Anda di halaman 1dari 17

KONSEP DASAR KATARAK

A. Definisi
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau
akibat keduanya (Ilyas, 2008).
Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang
mengubah gambaran yang di proyeksikan pada retina. Katarak merupakan
penyebab umum kehilangan pandangan secara bertahap (Istiqomah, 2003)
Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut
atau bahan lensa didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat proses
penuaan yang terjadi pada semua orang yang berusia lebih dari 65 tahun.
(Muttaqin, 2008).
Katarak merupakan kelainan lensa mata yang keruh di dalam bola
mata. Kekeruhan lensa atau katarak akan mengakibatkan sinar terhalang
masuk ke dalam mata sehingga penglihatan menjadi menurun. Katarak
menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan
lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina sehingga menghasilkan
bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap
lensa mata dapat bervariasi. Katarak berasal dari kata Yunani ”Cataracta”
yang berarti ”Air terjun”, hal ini disebabkan karena penderita katarak
seakan-akan melihat sesuatu seperti tertutup oleh air terjun di depan
matanya (Ilyas, 2003).(Nyoman et al. 2014).

1
B. Anatomi Fisiologi
Bola mata merupakan organ sferis dengan diameter kurang lebih 2,5 cm,
yang terletak pada bagian anterior orbit. Bola mata terdiri dari beberapa
lapisan. Kuat dan tidak elastic yang menyususn sclera ini akan
mempertahankan bentuk bola mata dan memberikan proteksi terhadap
bangunan - bangunan halus dibawahnya.
Didalam mata ada 3 lapisan yaitu :
1. Lapisan luar, yang terdiri dari :
o Sclera
o Kornea
2. Lapisan tengah, yang terdiri dari :
o Koroid
o Badan (korpus) siliare
o Iris

3. Lapisan dalam, yang terdiri dari :


o Retina
o Fundus optic
o Lensa
o Badan vitreus
Pada mata terdapat 7 otot volunter dari orbit, 6 diantaranya
adapat memutar bola mata pada beberapa perintah dan
mengkoordinasi pergerakan mata. Pergerakan mata yang
terkoordinasi dan visus yang adekuat diperlukan untuk
smemungkinkan fovea sentralis pada masing - masing mata untuk
menerima gambaran pada waktu yang sama.gambaran berfokus
dari fovea masing - masing mata, ditranmisikan ke area optic
darikorteks serebri, tempat otak menginterpretasikan dua gambaran
sebagai suatu gambaran (Istiqomah, 2003).

2
C. Etiologi Katarak
Menurut Tamsuri, 2008 Katarak disebabkan oleh berbagai faktor seperti :
1. Fisik
2. Kimia
3. Penyakit predisposisi
4. Genetik dan gangguan perkembangan
5. Infeksi virus di masa pertumbuhan janin
6. Usia

Katarak umumnya merupakan penyakit usia lanjut, namun katarak juga


dapat diakibatkan oleh kelainan kongenital (Tamsuri, 2004). Banyak faktor
dikaitkan dengan katarak, yaitu umur sebagai faktor utama, dan faktor
lainnya antara lain penyakit diabetes melitus (DM), pajanan kronis terhadap
sinar ultraviolet (sinar matahari), konsumsi alkohol, nutrisi, merokok,
tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan pekerjaan (Tana dkk.,
2009)
1. Umur
Bertambahnya umur harapan hidup di seluruh dunia, khususnya
dinegara berkembang, menyebabkan bertambah banyaknya jumlah
orang tua secara cepat. Hal ini dapat menimbulkan fenomena
pertambahan kasus katarak, karena dengan sendirinya jumlah kebutaan
karena katarak akan bertambah banyak. Katarak senilis (lebih dari 40
tahun) merupakan penyebab yang terbanyak penurunan penglihatan
pada orang usia lanjut. Pada penelitian cross sectional dikatakan bahwa
prevalensi katarak sekitar 50 % pada usia antara 65 smpai 74 tahun dan
meningkat 70 % pada usia di atas 75 tahun (Wisnujono, 2004).
2. Jenis kelamin
Menurut Rasyid, dkk (2010) kejadian katarak lebih banyak
terjadipada perempuan dari pada laki-laki, ditujukan dengan hasil
penelitian yang menemukan 114 orang (71,7%) penderita katarak
berjenis kelamin perempuan, sedangkan 57 orang (63,4%) penderita
katarak berjenis kelamin laki-laki.

