KELOMPOK V
BAB I
PENDAHULUAN
Keterangan:
qdl = Beban mati (kg/m)
γ bahan = Berat Volume (kg/m3)
A = Luas Penampang
3. Menentukan kondisi tanah dan nilai T sesuai Tabel 1.9 pada lokasi proyek
sesuai Pasal 4.7.6 SNI – 1726 – 2002.
Tabel 1.9 Spektrum respon gempa rencana
Tanah keras Tanah sedang Tanah lunak
Wilayah Tc = 0,5 det Tc = 0,6 det Tc = 1,0 det
gempa
Am Ar Am Ar Am Ar
1 0,10 0,05 0,13 0,08 0,20 0,20
2 0,30 0,15 0,38 0,23 0,50 0,50
3 0,45 0,23 0,55 0,33 0,75 0,75
4 0,60 0,30 0,70 0,42 0,85 0,85
5 0,70 0,35 0,83 0,50 0,90 0,90
6 0,83 0,42 0,90 0,54 0,95 0,95
(Sumber : Tabel 6 SNI – 1726 – 2002)
4. Menentukan percepatan puncak batuan dasar dan percepatan puncak muka
tanah sesuai zona wilayah gempa dengan melihat Tabel 1.10 (Pasal 4.7.6 SNI
1726 ‐2002)
Tabel 1.10 Percepatan puncak batuan dasar dan percepatan puncak tanah
untuk masing-masing Wilayah Gempa Indonesia
Percepatan Percepatan puncak muka tanah A0 (‘g’)
Wilayah Puncak
Tanah Tanah Tanah Tanah
Gempa Batuan
Keras Sedang Lunak Khusus
Dasar (‘g’)
1. 0.03 0.04 0.05 0.08
Diperlukan
2. 0.10 0.12 0.15 0.20
evaluasi
3. 0.15 0.18 0.23 0.30
khusus di
4. 0.20 0.24 0.28 0.34
setiap
5. 0.25 0.28 0.32 0.36
lokasi
6. 0.30 0.33 0.36 0.38
Tabel 1.11 Faktor keutamaan I untuk berbagai kategori gedung dan bangunan
Faktor Keutamaan
Kategori gedung
I1 I2 I
Gedung umum seperti untuk penghunian,
1,0 1,0 1,0
perniagaan dan perkantoran
Monumen dan bangunan monumental 1,0 1,6 1,6
Gedung penting pasca gempa seperti rumah
sakit, instalasi air bersih, pembangkit tenaga
1,4 1,0 1,4
listrik, pusat penyelamatan dalam keadaan
darurat, fasilitas radio dan televisi.
Gedung untuk menyimpan bahan berbahaya
seperti gas, produk minyak bumi, asam, bahan 1,6 1,0 1,6
beracun.
Cerobong, tangki di atas menara 1,5 1,0 1,5
Sumber: SNI 1726 ‐2002. Pasal 4.1 tabel 1
6. Menentukan nilai faktor reduksi gempa (R) dengan menggunakan tabel 2 SNI
1726-2002.
7. Menghitung nilai keseluruhan berat sendiri struktur perlantai.
𝑞𝑠𝑡𝑟𝑢𝑘𝑡𝑢𝑟 = 𝑊 × ℎ (1.7)
Keterangan : q struktur = berat sendiri strukutr
W = berat lantai
h = tinggi bangunan perlantai
8. Menghitung periode natural sesuai dengan ketentuan SNI 1726-2002 pasal
4.7.6 untuk SRTM Beton dengan menggunakan persamaan 3.8.
T = 0.0731(H)3/4 (1.8)
untuk nilai T ≤ Tc maka nilai C ditentukan dengan
C = Am (1.9)
Untuk nilai T > Tc maka nilai C ditentukan dengan
C = Ar / T (1.10)
Dengan nilai Ar ditentukan dengan rumus
Ar = Am x Tc (1.11)
Untuk wilayah Banjarmasin yang termasuk zona wilayah gempa 1 maka
untuk menentukan respon spektrum gempa rencana dengan menggunakan
Gambar 1.3.
1 2
dan lebar balok diambil − H, dimana H adalah tinggi balok.
2 3
1 1
Sedangkan tebal untuk balok prategang adalah: h = . L s.d. .L
18 20
1.3.2 Kolom
Kolom merupakan komponen struktur bangunan atas yang berfungsi
menopang beban tekan vertikal dan meneruskan beban seluruh bangunan ke
fondasi.
P Nu Nu
σ=F Fu = F=
F Fu
dimana:
σ = daya dukung tanah (t/m2)
P = beban (ton)
F = luas penampang kolom (m2)
Nu = beban per kolom (ton)
Fu = tegangan batas rata-rata (t/m2)
Nu = n . UG . A
dimana:
n = banyak lantai
UG = satuan beban gravitasi (1,2DL + 1,6LL)
A = luas penampang beban (m2)
Fu = 0,65 [0,85 fc’(1-p) + p.fy)]
fc’ = tekanan hancur beton
Jika jumlah lantai ≥ 30 lantai dipakai mutu beton sebesar 27 MPa
Jika jumlah lantai ≥ 20 lantai dipakai mutu beton sebesar 18,7 MPa
Jika jumlah lantai < 20 lantai dipakai mutu beton sebesar 14,5 MPa
p = persentase tulangan kolom, untuk lantai dasar maksimal 8%, untuk
lantai tingkat minimal 1%
0,65 = faktor reduksi untuk tekuk
fy = tegangan leleh baja tulangan dipakai 3200 kg/cm2
1.3.3 Pelat
Penentuan tebal pelat satu arah berdasarkan SNI 03-2847 2002 pasal
11.5.2 tabel 8, yaitu:
Tebal minimum (h) untuk satu ujung menerus dan termasuk pelat masif satu
arah: h = Ln/24
Penentuan tebal pelat dua arah berdasarkan SNI 03-2847-2002 pasal 11.5.3,
yaitu:
45o 45o
Lx Ly
45o
45o
Ly Ly
(a) (b)
be be
hf
ln
bw bw
Section Properties:
Balok T:
be
1 tp
yt
h
yc hw = h - tp
2
b
w
12 12 (2.35)
Balok L:
be
yt 1 tp
yc
2
bw b = be - bw