indra untuk nyeri adalah ujung-ujung saraf “telanjang” yang dijumpai
di hampir semua jaringan tubuh. Impuls nyeri dihantarkan ke susunan saraf pusat oleh
dua sistem serabut. Satu sistem nonisepor berbentuk serabut Aδ bermielin dengan
diameter 2-5 µm. Sistem ini menghantarkan dengan kecepatan 12-30 m/det. Sistem
yang satu lagi terdiri dari serabut C tak bermielin dengan diameter 0,4-1,2 µm.
Serabut ini sering ditemukan di bagian lateral radiks dorsalis sehingga sering disebut
serabut C radiks dorsalis. Serabut-serabut ini menghantarkan impuls dengan
kecepatan sebesar 0,5-2 m/det. Transmitter sinaps yang disekresi oleh serabut aferen
primer yang menghantarkan nyeri ringan dengan cepat adalah glutamat, dan yang
menghantarkan nyeri hebat dengan lambat adalah subtansi P. Nyeri, oleh Sherrington,
disebut sebagai “aspek pelengkap fisik dari refleks protektif mutlak”. Rangsangan
nyeri umumnya memicu respon menarik diri atau menghindar yang kuat. Sensasi
nyeri bersifat unik karena nyeri memiliki “pembawaan” berupa efek yang tidak
menyenangkan. Reseptor nyeri/nosiseptor itu sendiri terletak pada daerah superfisial
kulit, kapsul sendi, dalam periostes tulang sekitar dinding pembuluh darah. Jaringan
dalam dan organ visceral mempunyai beberapa nosiseptor. Reseptor nyeri merupakan
free nerve ending dengan daerah reseptif yang luas, hal ini menyebabkan sering kali
kita sulit membedakan sumber rasa nyeri yang tepat.
Nosiseptor sensitif terhadap temperatur yang ekstrim, kerusakan mekanis dan
kimia seperti mediator kimia yang dilepaskan sel yang rusak. Bagaimanapun juga
rangsangan yang kuat akan diterima oleh ketiga tipe reseptor. Untuklah kita bisa
merasakan sensasi rasa nyeri yang disebabkan oleh asam, panas, luka yang dalam.
Rangsangan pada dendrit di nosiseptor menimbulkan depolarisasi, bila segmen akson
mencapai batas ambang dan terjadi potensial aksi di susunan saraf pusat

B. Pembahasan Percobaan III dan IV

Reseptor Taktil

Reseptor taktil adalah alat indera yang paling luas, terletak di seluruh permukaan
kulit dan beberapa selaput lendir. Ada dua fungsi penting dari reseptor ini yaitu untuk
survival; dengan mengidentifikasi sentuhan ringan secara umum, temperatur, dan rasa
nyeri. Sedangkan fungsi diskriminasi yang berkembang kemudian, penting untuk
mengenal tekstur, bentuk, lokasi akurat dari suatu sentuhan dan berperan penting
dalam perkembangan persepsi tubuh, keterampilan motorik halus dan praksis.
Reseptor indera taktil terletak pada kulit dan beberapa lokasi selaput lendir. Indera
taktil memberikan informasi tentang kualitas benda-benda yang diraba (keras, halus,
dsb), arah gerak dari input taktil dan lokasi dari input tersebut (= fungsi diskriminatif).
Selain itu sistem taktil juga menerima rasa raba halus, nyeri dan temperatur (=fungsi
protektif).
Dalam kaitannya dengan percobaan III, daerah ujung jari memiliki nilai rata-
rata yang paling kecil di antara yang lainnya, hal ini disebabkan karena daerah ujung
jari manusia memiliki medan reseptif yang kecil (medan reseptif: regio tertentu
permukaan kulit dimana setiap neuron somatosensorik dapat berespon terhadap
informasi rangsangan). Medan reseptif ini memiliki ukuran yang berbanding terbalik
dengan densitas reseptor. Semakin rapat reseptor jenis tertentu tersusun maka akan
semakin kecil luas kulit yang dipantau oleh masing-masing reseptor. Semakin sempit
medan reseptif dalam suatu daerah, maka akan semakin tinggi ketajaman atau
kemampuan diskriminasi. Hal inilah yang terjadi pada daerah ujung jari manusia.
Daerah ujung jari manusia kaya akan saraf karena memiliki medan reseptif yang kecil
sehingga informasi rangsangan akan didapat dengan lebih spesifik, oleh karena itulah
OP akan lebih mudah melokalisasikan taktil pada daerah ujung jari ketimbang di
daerah yang memiliki medan reseptif lebih luas seperti pada lengan bawah maupun
lengan atas. Selain kerapatan reseptor, hal lain yang mempermudah lokalisasi
rangsangan ialah inhibisi lateral. Dengan inhibisi lateral, jalur reseptor yang paling
terangsang (mis: oleh karena rangsangan ujung pensil) akan menghambat transmisi
impuls di jalur-jalur reseptor yang ikut terangsang namun dengan derajat rangsangan
yang lebih ringan sehingga lokalisasi ujung pensil akan lebih jelas dan tidak samar.
Penghambatan transmisi impuls lebih lanjut terhadap masukan yang lebih lemah akan
meningkatkan kontras antara informasi yang diinginkan dan tidak diinginkan
sehingga lokasi ujung pensil dapat diketahui dengan pasti. Kemampuan seseorang
untuk menentukan tempat rangsang taktil dikenal sebagai toponogsia. Selain memiliki
kemampuan untuk menentukan tempat rangsang taktil, manusia juga memiliki daya
untuk membedakan 2 titik yang disebut two point discrimination. Two point
discrimination ini didefinisikan sebagai kemampuan untuk masih dapat membedakan
tekanan dari 2 titik pada kulit sebagai 2 titik yang terpisah. Jarak minimum antara 2
rangsang raba yang masih dirasakan terpisah disebut sebagai ambang 2 titik. Secara
teori, untuk ujung jari, ambang 2 titiknya sekitar 2,3mm dan untuk tengkuk sekitar 54
mm. Apabila jumlah reseptor raba semakin banyak, katakanlah tersusun dengan padat
maka ambang 2 titik akan semakin kecil. Ambang 2 titik untuk daerah tengkuk pada
hasil percobaan menunjukkan nilai yang paling besar, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa rangsangan 2 titik pada daerah tengkuk sulit dibedakan, sedangkan pada ujung
jari menunjukkan nilai yang paling kecil sehingga dapat dikatakan bahwa rangsangan
2 titik pada ujung jari lebih mudah dibedakan oleh karena keberadaan reseptor raba
yang lebih banyak dan dengan medan reseptif ujung jari yang kecil.
C. Pembahasan Percobaan V