3
3. Katarak erat kaitannya juga dengan pekerjaan yang berada di luar
gedung, dimana sinar ultraviolet (UV) merupakan faktor risiko
terjadinya katarak.
4. Pendapatan dikaitkan dengan status sosial ekonomi yang rendah.
Seseorang dengan tingkat ekonomi yang rendah dalam hal
penghasilan memiliki ketidakmampuan dalam pemenuhan kebutuhan
nutrisi setiap harinya. Status ekonomi juga dihubungkan dengan
rendahnya tingkat pengetahuan seseorang yang berkaitan dengan
kemauan untuk mencari informasi mengenai pengobatan katarak,
sehingga munculnya tanda-tanda akan terjadinya katarak tidak disadari
oleh seseorang karena dirasakan masih belum menganggu. Pada
umumnya seseorang akan mengunjungi tempat pelayanankesehatan
mata setelah merasa terganggu pada matanya. Selain itu juga penderita
katarak yang berasal dari golongan ekonomi rendah tidak akan mampu
mengobati penyakitnya ke rumah sakit atau klinik swasta yang mahal,
sehingga pengobatan katarak tidak menjadi prioritas bagi mereka.
Jarak yang jauh dari sarana pelayanan menyebabkan ongkos
transportasi dan biaya untuk keluarga yang mengantar menjadi mahal
(Pujiyanto, 2004).
5. Diabetes Melitus dapat menyebabkan berbagai macam
komplikasi, salah satunya adalah katarak. peningkatan enzim aldose
reduktase dapat mereduksi gula menjadi sorbitol, hal ini menyebabkan
terjadinya perubahan osmotik sehingga serat lensa lama-kelamaan
akan menjadi keruh dan menimbulkan katarak (Pollreisz dan Erfurth,
2010).
6. Merokok Dari beberapa faktor risiko terjadinya katarak, salah satunya
adalah merokok. Rokok berperan dalam pembentukan katarak melalui
dua cara yaitu, pertama paparan asap rokok yang berasal dari tembakau
dapat merusak membrane sel dan serat-serat yang ada pada mata. Ke
dua yaitu, merokok dapat menyebabkan antioksidan dan enzim-enzim
di dalam tubuh mengalami gangguan sehingga dapat merusak mata
(United For Sigth, 2003 ) Pada penelitian dengan menggunakan kasus-

4
kontrol, di mana kasus sebanyak 54 orang dan kontrol 35 orang, hasil
uji multivariat (OR=2,287) menunjukkan hubungan merokok dapat
meningkatkan kejadian katarak 2 kali dibandingkan dengan yang tidak
merokok.

D. Klasifikasi Katarak
Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Katarak congenital, katarak yang sudah terlihatpada usia kurang dari 1
tahun.
2. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.
3. Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun
Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat dibedakan menjadi :
1. Katarak traumatika
Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma tumpul
maupun tajam. Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak pada satu
mata (katarak monokular). Penyebab katarak ini antara lain karena
radiasi sinar - X, Radioaktif, dan benda asing.
2. Katarak toksika
Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan
kimia tertentu. Selain itu, katarak ini juga dapat terjadi karena
penggunaan obat seperti kortikosteroid dan chlorpromazine.
3. Katarak komplikata
Katarak terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu.
Selai itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti
diabetes mellitus, hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan local seperti
uveitis, glaucoma, dan miopia atau proses degenerasi pada satu mata
lainnya.
Berdarakan stadium, katarak senile dapat dibedakan menjadi :
1. Katarak insipient
Merupakan stadium awal katarak yaitu kekeruhan lensa masih
berbentuk bercak – bercak kekeruhan yang tidak teratur.

