KELOMPOK IV
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1.3.Peta Lokasi
Lokasi Sondir
x =-3°44’61,56”LS y= 114°84’03,39” BT
Lokasi Handboring
x = 3°44’60,71’’ , y = 114°84’02,40’’
1.5.Praktikan
1. Rizka Dewantari H1A113032
2. Fathur Rahman H1A113050
3. Gilang Satria H1A113051
4. Hana Regina Carelia H1A113053
5. Ikhwanul Ikhsan H1A113054
6. Puspa Sari H1A113063
BAB II
SONDIR
(ASTM D 3441-86)
2.1.Tujuan
a. Untuk mengetahui perlawanan penetrasi konus dan hambatan lekat
pada setiap kedalaman tanah
b. Untuk menentukan lekat dan kedalaman tanah keras
2.2.Teori Dasar
Percobaan ini digunakan untuk menentukan daya dukung ujung (end
bearing) dan perlawanan keliling (friction I adhesive resistance) dari tanah
untuk perencanaan pondasi dan struktur geoteknik, selain itu percobaan ini
sangat praktis untuk mengetahui dengan tepat dan cepat letak kedalaman
lapisan tanah keras bahkan dengan mengevaluasi nilai rasio gesekan
(friction ratio) dapat pula dideskripsikan dengan jenis tanah per
lapisannya, pada penggunaan friction sleeve atau adhesion jacket type
(bikonus) atau nilai konus dan hambatan lekat keduanya dapat diukur.
Hasil penyelidikan ini dinyatakan dalam benuk grafis, nilai konus
digambar dalam kg/cmdinyatakan dalam benuk grafis, nilai konus
digambar dalam kg/cm2 dan hambatan lekat (skin friction) digambar
sebagai jumlah untuk kedalaman yang bersangkutan dengan per cm
keliling, yaitu dalam kg/cm.
Perlawanan penetrasi konus adalah perlawanan tanah terhadap ujung
konus yang dinyatakan dalam gaya persatuan luas. Hambatan lekat adalah
perlawanan geser tanah terhadap selubung bikonus dalam gaya persatuan
panjang.
Untuk menentukan letak dna banyaknya titik bor dan sondir suatu
proyek ditentukan oleh jenis dan karakteristik struktur bangunan atas yang
direncanakan, keanekaragaman struktur geologi dan kondisi topografi
daerah setempat serta lokasi atau daerah yang dianggap praktis.
2.3.Peralatan
a. Sondir ringan (1,5 ton)
b. Seperangkat pipa sondir, lengkap dengan batang dalam, sesuai
kebutuhan. Panjang masing-masing pipa 1 meter.
c. Bikonus
d. Dua buah angkur dan ambang besi sebagai pedal.
e. Dua buah manometer, pengukur dengan tahanan masing-masing 0 – 50
kg/cm2 dan 0 – 150 kg/cm2.
f. Waterpass
g. Kunci-kunci pipa, alat-alat pembersih, oli, minyak hidrolik (Castro/ oli
SAE 10).
2.4.Prosedur Percobaan
a. Bersihkan tanah temopat percobaan dari rumput, kayu, dan materilal
lain yang menggangu. Kemudian datarkan tanah.
b. Tenamkan kedua buah angkur ke dalam tanah secara kuat dengan jarak
1 – 1,5 m satu sama lain di tempat yang akan diselidiki. Letakan mesin
sondir dan atur kedudukannya pada plat penahan sedemikian rupa
sehingga vertikal. Gunakan waterpass untuk memastikan tegak atau
tidaknya mesin.
c. Berikan oli SAE 10 ke tabung minyak hidrolik pada mesin sondir
sampai penuh, pastikan tidka ada gelembung udara tersisa dalam
tabung. Berikan lapisan putih perekat pipa pada ujung pipa agar
penutup tidak mudah lepas. Kemudian tutup dengan rapat.
d. Bikonus dipasang pada ujung pipa sondir, kemudian dipasang dengan
mesin sondir.
e. Lakukan penetrasi dengan memutar engkol pemutar sampai kedalaman
20 cm, dan titik nol sondir ditandai setiap 20 cm.
f. Dari titik tetap engkol diputar secara konstan, pada saat ujung konus
turun ke dalam tanah kira-kira 4 cm, lakukan pembacaan manometer.
Cetak sebagai pembacaan penetrasi konus (qc).
𝐹 = 𝐹
Stang Dalam
13.5 mm.
36.0 mm.
50.5 mm.
Disambung pada
Pipa Sondir
36.0 mm.
98.0 mm.
Selubung Pengukur
Hambat Lekat
BIKONUS
32.0 mm. 100.0 mm.
4.0 mm.
60.0 30.0 mm.
36.0 mm.
Contoh perhitungan :
Misal untuk kedalaman (d) = 0,20 m
C = 40 kg/cm2
C+F = 30 kg/cm2
20
F = (40 - 30) x = 20 kg/cm
10
Misal untuk kedalaman (d) = 0,40 m
C = 20 kg/cm2
C+F = 25 kg/cm2
20
F = (25-20) x = 10 kg/cm
10
Jumlah hambat lekat :
Ftotal = 20 + 10 = 30 kg/cm
Perhitungan selanjutnya dapat dilihat ditabel 2.1.
