Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN REFLEKTIF

TRANSKULTUR NURSING II

OLEH
MANIK RAPITRI
12.321.1547
A6-B

PROGRAM STUDY ILMU KEPERAWATAN


STIKes WIRA MEDIKA PPNI BALI
TAHUN AJARAN 2014
1. Apa yang sudah dipelajari dari perkuliahan Transkultural nursing II?
Ada banyak hal yang sudah saya pelajari dari pembelajaran transkultural
nursing II ini. Pelajaran ini identik dengan kebudayaan, kebudayaan
merupakan hal yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan,
nilai, bahasa, kesenian, sikap, moral, hukum, adat-istiadat, agama, dan
kebiasaan yang didapatkan dari manusia sebagai anggota masyarakat.
Pentinganya mempelajari budaya yang berbeda adalah suatu saat kita akan
menemukan klien yang memiliki budaya yang berbeda dengan kita sehingga
pada saat itu kita akan mampu menghargai perbedaan dan keragaman
budaya, mapu memberikan solusi serta mengatasi konflik dalam perawatan
terkait dengan budaya, dan bijaksana dalam menangani klien yang memiliki
budaya yang berbeda. Saya juga mempelajari hal-hal yang sangat kecil
namun sangat penting dan berarti, seperti sebagai seorang mahasiswa dan
calon perawat kita harus membudayakan culture sensitive, karena kita harus
lebih sensitive terhadap klien dan budayanya agar bisa memberikan
kenyamanan lebih pada saat memberikan asuhan atau pelayanan kepada
klien. Saya juga mempelajari stigma, dimana stigma adalah penilaian negative
atau persepsi yang negative yang dilakukan sekelompok orang terhadap
sesuatu. Stigma memberikan dampak yang negative terhadap orang yang
dikenai stigma, jika stigma ini dibiarkan saja tentunya akan mempersulit
keadaan klien. Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk mengatasi
stigma, seperti : melakukan atau memberikan edukasi kepada individu,
kelompok, keluarga, dan masyarakat terkait masalah kesehatan yang
dihadapi; melakukan pendekatan; memberikan dukungan; meningkatkan
dukungan keluarga, kelompok dan masyarakat kepada penderita. Etika juga
merupakan hal penting yang harus dipelajari, karena etika merupakan
refleksi mengenai makna kewajiban dan tanggung jawab, serta bagaimana
kita harus bertingkah laku. Saya dan teman-teman juga mendapatkan
pelajaran menganai budaya kerja dan etos kerja, dimana pelajaran ini sangat
memberikan motifasi dan membuka pikiran saya. Setiap kerja yang kita
dapatkan harus kita syukuri dan dikerjakan sepenuh hati, jangan suka
mengeluh, menunda, ataupun malas melakukan suatu pekerjaan. Ada banyak
etos kerja yang bisa kita kembangkan antara lain kerja adalah rahmat,
amanah, panggilan, aktualisasi, ibadah, seni, kehormatan, dan pelayanan.
Ada juga budaya kerja Jepang dengan konsep kaizen yang bisa kita tiru
karena konsep ini penting untuk perbaikan, konsep ini menekankan pada
proses dan bukannya hasil. Konsep kaizen ini terdiri dari lima pedoman yaitu :
seiri (bereskan) artinya bersihkan peralatan yang tidak dipakai/dokumen
yagn tidak diperlukan lagi; seiton (simpan dengan teratur) yaitu disiplin
ditempat kerja dengan melakukan penyimpanana fungsional dan membuang
waktu untuk mencari barang; seiketstu (kebersihan diri) yaitu jadikan
kebiasaan tetap bersih dan rapi pada diri sendiri; shitsuke (disiplin) yaitu
pembentukan kebiasaan dan tempat kerja yang berdisiplin; dan seiso
(bersihkan disiplin) yaitu pembentukan kebiasaan dan tempat kerja yang
berdisiplin. Saya juga mempelajari tentang standar pelayanan minimal,
kepuasan kerja serta keragaman budaya. Disini saya mempelajari tentang
pengertian dari standar pelayanan minimal tersebut, kemudian mempelajari
tentang standar pelayanan yang berbeda-beda yang dimiliki di RSU, RSUD,
serta puskesmas, serta kepuasan kerja. Standar merupakan hal yang harus
dimiliki unit terkecil yang menimbulkan budaya dan kepuasan. Kepuasan
kerja merupakan seperangkat perasaan menyenangkan atau tidaknya
pekerjaan. Terdapat beberapa teori kepuasan kerja yaitu teori
ketidaksesuaian dan teori keadilan serta teori dua factor. Hal yang perlu
dinilai dari kepuasaan kerja yaitu reability (kepercayaan), assurance
(asuransi), tangibles (kenyataan), empathy serta responsiveness (tanggung
jawab). Wawancara juga menjadi salah satu tugas yang saya dan teman-
teman dapatkan. Kami mendapatkan tugas mewawancarai orang yang
berasal dari Australia atau orang yang bekerja disana. Banyak sekali
perbedaan antara budaya di Indonesia dan di Australia baik dari segi budaya
kerja maupun cara berkomunikasinya. Di kelas saya ada 5 kelompok yang
mewawancarai 5 negara yang berbeda, ada Amerika, Australia, Eropa, China,
dan Jepang. Ternyata ke lima tempat tersebut memiliki persamaan dan
perbedaan budaya. Misalnya sama-sama menganggap taboo membicarakan
umur, status, masalah keuangan pada saat bertemu dengan orang asing dan
lain sebagainya. Intinya ketika kita bertemu dengan klien yang memiliki
budaya yang berbeda dengan kita, kita harus mampu menyesuaikan diri
dengan budaya klien, bukan klien yang menyesuaikan dengan budaya kita.
Mempelajari tentang Pengobatan Tradisional Bali yang Merakyat. Pada kuliah
ini diperkenalkan budaya bali dalam segi pengobatan. Adanya suatu
keyakinan yang kuat oleh masyarakat Bali terhadap budaya pengobatan
tradisonal karena :
a. Merupakan budaya bangsa
b. Ada sumber tertulis (USADA)
c. Pelaksananya  Balian Usada
d. Ada konsumen  masyarakat Bali

