Anda di halaman 1dari 13

BAB 3

METODE PERANCANGAN

3.1 Deskripsi Proses


3.1.1 Mekanisme Reaksi
Mekanisme yang terjadi pada pembentukan formaldehida adalah
sebagai berikut :
1. Transfer gas methanol ke permukaan katalis
2. Transfer gas methanol ke pori-pori katalis
3. Adsorpsi gas methanol oleh katalis
4. Reaksi oksidasi methanol membentuk formaldehida
5. Desorpsi formaldehida
6. Transfer formaldehida ke permukaan katalis
7. Transfer formaldehida ke fase gas

Dasar reaksi :
Proses pembuatan formaldehida dari methanol dan udara dengan
katalis iron molybdenum berdasarkan pada reaksi oksidasi. Reaksi yang
terjadi sebagai berikut :

1
CH3OH(g) + O2(g) HCHO(g) +H2O(g)
2

(Othmer, Vol 11, hal 494)

Reaksi berlangsung dalam fase gas dengan katalis padat dan bersifat
eksotermis. Oleh karena itu reaktor yang dipilih adalah reaktor fixed bed
multi tube.
o
Reaksi dilakukan pada suhu 233-287 C dan tekanan atmosferis
dengan perbandingan mol antara methanol dengan oksigen = 1 : 2 (US. Pat :
4,343,954). Suhu reaktor tersebut dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa
pada suhu tersebut dihasilkan konversi yang tinggi. Reaksi bersifat
eksotermis sehingga untuk mempertahankan suhu reaktor digunakan
pendingin.

31
32
Pendingin yang digunakan adalah Downterm A yang mengalir melalui
shell, sedangkan reaktan mengalir melalui tube berisi katalis. Proses ini
menggunakan katalis iron molybdenum, dimana katalis ini berfungsi untuk
mengarahkan dan mempercepat reaksi, juga menurunkan energi aktifasi.
Mekanisme reaksi oksidasi methanol menjadi formaldehida disebut
mekanisme hidroksil. Mekanisme ini adalah bagian dari mekanisme
oksidasi methanol menjadi CO2 dan H2O, maka setiap langkah mekanisme
ini akan terbentuk gugus hidroksil.

Berikut mekanisme reaksi oksidasi methanol :


1. Chemisorbtion O2
O2  2 O
2. Oksigen mengoksidasi Methanol
CH3OH + 2 O  2CH3O + 2 OH
3. Gugus hidroksil menjadi Air dan Oksigen
2 OH  H2O + O
4. Pembentukan Formaldehida bebas
2 CH3O  2 CH2O + 2 H
5. Reaksi antara H dengan membentuk air
2H + O  H2O

3.1.2 Tinjauan Kinetika


Apabila ditinjau dari kinetika reaksi, kecepatan reaksi oksidasi
metanol menjadi formaldehid adalah reaksi orde satu.
Persamaan kinetika
reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut :

𝐾𝑝1 .𝑌𝑚 .𝑃 𝑔𝑚𝑜𝑙 𝐶𝐻3 𝑂𝐻 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖


𝑟1 = 1+𝑎𝑝
1 .𝑌𝑚 .𝑃+𝑎𝑝2 .𝑌𝑚 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑘𝑎𝑡𝑎𝑙𝑖𝑠.𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

Sedangkan persamaan kinetika reaksi untuk reaksi samping dapat


dituliskan sebagai berikut :

𝐾𝑝1 .𝑌𝑚 .𝑃 𝑔𝑚𝑜𝑙 𝐶𝐻2 𝑂 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖


𝑟2 = 1+𝑎𝑝
1 .𝑌𝑚 .𝑃+𝑎𝑝2 .𝑌𝑚 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑘𝑎𝑡𝑎𝑙𝑖𝑠.𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
33
Dengan :

ap1 = 567,606 exp (-1125,96 / T)

ap2 = 8,36863.10-5 exp (7124,14 / T)

bp1 = 6,44588.10-9 exp (12195,4 / T)

bp2 = 2,84446.10-3 exp (4803,08 / T)