Kedalaman C C+F F F total
(m) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2)
0 0 0 0 0
0,2 30 40 20 20
0,4 20 25 10 30
0,6 1 3 4 34
0,8 20 30 20 54
1,0 20 30 20 74
1,2 20 30 20 94
1,4 20 30 20 114
1,6 40 50 20 134
1,8 10 20 20 154
2,0 10 20 20 174
2,2 10 20 20 194
2,4 10 20 20 214
2,6 15 30 30 244
2,8 20 30 20 264
3,0 25 35 20 284
3,2 30 40 20 304
3,4 15 30 30 334
3,6 20 30 20 354
3,8 30 40 20 374
4,0 20 30 20 394
4,2 20 30 20 414
4,4 15 30 30 444
4,6 20 25 10 454
4,8 20 30 20 474
5,0 20 30 20 494
5,2 25 35 20 514
5,4 15 30 30 544
5,6 15 30 30 574
5,8 20 40 40 614
6,0 15 30 30 644
6,2 15 20 10 654
6,4 10 20 20 674
6,6 15 25 20 694
6,8 15 25 20 714
7,0 15 25 20 734
7,2 15 30 30 764
7,4 20 30 20 784
7,6 20 35 30 814
7,8 25 30 10 824
8,0 25 40 30 854
8,2 30 40 20 874
8,4 35 50 30 904
8,6 45 50 10 914
8,8 30 50 40 954
9,0 20 30 20 974
9,2 30 40 20 994
9,4 30 40 20 1014
9,6 30 40 20 1034
9,8 50 70 40 1074
10,0 20 40 40 1114
Dari tabel 2.1, dapat dibuat grafik perbandingan Ftotal dan C terhadap
kedalaman penetrasi konus sebagai berikut
2.6.Kesimpulan
Dari hasil pembacaan pada Manometer yang dilakukan ternyata
sampai pada kedalaman 15.8 meter yang mendapatkan konus maksimum
yaitu sebesar 180 kg/cm2. Dari keseluruhan didapatkan jumlah hambatan
lekat tanah (F total) terbesar yaitu 2174 kg/cm yang berada pada
kedalaman 15,8 meter.
2.7.Sketsa Lokasi
BAB III
HANDBORING
(ASTM D 1452-65)
3.1.Tujuan
a. Untuk mengetahui keadaan lapisan tanah dan jenis tanah tiap
kedalaman tertentu secara visual.
b. Pengambilan contoh tanah tak terganggudan terganggu pada
kedalaman tertentu untuk penyelidikan lebih lanjut di laboratorium.
3.2.Teori Dasar
Contoh tanah asli dapat diperoleh dengan menggunakan tabung
sampel (tube sampler), tabung belah (split spoon sampler), ataupun contoh
tanah berbentuk kubus (boxes sampler).
Terdapat dua cara pengambilan contoh tanah, yaitu dengan pembuatan
sumur uji (test pit) dan pemboran dangkal/ tangan (shallow/handboring).
Dalam kegiatan ini tidak termasuk pengambilan tanah melalui pemboran
dalam (deep boring) dengan menggunakan bor mesin (boring machine).
3.3.Peralatan
a. Mata bor (posthol auger) dan pipa-pipa bor dengan panjang satu meter
yang dapat disambung satu sama lain.
b. Tabung silinder (shelby) untuk pengambilan contoh/ sampel dengan
perlengkapannya.
c. Kunci inggris, kunci pipa, dan kunci lainnya.
d. Hammer/kepala babi.
e. Stang T
f. Perlengkapan lain seperti :
- Lakban kertas (paper tape)
- Formulir profil bor
- Core Box
- Lilin dan korek api
3.4.Prosedur Percobaan
- Boring
a. Titik pengeboran harus dekat dengan lokasi penyondiran.
b. Bersihkan lokasi dari rumput-rumputan dan drat-drat pad stang.
c. Pasang mata bor pada pipa dengan kuat.
d. Tanamkan bor pada titik pengeboran yang telah ditentukan
dengan memutar stang sambil memberi pemberat agar mata bor
masuk ke dalam tanah
e. Pengeboran dilakukan pada setiap kedalaman 20 cm atau kira-
kira mata bor sudah terisi tanah. Kemudian mata bor dicabut
dari tanah dikeluarkan untuk dideskripsikan.
f. Ulangi pengeboran sampai kedalaman maksimal yang
dikehendaki.
g. Jika menggunakan casing, casing dibenamkan tidak boleh
melebihi permukaan tanah yang telah di bor.
h. Penentuan Muka Air Tanah (MAT)
- Tanah pasir : ditentukan 30 menit setelah boring selesai
- Lanau : 24 jam setelah boring selesai
- Lempung : 24 jam setelah boring selesai
- Pengambilan Sample Tanah
a. Ambil contoh tanah asli pada kedalam yang telah ditetapkan
dengan menggunakan tabung yang telah ditetapkan dengan
menggunakan tabung yang telah disediakan dengan jalan
ditumbuk dengan hammer/kepala babi sampai tabung penuh.
Tabung diperkirakan penuh dengan medengarkan bunyinya
yang padat.
b. Tabung penuh dikeluarkan, kemudian pada kedua ujungnya
diconngkel 2 cm dan ditutup lilin agar kelembaban sampel
tidak berubah.
3.5.Pengolahan Data
Kedalaman Pengeboran
(m) Simbol Deskripsi Tanah Sampel
0,0 LANAU agak keras, warna cokelat tua sampai cokelat,
0,2 lepas
0,4 LEMPUNG KERIKILAN agak keras, cokelat kekuningan,
0,6 agak lepas
0,8 LEMPUNG KERIKILAN agak keras, cokelat kejinggan,
agak lepas
1,0 LEMPUNG KERIKILAN agak kenyal, cokelat agak
kemerahan
1,2 LEMPUNG KEPASIRAN agak kenyal, cokelat
1,4 kemerahan; masih tersisa butiran pasir saat tanah
ditambahkan air
1,6
1,8 Sampel UDS
2,0
2,2 LEMPUNG KEPASIRAN agak kenyal, merah kekuningan;
2,4 masih terasa sisa butiran pasir saat tanah ditambahkan air
2,6
2,8 Sampel UDS
3,0
LEMPUNG KEPASIRAN agak kaku, merah kekuningan,
3,2 pasir mulai tidak ditemukan, hampir seperti lempung
sesungguhnya.