5
2. Katarak imatur
Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak cembung,
menyebabkan terjadinya myopia, dan iris terdorong kedepan serta bilik
mata depan menjadi dangkal.
3. Katarak matur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini, terjadi
kekeruhan lensa.
4. Katarak hipermatur
Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks
lensa dapat mencair sehingga nucleus lensa tenggelam di dalam korteks
lensa (Tamsuri, 2008)

6
E. Patofisiologi

7
F. Manifestasi Klinis Katarak
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya pasien
mengalami penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan
fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan
penglihatan. Temuan objektif biasanya meliputi pengembunan seperti
mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan
oftalmoskop.
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan
bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada
retina. Hasilnya adalah pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang
menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari.
Pupil yang normalnya hitam, akan tampak kekuningan, abu - abu atau
putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun - tahun, dan ketika
katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang lebih kuat pun tak akan
mampu memperbaiki penglihatan (Suddarth, 2001).
Kekeruhan lensa dapat terjadi tanpa menimbulkan gejala, dan dijumpai
pada pemeriksaan mata rutin. Gejala katarak yang sering dikeluhkan
adalah:
1. Silau Pasien katarak sering mengeluh silau, yang bisa bervariasi
keparahannya mulai dari penurunan sensitivitas kontras dalam
lingkungan yang terang hingga silau pada saat siang hari atau sewaktu
melihat lampu mobil atau kondisi serupa di malam hari. Keluhan ini
khususnya dijumpai pada tipe katarak posterior subkapsular.
Pemeriksaan silau ( test glare ) dilakukan untuk mengetahui derajat
gangguan penglihatan yang disebabkan oleh sumber cahaya yang
diletakkan di dalam lapang pandangan pasien.
2. Diplopia monokular atau polyopia Terkadang, perubahan nuklear
terletak pada lapisan dalam nukleus lensa, menyebabkan daerah
pembiasan multipel di tengah lensa. Daerah ini dapat dilihat dengan
refleks merah retinoskopi atau oftalmoskopi direk. Tipe katarak ini
kadang – kadang menyebabkan diplopia monokular atau
polyopia. Hal-hal ini bisa terjadi pada beberapa pasien oleh karena

8
terpecahnya sinar putih menjadi spektrum warna oleh karena
meningkatnya kandungan air dalam lensa.
3. Distorsi Katarak dapat menyebabkan garis lurus kelihatan
bergelombang,24 sering dijumpai pada stadium awal katarak.
4. Penurunan tajam penglihatan Katarak menyebabkan penurunan
penglihatan progresif tanpa rasa nyeri.
5. Sensitivitas kontras mengukur kemampuan pasien untuk mendeteksi
variasi tersamar dalam bayangan dengan menggunakan benda yang
bervariasi dalam hal kontras, luminance dan frekuensi spasial.
Sensitivitas kontras dapat menunjukkan penurunan fungsi penglihatan
yang tidak terdeteksi dengan Snellen. Namun, hal tersebut bukanlah
indikator spesifik hilangnya tajam penglihatan oleh karena katarak.
6. Myopic shift Perkembangan katarak dapat terjadi peningkatan dioptri
kekuatan lensa, yang umumnya menyebabkan miopia ringan atau
sedang. Umumnya, pematangan katarak nuklear ditandai dengan
kembalinya penglihatan dekat oleh karena meningkatnya myopia
akibat peningkatan kekuatan refraktif lensa nuclear sklerotik, sehingga
kacamata baca atau bifokal tidak diperlukan lagi. Perubahan ini disebut
“second sight”. Namun, seiring dengan perubahan kualitas optikal
lensa, keuntungan tersebut akhirnya hilang juga.(Mata 2010)

G. Komplikasi
Bila katarak dibiarkan maka akan terjadi komplikasi berupa glaucoma
dan uveitis. Glaukoma adalah peningkatan abnormal tekanan intraokuler
yang menyebabkan atrofi saraf optik dan kebutaan bila tidak teratasi
(Doenges, 2000). Uveitis adalah inflamasi salah satu struktur traktus uvea
(Smeltzer, 2002). Sedangkan komplikasi yang dapat timbul jika dilakukan
tindakan operasi adalah sebagai berikut.
1. Hilangnya vitreous
Hal ini dapat terjadi apabila kapsul posterior mengalami kerusakan
selama operasi, yang mengakibatkan gel vitreous dapat masuk ke
dalam bilik anterior.