𝑔𝑚𝑜𝑙
Kp1 = 5,37227.10-2 exp (-7055,14 / T)
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑘𝑎𝑡𝑎𝑙𝑖𝑠.𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘.𝑎𝑡𝑚

𝑔𝑚𝑜𝑙
Kp2 = 6,41907.10-9 exp (1292,72 / T)
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑘𝑎𝑡𝑎𝑙𝑖𝑠.𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘.𝑎𝑡𝑚

(Subekti, 1995)

Dimana :
r1 = Kecepatan reaksi utama
r2 = Kecepatan reaksi samping
Kp1 = Konstanta kinetika reaksi utama (Kmol/Kg kat.det.atm)
Kp2 = Konstanta kinetika reaksi samping (Kmol/Kg kat.det.atm)
ap1 = Konstanta reaksi utama (Kgmol/Kgmol CH3OH.atm)
ap2 = Konstanta reaksi samping (Kgmol/Kgmol CH2O.atm)
P = Tekanan (atm)
T = Temperatur (oK)
Ym = Fraksi mol methanol (Kgmol CH3OH/Kgmol)

Ditinjau dari kinetika reaksi, yang mengendalikan reaksi oksidasi


methanol menjadi formaldehida adalah adsorpsi methanol pada katalis.

3.1.3 Tinjauan Thermodinamika

Untuk menentukan sifat reaksi apakah berjalan eksotermis atau


endotermis maka diperlukan perhitungan panas pembentukan standart
o o
(∆Hf ) pada 1 atm dan 298 K.

34

Tabel 3.1 Data Panas Pembentukan dan Energi Gibbs

Komponen o o
∆Hf (Kj/mol) ∆Gf (Kj/mol)
CH2O -115,9 -109,91
CH3OH -201,17 -162,51
H2O -241,8 -228,6
H2 0 0
O2 0 0
( Yaws, 1999 )
Reaksi :


1
CH3OH(g) + O (g)  CH2O(g) + H2O(g)
2 2

o o o
∆Hr = ΔHf produk – ΔHf reaktan

o o o o o
ΔHr = (∆Hf CH2O + ∆Hf H2O) - (∆Hf CH3OH + (1/2 ∆Hf O2))

= (-115,9 + (-241,8)) - (-201,17 + 0)

o
ΔHr = -156,53 kJ/mol

Karena harga ∆H298 negatif, maka reaksi bersifat eksotermis.

(Smith & Van Ness, 1975 : 133, 659)

o
Apabila ditinjau dari Energi Gibbs (ΔG ), harga K didapatkan :


o o o
∆G = ∆Gf produk - ∆Gf reaktan

= (Gf CH2O + Gf H2O) - (Gf CH3OH + 1⁄2 Gf O2)

= (-109,91 + -228,6) – (-162,51 + 0)

= -176 kJ/mol = -176.000 J/mol

∆G = - RT ln K
35
Δ𝐺
ln K =
−𝑅𝑇
−176.000
ln K =
−(8,314 𝑥 298)

K = 7,0975 x 1030  K >> 1


Jadi reaksinya adalah reaksi irreversible karena harga K yang didapat


lebih besar dari 1.

