Anda di halaman 1dari 2

SHADDOW TEACHER

Melepas anak di sekolah reguler tanpa Shadow memang agak susah, mengingat dalam tiap tumbuh kembangnya
selalu ada masalah dalam kemampuan anak. Namun, bila orang tua mulai berani mencoba mengambil langkah
ini, perlu dapat respon positif terutama di dalam mengambil keputusan.
Langkah - langkah yang perlu dipersiapkan sebelum Shadow lepas dari anak adalah...
1. Shadow mencatat kelemahan anak di kelas, misalnya menjawab bersama-sama, atau maju ke depan
mengumpulkan tugas, dll. Tujuannya dicatat untuk mengajarkan kembali dalam sessi terapi atau di rumah
tentang kelemahan tersebut.
2. Bekerjasama dengan guru dan mengajari guru untuk bagaimana tehnik-tehnik mengatasi anak dan kemudian
melaporkan kelemahan-kelemahan anak untuk dilatihkan di rumah atau sessi terapi.
3. Bila mulai melepas, jangan langsung dilepas begitu saja seandainya ada Shadow di dalam kelas sebelumnya.
Namun Minggu demi Minggu dikurangi secara perlahan sampai tidak menggunakan Shadow sama sekali.
Bila mulai melepas dari kesehariannya terapi menuju ke sekolah dan tanpa Shadow, hendaklah orang tua
memberi masukan kepada guru mengenai kelemahan anak dan bagaimana mengatasinya.
5. Orang tua menjalin komunikasi dengan teman-teman anak dan orang tua anak yang lain, jadi sebaiknya untuk
awal-awal masuk orang tua bisa coba tuh kumpul-kumpul bersama orang tua yang lain di sekolah walau sekedar
rumpi namun tujuannya untuk kepentingan anak.
6. Mengalihkan kinerja Shadow kepada teman-temannya, supaya ketika anak mulai dilepas ada tenan-temannya
yang peduli dan membantu kesulitan anak.
7. Mengajari fokus atau tips mengatasi anak distraksi....dengan memberi latihan-latihan kepada anak seperti
misalnya bagaimana anak tetap bisa belajar walau ada suara-suara lain.
a. Latih dengan kemampuan kontak mata terlebih dahulu. Ajarkan belajar secara klasikal dan tidak di dalam
ruangan seorang diri bersama dengan terapis. Libatkan seluruh anggota keluarga untuk melatih kemampuan
konsentrasi anak. Misalnya belajar sambil televisi menyala, atau belajar tapi banyak orang berlalu lalang, belajar
dengan berbagai macam corak yang dilihat anak. Benda-benda tersebut jangan diberikan secara bersamaan, tetapi
perlahan-lahan memasukkannya sampai anak tetap fokus dalam pelajarannya walau banyaknya orang yang lewat
atau banyaknya lemari atau buku-buku di sekelilingnya. Tingkatkan kesulitannya.
b. Latih dengan kemampuan di pendengaran, ketika belajar masukkan suara-suara musik pelan. Gunakan musik
klasik dan tingkatkan jenis musiknya, bisa dengan musik lagu-lagu anak- anak, suara-suara orang berbicara,
suara sepeda kotor lewat, suara gitar, maracas, dll. Apakah anak tetap bisa fokus di dalam belajarnya. Perkecil
volume terlebih dahulu dan kemudian tingkatkan.
c. Latihan berbicara atau menjawab serentak bisa dilakukan dengan : latihan bernyanyi..ketika anak bernyanyi
coba ikuti,
Libatkan juga anggota keluarga yang lain, beri pertanyaan dan ketika anak mulai menjawab coba papa atau
mama, atau sepupu mengikuti juga. Cuek terhadap respon anak ketika anak mulai bingung. Tapi bila Responnya
kuat misalnya hingga tantrum Karena merasa terganggu, berarti perkecil jumlah orang yang mengikuti kemudian
tingkatkan.
D. Latihan kemampuan memperhatikan : latih kontak mata jarak dekat hingga jarak jauh, untuk kemampuan
melihat guru di depan dan juga mendengar guru di depan kelas. Juga memahami perintah sederhana. Beri tugas-
tugas kecil seperti kumpulkan, maju ke depan, tugas kelompok, bagikan, dll.
Latih Imla jarak dekat juga jarak jauh..untuk latihan mencongak nantinya.

