Anda di halaman 1dari 20

PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL 1 (HSKB-631)

KELOMPOK V

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Dasar Perancangan


Perancangan bangunan berdasarkan peraturan yang berlaku yaitu SNI 03-
2847-2002 tentang Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan
Gedung, perencanaan bangunan tahan gempa berdasarkan SNI 03-1726-2002, dan
Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung 1987.

1.2 Pembebanan Pada Struktur Bangunan Atas


Pembebanan pada bangunan bertingkat sangat penting dalam suatu
perencanaan karena pembebanan tersebut akan mempengaruhi analisa struktur
perancangan. Beban-beban yang mempengaruhi perhitungan tersebut antara lain:
a. Beban mati (dead loads)
b. Beban hidup (live loads)
c. Beban angin (wind loads)
d. Beban gempa (earthquake loads)
1.2.1 Beban Mati
Beban mati adalah beban yang memiliki berat konstan dan berada pada
posisi yang sama setiap saat. Beban ini terdiri atas berat sendiri struktur dan beban
lain yang ada pada struktur secara permanen. Beban mati terdiri atas berat rangka,
dinding, lantai, atap, plumbing. Perkiraan besarnya beban mati dapat diambil
berdasarkan Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung 1987
(PPPURG 1987) tabel 2.1.
Perhitungan beban mati yang akan digunakan adalah dengan menggunakan
rumus:

qdl = γ bahan x A (1.1)

Keterangan:
qdl = Beban mati (kg/m)
γ bahan = Berat Volume (kg/m3)
A = Luas Penampang

ACHYAT YULIANTO ADI S.


NOVIEANI
JUNIOR ELIEZER
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL 1 (HSKB-631)
KELOMPOK V

Tabel 2.1 Beban mati untuk komponen gedung


Baja 7850 kg/m3
Batu alam 2600 kg/m3
Batu belah, batu bulat, batu
1500 kg/m3 (berat tumpuk)
gunung
Batu karang 700 kg/m3 (berat tumpuk)
Batu pecah 1450 kg/m3
Besi tuang 7250 kg/m3
Beton 2200 kg/m3
Beton bertulang 2400 kg/m3
Kayu 1000 kg/m3 (kelas I)
(kering udara sampai
Kerikil, koral 1650 kg/m3
lembab, tanpa diayak)
Pasangan bata merah 1700 kg/m3
Pasangan batu belah, batu bulat,
2200 kg/m3
batu gunung
Pasangan batu cetak 2200 kg/m3
Pasangan batu karang 1450 kg/m3
(kering udara sampai
Pasir 1600 kg/m3
lembab)
Pasir 1800 kg/m3 (jenuh air)
(kering udara sampai
Pasir kerikil, koral 1850 kg/m3
lembab)
(kering udara sampai
Tanah, lempung dan lanau 1700 kg/m3
lembab)
Tanah, lempung dan lanau 2000 kg/m3 (basah)
Timah hitam / timbel 11400 kg/m3
(sumber: PPPURG 1987)

1.2.2 Beban Hidup


Beban hidup adalah beban yang terjadi akibat fungsi pemakaian gedung
seperti beban-beban pada lantai yang berasal dari barang-barang yang dapat
berpindah, mesin-mesin serta peralatan yang tak dapat dipisahkan dari gedung dan
dapat diganti. Beban hidup yang diambil pada perancangan ini berdasarkan pada
Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Rumah dan Gedung Tahun 1987 (PPURG
tahun 1987) tabel 1.2.

ACHYAT YULIANTO ADI S.


NOVIEANI
JUNIOR ELIEZER
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL 1 (HSKB-631)
KELOMPOK V

Tabel 1.2 Beban hidup


1 Lantai dan tangga rumah tinggal 200 kg/m2 (kecuali yang disebut pada no.
2)
2 Lantai dan tangga rumah tinggal 125 kg/m2
sederhana
Gudang-gudang selain untuk
toko, pabrik, bengkel
3 Sekolah, ruang kuliah 250 kg/m2
Kantor
Toko, toserba
Restoran
Hotel, asrama
Rumah sakit
4 Ruang olahraga 400 kg/m2
5 Ruang dansa 500 kg/m2
6 Lantai dan balkon dalam dari 400 kg/m2 (mesjid, gereja, ruang
ruang pertemuan pagelaran/rapat, bioskop dengan
tempat duduk tetap)
2
7 Panggung penonton 500 kg/m (tempat duduk tidak
tetap/penonton yang berdiri)
2
8 Tangga, bordes, tangga dan gang 300 kg/m (no. 3)
9 Tangga, bordes, tangga dan gang 500 kg/m2 (no. 4, 5, 6, 7)
10 Ruang pelengkap 250 kg/m2 (no. 3, 4, 5, 6, 7)
11 Pabrik, bengkel, gudang 400 kg/m2 (minimum)
Perpustakaan, ruang arsip, toko
buku
Ruang alat dan mesin
12 Gedung parkir bertingkat
800 kg/m2
- lantai bawah
- lantai atas 400 kg/m2

