Anda di halaman 1dari 23

DISTOSIA BAHU

1.2 Definisi
Ketidakmampuan melahirkan bahu pada persalinan normal. Dan
merupakan suatu keadaan diperlukannya tambahan manuver obstetrik
oleh karena dengan tarikan biasa ke arah belakang pada kepala bayi tidak
berhasil untuk melahirkan bayi. Pada persalinan dengan presentasi
kepala, setelah kepala lahir, bahu tidak dapat dilahirkan dengan cara
pertolongan biasa dan tidak didapatkan sebab lain dari kesulitan tersebut
(Siswishanto, 2011).

1.3 Epidemiologi
Insiden distosia bahu sebesar 0,2-0,3% dari seluruh persalinan
pervaginam dengan presentasi kepala (Siswishanto, 2011). Sedangkan menurut
Cunningham et all insiden dari distosia 0,9% dari 11.000 persalinan
pervaginam yang dikategorikan dostosia di Toronto General Hospital (2001).
Insiden dari distosia bahu bervariasi antara 0,6 sampai 1,4% (Cunningham et all,
2006).

1.4 Etiologi

Distosia dapat disebabkan oleh :

 Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau


akibat upaya mengedan ibu (kekuatan/power)
 Perubahan struktur pelvis (jalan lahir/passage)
 Sebab pada janin meliputi kelainan presentasi/kelainan posisi, bayi besar,
dan jumlah bayi (passengger)
 Respons psikologis ibu terhadap persalinan yang berhubungan dengan
pengalaman, persiapan, budaya, serta sistem pendukung

1.5 Manifestasi Klinis

a. Ibu :

 Gelisah
 Letih
 Suhu tubuh meningkat
 Nadi dan pernafasan cepat
 Edem pada vulva dan servik
 Bisa jadi ketuban berbau

b. Janin

 DJJ cepat dan tidak teratur


 Distress janin
 Keracunan mekonium.

1.5 Faktor resiko


Menurut Siswishanto, faktor resiko dari distosia bahu antara lain sebagai
berikut (2011) :
- Persalinan post aterm
Bayi cukup bulan pada umumnya memiliki ukuran bahu yang
lebih lebar dari kepalanya, sehingga mempunyai resiko terjadi
distosia bahu
- Makrosomia (˃4000 gr)
Pada keadaan ini terdapat perbedaan ukuran badan dan bahu, dimana
perbandingan antara bahu dan kepala lebih besar dibandingkan
dengan bayi tanpa makrosomia.
- Diabetes gestational
Adanya DOPE (Diabetes, Obesity,Prolonged pregnancy,
Excessivefetal size or maternal weight gain) akan meningkatkan resiko
kejadian.

Faktor resiko lain dari distosia antara lain (Cunningham et all,


2001):

- Faktor resiko dari ibu : obesitas, multiparitas, kehamilan lewat


bulan, diabetes serta adanya riwayat distosia pada kehamilan
sebelumnya.
- Faktor janin : peningkatan berat janin

1.6 Pencegahan
Upaya pencegahan distosia bahu dan cedera yang dapat
ditimbulkannya dapat dilakukan dengan cara (Siswishanto, 2011):
- Tawarkan untuk dilakukan dengan bedah sesar pada persalinan
vaginal beresiko tinggi, janin luar biasa besar (>5 kg), janin sangat
besar (>4,5 kg) dengan ibu diabetes, janin besar (>4kg) dengan riwayat
distosia bahu pada persalinan sebelyumnya, kala ii yang memanjang
dengan janin besar.
- Identifikasi dan obati diabetes pada ibu
- Selalu bersiap bila sewaktu-waktu terjadi
- Kenali adanya distosia seawal mungkin. Upaya mengejan,
menekan suprapubis atau fundus, dan traksi berpotensi
meningkatkan risiko cedera pada janin
- Perhatikan waktu dan segera minta pertolongan begitu distosia
diketahui. Bantuan diperlukan untuk membuat posisi McRoberts,
pertolongan persalinan, resusitasi bayi, dan tindakan anestesia
(bila perlu).