3,4
3,6
Sampel UDS
3,8
4,0
4,2
4,4
Keterangan :
Sample tanah tak terganggu
3.6. Kesimpulan
Dari hasil pengambilan sample dengan hand boring dapat diketahui
bahwa tanah terdiri dari beberapa lapisan dengan karakter berbeda.
Dd Dl
D ra iv e H ea d
P a lu
P ip a P em u ta r
B a ta n g P e m u t a r
B atang b or
S tic k A p p a r a n t
Iw a n A u g o r
T ab u ng C ontoh
G a m b a r 2 . P E R A L A T A N H A N D B O R IN G
BAB IV
PEMERIKSAAN KADAR AIR
(ASTM D 2216-71)
4.1 Tujuan
Percobaan ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air.
4.2 Teori Dasar
Yang dimaksud dengan kadar air tanah adalah perbandingan antaran berat air
yang terkandung dalam massa, terhadap berat butiran tanah (tanah kering)
dalam persen.
4.3 Peralatan
a. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu sampai 110 ± 5 °C
b. Neraca O’hauss/timbangan dengan ketelitian 0,001 gram
c. Container
d. Pisau perata
4.4 Prosedur Percobaan
a. Ambil contoh tanah asli (undisturbed sampel) dam masukkan ke dalam tiga
buah kontainer yang telah ditimbang sebelumnya dan diberi label (contoh I,
contoh II, contoh III).
b. Masing-masing container yang telah diisi contoh tanah, ditimbang dan
dicatat.
c. Selanjutnya kontainer-kontainer tersebut dimasukan kedalam oven selama 24
jam pada temperatur lebih kurang 110° Celsius atau sampai beratnya konstan.
d. Setelah dioven selama 24 jam, container + tanah tersebut ditimbang dan
dicatat.
Beberapa hal yang harus diperhatikan selama percobaan :
1. Untuk masing-masing contoh tanah harus dipakai kontainer yang diberi label
dan tidak oleh sampai tertukar.
2. Untuk setiap benda uji diambil tiga sampel, sehingga kadar air dapat diambil
rata-rata.
3. Agar pengeringan dapat berjalan sempurna, maka susunan benda uji di dalam
oven harus diatur sehingga pengeringan tidak terganggu serta saluran udara
harus terbuka.
4.5 Pengolahan Data
a. Kadar air tanah dapat dihitung sebagai berikut :
- Berat kontainer + tanah basah = W1 gram
- Berat kontainer + tanah kering = W2 gram
- Berat kontainer = W3 gram
b. Ketiga data di atas diperoleh melalui percobaan.
c. Maka kadar air dapat dihitung dengan : ω = (W1 – W2)/(W2 – W3) *
100 %
4.6 Kesimpulan
Hasil menujukkan bahwa kadar air tanah adalah sebesar 34,79%. Hal ini
menunjukkan bahwa tanah yang dijadikan sampel tergolong dalam Soft Clay
(Lempung Lunak).
BAB V
BERAT VOLUME
(ASTM D 2937-83)
5.1. Tujuan
Untuk mengetahui berat isi tanah (ɣ) dalam keadaan tak terganggu
(undisturbed).
5.3. Peralatan
a. Ring silinder dengan berat dan volume tertentu.
b. Minyak pelumas
c. Pisau perata
d. Nearca O’hauss / timbangan dengan ketelitian 0,001 gram
Ring No. 1 2 3
1. W ring + W
wet gr 164,81 172,03 179,88
2. W ring gr 55,68 56,57 63,79
3. V wet = V
ring cmᶟ 53,79 53,79 53,79
4. W wet = (1) - (2) gr 109,13 115,46 116,09
5. ɣm = (4) / (3) gr/cmᶟ 2,03 2,15 2,16
ɣm rata-rata gr/cmᶟ 2,11
Va udara Wa
V
V V air Ww W
Vs tanah Ws
𝑊 = 𝑊𝑤 + 𝑊𝑠 = 113,56 𝑔𝑟
𝑊 𝑊
𝜔= × 100% → 0,3479 =
𝑊 𝑊−𝑊
0,3479 (113,56 − 𝑊 ) = 𝑊
0,3479 (113,56 − 𝑊 ) = 𝑊
39,507524 − 0,3479𝑊 = 𝑊
39,51
𝑊 = = 29,31 𝑔𝑟
1,3479
Berat jenis air = 1 gr/cm3
𝑊 = 29,31 gr
𝑊 = 𝑊−𝑊
𝑊 = 113,56 – 29,31 = 84,25 𝑔𝑟
Karena berat jenis air = 1 gr/cm3, maka :
𝑊 84,25
𝑉 = = = 31,55 𝑐𝑚
𝐺 ×𝛾 2,67 × 1
𝑉 = 𝑉 − 𝑉 = 53,79 − 31,55 = 22,24 𝑐𝑚
Menghitung void ratio (e)
𝑉 22,24
𝑒= = = 0,413
𝑉 31,55
Menghitung porositas (n)
𝑉 22,24
𝑛= = = 0,705
𝑉 53,79
Derajat Kejenuhan
𝑉 𝐺 ×𝛾 ×𝜔
𝑆= × 100% = × 100%
𝑉 𝑉
2,67 × 1 × 0,3479
= × 100% = 4,17%
22,24
5.7. Kesimpulan
Hasil menunjukkan bahwa berat volume tanah dalam keadaan lembab
(moist)adalah sebesar 2,11 gr/cm3. Dan berat volume tanah dalam keadaan
kering (dry) adalah sebesar 1,57 gr/cm3. Dengan banyaknya kadar air
sebesar 34,79%. Angka pori didapat sebesar 0,413. Itu berarti ruang untuk
tanah solid masih lebih besar dibandingkan ruang untuk pori-pori tanah.
