Muslimin Kara
Program Studi Ekonomi Islam UIN Alauddin Makassar
Jl. Sultan Alauddin No. 36 Makassar, Sulawesi Selatan
E-mail: mushajikara@gmail.com
Abstract: The Contribution of Funding Shariah Banking to Developing Micro, Small, and Medium Enterprises
Inority Jurisprudence. The characteristics of Islamic banking are different to conventional banking, because Islamic
banking based on the core products of for results which developed into mushârakah and mudârabah financing products.
Thus, the existence of Islamic bank should provide large contributions toward real sector development. One enterprise
unit that needs to be developed to support real sector development is Micro Small and Medium Enterprises (MSMEs)
in the current national economy havinga very important position, because of its contribution in employment and Gross
Domestic Product (GDP), as well as flexibility and strength in the face of economic crisis.
Keywords: Islamic fund, Micro, Small, and Medium Enterprises (MSMEs)
Abstrak: Konstribusi Pembiayaan Perbankan Syariah terhadap Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah. Karakteristik perbankan syariah berbeda dengan perbankan yang berdasarkan sistem bunga, karena
perbankan syariah didasarkan pada core product pembiayaan bagi hasil yang dikembangkan dalam produk pembiayaan
mushârakah dan mudârabah. Dengan demikian, kehadiran perbankan syariah seharusnya memberikan dampak
yang besar terhadap pertumbuhan sektor riil. Salah satu unit usaha yang perlu dikembangkan untuk mendorong
pertumbuhan sektor riil adalah usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang dalam perekonomian nasional saat ini
memiliki posisi yang sangat penting, karena kontribusinya dalam penyerapan tenaga kerja dan pendapatan domestik
bruto (PDB), serta fleksibilitas dan ketangguhannya dalam menghadapi krisis ekonomi.
Kata Kunci: pembiayaan syariah, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM)
disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijârah wa iqtinâ), nya sangat strategis untuk mewujudkan struktur
akad salam, akad istithnâ’, sewa-menyewa yang diakhiri perekonomian yang semakin seimbang berdasarkan
dengan kepemilikan (ijârah al-muntahiya bi al-tamlîk), demokrasi ekonomi. Oleh karena itu maka UMKM
dan prinsip lainnya yang tidak bertentangan dengan ini perlu mendapat perhatian dan perlindungan dari
prinsip syariah.1 pemerintah. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun
Melihat ruang lingkup kegiatan usahanya dapat di- 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah
nyatakan bahwa produk perbankan syariah lebih variatif secara tegas telah adanya pendefenisian pemisahaan
dibandingkan dengan produk bank konvensional. Hal klasifikasi usaha. Pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2008
ini memungkinkan produk bank syariah memberi menyebutkan bahwa: Pertama, usaha mikro adalah
peluang yang lebih luas dalam rangka memenuhi ke- usaha produktif milik orang-perorangan dan/atau
butuhan nasabah deposan maupun debitur sesuai badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria
dengan kebutuhan nyata mereka. Khusus dalam hal usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang
penyaluran dana kepada masyarakat, maka skema undang. Kedua, usaha kecil adalah usaha ekonomi
pembiayaannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan produktif yang berdiri sendiri dan dilakukan oleh
nasabah. Sementara itu sektor ekonomi di Indonesia orang-perorangan atau badan usaha yang bukan me-
secara faktual sebagian besar didukung oleh sektor rupakan anak perusahaan atau bukan cabang pe-
usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Pada rusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
saat krisis ekonomi, sektor ini mampu tetap bertahan. baik langsung maupun tidak langsung dari usaha
Sektor UMKM mempunyai keunggulan dan sangat menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria
potensial untuk lebih dikembangkan melalui suatu usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang
kebijakan yang tepat dan dukungan dari lembaga yang undang ini. Ketiga, usaha menengah adalah usaha
tepat pula. ekonomi produktif yang berdiri sediri dan dilakukan
Permasalahan utama yang dihadapi oleh sektor oleh orang-perorangan atau badan usaha yang bukan
UMKM adalah masalah permodalan. Sektor UMKM merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
mengalami kesulitan dalam memperoleh modal dari yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
bank. Salah satu sebabnya adalah tingkat suku bunga langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil
kredit yang tinggi dan diharuskan adanya jaminan atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau
kebendaan (collateral minded) dalam memperoleh hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam
kredit yang sulit dipenuhi. Pemberian fasilitas kredit undang-undang ini3.