1.7 Diagnosis
Distosia bahu dapat dikenali apabila didapatkan adanya
(Siswishanto, 2011):

37
- Kepala bayi sudah lahir, tetapi bahu tertahan dan tidak dapat
dilahirkan
- Kepala bayi sudah lahir, tetapi tetap menekan vulva dengan
kencang
- Dagu tertarik dan menekan perineum
- Traksi pada kepala tidak berhasil melahirkan bahu yang tetap
tertahan di kranial simfisis pubis

Begitu distosia dikenali, maka prosedur tindakan untuk


menolongnya harus segera dilakukan.
PATOFISIOLOGI

Kelainan tenaga Kelainan bentuk dan letak Kelainan jalan lahir


janin (janin besar,letsu )
Kurang pengetahuan ttg PAP sempit
cara mengejan dg benar

Kontraksi tdk sinkron


dg tenaga Janin kesulitan
melewati PAP
Tenaga cepat habis

Kesulitan persalinan/ macet

DISTOSIA

Tonus otot Partus lama Rencana


tindakan SC
Obstruksi mekanis pd Penekanan pd jalan Penekanan kepala Energy ibu Jalan lahir terpapar
penurunan janin lahir janin pd panggul terlalu lama dg Krisis situasi
hipermetabolisme udara luar
Menekan saraf Ketokolamin
Resiko cedera Resiko cedera Pathogen mudah
maternal Respon hipotalamus janin
masuk stress
Resiko kekurangan
Pengeluaran mediator nyeri vol. cairan
Resiko infeksi Ansietas
Respon nyeri

Nyeri akut
1.7 Komplikasi
Pada janin :
- Cedera pleksus brachialis, merupakan kecacatan yang paling Commented [A1]: Merupakan cedera yang terjadi pada
jaringan saraf yang mengirimkan sinyal dari tulang belakang
sering ditemukan (mencapai 2/3 kasus). kebahu, lengan dan tangan.

Cedera pleksus brachialis dapat terjadi di bagian atas ataupun


bawah dari pleksus tersbeut. Cedera ini biasanya terjadi akibat
adanya traksi pleksus brakialis ke bawah pada persalinan
dengan bahu depan.Hampir 80% kasus sembuh sempurna
dalam waktu 13 bulan, dan diantaranya yang mengalami defek
residual tidak ada yang menderiyta defisit sensorik maupun
motorik berat pada tangan.
- Fraktur tulang (clavicula dan humerus)
Fraktur clavicla relatif lebih sering terjadi, dengan insiden
sebesar 38%, sedangkan insiden untuk fraktur humerus sebesar
17%. Fraktur tulang pada umumnya dapat sembuh sempurna
tanpa sekuele, apabila didiagnosis dan diterapi dengan
memadai.
- Hipoksia yang dapat menyebabkan kerusakan permanen di otak
- Dislokasi tulang servikalis yang fatal juga bisa terjadi akibat
melakukan tarikan dan putaran pada kepala dan leher
- Komplikasi distosia bahu pada janin dapat disertai dengan
morbiditas bahkan mortalitas janin yang signifikan (Cunningham et all,
2001).

Pada ibu:

- Perdarahan post partum biasanya disebabkan oleh atonia uteri,


tapi bisa juga disebabkan oleh laserasi jalan lahir (vagina dan
cervix), ataupun tindakan episiotomi. Infeksi pada masa nifas
setelah seksio sesarea juga menjadi masalah (Cunningham et
all, 2001).