Perasaan Iringan (After Image/After Disharge)

Sistem saraf mempunyai sirkuit , salah satunya adalah sirkuit reverberasi atau
sirkuit bolak balik (oscilatory). Sirkuit ini dapat disebabkan oleh adanya umpan balik
positif di dalam sirkuit neuron. Umpan balik ini ditujukan untuk merangsang kembali
masukan sirkuit yang sama sehingga sirkuit itu dapat mengeluarkan letupan berulang-
ulang untuk waktu yang lama. Umpan balik positif ini dapat terjadi apabila suatu
neuron memiliki percabangan ke neuron lain yang memiliki percabangan yang
menuju kembali ke neuron sebelumnya. Adanya sirkuit reverberasi atau sirkuit bolak
balik sehingga rangsangan yang telah diteruskan oleh satu neuron kembali lagi kepada
neuron tersebut akan menimbulkan perasaan iringan (after image). Perasaan iringan
ini terjadi karena adanya impuls yang terus beredar dalam lingkaran rantai neuron
daerah yang terangsang, walaupun stimulus sudah tidak ada lagi. Itulah sebabnya, OP
masih mampu merasakan keberadaan pensil yang terselip di telinganya walaupun
pensil (atau impulsnya) sudah tidak ada.
D. Pembahasan Percobaan VI

Dalam melakukan percobaan, OP tidak menemukan kesulitan dalam


menentukan derajat kekasaran ampelas, mendeskripsikan berbagai macam benda yang
dipegangnya dengan mata tertutup dan menentukan jenis-jenis bahan pakaian yang
disediakan. Apabila OP melakukan kesalahan dalam membedakan sifat benda baik
dari segi bentuk, ukuran, berat ataupun permukaan, maka OP dapat disimpulkan
mengalami kelainan neurologis yang disebut astereognosis. Astereognosis
didefinisikan sebagai kelainan neurologis dimana seseorang tidak mampu
membedakan sifat-sifat benda yang disentuhnya dengan mata yang tertutup atau tanpa
penglihatan visual. Astereognosis digolongkan sebagai agnosia taktil dan umumnya
diasosiasikan dengan adanya lesi pada lobus parietal atau kolumna dorsalis baik dari
hemisferi kiri atau kanan dari korteks serebral.