Latihan latihan kecil cukup membantu memberi fokus pada anak seperti :
1. Lempar tangkap bola (atur jarak dekat ke jauh)
2. Brain Gym
3. Mendrible bola dan beri tanda pada lantai
4. Menyulam sambil duduk di atas bola
5. Meronce sambil duduk di atas bola
6. Mendrible bola sambil bernyanyi
7. Melempar bola ke keranjang sambil mendengar musik
8. Mewarna sambil menonton TV

Catat dan buat target PR untuk melatih kan tiap kemampuan perkembangan anak. Bila dirasa masih susah...tarik
mundur. Hati-hati dengan ambisi...bentuk kemampuan anak dengan tujuan dan Goal, perlu proses dan bertahap,
tidak ada yang instan. Rayakan bila berhasil...
HANYA dan CUMA

Dalam kesempatan berdiskusi dalam Parenting Workshop yang diadakan oleh BUDI CENTER SOLO di Semarang beberapa waktu
yang lalu, saya menangkap problem utama yang mengemuka dalam upaya pengembangan secara optimal Anak Berkebutuhan
Khusus, tidak hanya penyandang Autisme saja tetapi juga mereka yang menyandang GDD, ADHD, CP, Epilepsi dan lain-lain.

Keluhan yang paling banyak muncul adalah soal "keterbatasan waktu" dari semua pihak penyelenggara pendampingan ABK.

Orangtua mengatakan cuma bisa mendampingi sebentar di rumah.


Guru mengatakan cuma bisa mendidik anak di sekolah.
Terapis mengatakan cuma punya 2 jam menerapi.

Bagaimana mungkin anak maju kalau kami CUMA punya waktu segini?
Itu pointnya.

Maka saat itu saya langsung menimpali bahwa anda semua, baik orangtua, guru dan terapis JANGAN PERNAH merasa dan
menganggap bahwa andilnya HANYA 2 jam waktu terapi, HANYA selama jam sekolah, HANYA waktu anak di rumah. Memang
semua upaya yang dilakukan itiu benar-benar HANYA dan CUMA akan menjadi bagian-bagian kecil potongan waktu kalau
dilakukan TANPA alur informasi dan alur kegiatan serta alur saling percaya dari semua pihak.

Bagaimana?

Mari kita buat gambar yang utuh dari puzzle yang terdiri dari potongan orangtua, potongan terapis dan potongan sekolah.

Kita mulai dari terapis yang merasa hanya menerapi anak selama 2 jam.
Mereka merasa 2 jam terapi itu samasekali tidak bermakna untuk membentuk anak dan membawa anak ke level yang lebih tinggi.

Orang tua merasa tidak mungkin mengentaskan anak sementara waktu anak sudah tersita di tempat terapi dan sekolah.

Guru di sekolah merasa tak berdaya saat siswanya sudah pulang ke rumah.

Nah, di sinilah saya mengingatkan kembali pada PERAN ORANGTUA sebagai MANAJER yang mengontrol dan mengendalikan
arah perkembangan anak dari waktu ke waktu . Dari sesi ke sesi.

Ingatlah, pada saat menjemput anak dari tempat terapi, pastikan orangtua mengetahui apa yang tadi sudah diberikan terapis di
tempat terapi. Saya contohkan, bahwa di tempat terapi anak diberi pemahaman tentang sopan santun untuk tidak meludah
sembarangan. Orangtua harus menyampaikan materi ini kepada guru di sekolah dan meminta kerjasama guru untuk bersedia
mengingatkan anak bahwa dia tidak dibenarkan meludah sembarangan. Guru bisa bekerjasama dengan teman-teman si anak di kelas
untuk juga mengingatkan anak supaya tidak meludah sembarangan. Kemudian orangtua juga menyampaikan materi tidak meludah
sembarangan ini kepada anggota keluarga di rumah dan meminta kesediaan mereka untuk mengingatkan anak untuk tidak meludah
sembarangan. Pada saat anak kembali ke sesi terapi berikutnya, kemampuan menahan diri untuk tidak meludah sembarangan sudah
meningkat dan terapis bisa melanjutkan sesinya ke tahapan lain.

Meludah, dalam kasus ini hanyalah salah satu contoh materi terapi perilaku. Kalau terapis sedang melatih anak untuk duduk tegak,
maka orangtua harus meneruskan informasi sesi duduk tegak ini kepada guru dan keluarga. Juga materi lain seperti memegang
pensil dengan benar, dan lain-lain dan seterusnya.

Dengan cara ini, 2 jam materi yang diberikan terapis menjadi meluas aplikasinya dan juga bertambah pelatihannya menjadi berjam-
jam di sekolah dan berjam-jam di rumah.

Inilah yang disebut SINERGI dan pengawas mulusnya sinergi ini adalah orangtua atau caregiver anak.

Jadi, bagi saya ... tidak ada istilah HANYA TERAPI DUA JAM ... tetapi terapi 2 jam itu bisa menjadi sumber teori yang aplikatif
asal dimonitor dan dimotori oleh orangtua.

Sudahkah puzzle menyatu?


Sudah.
Dan gambarnya utuh.
Hasilnya terlihat.

Ayo lakukan sinergi itu.


Hapus kata HANYA.
Potongan puzzle harus lengkap tersedia di meja.
Semua punya peran yang sama pentingnya dengan satu tujuan yaitu membawa anak ke level pencapaian yang berikutnya.
Semua sama pentingnya

Anda mungkin juga menyukai