OLEH KELOMPOK 2:
A. Pendahuluan
Pelayanan keperawatan pada klien secara profesional dapat membantu
klien dalam mengatasi masalah keperawatan yang dihadapi klien. Salah satu
bentuk pelayanan keperawatan yang profesional tersebut dengan memperhatikan
seluruh keluhan yang dirasakan klien kemudian mendiskusikannya dengan
tim keperawatan untuk merencanakan pemecahan masalahnya.
Pelayanan keperawatan yang perlu dikembangkan untuk mencapai hal
tersebut adalah dengan ronde keperawatan. Dimana ronde keperawatan
merupakan sarana bagi perawat baik perawat primer maupun perawat assosiate
untuk membahas masalah keperawatan yang terjadi pada klien yang melibatkan
klien dan seluruh tim keperawatan termasuk konsultan keperawatan. Salah satu
tujuan dari kegiatan ronde keperawatan adalah meningkatkan kepuasan klien
terhadap pelayanan keperawatan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Setelah dilakukan ronde keperawatan masalah keperawatan yang dialami
klien dapat diatasi.
2. Tujuan Khusus :
Setelah dilaksanakan ronde keperawatan, perawat mampu :
a. Berfikir kritis dan sistimatis dalam pemecahan masalah keperawatan
klien
b. Memberikan tindakan yang berorientasi pada masalah keperawatan
klien
c. Menilai hasil kerja
d. Melaksanakan asuhan keperawatan secara menyeluruh.
C. Pelaksanaan :
Hari / tanggal : Selasa, 12 september 2017
Tempat : Ruang Melati
Materi : Ronde Keperawatan
D. Metode :
Diskusi
Demonstrasi
E. Materi :
Pengertian Ronde Keperawatan
Karakteristik
Langkah-Langkah Kegiatan Ronde Keperawatan
Peran Masing-Masing Perawat (Terlampir)
Materi Tentang Penyakit Anemia
F. Peserta :
Peserta ronde keperawatan meliputi :
Mahasiswa PRODI DIII KEPERAWATAN UNIVERSITAS BONDOWOSO
G. Alat Bantu :
1. Ruang perawatan sebagai sarana diskusi
2. Status klien
3. Alat bantu demonstrasi
4. Media
H. Evaluasi :
1. Persiapan ronde keperawatan
2. Pelaksanaan ronde keperawatan
3. Peran masing-masing tim dalam pelaksanaan ronde keperawatan
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah-masalah keperawatan klien yang belum teratasi.
2. Tujuan Khusus
a. Tim keperawatan mampu menggali masalah-masalah klien yang belum
teratasi
b. Mampu mengemukakan alasan ilmiah terhadap masalah
keperawatan klien
c. Mampu merumuskan intervensi keperawatan yang tepat mengenai
masalah klien
d. Mampu mendesiminasikan tindakan yang tepat sesuai dengan masalah
klien
e. Mampu mengadakan justifikasi terhadap rencana dan tindakan
keperawatan yang dilakukan.
B. Sasaran
Nama : An.S
Umur : 8 tahun
Pekerjaan : Siswa
C. Materi
1. Konsep dasar penyakit anemia
2. Askep klien dengan anemia (terlampir).
D. Pelaksanaan
Hari / tanggal : Selasa, 12 September 2017
Tempat : Ruang melati
E. Metode :
Ceramah, Diskusi
F. Media
1. Makalah
2. Sarana diskusi
3. Materi yang disampaikan secara lisan
G. Tim Ronde
1. KARU
2. KATIM
3. Perawat pelaksana
4. Ahli gizi
5. Fisioterapi
6. Keluarga 1
7. Keluarga 2
8. Dokter
9. Pasien
I. Mekanisme Kegiatan
No Waktu Kagiatan Pemeran Pasien
1 5 menit Pembukaan : Ketua tim Mendengarkan
Memberi salam
Menyampaikan
tujuan ronde
keperawatan
J. Evaluasi
1. Bagaimana koordinasi persiapan dan pelaksanaan ronde keperawatan
2. Bagaimana peran pelaksana saat ronde keperawatan
3. Membuat umpan balik yang sudah dikerjakan
TINJAUAN PUSTAKA
ANEMIA
A. PENGERTIAN
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan atau hitung eritrosit
lebih rendah dari normal. Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta
jumlah Hb dalam 1mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang didapatkan
(packed red cells volume) dalam 100 ml darah. (Ngastiyah.1997).
Anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas hemoglobin
dan volume pada sel darah merah (Hematokrit per 100 ml darah ).
Menurut Fenstermacher dan Hudson (1997), anemia adalah berkurangnya
secara signifikan massa sel darah merah sehingga kapasitas darah yang
membawa oksigen menjadi berkurang.
Secara fisiologis, anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah
hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan sehingga tubuh akan
mengalami hipoksia. Anemia bukan suatu penyakit atau diagnosis melainkan
merupakan pencerminan ke dalam suatu penyakit atau dasar perubahan
patofisilogis yang diuraikan oleh anamnese dan pemeriksaan fisik yang teliti
serta didukung oleh pemeriksaan laboratorium.
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan atau hitung eritrosit
lebih rendah dari harga normal.
Dikatakan sebagai anemia bila Hb < 14 g/dl dan Ht < 41 % pada pria atau
Hb < 12 g/dl dan Ht < 37 % pada wanita.
Memungkinkan terjadinya :
1. Penurunan kuantitas hemoglobin
2. Penurunan komponen eritrosit
C. MANIFESTASI KLINIS
1. Tanda-tanda umum anemia:
a. pucat,
b. tacicardi,
c. bising sistolik anorganik,
d. bising karotis,
e. pembesaran jantung.
