Anda di halaman 1dari 3

Respon Pasar atas Rencana Pemberlakuan Harga Khusus untuk Pasokan Batubara ke

PLN

PT PLN (Persero) meminta agar harga batu bara untuk dalam negeri (Domestic Market
Obligation/DMO) dibanderol dengan harga khusus, bukan harga pasar. PLN keberatan jika
alokasi batu bara untuk ketenagalistrikan mengikuti harga pasar. PLN mengusulkan agar harga
batu bara domestik untuk ketenagalistrikan dihitung berdasarkan biaya produksi dengan margin
sekian persen untuk penambang (cost plus margin).

Usulan tersebut sedang dipertimbangkan oleh Kementerian ESDM. Menteri ESDM,


Ignasius Jonan, telah menetapkan tarif listrik tidak boleh naik, tentu PLN membutuhkan
jaminan pasokan batu bara dengan harga khusus agar tarif listrik terjaga.

"Memang perlu dipertimbangkan dalam kaitannya dengan keamanan pasokan energi primer
bagi PLN dan harga listrik yang dapat dikendalikan," kata Dirjen Ketenagalistrikan
Kementerian ESDM, Andy N Sommeng, kepada detikFinance, Selasa (5/9/2017).

Tetapi wacana ini masih perlu pembahasan lebih lanjut. Pada prinsipnya, pemerintah akan
menjamin batu bara yang dialokasikan untuk kebutuhan listrik di dalam negeri jumlahnya
cukup dan harganya efisien. "Itu (usulan harga khusus untuk batu bara DMO) baru usulan
PLN," Andy menambahkan.

Selain harga khusus, PLN juga meminta alokasi batu bara DMO ditingkatkan, jangan terlalu
banyak diekspor. Saat ini dari produksi batu bara nasional yang mencapai 400 juta ton per
tahun, sekitar 80% di antaranya diekspor, hanya 20% saja yang dialokasikan ke dalam negeri.

Program 35.000 MW akan meningkatkan permintaan batu bara di dalam negeri hingga 2 kali
lipat dari saat ini 80 juta ton menjadi 160 juta ton per tahun. Pasokan batu bara untuk
pembangkit-pembangkit listrik harus diamankan. (mca/wdl)

Sampel yang digunakan dalam studi peristiwa ini adalah perusahaan yang bergerak di
bidang Batubara. Dimana terdapat 10 perusahaan yang digunakan sebagai sampel, diantaranya
ADRO, BSSR, BUMI, DOID, HRUM, ITMG, KKGI, PKPK, PTBA, dan PTRO. Dalam studi
peristiwa ini terdapat hubungan antara respon pasar dengan cumulative abnormal return
(CAR), maka munculah hipotesis sebagai berikut:

H1: Cumulative Abnormal Return negatif direspon negatif oleh pasar


H2: Cumulative Abnormal Return positif direspon positif oleh pasar

Metode yang digunakan untuk meneliti studi peristiwa ini yaitu abnormal return dengan
rumus :

Abnormal return = return aktual – return ekspektasian

Untuk mencari return ekspektasian menggunakan metode market adjusted dengan menghitung
rata-rata return pasar.

Kode
CAR
Perusahaan

ADRO 0,0276
BSSR -0,1613
BUMI 0,0740
DOID 0,0076
HRUM 0,0154
ITMG 0,0097
KKGI 0,0111
PKPK 0,0336
PTBA 0,0147
PTRO 0,0054
Rata-rata 0,0038

One-Sample Statistics

Std. Error
N Mean Std. Deviation Mean
Cumulative
10 .013770 .0702721 .0222220
Abnormal Return
Dari hasil olahan SPSS, didapat t-hitung sebesar 0.620 sehingga H1 diterima, maka
CAR tidak sama dengan 0 (nol) yang berarti CAR direspon positif oleh pasar.

Dari penelitian yang dilakukan dengan menggunakan 10 (sepuluh) perusahaan, terdapat


1 (satu) perusahaan yang memiliki nilai CAR di bawah harga pasar yaitu BSSR yang berarti
merugikan perusahaannya sendiri. Namun, 9 (sembilan) perusahaan memiliki nilai CAR positif,
yang berarti menguntungkan perusahaannya sendiri. Dapat kami simpulkan bahwa rata-rata
cumulative abnormal return bernilai positif, sehingga direspon positif oleh pasar.

Anda mungkin juga menyukai