Besar Porositas adalah 0,705. Ini berarti tanah memiliki pori-pori yang besar.
Dan Besar derajat Kejenuhan adalah sebesar 4,17% dan tergolong tanah
lembab.
Tabel 5.2. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Derajat Kejenuhan
Keadaan Tanah Derajat Kejenuhan S
Tanah kering 0
Tanah agak lembab > 0 - 0,25
Tanah lembab 0,26 - 0,50
Tanah sangat lembab 0,51 - 0,75
Tanah basah 0,76 - 0,99
Tanah Jenuh 1
Zuhri Imam.2012.Mekanika Tanah
BAB VI
PEMERIKSAAN BERAT JENIS TANAH
(ASTMD 854-58)
6.1 Tujuan
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk menentukan berat jenis tanah
yang mempunyai butiran yang lolos saringan no.4 dengan menggunakan
picnometer. Berat jenis tanah adalah perbandingan antara berat butir tanah
dan air suling dengan volume yang sama, pada suhu tertentu pula.
6.2 Peralatan
a) Dua buah picnometer dengan kapasitas 100 ml,
b) Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
(110+5)ºC,
c) Neraca dengan ketelitian 0,01 gram,
d) Termometer dengan ukuran (0-50)ºC dengan ketelitian 1ºC,
e) Saringan No. 40 dan penadahnya (pan),
f) Air suling,
g) Bak perendam,
h) Tungku listrik atau pompa hampa udara (vacuum 1 - 1,5 pk),
6.4 Perhitungan
Berat jenis contoh tanah dihitung sebagai berikut.
W1 W2
Gs
W4 W1 W3 W2
Dimana :
W1 = Berat picnometer (gram)
W2 = Berat picnometer + tanah kering (gram)
W3 = Berat picnometer + tanah + air (gram)
W4 = Berat picnometer air (gram)
Data yang didapat dan hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel berikut.
No. Piknometer 10 17
Berat Piknometer W1 54,83 38,76
Berat Piknometer +
W2 84,83 68,76
Tanah Kering
Berat Tanah Kering Wt = W2 - W1 30 30
Temperatur t°C 27,5 27,5
Berat Piknometer +Tanah + Air W3 157,36 183,21
Berat Piknometer + Air
W4 138,70 164,39
pada °C
Berat Jenis Pada Suhu Wt /(Wt +( W4/W3)) 2,65 2,68
Rata-rata Berat Jenis
2,66
(Gs) pada suhu t°C
Rata-rata 2,67
6.5 Kesimpulan
Dari hasil perhitungan terhadap sampel tanah yang diambil, diperoleh
nilai berat jenis (specific Gravity) tanah tersebut sebesar 2,67. Hal ini
berarti tanah tergolong ke dalam tanah lempung tak organik.
Tabel 6.2. Klasifikasi tanah berdasarkan harga Gs.
Macam Tanah Berat Jenis Gs
Kerikil 2,65 - 2,68
Pasir 2,65 - 2,68
Lanau tak organik 2,62 - 2,68
Lempung organik 2,58 - 2,65
Lempung tak organik 2,68 - 2,75
Humus 1,37
Gambut 1,25 - 1,80
Zuhri Imam.2012.Mekanika Tanah
BAB VII
VANE SHEAR TEST
(ASTMD 2457-69)
7.1 Tujuan Percobaan
Untuk menentukan tahanan geser tanah (Cu).
7.3 Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan dalam percobaan vane shear test ini
adalah sebagai berikut :
a. Alat vane shear test
b. Stang putar (stang torsi).
Hasil Perhitungan:
Dari percobaan diperoleh harga bacaan torsi (T).
Diketahui : T = 22 kg/m
D = 0,76 m
H = 0,79 m
C
, ,
, ( , ) ( )
C
, ( , ) ( , , )
C
, ,
C
,
C . /
7.6 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan yaitu mengamati simpangan jarum
yang ditunjukkan oleh dial torsi pada batang torsi maka diperoleh tahanan geser
tanah Cu sebesar 23.28 kg/m3. Hal ini membuat tanh tergolong lunak.
Tabel 7.1 Konsistensi Tanah berdasarkan harga Cu.
Kuat Geser Tanah Konsistensi Deskripsi
<12 Kpa Sangat Lunak Mudah Keluar di antara jari jika diremas
12-25 Kpa Lunak Sulit Keluar di antara jari jika diremas
Dapat ditekan masuk dengan sedikit usaha
25-50 Kpa Agak Kaku oleh ibu jari
Dapat ditekan masuk dengan tekanan oleh ibu
50-100 Kpa Kaku jari
100-200 Kpa Sangat Kaku Sulit ditekan masuk dengan kuku ibu jari
200-500 Kpa Keras Sulit ditekan masuk dengan kuku ibu jari
BAB VIII
UNCONFINED COMPRESSION TEST
(ASTMD 2166-66)
8.3 Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan dalam percobaan berat volume ini
adalah sebagai berikut :
c. Pesawat tekan bebas (unconfined compression machine)
d. Ekstruder
e. Alat pencetak sampel berbentuk silinder, dengan tinggi 2x diameter
f. Pisau tipis atau tajam.