13 Balkon yang menjorok bebas 300 kg/m2 (minimum)


keluar
(sumber : PPURG 1987)

1.2.3 Beban Angin


Beban angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian
gedung yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara. Dalam perancangan

ACHYAT YULIANTO ADI S.


NOVIEANI
JUNIOR ELIEZER
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL 1 (HSKB-631)
KELOMPOK V

gedung bertingkat tinggi perancangan ini mengacu pada American Society of


Civil Engineering (ASCE).
1. Menentukan kriteria tipe bangunan (ASCE 7-05 pasal 6.5.1).
2. Menentukan kecepatan angin dasar (V) (ASCE 7-05 Pasal 6.5.4).
3. Menentukan velocity pressure.

1.2.4 Beban Gempa


Beban gempa adalah semua beban statik ekuivalen yang bekerja pada
gedung atau bagian gedung yang mendapat pengaruh dari gerakan tanah akibat
gempa tersebut. Pengaruh gempa pada struktur gedung ditentukan berdasarkan
suatu analisa dinamik, maka dapat disimpulkan bahwa beban gempa disini adalah
gaya-gaya di dalam struktur tersebut yang terjadi oleh gerakan tanah akibat gempa
tersebut. Permodelan pada perhitungan beban gempa terdiri atas arah gempa
terhadap sumbu X dan arah gempa terhadap sumbu Y.
Tahapan-tahapan dalam perhitungan beban gempa adalah:
1. Menentukan informasi dasar tentang perencanaan gedung berupa tinggi
bangunan, tinggi lantai dasar, tinggi tipikal lantai dasar, dimensi kolom,
dimensi balok, tebal pelat lantai, kuat tekan beton, dan kuat tarik baja, dan
beban-beban dasar yang bekerja yaitu berupa beban mati dan beban hidup.
2. Menentukan zona lokasi gempa pada gedung yang akan direncanakan sesuai
dengan Gambar 1.2 menurut peraturan SNI – 1726 – 2002 pasal 4.7.4.

ACHYAT YULIANTO ADI S.


NOVIEANI
JUNIOR ELIEZER
Sumber : SNI – 1726 – 2002 pasal 4.7.4. Gambar 2.1.
Gambar 1.2. Zona peta gempa Indonesia
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL 1 (HSKB-631)
KELOMPOK V

3. Menentukan kondisi tanah dan nilai T sesuai Tabel 1.9 pada lokasi proyek
sesuai Pasal 4.7.6 SNI – 1726 – 2002.
Tabel 1.9 Spektrum respon gempa rencana
Tanah keras Tanah sedang Tanah lunak
Wilayah Tc = 0,5 det Tc = 0,6 det Tc = 1,0 det
gempa
Am Ar Am Ar Am Ar
1 0,10 0,05 0,13 0,08 0,20 0,20
2 0,30 0,15 0,38 0,23 0,50 0,50
3 0,45 0,23 0,55 0,33 0,75 0,75
4 0,60 0,30 0,70 0,42 0,85 0,85
5 0,70 0,35 0,83 0,50 0,90 0,90
6 0,83 0,42 0,90 0,54 0,95 0,95
(Sumber : Tabel 6 SNI – 1726 – 2002)
4. Menentukan percepatan puncak batuan dasar dan percepatan puncak muka
tanah sesuai zona wilayah gempa dengan melihat Tabel 1.10 (Pasal 4.7.6 SNI
1726 ‐2002)
Tabel 1.10 Percepatan puncak batuan dasar dan percepatan puncak tanah
untuk masing-masing Wilayah Gempa Indonesia
Percepatan Percepatan puncak muka tanah A0 (‘g’)
Wilayah Puncak
Tanah Tanah Tanah Tanah
Gempa Batuan
Keras Sedang Lunak Khusus
Dasar (‘g’)
1. 0.03 0.04 0.05 0.08
Diperlukan
2. 0.10 0.12 0.15 0.20
evaluasi
3. 0.15 0.18 0.23 0.30
khusus di
4. 0.20 0.24 0.28 0.34
setiap
5. 0.25 0.28 0.32 0.36
lokasi
6. 0.30 0.33 0.36 0.38

5. Menentukan faktor keutamaan bangunan sesuai dengan fungsinya sesuai


dengan (Tabel 1.11 Pasal 4.1.2 SNI 1726 ‐2002.