(Smith dan Van Ness, 1996)

3.1.4 Kondisi Operasi


Kondisi operasi sangat menentukan jalannya proses dan terbentuknya
produk hasil reaksi. Proses reaksi pembentukan formaldehida berlangsung
dalam fase gas dengan katalis padat dan bersifat eksotermis, oleh karena itu
reaktor yang dipilih adalah reaktor fixed bed multitube pada temperatur
operasi 233-287 oC, dan tekanan 1 – 1.5 atm
(Kirk and Othmer, 1996 : 11, 494).
Pada prarancangan pabrik formaldehida dipilih temperatur operasi
260oC dan tekanan 1.4 atm.
Pemilihan temperatur ini berdasarkan hal-hal sebagai berikut :
1. Kecepatan reaksi pembentukan formaldehida dari oksidasi
methanol semakin 
meningkat dengan kenaikan suhu,
sedangkan konversi reaksi akan semakin
besar pada suhu
rendah karena merupakan reaksi eksotermis.
2. Katalis iron molybdenum oxyde yang memiliki temperatur
optimal aktif sekitar 260oC dimana kecepatan reaksi cukup
besar dan katalis masih dalam keadaan aktif.

Pada prarancangan pabrik formaldehida dipilih tekanan 1.4 atm
dengan alasan keamanan dan tidak dibutuhkan konstruksi alat yang lebih
kuat dibandingkan apabila digunakan tekanan tinggi.


3.1.5 Katalis

Katalis merupakan suatu zat yang berpengaruh terhadap kecepatan


36
reaksi kimia dan tidak berubah pada akhir reaksi. Suatu katalis dapat
mempercepat reaksi kimia yaitu dengan menurunkan barrier energi/energi
pengaktifan dari suatu reaksi. Katalis hanya merubah kecepatan reaksi tapi
tidak berpengaruh terhadap kesetimbangan termodinamika suatu reaksi.
Dalam reaksi katalitik heterogen biasanya katalis berupa padatan, sedangkan
reaktan dan produknya berupa gas atau liquid.
(Fogler, 1999)
Katalis yang biasa digunakan dalam proses pembentukan formaldehid
adalah kristal perak dan metal oksida. Pada proses ini digunakan katalis
oksida besi molybdenum karena tidak mudah terkontaminasi dan umur
katalis lama (18 bulan).
(Othmer, hal 494)

3.2 Tahapan Proses


Proses pembuatan formaldehid dapat dibagi dalam empat tahap, yaitu :
1. Tahap penyimpanan bahan baku.
2. Tahap penyiapan bahan baku.
3. Tahap pembentukan produk.
4. Tahap pemurnian produk. 


3.2.1. Tahap Penyimpanan Bahan Baku


Bahan baku methanol cair dengan kemurnian 99,85% disimpan di
dalam tangki penyimpan metanol (T- 01) pada suhu lingkungan (30oC) dan
tekanan atmosfer (1 atm) untuk menjaga agar fase methanol tetap pada fase
cair. 


3.2.2. Tahap Penyiapan Bahan Baku


Bahan baku methanol cair dari tangki penyimpan methanol (T-01)
dipompa (P-01) dan dialirkan menuju vaporizer (V- 01), untuk
diuapkan dengan steam sebagai pemanas yang berasal dari waste heat
boiler (WHB-01), sedangkan kondisi steam yang digunakan
mempunyai tekanan 1,5 atm dan suhu 111,76 C. Uap metanol yang
37
keluar dari (V-01) selanjutnya diumpankan ke reaktor (R-01) yang
mempunyai tekanan 1,5 atm dan suhu 75,25 oC untuk dicampurkan
dengan udara.
 Sedangkan methanol yang tidak teruapkan akan
dikembalikan ke waste heat boiler (WHB-01), yang sebelumnya
ditampung terlebih dahulu didalam kondensat agar suhunya turun
hingga 100 oC dan kemudian dipompakan (P-03) ke WHB-01.
Bahan baku kedua yaitu udara yang didapat dari lingkungan sekitar
dengan suhu 32 C. Udara ini dilewatkan pada filter udara (F-01)
untuk memisahkan debu dan tetes cairan yang ada dalam udara. Bahan
baku kedua ini kemudian dicampur dengan off gas dari absorber (A-
01) dan dilewatkan ke dalam blower (B-01) untuk menaikkan
tekanannya menjadi 1,5 atm dengan temperatur 36,97 oC.
Kemudian udara dipanaskan ke dalam heater (HE-01) dengan
menggunakan pemanas yang berasal dari dowtherm (DT-01),
sehingga suhunya naik menjadi 205 C dengan tekanan 1,5 atm yang
kemudian diumpankan kedalam reaktor (R-01).