Luas
Faktor P. Ring Kuat
Terkoreksi
Regangan Koreksi Dial/n Load P Tekan
Waktu ΔL Ac =
ε (%) Area CF (1 0,01 (kg) Bebas qu
Ao/CF (kg/cm²)
- ε) (mm)
(cm²)
0,0 0 0,00% 1,0000 18,47 0 0 0
0,5 0,36 0,39% 0,9961 18,54 4 1,3664 0,0737
1,0 0,79 0,86% 0,9914 18,63 7 2,3912 0,1284
1,5 1,19 1,29% 0,9871 18,71 10 3,4160 0,1826
2,0 1,58 1,72% 0,9828 18,79 12 4,0992 0,2181
2,5 1,98 2,15% 0,9785 18,88 14,5 4,9532 0,2624
3,0 2,34 2,54% 0,9746 18,95 17 5,8072 0,3064
3,5 2,76 3,00% 0,9700 19,04 21 7,1736 0,3767
4,0 3,12 3,39% 0,9661 19,12 24,5 8,3692 0,4378
4,5 3,5 3,80% 0,9620 19,20 29 9,9064 0,5159
5,0 3,93 4,27% 0,9573 19,29 33 11,2728 0,5843
5,5 4,31 4,68% 0,9532 19,38 37 12,6392 0,6523
6,0 4,73 5,14% 0,9486 19,47 40,5 13,8348 0,7105
6,5 5,15 5,60% 0,9440 19,57 44 15,0304 0,7682
7,0 5,55 6,03% 0,9397 19,66 47,5 16,2260 0,8255
7,5 5,95 6,47% 0,9353 19,75 50 17,0800 0,8649
8,0 6,305 6,85% 0,9315 19,83 52 17,7632 0,8958
9,0 7,11 7,73% 0,9227 20,02 54 18,4464 0,9215
10,0 7,89 8,58% 0,9142 20,20 48 16,3968 0,8116
11,0 8,68 9,43% 0,9057 20,39 30 10,2480 0,5025
Untuk tanah disturbed, Hasil Perhitungan tekanan dan regangan dapat dilihat pada
tabel 7.4.
Tabel 7.4. Data Hasil perhitungan Tekanan dan Regangan pada sampel
tanah disturbed
Luas
Faktor
Terkoreksi Kuat Tekan
Regangan Koreksi P. Ring Dial/n
Waktu ΔL Ac = Load P (kg) Bebas qu
ε (%) Area CF (1 - 0,01 (mm)
Ao/CF (kg/cm²)
ε)
(cm²)
0,0 0 0,00% 1,0000 18,47 0 0 0
0,5 0,35 0,38% 0,9962 18,54 0,1 0,0342 0,0018
1,0 0,74 0,80% 0,9920 18,62 0,2 0,0683 0,0037
1,5 1,15 1,25% 0,9875 18,70 4 1,3664 0,0731
2,0 1,52 1,65% 0,9835 18,78 6,5 2,2204 0,1182
2,5 1,97 2,14% 0,9786 18,87 10,5 3,5868 0,1900
3,0 2,36 2,57% 0,9743 18,96 13,5 4,6116 0,2433
3,5 2,77 3,01% 0,9699 19,04 17 5,8072 0,3049
4,0 3,15 3,42% 0,9658 19,12 21 7,1736 0,3751
4,5 3,56 3,87% 0,9613 19,21 25 8,5400 0,4445
5,0 3,94 4,28% 0,9572 19,30 28,5 9,7356 0,5045
5,5 4,31 4,68% 0,9532 19,38 31,5 10,7604 0,5553
6,0 4,73 5,14% 0,9486 19,47 33,5 11,4436 0,5877
6,5 5,1 5,54% 0,9446 19,55 35 11,9560 0,6114
7,0 5,51 5,99% 0,9401 19,65 37 12,6392 0,6433
7,5 5,94 6,46% 0,9354 19,74 36 12,2976 0,6228
8,0 6,33 6,88% 0,9312 19,83 34,5 11,7852 0,5942
9,0 7,12 7,74% 0,9226 20,02 32 10,9312 0,5460
10,0 7,91 8,60% 0,9140 20,21 29 9,9064 0,4902
Grafik Hubungan antara Kuat Tekan Bebas (qu) dan regangan pada
tanah undisturbed dapat dilihat pada gambar 8.1.
Undisturbed Sample
1
0,9
0,8
0,7
qu (kg/m2)
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0 2 4 6 8 10
Strain S (%)
Gambar 8.1. Grafik Hubungan Regangan dan Tekanan pada sampel tanah
Undisturbed
Grafik Hubungan antara Kuat Tekan Bebas (qu) dan regangan pada tanah
disturbed dapat dilihat pada gambar 8.2.
Disturbed Sample
0,7
0,6
0,5
0,4
qu (kg/cm2)
0,3
0,2
0,1
0
0 2 4 6 8 10
-0,1
Strain S (%)
Gambar 8.2. Grafik Hubungan Regangan dan Tekanan pada sampel tanah
Disturbed
Grafik Perbandingan antara kuat tekan bebas pada tanah undisturbed dengan tanah
disturbed dapat dilihat pada gambar 8.3.
0,4 Undisturbed
0,2 Disturbed
0
0 2 4 6 8 10
-0,2
Strain (%)
8.6 Kesimpulan
Dari sampel tanah yang diamati diperoleh :
Berdasarkan hasil percobaan didapatkan kesimpulan kekuatan tekan bebas
untuk contoh tanah yang bersifat kohesif, dalam keadaan asli (undisturbed) adalah
sebesar 0,9215 kg/cm2 sedangkan dalam keadaan terganggu (disturbed) adalah
sebesar 0,6433 kg/cm2. Sehingga didapat nilai Sensitivity sebesar 1,432 , hal ini
berarti tanah termasuk dalam golongan tanah Sensitivity dengan kisaran 1 – 2
(sensitivitas rendah.) Oleh karenanya maka kekuatan tanah pada sampel
mempunyai sifat yang tidak mudah berkurang akibat adanya kerusakan structural
pada tanah tersebut.