1.8 Penanganan
Saat menangani kasus distosia bahu, sebaiknya penolong ditemani
oleh seorang asisten. Jangan melakukan tarikan atau dorongan sebelum
memastikan bahwa bahu posterior sudah masuk ke oanggul. Bahu
posterior yang belum melewati pintu atas panggul akan semakin sulit
dilahirkan bila dilakukan tarikan pada kepala. Untuk mengendorkan
ketegangan yang menyulitkan bahu posterior mausk oanggul tersebut,
dapat dilakukan episiotomi yang luas, posisi McRobert, atau posisi daada-
lutut. Dorongan pada fundus juga tidak diperkenankan karena semakin
menyulitkan bahu untuk dilahirkan dan beresiko menimbulkan ruptur
uteri.Keberhasilan pertolongan persalinan dengan distosia bahu juga
ditentukan oleh waktu. Setelah kepala lahir akan terjadi penurunan pH
arteria umbulikalis dengan laju 0,04 unit/menit. Dengan demikian, bayi
yang sebelumnnya tidak mengalami hipoksia tersedia waktu 4-5 menit
untuk melakukan manuver melahirkan bahu sebelum terjadi cedera
hipoksik pada otak (Siswishanto, 2011).

Secara sistematis tindakan pertolongan distosia bahu adalah sebagai


berikut (Siswishanto, 2011):
Diagnosis

Hentikan traksi pada kepala, segera memanggil bantuan

Manuver McRobert
(Posisi McRobert, episiotomy bila perlu, tekanan suprapubic,
tarikan kepala)

Manuver Rubin
(Posisi tetap McRobert, rotasikan bahu, tekanan
suprapubic,tekanan kepala)

Lahirkan bahu posterior, atau posisi merangkak, atau manuver


Wood

a) Langkah pertama : Manuver McRobert


Dimulai dengan memosisikan ibu dalam posisi McRobert
yaitu ibu telentang, memfleksikan kedua paha sehingga lutut
menjadi sedekat mungkin ke dada, dan rotasikan kedua kaki ke
Commented [A2]: Sayatan pada bagian diantara jalan lahir bayi
arah luar (abduksi). Lakukan episiotomi yang cukup lebar. dan anus atau disebut perineum.

Gabungan episiotomi dan posisi McRobert akan mempermudah


bahu posterior melewati promontorium dan masuk ke dalam
panggul. Mintalah asisten menekan suprasimfisis ke arah posterior
menggunakan pangkal tangannya untuk menekan bahu anterior
agar mau masuk di bawah simfisis. Sementara itu lakukan tarikan
pada kepala janin ke arah posterokaudal dengan mantap.
Langkah tersebut akan melahirkan bahu anterior. Hindari
tarikan yang berlebihan karena akan mencederai pleksus
brachialis. Setelah bahu anterior dilahirkan, langkah selanjutnya
sama dengan pertolongan persalinan presentasi kepala. Manuver
ini cukup sederhana, aman, dan dapat mengatasi sebagian besar
distosia bahu derajat ringan sampai sedang (Siswishanto, 2011).

Gambar 1. Posisi McRobert (Sumber : Cunningman, Gary et all. Distosia :


Kelainan Presentasi, Posisi, dan Perkembangan Janin. Dalam
Cunningham, Gery et all. Obstetri William Edisi 21. 2001; 508)

b) Langkah kedua : Manuver Rubin


Oleh karena diameter anteroposterior pintu atas panggul
lebih sempit daripada diameter oblique atau transversalnya, maka
apabila bahu dalam anteroposterior perlu diubah menjadi posisi
oblique atau transversal untuk memudahkan melahirkannya. Tidak
boleh melakukan putaran pada kepala atau leher bayi untuk
mengubah posisi bahu. Yang dapat dilakukan adalah memutar
bahu secara langsung atau melakukan tekanan suprapubic ke arah
dorsal. Pada umumnya sulit menjangkau bahu anterior, sehingga
pemutaran bahu lebih mudah dilakukan pada bahu posteriornya.
Masih dalam posisi McRobert, masukkan tangan pada bagian
posterior vagina, tekanlah daaerah ketiak bayi sehingga bahu
berputar menjadi posisi oblique atau transversal. Lebih
menguntungkan bila pemutaran itu ke arah yang membuat
punggung bayi menghadap ke arah anterior (manuver Rubin
anterior) oleh karena kekuatan tarikan yang diperlukan untuk
melahirkannya lebih rendah dibandingkan dengan posisi bahu
anteroposterior atau punggung bayi menghadap ke arah posterior.
Ketika dilakukan penekanan suprapubic pada posisi punggung
janin anterior akan membuat bahu lebih abduksi, sehingga
diameternya mengecil. Dengan bantuan tekanan suprasimfisis ke
arah posterior, lakukan tarikan kepala ke arah posterokaudal
dengan mantap untuk melahirkan bahu anterior (Siswishanto,
2011).