sebagai aktivitas utama lembaga perbankan pada Berdasarkan prinsip dasar produk tersebut maka
dasarnya memiliki ciri yang sama sejak dulu. Namun bank syariah sesungguhnya memiliki core product pem-
dalam perkembangannya saat ini mengarah pada biayaan bagi hasil yang dikembangkan dalam produk
variasi dan pola-pola yang menggabungkan per- pembiayaan mushârakah dan mudârabah.4 Kehadiran
kembangan teknologi dengan segmen pasar dan bank syariah seharusnya memberikan dampak yang
regulasi yang menyertainya. Jika dilihat dari segi pola luar biasa terhadap pertumbuhan sektor riil khususnya
dan penggolongan kredit, maka salah satu produk UMKM. Hal ini dikarenakan pola mudârabah dan
perbankan dalam memberikan kreditnya kepada ma- mushârakah merupakan pola investasi langsung pada
syarakat adalah melalui UMKM.2 sektor riil dan return pada sektor keuangan (bagi hasil).
Dalam tatanan pembangunan nasional, UMKM Dengan demikian, keberadaan bank syariah harus
adalah bagian integral dunia usaha berupa kegiatan mampu memberikan kontribusi untuk meningkatkan
ekonomi rakyat yang kedudukan, potensi, dan peran- pertumbuhan sektor riil. Fungsi tersebut akan terwujud
apabila bank syariah menggunakan akad profit and
1
Pasal 19 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang loss sharing (mudârabah dan mushârakah) sebagai core
Perbankan Syariah. product-nya5.
2
Pemerintah dan Komisi VI DPR-RI menyepakati Rancangan
Undang-Undang (RUU) tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
3
(UMKM) untuk kemudian diperkenalkan sebagai istilah baru pengganti Lihat Undang Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha
UMKM yang telah ada selama ini. RUU tersebut kemudian disahkan Mikro, Kecil dan Menengah.
4
menjadi UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Muhammad, “Permasalahan Agency Dalam Pembiayaan
Menengah (UMKM). Adanya UU ini memberikan kepastian hukum Mudharabah Pada Bank Syariah di Indonesia”, Disertasi tidak
bagi UMKM untuk mengembangkan usahanya. Sri Adiningsih, diterbitkan, (Yogyakarta: UII, 2005), h. 23.
5
“Revitalisasi UMKM”, dalam http://www.niriah.com, diunduh pada Irfan Syauqi Beik, “Bank Syariah dan Pengembangan Sektor Riil”,
tanggal 10 Juli 2008. dalam www.pesantrenvirtual.com, diunduh pada tanggal 10 Juli 2008.