Sensitivitas Klasifikasi
1 Tidak Sensitif
1–2 Sensitivitas rendah
2–4 Sensitivitas sedang
4–8 Sensitif
8 – 16 Sensitivitas ekstra
>16 Quick
(Hary Christady H, 2010)
BAB IX
ATTERBERG LIMIT
(ASTMD 2166-80)
B. Dasar Teori
Batas cair adalah nilai kadar air dimana tanah dalam keadaan antara cair
dan plastis.
C. Peralatan
a. Alat uji batas cair standar(Casagrande)
b. Grooving tool(Alat pembuat alur)
c. Container
d. Palu karet
e. Saringan No.40
f. Plat kaca ukuran 30x30 cm2
g. Peralatan lainnya untuk pengukuran kadar air(Oven dan neraca)
h. Air suling dengan tabung airnya
D. Prosedur Percobaan
Cara biasa
Untuk tanah permukaan ambil tanah yang kering udara(Air Dry),
remah dengan pisau karet lalu saring dengan ayakan no.40
sebanyak ±100 gram. Sedangkan untuk tanah undisturbed sampel
dari tabung langsung diuji.
Tanah permukaan yang lolos ayakan no.40 ditumpuk di atas plat
kaca diberi air sedikit demi sedikit sehingga menjadi adonan atau
N = jumlah ketukan
LL = Wn . (N/25)0,12
E. Pengolahan Data
Dari Hasil percobaan diperoleh data dan hasil perhitungan kadar air
yang dimuat pada table 9.2.1 berikut.
Tabel 9.2.1. Data Hasil percobaan dan Perhitungan Kadar Air
Langkah Pengujian Hasil Perhitungan
Jumlah Ketukan 10 17 27 34
Nomor Cawan 59 (1) 3 (2) 4 (3) 30 (4)
Berat Cawan W1 9,49 9,81 9,42 8,93
Berat Cawan + Tanah Basah W2 29,61 30,25 35,59 31,39
Berat Cawan + Tanah Kering W3 22,94 23,9 28,21 25,52
Berat Air Ww = W2 - W3 6,67 6,35 7,38 5,87
Berat Tanah Kering Ws = W3 - W1 13,45 14,09 18,79 16,59
ω = Ww/Ws ×
Kadar Air
100% 49,59% 45,07% 39,28% 35,38%
Dari Hasil Data tersebut diplot ke grafik untuk mencari besar kadar air pada
ketukan ke-25.
51,00%
49,59%
50,00%
49,00%
48,00%
47,00% 45,07%
46,00%
45,00%
44,00%
43,00%
42,00% 40,40%
41,00% 39,28%
40,00%
39,00%
38,00%
37,00% 35,38%
36,00%
35,00%
34,00%
33,00%
32,00%
31,00%
30,00%
10 15 20 25 30 35 40
Gambar 9.2.1. Grafik Plot Kadar Air Ketukan ke-25
Akhirnya didapatkan besarnya kadar air pada ketukan ke-25 adalah sebesar
40,40%. Jadi LL = 40,40%.
B. Dasar Teori
Batas plastis adalah nilai kadar air dimana tanah dalam keadaan di
antara plastis dan semi padat. Hasil dari percobaan ini di gabung
dengan hasil pemeriksaan batas cair untuk menghitung indeks
plastisitasnya(PI). PI merupakan perbedaan antara batas cair dan batas
plastis suatu tanah, yang dirumuskan dengan:
PI=LL – PL
Dimana PI = Plastic Index
LL = Liquid Limit(Batas cair)
PL = Plastic Limit(Batas plastis)
C. Peralatan
a. Plat kaca 45x45x0,9 cm
b. Palu karet ayakan no.40(0,42 mm)
c. Kontainer
d. Rol atau alat pengukur
e. Peralatan pengukuran kadar air(Oven dan neraca)
f. Air suling dengan tabung airnya
D. Prosedur Percobaan
Untuk tanah permukaan tanah yang telah dikeringkan dalam
keadaan kering udara(Air Dry), dihaluskan dengan palu karet,
kemudian disaring dengan ayakan no.40. Sedangkan untuk tanah
undisturbed sampel dari tabung langsung diuji.
Tanah permukaan yang lolos dari saringan no.40 kemudian
diletakkan di atas plat kaca, diberi air, diaduk sehingga membentuk
seperti bola(±8 gram). Tanah undisturbed dari tabung sampel yang
telah berupa adonan ditumpuk di atas pelat kaca diaduk sehingga
membentuk seperti bola(±8 gram).
Setelah itu digulung dengan gulungan 80-90 gulungan permenit(1
gulungan=1 kali gulungan ke depan + 1 kali gulungan ke belakang
atau ke posisi awal).
Pada saat diameter gulungan sampai 1/8 inch potong-potong bagian
gulungan menjadi 6 atau 8 bagian.
Lalu bagian-bagian tali disatukan dan dibentuk lagi menjadi
bola(elips) dan kemudian digulung lagi.
E. Pengolahan Data
Harga kadar air yang merupakan batas plastis diperoleh dengan cara
yang sama seperti percobaan kadar air yaitu:
Kadar air =
Dari Hasil percobaan diperoleh data dan hasil perhitungan kadar air yang dimuat
pada table 9.2.2. berikut.