9
2. Prolaps iris
Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah pada periode pasca
operasi dini. Terlihat sebagai daerah berwarna gelap pada lokasi insisi,
dan pupil mengalami distorsi. Keadaan ini membutuhkan perbaikan
segera dengan pembedahan.
3. Endoftalmitis
Komplikasi infektif ekstraksi katarak yang serius namun jarang terjadi
(kurang dari 0,3%). Pasien datang dengan keluhan mata merah yang
terasa nyeri, penurunan tajam pengelihatan (biasanya dalam beberapa
hari setelah pembedahan), pengumpalan sel darah putih di bilik
anterior.
4. Astigmatisme pascaoperasi
Mungkin diperlukan pengangkatan jahitan kornea untuk mengurangi
astigatisme kornea.
5. Edema makular sistoid
Makula menjadi edema setelah pembedahan, terutama bila disertai
hilangnya vitreous. Dapat sembuh seiring waktu namun dapat
menyebabkan penurunan tajam penglihatan yang berat.
6. Ablasio retina
Teknik-teknik modern dalam ekstraksi katarak dihubungkan dengan
rendahya tingkat komplikasi ini. Tingkat komplikasi ini bertambah bila
terdapat kehilangan vitreous.
7. Opasifikasi kapsul posterior
Pada sekitar 20% pasien, kejernihan kapsul posterior berkurang pada
beberapa bulan setelah pembedahan ketika sel epitel residu bermigrasi
melalui permukaannya. Pengelihatan menjadi kabur dan mungkin
didapatkan rasa silau.
8. Resiko iritasi dan infeksi
Jika jahitan nilon halus tidak diangkat setelah pembedahan maka
jahitan dapat lepas dalam beberapa bulan atau tahun setelah
pembedahan dan mengakibatkan iritasi atau infeksi. Gejala hilang
dengan pengangkatan jahitan.

H. Pemeriksaan Penunjang
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika
gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan.
Kadang kala cukup dengan mengganti kacamata. Sejauh ini tidak ada obat-

10
obatan yang dapat menjernihkan lensa yang keruh. Namun, aldose
reductase inhibitor, diketahui dapat menghambat konversi glukosa menjadi
sorbitol, sudah memperlihatkan hasil yang menjanjikan dalam pencegahan
katarak gula pada hewan. Obat anti katarak lainnya sedang diteliti
termasuk diantaranya agen yang menurunkan kadar sorbitol, aspirin, agen
glutathione-raising, dan antioksidan vitamin C dan E2,5,7,9.
Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa.
Lebih dari bertahun-tahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah
berkembang dari metode yang kuno hingga tehnik hari ini
phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan dengan evolusi IOL yang
digunakan, yang bervariasi dengan lokasi, material, dan bahan implantasi.
Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa
yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler cataract
ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang
tiga prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu
ICCE, ECCE, dan phacoemulsifikasi.
1. Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa
bersama kapsul. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan
cryophake dan depindahkan dari mata melalui incisi korneal superior
yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan
lensa subluksatio dan dislokasi. ICCE tidak boleh dilakukan atau
kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih
mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi
pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis,
dan perdarahan

2. Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)


Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan
pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa
anterior sehingga massa lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui

11
robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien
dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa
intra ocular posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra
ocular, kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan
prediposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah
mengalami prolap badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi
retina, mata dengan sitoid macular edema. Pasca bedah ablasi, untuk
mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak pasca
bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan
pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat
timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.
3. Phakoemulsifikasi
Phakoemulsifikasi (phaco) maksudnya membongkar dan
memindahkan kristal lensa. Pada tehnik ini diperlukan irisan yang
sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonic akan
digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin PHACO
akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah
lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan
tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan
pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien dapat dengan
cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari. Tehnik ini bermanfaat
pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak senilis.
Tehnik ini kurang efektif pada katarak senilis padat, dan keuntungan
incisi limbus yang kecil agak kurang kalau akan dimasukkan lensa
intraokuler, meskipun sekarang lebih sering digunakan lensa intra
okular fleksibel yang dapat dimasukkan melalui incisi kecil seperti itu.
4. SICS Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang
merupakan teknik pembedahan kecil. Teknik ini dipandang lebih
menguntungkan karena lebih cepat sembuh dan murah.
Apabila lensa mata penderita katarak telah diangkat maka
penderita memerlukan lensa penggant untuk memfokuskan
penglihatannya dengan cara sebagai berikut: kacamata afakia yang

12
tebal lensanya lensa kontak lensa intra okular, yaitu lensa permanen
yang ditanamkan di dalam mata pada saat pembedahan untuk
mengganti lensa mata asli yang telah diangkat(Klinis & Protein 2010)

I. Penatalaksanaan Medis
Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan
pembedahan laser. Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai
kemajuan prosedur laser baru yang dapat digunakan untuk mencairkan
lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar melalui kanula.
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat
sampai ketitik dimana pasien melakukan aktivitas hidup sehari - hari, maka
penanganan biasanya konservatif. Penting dikaji efek katarak terhadap
kehidupan sehari - hari pasien. Mengkaji derajat gangguan fungsi sehari -
hari, aktivitas, kemampuan bekerja, ambulasi, dan lain - lain, sangat
penting untuk menentukan terapi mana yang paling cocok bagi masing -
masing penderita.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan
akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi
tajam penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih
buruk lagi. Pembedahan katarak adalah pembedahan yang paling sering
dilakukan pada orang berusia lebih dari 65 tahun keatas. Kebanyakan
operasi dilakukan dengan anastesia local (retrobulbar atau peribulbar, yang
dapat mengimobilisasi mata). Obat penghilang cemas dapat diberikan untuk
mengatasi perasaan klaustrofobia sehubungan dengan draping bedah.
Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan
katarak : ekstraksi intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi
bedah adalah hilangnya penglihatan yang mempengaruhi aktivitas normal
pasien atau katarak yang menyebabkan glaukoma atau mempengaruhi
diagnosis dan terapi gangguan okuler lain, seperti retinopati diabetika
(Suddarth, 2001).

13
J. Diagnosa Keperawatan
Menurut Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma (2015), diagnose
keperawatan yang dapat terjadi pada pasien dengan katarak adalah sebagai
berikut.
1. Ansietas b.d kehilangan pandangan komplet, jadwal pembedahan, atau
ketidakmampuan mendapatkan pandangan
2. Resiko infeksi b.d pertahanan primer dan prosedur invasive (bedah
pengangkatan katarak)
3. Resiko cidera b.d peningkatan tekanan intra orbital
4. Nyeri akut b.d proses pembedahan
5. Gangguan sensori persepsi visual b.d gangguan penerimaan
sensori/status organ indra, lingkungan secara terapeutik dibatasi d/d
menurunnya ketajaman, gangguan penglihatan, perubahan respons
biasanya terhadap rangsang.
K. Intervensi
1. Ansietas
a. Intervensi
 Kaji tingkat ansietas, derajat pengalaman nyeri timbulnya
gejala tiba-tiba dan pengetahuan kondisi ini.
 Berikan informasi yang akurat jujur. Diskusikan kemungkinan
bahwa pengawasan dan pengobatan dapat mencegah
kehilangan penglihatan tambahan.
 Dorong pasien untuk mengkui masalah dan mengekspresikan
perasaan.
 Identifikasi sumber/orang yang menolong.
2. Resiko infeksi
a. Intervensi
Mandiri:
 Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh/
mengobati mata.
 Gunakan/tunjukan teknik yang tepat untuk membersihkan mata
dari dalam keluar dengan tisu basah/ bola kapas untuk tiap
usap, ganti balutan, dan masukan lensa kontak bila
menggunakan.