Muslimin Kara: Konstribusi Pembiayaan Perbankan Syariah 317
Tabel 4
Pebruari 1,847,020 291,156 15,76
Besarnya Penyaluran Kredit Sektor Ekonomi dan UMKM
Maret 1,951,400 303,096 15,53 oleh Pembiayaan Perbankan Syariah Sulawesi Selatan
April 1,991,688 320,357 16,08
Januari–September 2011 (Rp Juta)
Pembiayaan Syariah
Mei 2,061,793 342,878 16,63 Bulan Kontribusi
Sektor Ekonomi UMKM
Juni 2,132,583 360,252 16,89
Januari 2,063,958 348,854 16,90
Juli 2,157,774 375,223 17,38
Pebruari 2,215,304 369,761 16,69
Agustus 2,242,042 384,249 17,13
Maret 2,357,987 402,986 17,09
September 2,285,251 355,900 15,57
April 2,437,837 439,202 18,01
Sumber: Bank Indonesia Makassar Tahun 2011
Mei 2,540,078 479,659 18,88
dan lain sebagainya. Beberapa hal ini sedang dibenahi ningkatan pengetahuan dan keahlian bankir syariah
oleh pihak-pihak terkait secara berkesinambungan. dalam dunia UMKM di semua sektornya. Dengan
Khusus untuk mengatasi masalah akses modal di sektor begitu maka diharapkan kontribusi perbankan syariah
UMKM, saat ini bank syariah telah melakukan kerja dapat lebih maksimal, misalnya pembiayaan perbankan
sama dalam penyaluran pembiayaan ke sektor tersebut. syariah tidak hanya terkonsentrasi pada sektor retail,
Kerjasama tersebut berupa kerjasama pembiayaan yang jasa usaha, dan perdagangan saja, akan tetapi juga
menggunakan konsep linkage, dimana bank syariah sektor potensial lainnya, khususnya sektor produktif
yang lebih besar menyalurkan pembiayaan UMKM- seperti pertanian dan manufaktur.
nya melalui lembaga keuangan syariah yang lebih kecil, Berdasarkan hasil wawancara terhadap salah seorang
seperti BPRS dan BMT. Hal ini dilakukan karena pelaku usaha kecil diperoleh keterangan bahwa dalam
jangkauan bank syariah besar yang belum menjangkau rangka penyaluran pembiayaan terhadap UMKM,
pelosok-pelosok sentra masyarakat usaha kecil atau bank syariah bekerja sama dengan unit manajemen
lembaga keuangan syariah yang kecil lebih menyentuh lain seperti BPRS atau koperasi. Hal ini dilakukan oleh
langsung dengan pelaku usaha UMKM. bank karena masih memiliki kelemahan-kelemahan
Skema pembiayaan linkage yang dilakukan bank yang harus diperhitungkan agar tidak berpengaruh
syariah dengan BPRS atau BMT dapat berupa channeling, negatif terhadap keuntungan bank.
executing atau joint financing. Skema channeling me- Hal ini wajar diperhitungkan oleh bank syariah
nempatkan BPRS atau BMT sebagai intermediator karena secara prinsip pembiayaan bank syariah harus
Bank Umum Syariah (BUS)/Unit Usaha Syariah (UUS) memenuhi dua aspek, yaitu aspek syariah dan ekonomi.
dengan pelaku UMKM. Sedangkan skema executing Selain harus sesuai syariah, bank syariah juga harus
dilakukan ketika BUS/UUS menyediakan pendanaan tetap memperhitungkan profitabilitas dari usaha yang
yang dapat dimanfaatkan oleh BPRS atau BMT dalam akan dibiayai agar menguntungkan bagi bank maupun
pembiayaan mereka ke nasabah UMKM-nya. Adapun nasabah. Namun hal ini bukan berarti bahwa bank
skema joint financing adalah skema dimana BUS/UUS syariah tidak berpihak pada UMKM, karena bank
dan BPRS/BMT bekerja sama dalam memberikan pem- telah memiliki kebijakan-kebijakan tertentu yang juga
biayaan kepada para pelaku UMKM. Disamping itu, merupakan strategi bank dalam menjalankan fungsinya
saat ini juga terjalin kerja sama beberapa bank syariah secara optimal.
dengan lembaga-lembaga terkait dalam memecahkan Bank syariah tidak mau terjebak dalam pola-pola
masalah lain yang dianggap menghambat perkembangan konvensional yang hanya terfokus pada peningkatan profit
sektor UMKM, seperti masalah budaya usaha, tingkat tanpa melihat aspek–aspek lain seperti aspek keadilan dan
penguasaan teknologi, dan kemampuan manajemen. keseimbangan. Telah banyak upaya-upaya yang dilakukan
Bank syariah bekerja sama dengan lembaga-lembaga oleh bank syariah dalam usaha pengembangan UMKM
pendidikan atau pengelola dana sosial dalam upaya melalui pembiayaan, diantaranya program linkage yang
meningkatkan budaya kerja, kemampuan manajemen dilakukan oleh Bank Sulselbar Syariah di Kota Makassar.