c) Langkah ketiga : Melahirkan bahu posterior, posisi merangkak,


atau manuver Wood

Melahirkan bahu posterior dilakukan pertama kali dengan


mengidentifikasi dulu posisi punggung bayi. Masukkan tangan
penolong yang berseberangan dengan punggung bayi (punggung
kanan berarti tangan kanan,dsb) ke vagina. Temukan bahu
posterior, telusuri lengan atas dan buatlah sendi siku menjadi fleksi
(bisa dilakukan dengan menekan fossa kubiti). Peganglah lengan
bawah dan buatlah gerakan mengusap ke arah dada bayi. Langkah
ini akan membuat bahu posterior lahir dan memberikan ruang
cukup bagi bahu anterir masuk ke bawah simfisis. Dengan bantuan
tekanan suprasimfisis ke arah posterior, lakukan tarikan kepala ke
arah posterokaudal dengan mantap untuk melahirkan bahu
anterior.
Manfaat posisi merangkak didasarkan asumsi fleksibilitas
sendi sakroiliaka bisa meningkatkan diameter sagital pintu atas
panggul sebesar 1-2 cm dan pengaruh gravitasi akan membantu
bahu posterior melewati promontorium. Pada posisi telentang atau
litotomi, sendi sakroiliaka menjadi terbatas mobilitasnya. Pasien
menopang tubuhnya dengan kedua tangan dan kedua lututnya.
Pada manuver ini bahu posterior diklahirkan terlebih dahulu dengan
melakukan tarikan kepala.

Bahu melalui panggul ternyata tidak dalam gerak lurus,


tetapi berputar seperti uliran sekrup. Berdasarkan hal itu, memutar
bahu akan mempermudah melahirkannya. Manuver Wood
dilakukan dengan menggunakan dua jari dari tangan yang
berseberangan dengan punggung bayi (punggung kanan berarti
tangan kanan, dsb) yang diletakkan di bagian depan bahu
posterior. Bahu posterior dirotasi 180 derajat. Dengan demikian,
bahu posterior menjadi bahu anterior dan posisinya berada
dibawah arkus pubis, sedangkan bahu anterior memasuki pintu
atas panggul dan berubah menjadi bahu posterior. Dalam posisi
seperti itu, bahu anterior akan dengan mudah dilahirkan.

Setelah melakukan prosedur pertolongan distosia bahu,


tindakan selanjutnya adalah melakukan proses dekontaminasi dan
pencegahan infeksi pasca tindakan serta perawatan pasca
tindakan. Perawatan pascatindakan termasuk menuliskan laporan
di lembar catatan medik dan memberikan konseling pascatindakan
(Siswishanto, 2011).
Gambar 2. Manuver Woods (Sumber : Cunningman, Gary et
all. Distosia : Kelainan Presentasi, Posisi, dan Perkembangan
Janin. Dalam Cunningham, Gery et all. Obstetri William Edisi 21.
2006; 508)

Gambar 3. Skema Pertolongan Persalinan


dengan Distosia Bahu (Sumber : Cunningman,
Gary et all. Distosia : Kelainan Presentasi, Posisi, dan
Perkembangan Janin. Dalam Cunningham, Gery et
all. Obstetri William Edisi 21. 2006; 508)
1. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, agama, suku/bangsa.
2. Keluhan utama : proses persalinan yang lama menyebabkan adanya keluhan nyeri dan
cemas.
3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Dahulu

