Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelaksanan discharge planning sudah menjadi unsur yang penting dalam

pelayanan keperawatan.Menurut Potter & Perry (2006) pelaksanaan discharge planning

dalam keperawatan merupakan alat yang digunakan untuk mengidentifikasi serta

mempersiapkan kebutuhan pasien setelah pemulangan dari rumah sakit.Ketika

pelaksanaanya efektif,tentunya akan meningkatkan pengetahuan pasien,mengurangi

kunjungan ulang kerumah sakit,serta mengurangi biaya perawatan ( Slaganfall,1992).

Profesionalisasi keperawatan merupakan proses dinamis dimana profesi yang

telah terbentuk mengalami perubahan dan perkembangan karakteristik sesuai dengan

tuntutan profesi dan kebutuhan masyarakat ( Nursalam , 2011 ).Perawat merupakan salah

satu tenaga kesehatan yang mempunyai konstribusi besar dalam meningkatkan pelayanan

kesehatan.Perawat sebagai pemberi jasa keperawatan merupakan ujung tombak

pelayanan,karena perawat selama 24 jam berada di dekat pasien dan keluarga.Dalam

tugasnya perawat juga berperan sebagai : kolaborator , konselor ,change agent , peneliti ,

dan pendidik ( Nursalam , 2011 ).

Perawat sebagai pendidik merupakan suatu upaya yang sangat penting diterapkan

dalam pelayanan kesehatan untuk meningkatkan kesehatan.Meningkatnya kesehatan

merupakan indikasi dari adanya perubahan perilaku dan meningkatnya pengetahuan dari

pendidikan kesehatan yang diberikan.Dalam menjalankan perannya sebagai

pendidik,perawat juga menjadi bagian dari discharge planning ( perencanaan pulang )

atau bisa disebut discharge planner.


Discharge planning adalah (perencanaan pulang) serangkaian keputusan dan

aktivitas-aktivitasnya yang terlibat dalam pemberian asuhan keperawatan yang kontinu

dan terkoordinasi ketika pasien dipulangkan dari lembaga pelayanan kesehatan (Potter &

Perry, 2005:1106). Menurut Kozier (2004), mendeskripsikan discharge planning sebagai

proses mempersiapkan pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang

lain di dalam atau di luar suatu agen pelayanan kesehatan umum. The Royal Marsden

Hospital (2004) dalam Siahaan (2009:10) menyatakan bahwa discharge planning

merupakan proses mengidentifikasi kebutuhan pasien dan perencanaannya dituliskan

untuk memfasilitasi keberlanjutan suatu pelayanan kesehatan dari suatu lingkungan ke

lingkungan lain.

Perawat sebagai salah satu team discharge planning,dan sebagai discharge planner

perawat mengkaji setiap pasien dengan mengumpulkan dan menggunakan data yang

berhubungan untuk mengidentifikasi masalah actual dan potensial, menentukan tujuan

dengan atau bersama pasien dan keluarga, memberikan tindakan khusus untuk

mengajarkan dan mengkaji secara individu dalam mempertahankan atau memulihkan

kembali kondisi pasien secara optimal dan mengevaluasi kesinambungan Asuhan

Keperawatan.

Discharge planning sebaiknya dilakukan sejak pasien diterima di suatu pelayanan

kesehatan di rumah sakit dimana rentang waktu pasien untuk menginap semakin

diperpendek ( Sommerfeld,2001 dalam Rahmi,2011:10).Discharge planning yang efektif

seharusnya mencakup pengkajian berkelanjutan untuk mendapatkan informasi yang

komprehensif tentang kebutuhan pasien yang berubah-ubah,pernyataan diagnose

keperawatan,perencanaan untuk memastikan kebutuhan pasien sesuai dengan apa yang


dilakukan oleh pemberi layanan kesehatan ( Kozier,2004 ).Kegagalan dalam memberikan

dan mendokumentasikan perencanaan pulang akan beresiko terhadap beratnya penyakit,

ancaman hidup, dan disfungsi fisik. Berkaitan dengan hal itu menurut Supratmo (2006).

Berdasarkan hasil penelitian Okatiranti ( 2015 ) tentang “Gambaran Pengetahuan

Dan Sikap Perawat Dalam Pelaksanaan Discharge Planning Pada Pasien Diabetes

Mellitus Type II” menyatakan bahwa sebagian besar perawat mempunyai pengetahuan

yang kurang dan setengahnya tidak mendukung pelaksanaan discharge planning.

Pengetahuan perawat tentang discharge planning bertujuan untuk meningkatkan

kontinuitas perawatan,meningkatkan kualitas perawatan dan memaksimalkan manfaat

sumber pelayanan kesehatan.Discharge planning dapat mengurangi hari rawatan

pasien,mencegah kekambuhan,meningkatkan perkembangan kondisi kesehatan pasien

dan menurunkan beban perawatan pada keluarga dapat dilakukan melalui discharge

planning ( Naylor,1990 ).Dan menurut Mamon et al ( 1992 ),pemberian discharge

planning dapat meningkatkan kemajuan pasien,membantu pasien untuk mencapai

kualitas hidup optimum sebelum dipulangkan.

Discharge planning yang tidak baik dapat menjadi salah satu factor yang

memperlama proses penyembuhan di rumah.Keberhasilan tindakan discharge planning

member kepastian bahwa pasien mampu melakukan tindakan perawatan lanjutan setelah

meninggalkan rumah sakit ( Perry & Potter , 2006 ).

Di Indonesia semua pelayanan keperawatan di rumah sakit,telah merancang

berbagai bentuk format discharge planning,namun discharge planning kebanyakan

dipakai hanya dalam bentuk pendokumentasian resume pasien pulangjadwal control,gizi

yang harus dipenuhi selama dirumah.Dalam discharge planning diperlukan komunikasi


yang baik dan terarah sehingga apa yang disampaikan dapat dimengerti dan berguna

untuk perawatan di rumah ( Nursalam , 2009 ).

Hasil penelitian Blacius Dedi ( 2013 ) tentang “Gambaran Pelaksanaan Discharge

Planning Oleh Perawat Pada Klien Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Bhayangkara

Sartika Asih Bandung”menyatakan bahwa pelaksaan discharge planning dengan nilai

persentase baik 17,4 %,cukup 52,2% dan kurang 30,4% yang berarti masih belum semua

kegiatan dilakukan,baik itu dalam tahap pengkajian ,perencanaan,pelaksanaan dan

evaluasi.

Wawancara dengan perawat ruang RSUD Jambak menyatakan bahwa discharge

planning pada klien di ruang kebanyakan dilakukan hanya untuk kelengkapan

administrative resume pulang pasien.Pemberian informasi hanya berkisar tentang

informasi waktu control,cara minum obat.Informasi ini diberikan dengan sangat terbatas

pada keluarga pasien saat akan pulang,bukan dikemas dalam format pendidikan

kesehatan yang memadai.Perawat menganggap pengisian lembar discharge planning

merupakan rutinitas yang biasa dilakukan sehari-hari.

Berdasarkan fenomena diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul hubungan antara pengetahuan perawat dengan pelaksanaan discharge planning di

ruang rawat inap rsud jambak pasaman barat.

Anda mungkin juga menyukai