UMKM, dan penguasaan teknologi. Hal tersebut Hal ini merupakan salah satu kebijakan bank yang
dilakukan dalam bentuk program-program pembinaan baik dalam rangka mengoptimalkan fungsi bank. Bank
nasabah. Pembinaan nasabah, khususnya bagi nasabah syariah telah berupaya untuk mengembangkan sektor
UMKM, menjadi faktor yang krusial dalam menciptakan UMKM melalui pembiayaan. Selain itu juga tercermin
dan menjaga pembiayaan UMKM yang berkualitas baik. dalam kebijakan yang senantiasa mengakomodir ke-
Pada masa yang akan datang diharapkan lebih sulitan serta kelemahan UMKM dengan membuat ke-
banyak pihak mampu memberikan kontribusinya bijakan-kebijakan yang berpihak pada UMKM. Jumlah
yang signifikan dalam mendorong peran perbankan pembiayaan yang disalurkan bank syariah untuk sektor
syariah di sektor UMKM. Di sisi lain, sektor UMKM UMKM menjadi salah satu indikatornya.
memerlukan upaya perbaikan sarana atau infrastruktur, Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat di-
baik berupa infrastruktur yang bersifat fisik maupun lakukan analisis peran strategis bank syariah dalam
non-fisik, agar mampu berproduksi dan berkinerja pembiayaan proyek UMKM yaitu bahwa sesuai dengan
secara efisien. Perbaikan atau pembenahan sektor fokus pengembangan perbankan syariah nasional
UMKM diharapkan mampu menekan persepsi risiko pada fase kedua yaitu meningkatkan kompetensi skill,
tinggi yang melekat pada sektor tersebut. Sedangkan profesional lembaga, dan pelaku perbankan syariah,
pada sisi perbankan syariah diperlukan adanya pe- serta meningkatkan fungsi intermediasi, efisiensi, dan
320 Ahkam: Vol. XIII, No. 2, Juli 2013
daya saing industri perbankan syariah, maka diperlukan itu juga diperlukan optimalisasi dukungan untuk
adanya kesiapan menyongsong pasar retail yang masih penerapan dual banking system yang masih jauh dari
terbuka peluangnya. Lalu pertanyaannya, haruskah harapan.
bank syariah terjun langsung dalam mengakomodasi
proyek pembiayaan pada sektor tersebut?. Sementara Kendala Pembiayaan Syariah dalam Pengembangan
Bank Indonesia (BI) yang berstatus sebagai otoritas UMKM
moneter menetapkan prosedur agunan yang selama
Walaupun bank syariah memiliki pelbagai kelebihan
ini masih menyulitkan UMKM untuk masuk dalam
dan keunggulan dalam menggerakkan perekonomian,
LKM formal. Dengan melihat trend pasar yang men-
khususnya sektor UMKM, namun perlu diketahui
janjikan serta kebijakan BI di awal tahun 2006, bank
bahwa pengaruh bank syariah terhadap pertumbuhan
syariah sebenarnya bisa memasuki pasar UMKM secara
perekonomian nasional hanya 0,23% atau kurang dari
langsung, disamping juga tetap mengakomodasi kelas
1%. Menurut analisis dari Bank Indonesia bahwa bank
lower dengan program linkage. Masalah kesulitan
syariah akan bisa memengaruhi perekonomian nasional
agunan bisa disiasati dengan mengembangkan social
bahkan bisa memengaruhi inflasi jika peran bank
capital berupa pemberdayaan kelompok usaha dan
syariah dalam pertumbuhan perekonomian nasional
kelompok swadaya masyarakat sehingga berlaku
berkisar antara 10%-20%. Dalam sektor UMKM, yang
tanggung jawab renteng dengan double pressure yaitu
merupakan salah satu stimulator perekonomian, peran
pada bank dan kelompoknya. Oleh karena itu perlu
pembiayaan syariah saat ini belum maksimal. Saat ini
adanya lembaga intermediasi syariah dengan kekuat- penyaluran pembiayaan pada sektor UMKM di Kota
an sama yang masuk dalam sektor UMKM untuk Makassar masih didominasi oleh bank konvensional.