Yang perlu dikaji pada klien, biasanya klien pernah mengalami distosia sebelumnya,
biasanya ada penyulit persalinan sebelumnya seperti hipertensi, anemia, panggul
sempit, biasanya ada riwayat DM, biasanya ada riwayat kembar dll.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

Biasanya dalam kehamilan sekarang ada kelainan seperti : Kelainan letak janin (lintang,
sunsang dll) apa yang menjadi presentasi dll.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Apakah dalamkeluarga ada yang menderita penyakit kelainan darah, DM, eklamsi dan
pre eklamsi

4. Pengkajian pola fungsional

 Aktifitas/istirahat
Melaporkan keletihan,kurang energi,letargi,penurunan penampilan

 Sirkulasi
Tekanan darah dapat meningkat,mungkin menerima magnesium sulfat untu hipertensi
karena kehamilan

 Eliminasi
Distensi usus atau kandng kemih yang mungkin menyertai

 Integritas ego
Mungkin sangat cemas dan ketakutan

 Nyeri atau ketidaknyamanan


Mungkin menerima narkotika atau anastesi pada awal proses kehamilan,kontraksi
jarang,dengan intensitas ingan sampa sedang,dapat terjadi sebelum awitan persalinan atau
sesudah persalinan terjadi,fase laten dapat memanjang,

 Keamanan
Serviks mungkin kaku atau tidak siap,pemerisaan vagina dapat menunjukkan janin dalam
malposisi,penurunan janin mungkin kurang dari 1 cm/jam pada nulipara atau kurang dari
2 cm/jam pada mutipara bahkan tidak ada kemajuan.,dapat mengalami versi eksternal
setelah getasi 34 minggu dalam upaya untuk mengubah presentasi bokong menjadi
presentasi kepala.
 Seksualitas
Dapat primigravida atau grand multipara,uterus mungkin distensi berlebihan karena
hidramnion,gestasi multipel.janin besar atau grand multiparis.

5. Pemeriksaan Fisik
 Kepala
rambut tidak rontok, kulit kepala bersihtidak ada ketombe

 Mata
Biasanya konjungtiva anemis

 Thorak
Inpeksi pernafasan : Frekuensi, kedalam, jenis pernafasan, biasanya ada bagian paru yang
tertinggal saat pernafasan

 Abdomen
Kaji his (kekuatan, frekuensi, lama), biasanya his kurang semenjak awal persalinan atau
menurun saat persalinan, biasanya posisi, letak, presentasi dan sikap anak normal atau
tidak, raba fundus keras atau lembek, biasanya anak kembar/ tidak, lakukan perabaab
pada simpisis biasanya blas penuh/ tidak untuk mengetahui adanya distensi usus dan
kandung kemih.

 Vulva dan Vagina


Lakukan VT : biasanya ketuban sudah pecah atau belum, edem pada vulva/ servik,
biasanya teraba promantorium, ada/ tidaknya kemajuan persalinan, biasanya teraba
jaringan plasenta untuk mengidentifikasi adanya plasenta previa

 Panggul
Lakukan pemeriksaan panggul luar, biasanya ada kelainan bentukpanggul dan kelainan
tulang belakang