ACHYAT YULIANTO ADI S.


NOVIEANI
JUNIOR ELIEZER
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL 1 (HSKB-631)
KELOMPOK V

Tabel 1.11 Faktor keutamaan I untuk berbagai kategori gedung dan bangunan
Faktor Keutamaan
Kategori gedung
I1 I2 I
Gedung umum seperti untuk penghunian,
1,0 1,0 1,0
perniagaan dan perkantoran
Monumen dan bangunan monumental 1,0 1,6 1,6
Gedung penting pasca gempa seperti rumah
sakit, instalasi air bersih, pembangkit tenaga
1,4 1,0 1,4
listrik, pusat penyelamatan dalam keadaan
darurat, fasilitas radio dan televisi.
Gedung untuk menyimpan bahan berbahaya
seperti gas, produk minyak bumi, asam, bahan 1,6 1,0 1,6
beracun.
Cerobong, tangki di atas menara 1,5 1,0 1,5
Sumber: SNI 1726 ‐2002. Pasal 4.1 tabel 1

6. Menentukan nilai faktor reduksi gempa (R) dengan menggunakan tabel 2 SNI
1726-2002.
7. Menghitung nilai keseluruhan berat sendiri struktur perlantai.
𝑞𝑠𝑡𝑟𝑢𝑘𝑡𝑢𝑟 = 𝑊 × ℎ (1.7)
Keterangan : q struktur = berat sendiri strukutr
W = berat lantai
h = tinggi bangunan perlantai
8. Menghitung periode natural sesuai dengan ketentuan SNI 1726-2002 pasal
4.7.6 untuk SRTM Beton dengan menggunakan persamaan 3.8.
T = 0.0731(H)3/4 (1.8)
untuk nilai T ≤ Tc maka nilai C ditentukan dengan
C = Am (1.9)
Untuk nilai T > Tc maka nilai C ditentukan dengan
C = Ar / T (1.10)
Dengan nilai Ar ditentukan dengan rumus
Ar = Am x Tc (1.11)
Untuk wilayah Banjarmasin yang termasuk zona wilayah gempa 1 maka
untuk menentukan respon spektrum gempa rencana dengan menggunakan
Gambar 1.3.

ACHYAT YULIANTO ADI S.


NOVIEANI
JUNIOR ELIEZER
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL 1 (HSKB-631)
KELOMPOK V

Sumber : SNI – 1726 – 2002 gambar 2


Gambar 1.3. Respon spektrum gempa rencana wilayah 1

9. Menentukan nilai Base Shear (Vb) dengan menggunakan rumus :


𝐶𝐼𝑊𝑡
𝑉𝑏 = (1.12)
𝑅
Keterangan: Vb : Base shear
C : faktor respon gempa
I : faktor keutamaan gedung
Wt : berat total gedung
R : faktor reduksi gempa
10. Menentukan gaya lateral ekuialen (Fx) dengan mengunakan rumus:
(𝑉𝑏 )𝑊𝑥 𝐻𝑥
𝐹𝑥 = ∑ 𝑊𝑖 𝐻𝑖
(1.13)

Perbandingan tinggi dengan panjang denah dalam arah pembebanan gempa


apabila kurang dari 3 maka perlu ada beban horisontal terpusat sebesar 0,1 Vb di
lantai tingkat paling atas.

ACHYAT YULIANTO ADI S.