melindungi kepentingan pengusaha kecil dari praktik-
Adapun alasan-alasan yang menghambat bank
praktik perbankan yang tidak fair dan tidak meme-
syariah dalam mengoptimalkan perannya pada sektor
nuhi prinsip syariah. Program kredit atau pembiayaan
UMKM di Kota Makassar adalah: Pertama, ketersediaan
proyek untuk kegiatan produktif seharusnya mencapai
sumber daya manusia yang memahami aspek fikih
sasaran untuk meningkatkan volume produksi yang
sekaligus aspek finansial masih sangat terbatas (SDM
akan meningkatkan produktivitas di sektor riil sehingga
yang kurang berkualitas). Keduan, kurangnya sosialisasi
menghasilkan multiplier effect (permintaan tenaga kerja
tentang bank syariah terutama kepada masyarakat
maupun usaha ikutannya) bagi lingkungan sekiranya
lapisan bawah sebagai pemegang peranan penting sektor
dan mampu menggerakkan pertumbuhan ekonomi.
UMKM. Ketiga, bank syariah kurang aktif dalam pem-
Dengan demikian diperlukan adanya integrasi program
biayaan. Keempat, kecanggihan teknologi informasi
kredit yang tidak bertumpu pada satu lembaga saja.
yang masih ketinggalan jika dibandingkan dengan bank
Sementara itu ada beberapa kendala dan tantangan konvensional. Kelima, kebijakan pemerintah terhadap
yang muncul dari perbankan syariah di Kota Makassar. perkembangan bank syariah dinilai masih lamban karena
Pertama, relatif kecilnya pangsa perbankan syariah; pemerintah sendiri masih berpihak pada perbankan
Kedua, keterbatasan sumber daya manusia yang kapabel; konvensional dengan alasan eksistensi bank konvensional
Ketiga, paradigma bank konvensional yang masih kuat. selama ini berpengaruh pada perekonomian nasional serta
Keempat, masih dikejar target BEP; Kelima, kurang kurangnya pengetahuan pemerintah tentang bank syariah.
sosialisasi; dan keenam, keterbatasan jaringan. Keenam, adanya asymetris information atau informasi
Adapun kendala yang bersifat kebijakan lebih satu arah antara bank syariah dengan nasabah sehingga
diakibatkan oleh sejumlah perbedaan dalam pe- tidak ada sinkronisasi dalam menjalankan aktivitasnya.