14
 Tekankan pentingnya tidak menyentuh /menggaruk mata yang
dioperasi.
 Observasi /diskusikan tanda terjadinya infeksi contoh
kemerahan , kelopak bengkak , drainase purulen. Indentifikasi
tindakan kewaspadaan bila terjadi ISK.
Kolaborasi:
 Beri obat sesuai indikasi:
Antibiotik (topikal, parenteral, atau subkonjungtival). Streoid.
3. Resiko cidera
a. Intervensi
Mandiri:
 Diskusi apa yang terjadi pada pascaoperasi tentang nyeri,
pembatasan aktivitas, penampilan, balutan mata.
 Beri pasien posis bersandar, kepala tinggi, atau mirng ke sisi
yang tak sakit sesuai keinginan.
 Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba,
menggaruk mata , membongkok.
 Ambulasi dengan bantuan; berikan kamar mandi khusus bila
sembuh dari anestesi.
 Dorong nafas dalam, batuk untuk bersihan paru.
 Anjurkan menggunakan teknik manajemen stres contoh,
bimbingan imajinasi, visualisasi, nafas dalam dan latihan
relaksasi
 Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi.
 Minta pasien untuk membedakan antara ketidaknyamanan dan
nyeri mata tajam tiba-tiba. Selidiki kegelisahan, disorientasi,
gangguan balutan. Observasi hifema (perdarahan pada mata)
pada mata dengan senter sesuai indikasi.
 Observasi pembengkakan luka, bilik anterior kempes, pupil
berbentuk buah pir.
Kolaborasi:
 Berikan obat sesuai indikasi:

15
 Antiemetik, contoh proklorperazin (Compazine)
 Beri obat sesuai indikasi: Asetazolamin (Diamox).
 Sikloplegis.
 Analgesik, contoh Empirin dengan kodein, asetaminofen
(Tyenol).
4. Nyeri akut
a. Intervensi
 Bantu klien dalam mengidentifikasi tindakan penghilangan
nyeri yang efektif.
 Jelaskan bahwa nyeri dapat akan terjadi sampai beberapa jam
setelah pembedahan.
 Lakukan tindakan penghilanagn nyeri non invasif atau non
farmakologik, seperti berikut;
 Posisi: tinggikan bagian kepala tempat tidur, berubah-ubah
antara berbaring pada punggung dan pada sisi yang tidak
dioperasi.
 Distraksi
 Latihan relaksasi
 Berikan dukungan tindakan penghilangan nyeri dengan
aalgesik yang diresepkan.
 Beritahu doker jika nyeri tidak hilang setelah ½ jam pemberian
obat, jika nyeri disertai mual atau jika anda memperhatikan
drainase pada pelindung mata.
5. Gangguan sensori persepsi visual
a. Intervensi
Mandiri
 Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau
keduanya terlibat.
 Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain
diareanya.

16
 Observasi tanda-tanda dan gejala-gajala disorientasi ;
pertahankan pagar tempat tidur sampai benar-benar sembuh
dari anestesia.
 Pendengkatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara dan
menyentuh sering; dorong orang terdekat tinggal dengan
pasien.
 Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi
mata, dimana dapat terjadi bila menggunakan tetes mata.
 Ingatkan pasien bila menggunakan kacamata katarak yang
tujuannya memperbesar kurang lebih 25%, penglihatan perifer
hilang , dan buta titik mungkin ada.
 Letakkan barang yang dibutuhkan /posisi bel pemanggil dalam
jangkauan pada sisi yang tak dioperasi

17

Anda mungkin juga menyukai