NOVIEANI
JUNIOR ELIEZER
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL 1 (HSKB-631)
KELOMPOK V

2.2.5 Kombinasi Pembebanan


Agar struktur dan komponen struktur memenuhi syarat kekuatan dan layak
pakai terhadap bermacam-macam kombinasi beban, maka harus dipenuhi
ketentuan dari faktor berikut:
1. Jika struktur atau komponen struktur hanya menahan beban mati D saja, maka
dirumuskan:
U = 1,4D (1.14)
2. Jika berupa kombinasi beban mati D, beban hidup L, dan juga beban atap A
atau beban hujan R, maka dirumuskan:
U = 1,2D + 1,6L + 0,5(A atau R) (1.15)
3. Jika berupa kombinasi beban mati D, beban hidup L, dan beban angin W,
maka diambil pengaruh yang besar dari dua macam rumus berikut:
U = 1,2D + 1,0L ± 1,6W + 0,5(A atau R) (1.16)
U = 0,9D ± 1,6W (1.17)
4. Jika pengaruh beban gempa E diperhitungkan dalam perencanaan, maka
diambil pengaruh yang besar dari dua macam rumus berikut:
U = 1,2D + 1,0L ± 1,0E (1.18)
U = 0,9D ± 1,0E (1.19)

1.3 Preliminary Design


1.3.1 Balok
Balok merupakan struktur bangunan atas yang berfungsi menopang beban
di atasnya seperti beban pelat lantai. Berdasarkan SNI 03-2847-2002 pasal 11.5.2
tabel 8, tebal minimum untuk balok non prategang dengan berat jenis beton
normal (Wc = 2400 kg/m3) dan mutu tulangan BJ 40 (fy = 400 MPa) adalah :
h ≥ L/16 → untuk perletakan dua tumpuan.
h ≥ L/18,5 → untuk perletakan satu ujung menerus.
h ≥ L/2 → untuk perletakan kedua ujung menerus.
h ≥ L/8 → untuk struktur kantilever.
1
Diambil: Balok Lantai = h = 12 . L
1
Balok Atap = h = 18 . L

ACHYAT YULIANTO ADI S.


NOVIEANI
JUNIOR ELIEZER
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL 1 (HSKB-631)
KELOMPOK V

1 2
dan lebar balok diambil − H, dimana H adalah tinggi balok.
2 3
1 1
Sedangkan tebal untuk balok prategang adalah: h = . L s.d. .L
18 20
1.3.2 Kolom
Kolom merupakan komponen struktur bangunan atas yang berfungsi
menopang beban tekan vertikal dan meneruskan beban seluruh bangunan ke
fondasi.
P Nu Nu
σ=F Fu = F=
F Fu

dimana:
σ = daya dukung tanah (t/m2)
P = beban (ton)
F = luas penampang kolom (m2)
Nu = beban per kolom (ton)
Fu = tegangan batas rata-rata (t/m2)
Nu = n . UG . A
dimana:
n = banyak lantai
UG = satuan beban gravitasi (1,2DL + 1,6LL)
A = luas penampang beban (m2)
Fu = 0,65 [0,85 fc’(1-p) + p.fy)]
fc’ = tekanan hancur beton
Jika jumlah lantai ≥ 30 lantai dipakai mutu beton sebesar 27 MPa
Jika jumlah lantai ≥ 20 lantai dipakai mutu beton sebesar 18,7 MPa
Jika jumlah lantai < 20 lantai dipakai mutu beton sebesar 14,5 MPa
p = persentase tulangan kolom, untuk lantai dasar maksimal 8%, untuk
lantai tingkat minimal 1%
0,65 = faktor reduksi untuk tekuk
fy = tegangan leleh baja tulangan dipakai 3200 kg/cm2

1.3.3 Pelat
Penentuan tebal pelat satu arah berdasarkan SNI 03-2847 2002 pasal
11.5.2 tabel 8, yaitu:

ACHYAT YULIANTO ADI S.


NOVIEANI
JUNIOR ELIEZER
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL 1 (HSKB-631)
KELOMPOK V

Tebal minimum (h) untuk satu ujung menerus dan termasuk pelat masif satu
arah: h = Ln/24
Penentuan tebal pelat dua arah berdasarkan SNI 03-2847-2002 pasal 11.5.3,
yaitu:

a. Untuk αm ≤ 0,2 …………... tp min = 12 cm (pelat tanpa penebalan)

tp min = 10 cm (pelat dengan penebalan)

b. Untuk 0,2 ≤ αm ≤ 2 ………. tp min = 12 cm


fy⁄
ln( 0,8+ 1500
h≥
36+5 ß [ αm −0,2)
Panjang bentang menerus
ß=
keliling panel
Eb .Ib
α = Rata-rata
Es .Is
c. Untuk αm > 2,0 …………… tp min = 9 cm
fy⁄
ln( 0,8+ 1500)
h≥
36+9 ß

Lebar balok efektif:


Balok L: be ≤ bw + (h – tp)
be ≤ bw + 4. tp
Balok T: be ≤ bw + 2.(h – tp)
be ≤ bw + 8. tp
Nilai be diambil yang terkecil.