Tabel 9.2.2. Data Hasil percobaan dan Perhitungan Kadar Air Batas
Plastis.
B. Dasar Teori
Suatu tanah akan mengalami penyusutan apabila air yang dikandungnya
secara perlahan-lahan hilang dari dalam tanah. Dengan hilangnya air
secara terus menerus, tanah akan mencapai suatu tingkat keseimbangan
dimana penambahan kehilangan air tidak akan menyebabkan perubahan
volume. Kadar air dinyatakan dalam persen, dimana perubahan volume
suatu massa tanah berhenti didefinisikan sebagai batas susut(shrinkage
limit).
C. Peralatan
a. Evaporating disk, porselin
b. Spatula
c. Shrikage disk, datar dari porselin
d. Glass, cup, permukaan rata plat kaca
e. Graduate cylinder 25 ml, timbangan ketelitian 0,19
f. Persiapkan tanah yang lolos sarinagn no.40 sebanyak 30 gr
g. Air raksa
h. Air suling
D. Prosedur Percobaan
Letakkan contoh tanah dalam cawan dan campur dengan air suling
secukupnya untuk mengisi seluruh pori-pori tanah sehingga
menyerupai pasta, sehingga mudah diisikan ke dalam cawan
penyusut tanpa membawa serta masuk gelembung udara.
Banyaknya air yang dibutuhkan supaya tanah mudah diaduk
dengan konsistensi yang diinginkan kira-kira sama atau sedikit
lebih besar dari liquit limit. Banyaknya air yang dibutuhkan untuk
memperoleh plastis soil dengan consistency yang diinginkan,
mungkin lebih besar dari WLL(kira-kira 10% lebih besar dari
WLD).
Bagian dalam dari cawan penyusut dilapisi tipis dengan vaseline
untuk mencegah melekatnya tanah pada cawan. Contoh tanah yang
sudah dibasahi tadi, kira-kira 113 volume cawan diletakkan di
tengah-tengah cawan dan dibuat mengalur ke pinggir dengan cara
mengetuk-ngetuk cawan penyusut di atas permukaan yang kokoh
diberi bantalan beberapa lembar kertas. Kemudian setelah tanah
yang diketuk tadi menjadi padat dan semua udara yang terdapat di
dalamnya terbawa ke permukaan, tambahkan lagi 113 tanah ke
dalam cawan penyusut dan lakukan hal yang sama sampai cawan
penyusut penuh.
Setelah diratakan dan bersihkan, ditimbang dengan segera
E. Pengolahan Data
Kadar Air
W= x100%
Dimana: Ww = (A-B)gram
Ws = (B-C)gram
Shrinkage Limit
Wsl = W – x100%
Dari Hasil percobaan diperoleh data dan hasil perhitungan kadar air serta
penentuan Batas Susut (SL) yang dimuat pada table 9.2.3. berikut.
Tabel 9.2.3.Data Hasil percobaan dan Perhitungan Kadar Air Serta Penentuan
batas Susut.
Langkah Pengujian Hasil Perhitungan
9.3 Kesimpulan
Dari 3 percobaan dapat disimpulkan bahwa batas cair tanah adalah sebesar
40,40%, Batas Plastisnya adalah 22,37%, dengan Indeks Plastisitas (PI) adalah
sebesar 18,03% dan Batas Susut yang besarnya 16,02%. Maka dapat disimpulkan
bahwa tanah termasuk zona V. Tanah tersebut juga termasuk tanah plastisitas
tinggi.
Tabel 9.3.1. Sifat tanah berdasarkan harga Indeks Plastistas
Sifat Macam tanah Kohesi
PI
Inorganic clays of
I plasticity cohesionless
soil
Indeks Plastisitas
(%)
Inorganic clays of
II
medium plasticity
Hasil
Plot
Inorganic silts of
V medium compressibility
& organic silts
BAB X
ANALISA SARINGAN / SIEVE ANALYSIS
(ASTM D 2487-69)
10.1. Tujuan
a. Untuk mengetahui gradasi pembagian butiraan dari suatu contoh
tanah berbutiran kasar.
b. Untuk mengklasifikasikan tanah.
c. Untuk mengetahui koefisien keseragaman (Cu) dan koefisien gradasi
(Cc).
Koefisien gradasi :
×
10.3. Peralatan
a. Satu set saringan nomor 4, 10, 20, 40, 60, 80, 100, 200, dan PAN
(tadah).
b. Sieve shaker, yaitu pengguncang saringan mekanis.
c. Oven.
d. Neraca O’hauss / Timbangan.
e. Sikat dan kuas, untuk membersihkan saringan.
f. Palu karet, untuk memisahkan butiran tanah.
g. Air suling untuk mencuci tanah diatas No. 200.
10.6. Perhitungan
Contoh Perhitungan : Saringan No. 4
Berat tanah kering = 300 gram
Berat tanah tertahan = 4,08 gram
4,08
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛 = × 100% = 1,36 %
300
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 𝐿𝑜𝑙𝑜𝑠 = 100% − 1,36% = 98,64 %
Hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada grafik dan tabel.
10.7. Kesimpulan
Dari percobaan diatas, didapati bahwa tanah yang berada di
kedalaman 3,4 – 4,0 m yang digunakan sebagai sampel percobaan
merupakan tanah dengan gradasi dari sedang ke buruk. Karena terdiri
dari partikel yang hampir seragam, yaitu silty soil atau tanah kelanauan
BAB XI
HIDROMETER
11.1 Tujuan
Untuk menentukan pembagian butiran tanah yang lolos saringan No.
200 dan lengkung gradasinya.
