Anda di halaman 1dari 6

Dasar Teori

Sistem Pernapasan Pada Manusia

Manusia membutuhkan zat asam (O2) secara terus-menerus. Selain itu CO2 yang merupakan
hasil metabolisme juga harus secara terus-menerus dikeluarkan dari tubuh. agar kedua proses itu
terjadi, maka harus ada pertukaran gas antara tubuh dengan atmosfir. Pertukaran gas ini disebut
respirasi. Dalam arti kata yang lebih luas, respirasi meliputi pertukaran gas antara atmosfir
dengan paru-paru yang dikenal dengan istilah pernapasan, transport O2 dari paru-paru ke sel-sel
jaringan dan transport CO2 dari sel-sel jaringan ke paru-paru, dan yang terakhir adalah
penggunaan O2 oleh sel-sel jaringan yang disebut respirasi sel (Waluyo, 2006: 257).

Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung O2
(oksigen) ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2
(karbondioksida) sebagai sisa dari oksidasi keluar tubuh. Penghisapan ini disebut inspirasi dan
menghembuskan disebut ekspirasi (Syaifuddin, 2006: 192). Dari berbagai makhluk hidup ada
makhluk yang tak membutuhkan oksigen dari udara sebagai oksidator, disebut bernapas secara
anaerobis (tanpa udara), untuk makhluk hidup yang membutuhkan oksigen sebagai oksidator zat
makanan untuk menghasilkan energi disebut bernapas secara aerobis (dengan udara).
(Yatim,1987:223)

Peran respirasi adalah untuk mengelola pertukaran oksigen dan karbondioksida antara udara dan
darah. Untuk melakukan pertukaran gas, sistem kardiovaskular dan sistem respirasi harus bekerja
sama. Sistem kardiovaskular bertanggung jawab untuk perfusi darah melalui paru-paru
sedangkan sistem pernapasan melakukan dua fungsi terpisah yaitu ventilasi dan respirasi
(Handoko, 2001: 30).

Sistem pernapasan dibentuk oleh susunan organ-organ, yaitu hidung, faring, laring, trakea,
bronkus, dan paru. Bagian-bagian tersebut dapat dikategorikan berdasarkan struktur ataupun
fungsinya. Secara structural, system pernapasan dibagi menjadi dua: (1) sistem pernapasan atas
yang terdiri dari hidung, faring, dan struktur disekitarnya. (2) Sistem pernapasan bawah yang
terdiri dari laring, trakea, bronkus, dan paru. Secara fungsional, sistem pernapasan juga dibagi
menjadi dua bagian: (1) zona konduksi yang merupakan tuba dan kavitas baik di dalam maupun
di luar paru yang saling berhubungan satu sama lainnya. Zona ini meliputi hidung, faring, laring,
trakea, bronkus, bronkiolus, dan bronkiolus terminale yang fungsinya antara lain, memfiltrasi,
menghangatkan, dan melembabkan udara yang masuk ke dalam paru-paru. (2) Zona respirasi
yang merupakan jaringan yang terdapat di dalam paru di mana pertukaran gas terjadi. Zona ini
meliputi bronkiolus respiratori, duktus alveolaris, sakus alveolaris, dan alveoli. (Yatim, 1986 :
169)

Mekanisme Pernapasan Manusia


Dalam respirasi, umumnya terdiri atas inspirasi dan ekspirasi. Alat-alat yang mendukung
respirasi adalah: paru-paru dan salurannya, diafragma, tulang iga, otot-otot perut, dan rongga
dada. Pada saat inspirasi diafragma kontraksi, maka diafragma akan tertarik ke bawah sehingga
menekan isi perut, rongga dada menjadi luas, tekanan dalam rongga dada mengecil sehingga
terjadi udara dari atmosfir masuk ke dalam paru-paru. Dengan adanya keelastisitasan paru-paru
untuk menarik kembali diafragma dalam posisi relaksasi maka rongga dada menjadi kecil
volumenya kembali, saat inilah terjadi ekspirasi. (Yatim, 1986 : 170)

Gambar 1 . Mekanisme pernapasan manusia

Sumber : (Tortora, 2012)

Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukan udara (inspirasi) dan pengeluaran
udara (ekspirasi) maka mekanisme pernapasan dibedakan atas dua macam, yaitu pernapasan
dada dan pernapasan perut. Pernapasan dada dan perut terjadi bersamaan.
Pernapasan dada

Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antar tulang rusuk. Mekanismenya
dapat dibedakan sebagai berikut.

1) Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot antar tulang rusuk sehingga rongga
dada membesar, akibatnya tekana dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di
luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.

2) Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antara tulang
rusuk ke posisi semula yang diikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi
kecil. Sehingga akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan
luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya carbondioksida keluar.

Pernapasan perut

Pernapasan perut merupakan pernapasan yang mekanismenya melibatkan aktivitas otot-otot


diafragma yang membatasi rongga perut dan rongga dada. Mekanismenya dapat dibedakan
sebagai berikut:

1) Fase inspirasi. Pada fase ini otot diafragma berkontraksi sehingga diafragma mendatar,
akibatnya rongga dada membesar dan tekanan menjadi kecil sehingga udara luar masuk.

2) Fase ekspirasi. Fase ekspirasi merupakan fase berelaksasinya otot diafragma (kembali ke
posisi semula, mengembang) sehingga rongga dada mengecil dan tekanan menjadi lebih besar,
akibatnya udara keluar dari paru-paru (Waluyo, 2006: 261-262).

Volume dan kapasitas paru

Menurut Guyton (2007) volume paru terbagi menjadi 4 bagian, yaitu:

1. Volume Tidal adalah volume udara yang diinspirasi atau diekspirasi pada setiap kali
pernafasan normal. Besarnya ± 500 ml pada rata-rata orang dewasa.
2. Volume Cadangan Inspirasi adalah volume udara ekstra yang diinspirasi setelah volume
tidal, dan biasanya mencapai ± 3000 ml.
3. Volume Cadangan Eskpirasi adalah jumlah udara yang masih dapat dikeluarkan dengan
ekspirasi maksimum pada akhir ekspirasi normal, pada keadaan normal besarnya ± 1100
ml.
4. Volume Residu, yaitu volume udara yang masih tetap berada dalam paru-paru setelah
ekspirasi kuat. Besarnya ± 1200 ml.

Kapasitas paru merupakan gabungan dari beberapa volume paru dan dibagi menjadi empat
bagian, yaitu:
1. Kapasitas Inspirasi, sama dengan volume tidal + volume cadangan inspirasi. Besarnya ±
3500 ml, dan merupakan jumlah udara yang dapat dihirup seseorang mulai pada tingkat
ekspirasi normal dan mengembangkan paru sampai jumlah maksimum.
2. Kapasitas Residu Fungsional, sama dengan volume cadangan inspirasi + volume residu.
Besarnya ± 2300 ml, dan merupakan besarnya udara yang tersisa dalam paru pada akhir
eskpirasi normal.
3. Kapasitas Vital, sama dengan volume cadangan inspirasi + volume tidal + volume
cadangan ekspirasi. Besarnya ± 4600 ml, dan merupakan jumlah udara maksimal yang
dapat dikeluarkan dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimal dan
kemudian mengeluarkannya sebanyak-banyaknya.
4. Kapasitas Vital paksa (KVP) atau Forced Vital Capacity (FVC) adalah volume total dari
udara yg dihembuskan dari paru-paru setelah inspirasi maksimum yang diikuti oleh
ekspirasi paksa minimum. Hasil ini didapat setelah seseorang menginspirasi dengan
usaha maksimal dan mengekspirasi secara kuat dan cepat.
5. Volume ekspirasi paksa satu detik (VEP1) atau Forced Expiratory Volume in One
Second (FEV1) adalah volume udara yang dapat dikeluarkan dengan ekspirasi maksimum
per satuan detik. Hasil ini didapat setelah seseorang terlebih dahulu melakukakn
pernafasan dalam dan inspirasi maksimal yang kemudian diekspirasikan secara paksa
sekuat-kuatnya dan semaksimal mungkin, dengan cara ini kapasitas vital seseorang
tersebut dapat dihembuskan dalam satu detik. (Ganong, 1995)
6. Kapasitas Paru Total, sama dengan kapasitas vital + volume residu. Besarnya ± 5800ml,
adalah volume maksimal dimana paru dikembangkan sebesar mungkin dengan inspirasi
paksa.Volume dan kapasitas seluruh paru pada wanita ± 20 – 25% lebih kecil daripada
pria, dan lebih besar pada atlet dan orang yang bertubuh besar daripada orang yang
bertubuh kecil dan astenis (Guyton, 2007).