1.4 Perhitungan Pembebanan Portal


Kemungkinan beban yang bekerja pada portal, antara lain:
a. Beban dari pelat lantai berupa beban trapesium dan segitiga
b. Beban dari dinding berupa beban merata segiempat
c. Beban dari balok berupa beban merata segiempat
a. Beban dari pelat lantai
Pemindahan beban pelat lantai ke balok pemikul berdasarkan
penyederhanaan teori bidang retak pada pelat. Ada 2 tipe beban:
a. Beban segitiga : pada sisi yang terpendek (Lx)

ACHYAT YULIANTO ADI S.


NOVIEANI
JUNIOR ELIEZER
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL 1 (HSKB-631)
KELOMPOK V

b. Beban trapesium : pada sisi yang terpanjang (Ly)


Pembebanan pada pelat dipengaruhi oleh:
Beban mati:
Berat sendiri pelat = b * tp (kg/m2)
Berat sendiri ubin dan plesteran = ......... (kg/m2)
Berat ME = ......... (kg/m2)
+
D = …….. (kg/m2)
Beban hidup untuk lantai:
Berat manusia = ......... (kg/m2)
+
L = ......... (kg/m2)
Beban hidup untuk dak :
Berat air hujan = ......... (kg/m2)
Berat manusia = ......... (kg/m2)
+
L = ......... (kg/m2)
Beban terfaktor yang bekerja pada pelat:
U = 1.2 D + 1.6 L
- segitiga = ½ . Lx . U (kg/m) (2.20)
- trapesium = ½ . Lx . U (kg/m) (2.21)

45o 45o

Lx Ly
45o
45o
Ly Ly
(a) (b)

Gambar 2.4. Pola pembebanan pelat ( a) Trapesium (b) Segitiga

ACHYAT YULIANTO ADI S.


NOVIEANI
JUNIOR ELIEZER
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL 1 (HSKB-631)
KELOMPOK V

b. Berat Sendiri Dinding Terfaktor


Berat sendiri dinding = 1.2 . qd . ht (kg/m) (2.22)
c. Berat Sendiri Balok Terfaktor
Berat sendiri balok = 1.2 . Wc . b . (h-tp) (kg/m) (2.23)

1.4.1 Perhitungan Kekakuan


a. Kekakuan kolom
4.E.I k
Kk = (2.24)
ht
Dimana:
1 1 3
Ik = .b.h 3 = .c 2 .c1 (2.25)
12 12
ht = tinggi kolom
b. Kekakuan Balok
4.E.I b
Kb = (2.26)
Lb
Dimana:
Ib = momen inersia penampang balok T
Lb = panjang bentang balok yang ditinjau

be be
hf

ln
bw bw

Gambar 2.5. Potongan melintang balok L dan balok T

Lebar balok efektif:


Balok T: be  bw + 16.tp (2.27)
be  bw + Ln ------ Ln = La - bw (2.28)
be  ¼ .L (dengan L adalah bentang balok) (2.29)

ACHYAT YULIANTO ADI S.


NOVIEANI
JUNIOR ELIEZER
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL 1 (HSKB-631)
KELOMPOK V

Balok L: be  bw + 6.tp (2.30)


be  bw + 0,5.Ln (2.31)
be  bw + (1/12).L (dengan L adalah bentang balok) (2.32)
Nilai be diambil nilai yang terkecil.

Section Properties:
Balok T:
be

1 tp
yt

h
yc hw = h - tp
2

b
w

Gambar 2.6. Penampang melintang balok T


Letak garis netral terhadap sisi atas:
(be .t p ). 12 .t p  (bw .hw ).(t p  12 .hw )
yt  (2.33)
(be .t p )  (bw .hw )

Letak garis netral terhadap sisi bawah:


yc = h - yt (2.34)
Momen Inersia balok T:
1 1
Ib  .be .t p  (be .t p ).( y t  12 .t p ) 2  .bw .hw  (bw .hw ).(h  12 .hw  y t ) 2
3 3

12 12 (2.35)

ACHYAT YULIANTO ADI S.