laksanaan operasional antara bank syariah dan bank Ketujuh, kadang-kadang terjadi penyelewengan tugas
konvensional sehingga diperlukan peran yang lebih oleh pihak bank syariah karena sumber daya manusia
maksimal dari policy maker. Beberapa ketentuan yang yang diberdayakan berasal dari bank konvensional atau
masih perlu diperhatikan di antaranya: Pertama, keterbatasan pengetahuan tentang syariah. Kedelapan,
aturan tentang instrumen terkait masalah likuiditas; peran bank syariah sebagai mitra kerja sektor UMKM
Kedua, instrumen moneter yang sesuai dengan yang dinilai belum tuntas, yaitu bank syariah hanya
prinsip syariah untuk keperluan pelaksanaan tugas membantu dalam hal pembiayaan dana saja tetapi belum
bank sentral; Ketiga, standar akuntansi, audit, dan turut serta membantu untuk memajukan UMKM dalam
pelaporan; Keempat, ketentuan yang mengatur me- meningkatkan pendapatan. Kesembilan, jumlah bank
ngenai prinsip kehati-hatian dan sabagainya. Selain syariah yang masih terbatas merupakan hambatan yang
Muslimin Kara: Konstribusi Pembiayaan Perbankan Syariah 321
cukup signifikan karena sebagian besar sektor UMKM UMKM mengingat sebagian besar dari UMKM hanya
berlokasi di wilayah pedesaan. ditangani oleh satu orang. Hal ini berbeda dengan bank
Hambatan-hambatan seperti itulah yang me- konvensional yang menerapkan sistem bunga. Mereka
nyebabkan perkembangan bank syariah terhambat tidak kesulitan untuk menghitung kembali besar bagi
walaupun secara teoretis bank syariah memiliki hasil yang harus dibayarkan setiap bulan, karena besar
keunggulan kompetitif (competitive advantage) dalam angsuran yang mereka bayar sudah ditetapkan pada awal
perekonomian nasional. Oleh sebab itu, diperlukan perjanjian utang dengan jumlah tetap setiap bulannya.
adanya kerjasama antara pemerintah sebagai penentu Selain itu, pemerataan pembiayaan bank syariah ke
kebijakan, bank syariah, serta masyarakat. Dengan semua wilayah masih kurang dan pengetahuan masyarakat
begitu pembiayaan syariah diharapkan akan mampu mengenai sistem bank syariah masih minim. Di kota-kota
bersaing dengan bank konvensional serta memengaruhi kecil, masyarakat setempat hanya sedikit yang benar-benar
pertumbuhan ekonomi nasional melalui pertumbuhan mengetahui tentang sistem dan kelebihan pembiayaan
sektor riil. bank syariah. Kebanyakan dari mereka hanya mengetahui
Usaha kecil dan menengah dalam perekonomian bahwa bank syariah itu hanya bank yang menabung-
saat ini menempati posisi yang sangat strategis karena nya di kantor pos dan tidak berfikir untuk mengajukan
kontribusinya dalam penyerapan tenaga kerja dan pembiayaan. Hal itu tidak terlepas dari keterbatasan bank
Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDB) Kota syariah di daerah tersebut, sehingga kebanyakan UMKM
Makassar, serta fleksibilitas dan ketangguhannya dalam masih terfokus pada pembiayaan konvesional yang meng-
menghadapi krisis ekonomi yang berkepanjangan. gunakan sistem bunga.
Hal ini menjadikan UMKM sebagai harapan utama Penetapan harga produk bank syariah yang kadang
atau tulang punggung peningkatan perekonomian lebih tinggi dari bank konvensional juga mempunyai
daerah maupun nasional di masa mendatang. Namun pengaruh pada kurangnya minat masyarakat dalam
banyak UMKM yang dalam perkembangannya masih mengakses produk bank syariah, karena harga tersebut
mempunyai keterbatasan dalam modal sehingga perlu relatif memberatkan pelaku UMKM, apalagi yang me-
pembiayaan untuk mendukung perkembangan tersebut. miliki pendapatan relatif kecil. Saat ini banyak bank
Banyak fasilitas kredit yang ditawarkan, baik dari bank konvensional yang menawarkan kredit dengan bunga
konvensional, microfinance, dan bank syariah. Namun, kecil kepada UMKM. Hal itu tidak terlepas dari
dari semua tawaran skema kredit tersebut hanya sekira dominasi bank-bank konvensional karena dari segi umur
60% yang dapat memenuhi kebutuhan UMKM karena bank konvensional lebih dikenal oleh masyarakat dari
mereka belum bisa memanfaatkannya dengan baik. Hal pada bank syariah.