3.2.3. Tahap Pembentukan Produk


Pada tahap ini umpan methanol dan oksigen yang telah
dikondisikan akan bereaksi di dalam reaktor fixed bed multitube (R-
01) dengan bantuan katalis menghasilkan formaldehida. Reaksi
oksidasi (reaksi bersifat eksotermis dan irreversible) Reaksi yang
terjadi adalah :
1 𝑀𝑜𝑂3
𝐶𝐻3 𝑂𝐻 + 2 𝑂2 → 𝐻𝐶𝐻𝑂 + 𝐻2 𝑂 ΔH=-36,453 kkal/mol

Reaksi tersebut terjadi di dalam reaktor (R-01) yang berisi butiran-


butiran katalisator Molybdenum oksida (MoO3). Katalis yang
digunakan adalah iron molybdenum oxyde (Fe2O3MoO3Cr2O3) yang
memliki masa aktif sampai dengan 18 bulan. Reaksi yang terjadi
bersifat eksotermis dan gas inert N2 dalam udara akan membantu
menyerap panas yang timbul karena reaksi. Konversi pada reaksi ini
adalah sebesar 98%. Apabila suhu reaktor mencapai > 400oC atau
38
o
diluar kisaran suhu yang diijinkan (300-400 C) maka akan terbentuk
reaksi samping.

1 𝑀𝑜𝑂3
𝐶𝐻3 𝑂𝐻 + 2 𝑂2 → 𝐶𝑂 + 𝐻2 𝑂 ∆H = -51 kkal/mol

(Mc. Ketta, Vol 23, hal. 361)

Oleh karena itu medium pendingin sangat berperan penting untuk


mencegah terbentuknya reaksi samping yang tidak diinginkan.
Di
dalam reaktor akan terjadi kenaikan temperatur akibat dari reaksi yang
bersifat eksotermis, sehingga untuk mempertahankan suhu reaksi
keluar dari reaktor kurang dari 400oC diperlukan pendingin yang
mengalir di shell reaktor. Pendingin yang digunakan adalah Dowterm
(DT-01). Uap panas yang berasal dari reaktor (R-01) dengan suhu 257
o
C dialirkan menuju dowterm (DT-01) untuk didinginkan hingga
suhunya mencapai 230 oC, yang kemudian dikembalikan lagi kedalam
reaktor (R-01). Setelah digunakan sebagai media pendingin, Dowterm
(DT-01) digunakan sebagai pemanas di heater (HE-01) yang
kemudian diumpankan kembali ke dalam dowterm (DT-01).
Hasil fluida reaktor didinginkan dalam waste heat boiler (WHB-
01) sehingga suhunya turun menjadi 120 oC.

3.2.4. Tahap Pemurnian Produk


Setelah itu gas hasil reaksi dari WHB-01, didinginkan kembali ke
dalam cooler (CO-01) sampai dengan suhu 70 oC menggunakan
pendingin air. Kemudian gas yang mempunyai kondisi suhu 70 oC,
dimasukkan ke dalam absorber (AB-01), untuk diserap
formaldehidanya dengan menggunakan penyerap air. Hasil bawah
absorber (AB-01) yang merupakan produk utama yaitu larutan
formaldehida 37% dengan suhu 60 oC. Sedangkan Gas keluar HE-02
pada suhu 30 oC diumpankan ke absorber (AB-01) yang berfungsi
menyerap gas formaldehida dengan menggunakan media penyerap air.
39
Di dalam absorber akan terjadi proses perpindahan massa yang
akan diikuti dengan perpindahan panas. Absorber (AB-01) yang
digunakan berupa menara isian, dan digunakan pelarut air karena
kelarutan formaldehida dalam air sangat baik.
Produk atas absorber (AB-01) berupa gas, sebagian di recycle
kedalam aliran blower (B-01) dan sebagian lagi dibuang (purge) ke
udara. Sedangkan produk bawah absorber berupa larutan CHOH,
H2O, dan CH3OH dipompa (P-04) menuju HE-02 untuk menurunkan
suhunya menjadi 30 oC dan tekanan 1 atm, yang selanjutnya dialirkan
menuju tangki penyimpan produk (T-02).
40
3.3. Diagram Alir