NOVIEANI
JUNIOR ELIEZER
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL 1 (HSKB-631)
KELOMPOK V

Balok L:
be

yt 1 tp

yc
2

bw b = be - bw

Gambar 2.7. Penampang melintang balok L


Letak garis netral terhadap sisi atas:
(b.t p ). 12 .t p  (bw .h). 12 .h
yt  (2.36)
(b.t p )  (bw .h)

Letak garis netral terhadap sisi bawah:


yc = h - yt (2.37)
Momen Inersia balok L:
1 1
Ib  .b.t p  (b.t p ).( yt  12 .t p ) 2  .bw .h3  (bw .h).( 12 .h  yt ) 2
3
(2.38)
12 12

1.5 Analisis Struktur


Gaya-gaya dalam struktur portal dapat ditentukan dengan menggunakan
software. Software yang akan digunakan dalam tugas akhir ini adalah SAP 2000.
Program SAP 2000 merupakan suatu program yang digunakan untuk
menganalisis desain dengan menggunakan metode elemen hingga. Prinsip dasar
perhitungan analisa struktur dengan menggunakan software adalah:
1. Menyesuaikan satuan software dengan satuan perhitungan perancangan.
2. Membuat permodelan struktur bangunan
3. Menentukan material yang akan dipakai pada perancangan
4. Menentukan besar profil yang akan dipakai

ACHYAT YULIANTO ADI S.


NOVIEANI
JUNIOR ELIEZER
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL 1 (HSKB-631)
KELOMPOK V

5. Mengaplikasikan besar profil pada struktur


6. Memasukkan besar pembebanan pada struktur
7. Mengaplikasikan beban
8. Melakukan pengecekan pada permodelan struktur
9. Menjalankan software untuk mendapatkan analisa struktur
10. Melakukan pengecekan pada hasil analisa struktur langkah sebelumnya
Dasar dari perhitungan dengan software adalah metode matriks perpindahan.
Berikut langkah-langkah dari metode matriks perpindahan untuk menganalisis
struktur balok menerus dan portal tak bergoyang dengan Metode Matriks
Perpindahan:
1. Derajat Ketidaktentuan Kinematis (DKK)
Penentuan derajat ketidaktentuan kinematis berguna untuk mengetahui
banyaknya deformasi dan pengekangan pada titik-titik diskrit yang mengalami
deformasi.
2. Membuat Diagram P-X
3. Membuat diagram F-e
o
4. Matriks Momen Primer {Foi }
5. Matriks Gaya Simpul {P}
6. Matriks Statika [A]
7. Matriks Deformasi [B]
8. Kontrol [B] = [A]T
9. Matriks Kekakuan Unsur [S]
10. Matriks Perpindahan Gaya [SB]
11. Matriks Kekakuan Struktur [ASB]
12. Matriks Perpindahan Titik Hubung {X}
13. Matriks Momen Ujung {F}
14. Perhitungan Reaksi Perletakan
15. Kontrol kesetimbangan struktur
ΣM =0
ΣH = 0
ΣV = 0
16. Gambar Bidang Momen, Lintang, Normal

ACHYAT YULIANTO ADI S.


NOVIEANI
JUNIOR ELIEZER
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL 1 (HSKB-631)
KELOMPOK V

1.6 DESAIN PENULANGAN BALOK


1.6.1 Desain Tulangan Lentur Balok
 Kontrol syarat komponen beton bertulang yang berdasarkan Wilayah
Gempa
 Penulangan balok akibat momen lentur
 Kontrol syarat penulangan balok yang berdasarkan Wilayah Gempa

1.6.2 Desain Tulangan Geser Balok


 Perhitungan Gaya geser rencana (Ve) antara dua muka tumpuan yang
merupakan kombinasi terbesar momen maksimum yang mungkin
terjadi (Mpr) akibat beban gravitasi dan beban gempa arah ke kanan
dan gempa arah ke kiri.
 Perhitungan Mpr yang merupakan momen kapasitas balok dengan
tegangan tulangan sebesar fs=1,25.fy dan =1 dan dihitung
berdasarkan tulangan lentur terpasang.
𝐴𝑠 ∙ (1,25 ∙ 𝑓𝑦)
𝑎=
0,85 ∙ 𝑓𝑐′ ∙ 𝑏
𝑎
𝑀𝑝𝑟 = 𝐴𝑠 ∙ (1,25 ∙ 𝑓𝑦) ∙ (𝑑 − )
2
 Dapat diamati bahwa Ve maksimum hasil kombinasi gaya geser desain
selalu lebih besar dari Vu hasil analisa struktur.
 Perhitungan tulangan geser balok berdasarkan persyaratan pada
Wilayah Gempa.
1.6.3 Pemutusan Tulangan Balok
 Pemutusan tulangan digunakan Mpr maksimum agar diperoleh lokasi
pemutusan terbesar.
 Pemutusan tulangan dapat dilakukan cara lain sesuai pertimbangan
praktis.