11.2 Teori Dasar
Analisa hidrometer didasarkan pada prinsip sendimentasi
(pengendapan) butir-butir tanah dalam air. Bila suatu contoh tanah
dilarutkan dalam air, partikel-partikel tanah mengendap dengan
kecepatan yang berbeda-beda tergantung pada bentuk, ukuran ,dan
beratnya.
Peralatan
a. Hidrometer.
b. Gelas ukur kapasitas 100 ml dan 1000 ml.
c. Alat penumbuk.
d. Na2SO4.
e. Stopwatch.
f. Stopwatch.
g. Termometer 0 – 50°C dengan ketelitian 0,5°
h. Saringan No. 200 dan PAN.
i. Air Suling
j. Mixer.
10.8. Prosedur Percobaan
a. Ambil contoh tanah kering yang telah dioven, ditumbuk, dan diayak
di atas saringan No. 200.
b. Tanah yang lolos saringan nomor 200 diambil sebanyak 60 gram.
Kemudian diberi air suling hingga volumenya 100 ml. Kemudian
aduk dengan mixer selama 5 menit.
c. Siapkan gelas ukur 1000 ml dan masukan tanah ke dalam gelas ukur
dengan hati-hati.
d. Gelas ukur yang telah berisi tanah tadi, ditambahkan dengan 115 cc
air suling + 10 cc Na2SO4 secara perlahan-lahan,
e. Goncang gelas ukur secara perlahan-lahan, jangan sampai tanah di
dalam gelas ukur mengalami suspensi. Kemudian didiamkan selama
24 jam.
f. Setelah 24 jam, tambahkan lagi air suling hingga volumenya
mencapai 1000 ml.
g. Tutup mulut gelas ukur rapat-rapat dengan telapak tangan, lalu
jungkir-balikkan gelas ukur dengan hati-hati sampai campuran
kelihatan merata, selama kurang lebih satu menit atau 60 kali bolak-
balik. Setelah merata, gerakan tersebut dihentikan.
h. Masukan hidrometer ke dalam gelas ukur secara perlahan-lahan.
i. Pengamatan dengan hidrometer dimulai setelah hidrometer tenang
didalam gelas ukur dan pada selang waktu tertentu dikalukan
pencatatan data seperti dalam tabel yang telah tersedia. Setiap setelah
pembacaan hidrometer, amati dan catat temperatur dengan
mencelupkan termometer. Dalam melakukan pengamatan harus hati-
haati, jangan sampai menimbukan goncangan pada gelas ukur
tersebut.
10.10. Perhitungan
Contoh perhitungan :
𝑅 = 𝑅1 − 𝑅2 = 59,5 – (−3) = 62,5
𝑙
𝐷=𝑘×
𝑡
6,50
𝐷 = 0,01251 × = 0,0638
0,25
𝑅×𝑎 62,5
𝑃% = = = 1,04
𝑊𝑠 60,096
𝑃% 1,04
𝑁= × 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑙𝑜𝑙𝑜𝑠 𝑠𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑁𝑜. 200 = × 177,60
𝑃% 1,04
= 177,60
177,60
𝑁 %= × 100% = 59,02%
300
1,03
𝑁 = × 177,60 = 175,89
1,04
175,89
𝑁 %= × 100% = 58,63%
300
𝑁 = 𝑁 × 𝑁% = 177,60 × 59,02% = 104,50
Perhitungan selanjutnya terdapat pada tabel 10.1
Tabel 10.1 Tabel Perhitungan Hidrometer dengan tempertur 27.5°C
Pembacaa
n
hidrometer Persen
Wakt Pembacaan Kedala
dalam berat D (mm)
u/T hidrometer man Harga
suspensi lebih K*(L/T)^ N N% N'
(menit terkoreksi Efektif, K
dan dalam kecil P 0,5
) R = R1 – R2 L (cm)
cairan (%)
R1 R2
177,6 59,02 104,5
59,5 -3 1,04 6,50 0,01251 0,0638
0,25 62,5 0 % 0
175,8 58,63 103,1
59 -3 1,03 6,55 0,01251 0,0453
0,50 62 9 % 3
174,1 58,06 101,1
58 -3 1,02 6,65 0,01251 0,0323
1 61 8 % 3
167,3 55,78
56 -3 0,98 6,85 0,01251 0,0232 93,36
2 59 5 %
158,8 52,94
53 -3 0,93 7,10 0,01251 0,0149 84,07
5 56 2 %
145,1 48,38
48,5 -3 0,85 7,85 0,01251 0,0090 70,23
15 51,5 5 %
136,6 45,54
45 -3 0,80 8,40 0,01251 0,0066 62,21
30 48 2 %
116,1 38,71
38 -3 0,68 9,60 0,01251 0,0050 44,95
60 41 2 %
21,63
20 -3 0,38 12,50 0,01251 0,0029 64,89 14,04
240 23 %
13,09
11 -3 0,23 14,00 0,01251 0,0012 39,28 5,14
1440 14 %
Hasil Penggambaran Grafik dapat dilihat di bagian belakang pada grafik 10.1 dan
11.1.
10.11. Kesimpulan
- Standar yang digunakan adalah USCS Standard dan AAHSTO.
- Komposisi tanah.
butiran halus)
GM
(Terdapat
sejumlah
pasir – lanau bergradasi buruk kurang dari 7
Kerikil
(Tanpa/sedikit
butiran halus)
bergradasi buruk
plastisitas PI dan batas
cair LL < 2.25
Indeks Plastisitas lebih
dari 7
SC Pasir berlempung, campuran pasir – Ratio indeks
lempung. plastisitas PI dan batas
cair LL > 2.25