2. Manifestasi khusus pada anemia:
a. Anemia aplastik: ptekie, ekimosis, epistaksis, ulserasi oral, infeksi
bakteri, demam, anemis, pucat, lelah, takikardi.
b. Anemia defisiensi: konjungtiva pucat (Hb 6-10 gr/dl), telapak tangan
pucat (Hb< 8 gr/dl), iritabilitas, anoreksia, takikardi, murmur sistolik,
letargi, tidur meningkat, kehilangan minat bermain atau aktivitas
bermain. Anak tampak lemas, sering berdebar-debar, lekas lelah, pucat,
sakit kepala, anak tak tampak sakit, tampak pucat pada mukosa bibir,
farink, telapak tangan dan dasar kuku. Jantung agak membesar dan
terdengar bising sistolik yang fungsional.
c. Anemia aplastik :ikterus, hepatosplenomegali. (Staf Pengajar Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UI, 1985)
D. PATOFISIOLOGI
Timbulnya anemia mencerminkan adanya keggagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum
(misal berkuranganya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi,
pejanan toksik, invasi tumor, atau kebnyakan penyebab yang tidak diketahui. Sel
darah merah dapat hilang melalui peradarahan atau hemolisis(destruksi). Pada
kasus yang disebut terakhir, masalahnya dapat akibat defek sel darah merah yang
tidak sesuai dengan ketahahan sel darah merah normal atau akibat beberapa
faktor diluar sel dara merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau
dalam sistem retikulo endotelia, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil
samping proses ini bilirubin yang terbentuk dalam fagosit,
akanmemasukialirandara. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah segera
direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma ( konsentrasi normalanya 1
mg/ dl atau kurang ; kadardiatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sklera)
Apabila sel darah merah mengalami pengancuran dalam sirkulasi, seperti
yang terjadi pada berbagai kelainan hemolitik, maka akan muncul dalam
plasma(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasma melebihi kapasitas
haptoglobin plasma(protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat
semuanya (mis. Apabila jumlahnya lebih dari sekitar 100 mg/dl ) hemoglobin
kan terdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria). Jika
ada atau tidak adanya hemoglobinemia atau hemoglobinuria dapat memberikan
informasi mengenai lokasi penghancuran sel darah merah abnormal pada pasien
dengan hemolisi dan dapat merupakan petunjuk untuk mengetahui sifat proses
hemolitik tersebut. (Suddart and Brunner, 2001)
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Kadar Hb.
Kadar Hb <10g/dl. Konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata < 32%
(normal: 32-37%), leukosit dan trombosit normal, serum iron merendah, iron
binding capacity meningkat.
2. Indeks eritrosit
3. jumlah leukosit dan trombosit
4. hitung retikulosit
5. sediaan apus darah
6. pameriksaan sumsum tulang
7. Kelainan laborat sederhana untuk masing-masing tipe anemia :
a. Anemia defisiensi asam folat : makro/megalositosis
b. Anemia hemolitik : retikulosit meninggi, bilirubin indirek dan total naik,
urobilinuria.
c. Anemia aplastik : trombositopeni, granulositopeni, pansitopenia, sel
patologik darah tepi ditemukan pada anemia aplastik karena
keganasan.(Petit, 1997)
F. PENATALAKSANAAN
a. Anemia pasca perdarahan: transfusi darah. Pilihan kedua: plasma ekspander
atau plasma substitute. Pada keadaan darurat bisa diberikan infus IV apa saja.
b. Anemia defisiensi: makanan adekuat, diberikan SF 3x10mg/kg BB/hari.
Transfusi darah hanya diberikan pada Hb <5 gr/dl.
c. Anemia aplastik: prednison dan testosteron, transfusi darah, pengobatan
infeksi sekunder, makanan dan istirahat.
G. KOMPLIKASI
1. Cardiomegaly
2. Congestive heart failure
3. Gastritis
4. Paralysis
5. Paranoia
6. Hallucination and delusion
7. Infeksi genoturia(Hand Out Nurhidayah, 2004)
H. FOKUS PENGKAJIAN
1. Sistem saraf pusat
Perlu dikaji adanya fatigue, weakness, paresthesia tangan dan kaki,
gangguan pergerakan jari manis, ganggguan koordinasi dan posisi,
kehilangan perassaan bergetar, ataksia, tanda babinski dan romberg,
gangguan penglihatan, perasa dan pendengaran. Gastrointestinal
Lidah beefy red, smooth, paintful, nausea dan muntah, anoreksia,
faltulence,diarhea, konstipasi dan kehilangan berat badan.
KardiovaskulerPalpitasi, tachicardi, denyut nadi lemah, dyspnea, othopnea
2. Integument
3. Warna kulit seperti berlilin, pucat sampai kuning lemon terang.
4. Peningkatan kemungkinan infeksi
5. Raiwayat penyakit keluarga
6. Latar belakang etnik. (Suddart and Brunner, 2001)
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kelelahan b.d anemia
J. FOKUS INTERVENSI
1. Kelelahan fisik b.d anemia
Tujuan: masalah kelemahan fisik dapat teratasi
NOC: actifity toleran (0005)
a. TD sistol dan diastol dalam rentang yang diharapkan saat beraktifitas
b. HR dalam batas rentang yang diharapkan saat beraktifitas
c. Warna kulit normal
d. Mampu melangkah berjalan
e. Kuat
NIC: energy management ( 0180)
a. Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
b. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan
c. Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan
d. Monitor nutrisi dan sumber energi tangadekuat
e. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
f. Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
g. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
h. Berikan periode istirahat selama beraktifitas
i. Monitor TTV sebelum.selama dan sesudah melakukan aktifitas