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut
2. Resiko cedera terhadap maternal(ibu)
3. Resiko kekurangan cairan
4. Resiko infeksi
5. Cemas
NO DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut (00132)  Kontrol nyeri Manajemen Nyeri
Domain : 12 kenyamanan  Tingkat nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri
Klass : 1 kenyamanan fisik komprehensif yang
Definisi : 1. Kontrol gejla meliputi lokasi,
Pengalaman sensori dan - karakteristik,
emosional tidak konsepturasi, frekuensi,
menyenangkan yang muncul kualitas, intensitas atau
akibat kerusakan jaringan beratnya nyeri dan faktor
aktual atau potensial atau yang pencetus.
digambarkan sebagai 2. Bantu keluarga dalam
kerusakan (international mencari dan menyediakan
Association for the Study of dukungan
Pain) awitan yang tiba-tibaatau 3. Tentukan kebutuhan
lambat dari intensitas ringan frekuensi untuk
hingga berat dengan akhir melakukan pengkajian
yang dapat diantisipasi atau ketidak nyaman pasien
diprediksi. dan
mengimplementasikan
rencana monitor.
4. Berikan informasi
mengenai nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan dirasakan,
dan antisipasi
ketidaknyamanan akibat
prosedur.
5. Pilih dan implementasikan
tindakan yang beragam
(misalnya farmakologi,
nonfarmakologi,
interpersonal) untuk
memfasilitasi penurunan
nyeri sesuai dengan
kebutuhan.
6. Anjurkan prinsip-prinsip
manajemen nyeri
7. Kolaborasi dengan pasien,
orang terdekat dan tim
kesehatan lainnya untuk
memilih dan
mengimplemenstasikan
tindakan penurunan nyeri
nonfarmakologi sesuai
kebutuhan.

Terapi Latihan : Ambulasi


8. Beri pasien pakaian yang
tidak mengekang
9. Sediakan tempat tidur
berketinggian rendah yang
sesuai.
10. Bantu pasien untuk duduk
disisi tempat tidur untuk
memfasilitasi penyesuaian
sikap tubuh
11. Konsultasikan pada ahli
terapi fisik mengenai
rencana ambulasi sesuai
kebutuhan
12. Terapkan/sediakan alat
bantu (tongkat, wolcare,
atau kursi roda) untuk
ambulasi jika pasien tidak
stabil.
2. Resiko cedera (00035)  Perilaku pencegahan jatuh Monitor janin secara elektrolit:
Domanin : 11 1. Perilaku pncegahan jatuh intrapartum
keamanan/perlindungan - Menggunakan batang 1. Beri tahu ibu dan orang
Kelas : 2 cedera fisik pegangan seperti yang terdekat mengenai alasan
Definisi : diperlukan dialkukannya pemantauan
Rentan mengalami cedera fisik - secara lektronik serta
akibat kondisi lingkungan informasi terkait hal
yang berinteraksi dengan tersebut
sumber adaptif dan sumber 2. Lakukan pemeriksaan
defensif individu, yang dapat untuk mengetahui
mengganggu kesehatan. intensitas posisi janin
3. Gunakan tocotransduser
untuk mengetahui
intensitas kontraksi
4. Gunakan transduser
ultrasonik di atas uterus
dimana suara jantung
janin terdengar jelas dan
jerni
5. Bedakan janin kembar
dengan membandingkan
data ketika penelusuran
secara simultan dilakukan,
dengan menggunakan dua
monitor janin berbeda
6. Dokumentasikan semua
data perekaman eksternal,
termasuk denyut jantung
awal, pola osilasi,
variabilitas jangka
panjang, percepatan,
perlambatan, durasi dan
frekiensi kontraksi
7. Dokumentasikan
perawatan intrapartum
yang sesuai pada lembar
hasil monitor (contoh
pemeriksaan dalam,
pemberian obat-obatan,
dan tanda-tanda fital ibu)
8. Selalu beritahu dokter
setiap perubahan denyut
jantung janin, intervensi
yang dilakukan jika ada
pola DJJ yang meragukan,
respon janin, kemajuan
persalinan, dan respon ibu
untuk mengejan
Perawatan intrapartum
1. Tentukan apakah pasien
dalam roses persalinan
2. Tentukan apakah ketuban
telah pecah
3. Dukung keluarga untuk
berpartisipasi dalam
proses persalinan,
konsisten dengan tujuan
4. Tentukan monuver
leopold untuk menentukan
pposisi janin
5. Lakukan pemeriksaan
vagina, denan cara yang
tepat
6. Monitor tanda-tanda vital
maternal diantara
kontraksi (yang terjadi)
sesuai protokol atau sesuai
dengan kebutuhan
7. Monitor denyut jantung
janin selama dan setelah
kontraksi untuk
mendeteksi penurunan
atau peningkatan
8. Monitor tingkat nyeri
selama persalinan
9. Ajarkan nafas, relaksasi
dan teknik visualisasi
10. Berikan analgesik untuk
mendikung kenyamanan
dan relaksasi selama
persalinan
11. Lakukan pemeriksaan
vagina untuk menentukan
dilatasi servikal lengkap,
posisi dan kondisi janin
Perawatabn intrapartum: resiko
tinggi melahirkan
1. Komunikasikan
perubahan status ibu atau
janin kepada dokter
primer dengan tepat