Keterangan :
T-01 : Tangki Penyimpanan Methanol HE-01 : Pemanas Udara
T-02 : Tangki Formaldehyde HE-02 : Pendingin Formaldehyde
P-01 : Pompa Methanol R-01 : Reaktor
P-02 : Pompa Dowterm DT-01 : Dowterm
P-03 : Pompa Kondensat WHB-01 : Waste Heat Boiler
41
P-04 : Pompa Formaldehyde K-01 : Kondensat
V-01 : Vaporizer CO-01 : Pendingin fluida
F-01 : Filter Udara AB-01 : Absorber
B-01 : Blower

Gambar 3.1. Diagram Alir Proses Formaldehyde

3.4. Tata Letak Alat Proses

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan lay out


peralatan proses pada pabrik formaldehid, antara lain :

a) Aliran bahan baku dan produk 
Pengaliran bahan baku dan produk
yang tepat akan memberikan keuntungan ekonomi yang besar serta
menunjang kelancaran dan keamanan produksi. 

b) Aliran udara
Aliran udara di dalam dan di sekitar area proses perlu
diperhatikan kelancarannya. Hal ini bertujuan untuk menghindari
terjadinya stagnasi udara pada suatu tempat sehingga mengakibatkan
akumulasi bahan kimia yang dapat mengancam keselamatan pekerja.
c) Cahaya
Penerangan seluruh pabrik harus memadai dan pada
tempat-tempat proses yang berbahaya atau beresiko tinggi perlu
adanya penerangan tambahan. 

d) Lalu lintas manusia
Dalam perancangan lay out pabrik perlu
diperhatikan agar pekerja dapat mencapai seluruh alat proses dangan
cepat dan mudah. Hal ini bertujuan apabila terjadi gangguan pada
alat proses dapat segera diperbaiki. Keamanan pekerja selama
menjalani tugasnya juga diprioritaskan. 

e) Pertimbangan ekonomi
Dalam menempatkan alat-alat proses
diusahakan dapat menekan biaya operasi dan menjamin kelancaran
dan keamanan produksi pabrik. 

f) Jarak antar alat proses
Untuk alat proses yang mempunyai suhu
dan tekanan operasi tinggi sebaiknya dipisahkan dengan alat proses
lainnya, sehingga apabila terjadi ledakan atau kebakaran pada alat
tersebut maka kerusakan dapat dieliminir.
42

(Vilbrant,
hal.184) 


Tata letak alat-alat proses harus dirancang sedemikian rupa 
sehingga :

a) Kelancaran proses produksi dapat terjamin 


b) Dapat mengefektifkan luas lahan yang tersedia 


c) Biaya kapital handling menjadi rendah dan dapat menghemat



pengeluaran untuk kapital yang kurang penting 


d) Karyawan mendapat kepuasan kerja agar dapat meningkatkan



produktifitas kerja disamping keamanan yang terjadi 


Keterangan :
1: Tangki Methanol 8: Kondesat
2: Tangki Formaldehyde 9: Waste Heat Boiler
43
3: Tangki Air Proses 10: Reaktor
4: Vaporizer 11: Cooler
5: Filter 12: Absorber
6: Blower 13: Heat Exchanger 02
7: Heat Exchanger 01 14: Downterm
Gambar 3.2. Tata Letak Alat Proses

Anda mungkin juga menyukai