ini disebabkan oleh adanya beberapa keterbatasan dari Oleh karena itu maka perlu adanya solusi untuk
UMKM untuk memperoleh pembiayaan bank syariah, mempermudah akses UMKM terhadap pembiayaan bank
salah satunya adalah collateral atau jaminan yang dimiliki. syariah. Semua pihak harus berperan dalam hal ini, baik
Ketersediaan jaminan merupakan salah satu ham- pemerintah, bank syariah, dan UMKM sendiri. Bank-
batan bagi UMKM dalam mengajukan pembiayaan, bank syariah diharapkan dapat lebih memperluas akses
sebab sebagian besar UMKM tidak memiliki jaminan dan mensosialisasikan kelebihannya dengan baik sehingga
yang cukup untuk memenuhi persyaratan pengajuan bank syariah bisa menjadi penguat dan pendamping
pembiayaan tersebut. Bank biasanya tidak dapat mem- pengembangan UMKM. Sementara pemerintah dapat
berikan pembiayaan kepada orang yang tidak memiliki memberikan fasilitas pelatihan manajemen bagi para
jaminan yang cukup. pelaku UMKM agar kompetensi mengenai pengelolaan
Hambatan lain bagi UMKM dalam memperoleh administrasi usaha dapat meningkat.
pembiayaan dari bank syariah adalah masih minimnya
aspek legalitas dan administrasi. Sebagian besar Penutup
UMKM tidak memiliki administrasi yang teratur Perkembangan pembiayaan perbankan syariah
bahkan banyak yang mengalami permasalahan dalam dalam upaya pengembangan UMKM di Kota Makassar
arus kasnya. Mereka menganggap bahwa sistem bagi selama tahun 2010-2011 mengalami peningkatan
hasil yang ditawarkan oleh bank syariah terlalu rumit yang berfluktuasi. Hal tersebut mencerminkan bahwa
karena setiap bulan mereka harus menghitung berapa peran serta pembiayaan perbankan syariah dalam pe-
persen laba yang harus disetorkan kepada bank. Padahal ningkatan UMKM di Kota Makassar belum optimal.
masih banyak hal yang harus dilakukan oleh pemilik Secara rata-rata perkembangan pembiayaan perbankan
322 Ahkam: Vol. XIII, No. 2, Juli 2013
syariah selama periode Januari-Desember 2010 sebesar -----------, “Mudârabah dan Optimalisasi Sektor Riil”,
14,23%, sedangkan periode Januari-September tahun dalam www.republika.co.id, diunduh pada tanggal
2011 sebesar 18,43%. Meskipun besarnya pembiaya- 12 Juli 2008.
an perbankan syariah yang disalurkan oleh bank Isono, Sadoko. et al., eds, Pengembangan Usaha Kecil
syariah di Kota Makassar berfluktuasi namun secara Pemihakan Setengah Hati, cet. I, Bandung: Akatiga,
umum tetap memiliki prospek yang cukup signifikan. 1995.
Kontribusi pembiayaan perbankan syariah dalam upaya Kiryanto, Ryan, “Sistem syariah lebih cocok untuk
pengembangan UMKM di Kota Makassar sangat di- pembiayaan UMKM”, dalam www.bisnis.com.
butuhkan karena masih banyak UMKM yang selama Muhammad, Manajemen Bank Syariah Edisi Revisi,
ini belum memperoleh fasilitas pembiayaan. Sedangkan Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan (UPP)
kendala dan tantangan yang selama ini banyak di- AMP YKPN, 2005.
hadapi oleh perbankan syariah di Kota Makassar -----------, Permasalahan Agency Dalam Pembiayaan
Mudharabah Pada Bank Syariah di Indonesia, Disertasi,
dalam upaya pengembangan UMKM adalah keter-
Yogyakarta: UII Press, 2005.