Pengobatan tradisonal dan modern memang sangat berbeda,


tetapi di jaman sekarang keduanya saling bersinergis antara satu
dengan yang lainnya karena kita lihat masyarakat masih menjaga
budaya tersebut dan hal yang penting harus dilakukan adalah
persamaan persepsi akan pentingya hal kemanusiaan dalam
menolong sesama agar terhindar jauh dari perbuatan malpraktik
dan pemahaman yang salah akan pentingya suatu kesehatan.

2. Apa hal-hal menarik yang ditemukan selama perkuliahan ?


Hal yang selalu menjadi menarik bagi saya adalah mempelajari hal-hal baru,
hal-hal yang bisa membuka pikiran dan wawasan saya mengenai
keanekaragaman budaya tiap individunya. Bisa mengetahui budaya dari
beberapa negara, apa hal yang bisa dilakukan dan apa hal yang tidak bisa
dilakukan jika bertemu klien dengan budaya yang berbeda, hal ini sangat
menyenangkan. Kedatangan pakar juga sangat bagus, karena bisa membuat
saya merasa dekat dengan budaya Jepang. Andaikan ada banyak pakar lagi
yang bisa datang dan menceritakan pengalamannya, pastilah akan sangat
menambah wawasan kita mengenai budaya keperawatan dari negara yang
bebeda. Kita juga harus menyukai apa yang kita kerjakan saat ini. Selain
kepuasan kerja terdapat juga kepuasan klien. Kepuasaan klien ini juga sangat
penting karena untuk menunjang bagaimana kita bisa menjadi perawat yang
profesional.

Anda mungkin juga menyukai