3. Resiko kekurangan volume Pengurangan Perdarahan


cairan (00027) 1. Monitor pasien akan
Domain : 2 nutrisi perdarahan secara ketat
Kelas : 5 Hidrasi 2. Monitor jumlah dan sifat
Definisi : kehilangan darah
Kerentanan mengalami 3. Atur ketersediaan produk-
penurunan volume cairan produk darah untuk
intravaskular,interstisial transfusi, jika perlu
dan/atau intraseluler, yang 4. Beri produk-produk darah
dapat mengganggu kesehatan. (misalnya, trombosit dan
plasma beku segar),
dengan tepat
5. Instruksikan pasien akan
pembatasan aktivitas.
Monitor Cairan
6. Monitor tekanan darah,
denyut jantung, dan status
pernapasan
7. Monitor membran mukosa
8. Monitor turgor kulit

Pencegahan Syok
9. Monitor terhadap adanya
respon kompensasi awal
syok (misalnya, tekana
darah normal, tekanan
nadi melemah, dan
kelemahan)
10. Monitor EKG
11. Berikan cairan melalui IV
dan atau oral, sesuai
kebutuhan

4. Resiko Infeksi (00004) Kontrol Infeksi


Domain : 11 1. Ganti peralatan perawatan
keamanan/perlindunginan per pasien sesuai protokol
Kelas : 1 infeksi institusi
Definisi : 2. Ajarkan pasien cara
Rentan mengalami invasi dan mencuci tangan dengan
mulriplikasi organisme benar
patogenikyang dapat 3. Ajarkan anggota keluarga
mengganggu kesehatan mengenai bagaimana
menghindari infeksi
Perlindungan Infeksi
4. Pertahankan asepsis untuk
pasien beresiko

Perawatan Postpartum
5. Pantau tanda-tanda vital
6. Pantau nyeri pasien
7. Ajarkan pasien perawatan
perineum untuk mencegah
infeksi dan mengurangi
ketidaknyamanan

5. Ansietas (00146) Pengurangan Kecemasan


Doman : 9 Koping/Toleransi 1. Jelaskan semua prosedur
Stres termasuk sensasiyang
Kelas : 2 Respons koping akan dirasakan yang
Definisi : mungkin akan dialami
Perasaan tidak nyaman atau klien selamu prosedur
kekhawatiran yang samar (dilakukan)
disertai respons otonomi 2. Dorong keluarga untuk
(sumber sering kali tidak mendampingi klien
spesifik atau tidak diketahui dengan cara yang tepat
oleh individu)perasaan takut 3. Jauhkan peralatan
yang disebabkan olehantisipasi perawatan dari pandangan
terhadap bahaya. Hal ini klien
merupkan isyarat kewaspadaan
yang memperingtkan individu Persiapan Melahirkan
akan adanya bahaya dan 4. Ajarkan ibu mengenai
memampukan individu untuk fisologi persalinan
bertindak menghadapi 5. Ajarkan ibu mengenai
ancaman. teknik pernapasan dan
relaksasi yang digunakan
selama persalinan
6. Informasikan ibu
mengenai pilihan
persalianjika timbul
komplikasi.