batasan pangsa pasar perbankan syariah dan sumber
Musa, Hubeis, Prospek Usaha Kecil dalam Wadah
daya manusia yang kapabel, paradigma bank kon-
Inkubator Bisnis, Cet.I, Bogor: Galia Indonesia, 2009.
vensional yang masih kuat, masih dikejar target
Nizarul, Alim, Pembiayaan Syariah untuk Usaha Mikro
BEP, kurangnya sosialisasi, dan masih terbatasnya
dan Kecil: Studi Kasus dan Solusi, Cet. I, Surabaya:
jaringan.[] PT. Bina Ilmu, 2009.
Partahian Lase, Risanto, Laporan Pengenalan Bisnis PT
Pustaka Acuan Bank Mandiri, Yogyakarta: UKI Yogyakarta, 2006.
Buku/Makalah/Artikel: Singgih, Wibowa, Petunjuk Mendirikan Usaha Kecil,
Akhbar, Burhan, “Sinergisme Konsep Corporate cet. VII, Jakarta: Penebar Swadaya, 1995.
Governance dan Konsep Distribusi Nila Tambah Soeharto, Prawirokusumo, Kewirausahaan dan
Dalam Upaya Meminimalisasi Permasalahan Manajemen Usaha Kecil, cet. I, Yogyakarta: BPFE
Agensi Pada Pembiayaan Mudharabah”, makalah Yogyakarta, 2000.
disampaikan pada LKTI Temu Ilmiah Nasional Sugema, Iman, “Islamic Banking: The Fact and
Universitas Jenderal Soedirman tahun 2006. Challenges”, makalah disampaikan dalam Forum
Arifin, Zainul, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Studi Islam FE UI ke-13 di Jakarta tahun 2007.
Jakarta: Alvabeth, 2002. Sumaryanto, Mengenal Kewirausahaan, cet. I, Semarang:
-----------, Memahami Bank Syariah Lingkup, Peluang, PT. Sindur Press, 2010.
Tantangan dan Prospek, Jakarta: Alvabet, 1999. Sumiyanto, Ahmad, Problem dan Solusi Transaksi
Ashshiddiqi, T.M.Hasbi, Alquran dan Terjemahannya, Muharabah, Yogyakarta: Magistra Insania Press, 2005.
Jakarta: PT. RadjaGrafindo Persada, t.th. Warkum, Sumitro, Azas-Azas Perbankan Islam dan
Aswandi S, “Kiprah UMKM di Tengah Krisis Ekonom- Lembaga-Lembaga Terkait, Jakarta: RajaGrafindo
Perannya Besar, Minim Perhatian Pemerintah”, Persada, 2004.
dalam http://www.sme-center.com, diunduh pada Zuhdi, Ramzi, “Berebut Triliunan Rupiah di Syariah”,
tanggal 02 April 2008. dalam Majalah Tempo edisi 21 Oktober 2007.
Bank Indonesia, Laporan Perkembangan Perbankan
Syariah Tahun 2009, Jakarta: Direktorat Perbankan Perundang-undangan:
Syariah, 2010. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang
Bastian Bustami. et al., eds., Mari Membangun Usaha Badan Usaha Milik Negara.
Mandiri, cet. II, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang
Beik, Irfan Syauqi, “Bank Syariah dan Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
Sektor Riil”, dalam www.pesantrenvirtual.com, di- Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang
unduh pada 10 Juli 2008. Perbankan Syariah.
Diana Yumanita, Ascarya, Mencari Solusi Rendahya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha
Pembiayaan Bagi Hasil di Perbankan Syariah Kecil dan Menengah.
Indonesia, Jakarta: Bank Indonesia, 2005. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Imaduddin, Muhammad, “Bank Syariah Sang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun
Enterpreneur”, dalam www.pesantrenvirutal.com, 1992 tentang Perbankan.
diunduh pada tanggal 10 Juli 2008.