ACHYAT YULIANTO ADI S.


NOVIEANI
JUNIOR ELIEZER
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL 1 (HSKB-631)
KELOMPOK V

1.7 DESAIN PENULANGAN KOLOM


1.7.1 Pengaruh Beban Gempa Orthogonal
 Efek orthogonal tidak diperhitungkan bila beban aksial oleh salah satu
arah beban gempa < 20% beban aksial maksimal kolom yang
bersangkutan

1.7.2 Penulangan Memanjang Kolom


 Kontrol syarat dimensi kolom
 Persentase tulangan kolom 1% sd. 6%

1.7.3 Persyaratan Strong Columns Weak Beam


 Kontrol syarat filosofi Capacity Design.
6
∑ 𝑀𝑒 > ∙ ∑ 𝑀𝑔
5

1.7.4 Pengekangan Kolom


 Perhitungan spasi pada daerah pengekangan di ujung-ujung kolom
sepanjang lo.

1.7.5 Penulangan Geser Kolom


 Perhitungan Gaya geser rencana (Ve) ditentukan dari kuat momen
maksimum dari setiap ujung komponen struktur yang bertemu di HBK
ybs.
 Perhitungan Gaya geser (Vu) dengan meanggap momen lentur di atas
dan di bawah kolom penyangga lantai sama, maka gaya geser desain
berdasarkan Mpr positif dan negatif dari balok-balok yang bertemu di
HBK.

1.7.6 Sambungan Lewatan Tulangan Vertikal Kolom
 Sambungan lewatan harus diletakan ditengah panjang kolom dan harus
diperhitungkan sebagai sambungan tarik

ACHYAT YULIANTO ADI S.


NOVIEANI
JUNIOR ELIEZER
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL 1 (HSKB-631)
KELOMPOK V

1.8 DESAIN HUBUNGAN BALOK-KOLOM


1.8.1 Hubungan Balok Kolom Tengah
1.8.2 Hubungan Balok Kolom Tepi

1.9 ANALISIS PONDASI


 Perhitungan pembebanan pondasi
 Perhitungan dimensi pondasi
 Perhitungan daya dukung pondasi
 Perhitungan penulangan pelat pondasi
 Penggambaran penulangan pelat pondasi

1.10 ANALISIS PENULANGAN TANGGA


 Perhitungan dimensi tangga
 Perhitungan pembebanan tangga
 Perhitungan gaya-gaya dalam tangga
 Perhitungan penulangan tangga
 Penggambaran penulangan tangga

1.11 ANALISIS MATERIAL


 Perhitungan volume beton balok, kolom, pelat, tangga, dan pondasi
 Perhitungan volume tulangan baja balok, kolom, pelat, tangga, dan
pondasi
 Perhitungan material pondasi

1.12 GAMBAR BANGUNAN


 Gambar Bangunan 3D
 Gambar Bangunan Tampak Depan
 Gambar Bangunan Tampak Samping
 Gambar Bangunan Tampak Belakang
 Gambar Denah Bangunan

ACHYAT YULIANTO ADI S.


NOVIEANI
JUNIOR ELIEZER
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL 1 (HSKB-631)
KELOMPOK V

1.13 GAMBAR PENULANGAN BALOK, KOLOM, PELAT, PONDASI,


DAN TANGGA
 Gambar Penulangan Portal Potongan Memanjang
 Detail penulangan balok dan kolom pada Portal Potongan Memanjang
 Gambar Penulangan Portal Potongan Melintang
 Detail penulangan balok dan kolom pada Portal Potongan Melintang
 Gambar Denah dan Potongan Penulangan Pelat Lantai dan Dak
 Gambar Denah dan Potongan Penulangan Pelat Pondasi
 Gambar Denah dan Potongan Penulangan Tangga

ACHYAT YULIANTO ADI S.


NOVIEANI
JUNIOR ELIEZER

Anda mungkin juga menyukai