Gambar 2. Spirogram dari volume dan kapasitas paru


Sumber : (Tortora, 2012).

Faktor Yang Mempengaruhi Kapasitas Paru-Paru

1. Umur
Seiring pertambahan umur, kapasitas paru-paru akan menurun. Kapasitas paru
orang berumur 30 tahun ke atas rata-rata 3.000 ml sampai 3.500 ml, dan pada mereka
yang berusia 50-an tentu kurang dari 3.000 ml. Kapasitas paru-paru yang sehat pada laki-
laki dewasa bisa mencapai 4.500 ml sampai 5.000 ml atau 4,5 sampai 5 liter udara.
Sementara itu, pada perempuan, kemampuannya sekitar 3 hingga 4 liter (Tjandra Yoga
Aditama, Kompas.co.id : 2005).
Pertambahan usia akan mempengaruhi banyak aspek di system pernapasan.
Dengan penuaan, otot-otot respirasi akan melemah dan dinding dada akan menjadi lebih
rigid dikarenakan menurunnya elastisitas dari kartilago kosta dan kosta. Jaringan di
traktus respiratorius, seperti sakus alveolaris, juga akan menjadi kurang elastis dan
menyebabkan penurunan kapasitas fungsional paru.
2. Jenis Kelamin
Wanita memiliki ukuran paru, fungsi dan kapasitas paru, diameter saluran pernapasan,
dan permukaan difusi udara yang lebih kecil daripada pria bahkan setelah
memperhitungkan perbedaan komposisi tubuh. Perbedaan ini menyebabkan wanita
memiliki expiratory flow yang terbatas serta kerja otot pernapasan yang lebih berat
daripada pria pada saat melakukan aktivitas fisik.
3. Suhu Tubuh
Hal ini berhubungan dengan proses metabolisme tubuh, Kebutuhan energi dengan suhu
tubuh berbanding lurus. Artinya semakin tinggi suhu tubuh maka kebutuhan energy
semakin banyak pula sehingga kebutuhan oksigen semakin banyak.
4. Kegiatan tubuh
Orang yang banyak melakukan kegiatan frekuensi pernapasannya akan meningkat karena
akan lebih banyak memerlukan energi. Dibandingkan dengan orang yang melakukan
sedikit kegiatan, jelas frekuensi pernapasannya akan lebih rendah karena lebih sedikit
memerlukan energi. (Waluyo,2010:242)
Setelah bekerja berat seperti berlari atau olahraga, maka laju pernapasan akan lebih cepat.
Pada saat menghembuskan nafas sejumlah CO2 dilepaskan. (Waluyo,1993:44)
5. Posisi Tubuh
Pada saat berdiri frekuensi pernapasan lebih besar, karena energi yang digunakan
untuk menopang tubuh lebih banyak. Pada posisi duduk, frekuensi pernapasan lebih
menurun, karena energi yang digunakan untuk menyangga tubuh merata oleh tubuh.
Semakin banyak otot yang berkontraksi ketika mempertahankan posisi tubuh,
maka akan membuat lebih membutuhkan banyak energi dan meningkatkan laju
pernapasan. Hal ini menyebabkan saat berdiri irama napas akan semakin cepat bila
dibandingkan saat duduk.
Frekuensi pernapasan meningkat saat berjalan atau berlari dibandingkan posisi
diam. Frekuensi pernapasan posisi berdiri lebih cepat dibandingkan posisi duduk.
Frekuensi pernapasan posisi tidur terlentar lebih cepat dibandingkan posisi tengkurap.

Anda mungkin juga menyukai