Anda di halaman 1dari 1

ABSTRAK

Hijauan merupakan sumber pakan utama bagi ternak ruminansia. Di indonesia sendiri
terdapat lebih 150 jenis spesies tanaman pakan yang telah dimanfaatkan oleh peternak baik
yang dibudidayakan maupun tersedia secara alami. Selama ini hijauan pakan di indonesia
hanya dijadikan sebagai sumber pengenyang bagi ternak dan bukan sebagai sumber nutrisi
lokal yang berkualitas dan murah. Salah satu peran strategis hijauan pakan yang perlu diteliti
lebih jauh adalah fungsinya dalam menghasilkan produk peternakan yang lebih sehat. Karena
hijauan mengandung berbagai macam komponen metabolit sekunder seperti polifenol yang
memberikan efek herbal (phytomedicine) dan mengurangi aktivitas biohidrogenasi asam-
asam lemak poli tidak jenuh (PUFA) di dalam sistem rumen sehingga berguna sebagai pakan
fungsional. Selain itu, bentuk fraksi lemak yang terdapat pada hijauan turut berkontribusi
terhadap aktivitas biohidrogenasi. Beberapa hasil penelitian mengindikasikan bahwa ternak
ruminansia yang mengkomsumsi lebih banyak hijauan menghasilkan kandungan omega-3
(asam α-linolenat) lebih tinggi dan rendah kandungan trans fatty acid pada daging dan susu
dibandingkan ternak yang lebih sedikit mengkomsumsi hijauan. Sehingga diharapkan produk
peternakan lebih sehat untuk dikomsumsi. Namun demikian, penelitian mengenai efek
pemberian berbagai jenis hijauan tropis dalam memaksimalkan kandungan PUFA pada
produk peternakan khususnya daging sapi potong serta profil aktivitasnya dalam
biohidrogenasi rumen masih perlu dilakukan kajian lebih lanjut. Oleh karena itu, dilakukan
serangkaian penelitian. Tahun I, penelitian bertujuan untuk mengetahui kandungan PUFA
(omega-3) dan sebarannya berdasarkan fraksi lemak (galaktolipid, fosfolipid dan sterol) dari
berbagai jenis hijauan tropis yang umum digunakan sebagai sumber hijauan pakan yaitu:
rumput gajah (Pennisetum purpureum), rumput bede (Brachiaria decumbens), rumput raja
(Pennisetum purpupoides), rumput benggala (Panicum maximum) dan rumput odot
(Pennisetum purpureum cv. Mott), lamtoro (Leucaena leucocephala), gamal (Glyricidia
sepium), indigofera (Indigofera zollingeriana), turi (Sesbania grandiflora) dan puero
(Pueraria phaseoloides). Pada tahun ke II, hasil percobaan pada tahun I dijadikan rujukan
untuk mengetahui tingkat proteksi PUFA dari tiap jenis hijauan tropis serta kombinasi rumput
dan legum (60 : 40%) terhadap proses biohidrogenasi rumen secara in vitro. Adapun variabel
yang diukur adalah komposisi asam-asam lemak dalam rumen, populasi mikroba, komposisi
asam lemak terbang (VFA) dan profil asam-asam lemak PUFA untuk tiap jenis spesies
hijauan dan kombinasinya setelah inkubasi. Pada tahun ke III, hasil terbaik 1, 2 dan 3 pada
percobaan tahun ke-II akan digunakan sebagai ransum percobaan serta dilakukan
perbandingan dengan ransum berbasis konsentrat dan diuji secara in vivo menggunakan
ternak sapi dengan variabel yang diukur adalah karakteristik (warna, tekstur, pH dan daya
ikat air), rasio PUFA : SFA (saturated fatty acid), komposisi PUFA (α-linolenat dan linoleat)
dan kandungan conjugated linoleic acid (CLA) daging sapi. Tujuan dari penelitian ini adalah
mampu menentukan formulasi terbaik pakan berbasis hijauan tropis untuk meningkatkan
kualitas nutrisi daging sapi sehingga layak dijadikan sebagai kategori pangan fungsional. Di
samping itu, peningkatan kualitas nutrisi daging berbasis hijauan jauh lebih ekonomis dan
adaptable bagi peternak rakyat.

Kata kunci: Hijauan tropis, PUFA, biohidrogenasi, kualitas daging

Anda mungkin juga menyukai