Anda mungkin juga menyukai

  • Kasus I
    Kasus I
    Dokumen8 halaman
    Kasus I
    Wulandari Umar
    Belum ada peringkat
  • Proposal
    Proposal
    Dokumen6 halaman
    Proposal
    Wulandari Umar
    Belum ada peringkat
  • Modul
    Modul
    Dokumen31 halaman
    Modul
    Wulandari Umar
    Belum ada peringkat
  • Nanda, Noc, Nic ZBP
    Nanda, Noc, Nic ZBP
    Dokumen233 halaman
    Nanda, Noc, Nic ZBP
    Wulandari Umar
    Belum ada peringkat
  • Proposal Rahman
    Proposal Rahman
    Dokumen18 halaman
    Proposal Rahman
    Wulandari Umar
    Belum ada peringkat
  • Satuan
    Satuan
    Dokumen13 halaman
    Satuan
    Wulandari Umar
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen1 halaman
    Tugas
    Wulandari Umar
    Belum ada peringkat
  • 1680 2374 1 PB PDF
    1680 2374 1 PB PDF
    Dokumen7 halaman
    1680 2374 1 PB PDF
    Wulandari Umar
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen4 halaman
    Bab I
    Wulandari Umar
    Belum ada peringkat
  • Askep Distosia SENIN
    Askep Distosia SENIN
    Dokumen23 halaman
    Askep Distosia SENIN
    Wulandari Umar
    Belum ada peringkat
  • Buku Pegangan Mahasiswa Fix
    Buku Pegangan Mahasiswa Fix
    Dokumen10 halaman
    Buku Pegangan Mahasiswa Fix
    Ayu thirta lestari
    Belum ada peringkat
  • Ca Mamae
    Ca Mamae
    Dokumen9 halaman
    Ca Mamae
    Wulandari Umar
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen22 halaman
    Bab Ii
    Wulandari Umar
    Belum ada peringkat
  • Buku Pegangan Mahasiswa Fix
    Buku Pegangan Mahasiswa Fix
    Dokumen10 halaman
    Buku Pegangan Mahasiswa Fix
    Ayu thirta lestari
    Belum ada peringkat
  • Askep Dispepsia
    Askep Dispepsia
    Dokumen25 halaman
    Askep Dispepsia
    Wulandari Umar
    Belum ada peringkat
  • Fisiologi Kehamilan PDF Usu
    Fisiologi Kehamilan PDF Usu
    Dokumen14 halaman
    Fisiologi Kehamilan PDF Usu
    Shahnaz Rizka
    50% (2)
  • Endometriosis
    Endometriosis
    Dokumen8 halaman
    Endometriosis
    Wulandari Umar
    Belum ada peringkat
  • Askep Uretritis 2010
    Askep Uretritis 2010
    Dokumen13 halaman
    Askep Uretritis 2010
    aisyah_sh06168
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen7 halaman
    Bab 1
    Wulandari Umar
    Belum ada peringkat
  • Anemia Dalam Kehamilan
    Anemia Dalam Kehamilan
    Dokumen9 halaman
    Anemia Dalam Kehamilan
    Wulandari Umar
    Belum ada peringkat
  • Askep Uretritis 2010
    Askep Uretritis 2010
    Dokumen13 halaman
    Askep Uretritis 2010
    aisyah_sh06168
    Belum ada peringkat
  • Disfungsi Ereksi
    Disfungsi Ereksi
    Dokumen17 halaman
    Disfungsi Ereksi
    Cicilia Gorreti
    Belum ada peringkat
  • Juli Tugas
    Juli Tugas
    Dokumen10 halaman
    Juli Tugas
    Tyasa Budiman
    Belum ada peringkat
  • Waham
    Waham
    Dokumen39 halaman
    Waham
    sri endriyani
    Belum ada peringkat