E. Pembahasan Percobaan VII


Gerak merupakan suatu hal yang lumrah terjadi dalam hidup seorang manusia.
Sepanjang hari, kehidupan manusia tidak terlepas dari gerak. Mulai dari manusia
bangun tidur, hingga akhirnya menutup hari dengan tidur kembali, sudah banyak
sekali gerak yang dilakukan oleh manusia. Gerak itu sendiri merupakan suatu bukti
nyata bahwa di dalam tubuh manusia terjadi penghantaran impul saraf. Gerakan pada
manusia, terutama didasari oleh beredarnya impuls listrik di dalam tubuh manusia.
Sehingga bila membahas mengenai gerak, maka kita pun akan membahas pula
bagaimana mekanisme sistem saraf yang ada di dalam tubuh kita. Sistem saraf pada
manusia tersusun menjadi 2 kelompok besar, yaitu susunan saraf pusat (SSP) yang
terdiri atas otak dan medulla spinalis, dan susunan saraf tepi (SST) yang terdiri dari
serat-serat saraf yang membawa informasi antara SSP dan bagian tubuh lain (perifer).
Susunan saraf tepi terbagi lagi menjadi 2 divisi, yaitu divisi aferen yang membawa
informasi ke SSP (terutama informasi yang berkaitan dengan alat indera
manusia/rangsangan sensorik) dan divisi eferen yang membawa informasi ke organ
efektor. Divisi eferen dibagi lagi menjadi 2 bagian, yaitu sistem saraf somatik yang
mempersarafi otot rangka manusia sehingga dapat menghasilkan pergerakan dan
sistem saraf otonom yang mempersarafi otot polos dan otot jantung serta kelenjar
pada manusia. Pada sistem saraf otonom inilah, kita akan menemukan sistem saraf
simpatis dan sistem saraf parasimpatis yang bekerja antagonis atau berlawanan.
Kesemua bagian-bagian itulah yang bekerja bersama-sama dengan fungsinya masing-
masing untuk menunjang aktivitas yang dilakukan oleh manusia, baik aktivitas gerak
yang disadari maupun aktivitas yang tidak dapat dilakukan berdasarkan kemauan
sendiri. Apabila terdapat kelainan pada salah satu bagian, maka akan memperngaruhi
kinerja bagian yang lain. Apalagi, jika kelainan terdapat pada bagian yang
utama/penting maka koordinasi gerakan pada manusia akan menjadi kacau.
Selama melakukan percobaan, OP mampu menyebutkan lokasi-lokasi mana
saja yang disentuh oleh tangannya (kepala, dada, dan lutut) dan OP juga dapat dengan
mudah menyentuh telinga, hidung dan dahinya setelah mengangkat lurus lengannya.
Apabila OP melakukan kesalahan dalam percobaan ini, maka OP dapat dicurigai
mengalami kelainan neurologis yang disebut dysdiadochokinesis.
F. Kesimpulan

Percobaan I : Manusia dapat membedakan secara subjektif antara panas dan dingin
karena manusia memiliki reseptor pada tubuhnya yang dapat mengenali perbedaan
suhu dan mampu pula beradaptasi terhadap perubahan suhu
Percobaan II : Rasa panas, dingin, tekan dan nyeri memiliki bagian-bagiannya
sendiri pada kulit manusia, walaupun terkadang ada pula bagian dimana kedua jenis
rangsang dapat dirasakan.
Percobaan III : Manusia memiliki kemampuan untuk melokalisasi taktil atau
merasakan dan memastikan secara tepat dimana rangsangan diberikan di bagian
tubuhnya. Ujung jari memiliki ketepatan paling tinggi untuk melokalisasi taktil karena
ujung jari kaya akan saraf sehingga fokus terhadap rangsang yang diberikan lebih
tinggi dan akurat. Hal ini sesuai dengan homunkulus sensorik bahwa tangan memiliki
porsi saraf yang paling banyak, dengan melihat fungsi tangan yang sangat penting.
Percobaan IV : Manusia memiliki kemampuan untuk mendiskriminasikan 2 titik,
yang disebut sebagai two-point discrimination. Ambang 2 titik yang terkecil dapat
ditemukan pada ujung jari sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ujung jari
memiliki medan reseptif yang kecil dengan komposisinya yang kaya akan saraf.
Sedangkan, pemisahan 2 titik di tengkuk lebih sulit dibedakan.
Percobaan V : Reseptor melakukan adaptasi terhadap rangsangan yang berupa
tekanan, getaran ataupun sifat fisik benda sehingga ketika rangsang ditiadakan, maka
rangsang masih dapat dirasakan. Fenomena inilah yang disebut sebagai perasaan
iringan/ikutan (After Image/ After Discharge)
Percobaan VI : OP dapat membedakan derajat kekasaran amplas, mendeskripsikan
bentuk benda-benda yang disediakan, dan dapat menyebutkan sifat bahan pakaian
yang dirabanya, hal ini dikarenakan adanya reseptor kinaesthesia, yang membuat
manusia dapat membeda-bedakan benda tanpa memerlukan penglihatan secara visual
(mata tertutup). Reseptor tersebut juga bisa membuat sensasi raba, tekanan dan
getaran.
Percobaan VII : Kerja saraf yang normal akan menghasilkan penghantaran impuls
dari SSP ke organ motorik dengan lancar, sehingga koordinasi gerak dan juga
pengenalan sikap dapat dilakukan dengan mudah tanpa kesulitan berarti.
Mekanisme Sensorik

Kelompok C7

Claudia Kristina / 10-2011-003 (Ketua Kelompok)

Alvin Anthonius Paulus / 10-2011-020

Febriany Gotamy / 10-2011-075

Dhita Aprilia Anjoti / 10-2011-140

Kevin Giovanno / 10-2011-208

Grace Stephanie Manuain / 10-2011-266

Puspa Mayanovi Jonnarita Paulus / 10-2011-351

Eifraimdio Paisthalozie / 10-2011-384

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Alamat Korespondensi :

Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510

No. Telp (021) 5694-2061, e-mail : eternaldoom_10@yahoo.co.id

Tahun Ajaran 2011/2012

Anda mungkin juga menyukai