Anda di halaman 1dari 18

ANALOG TO DIGITAL CONVERTER (ADC)

dan Mengerjakan Soal-soal Pada Buku Principles of Measurement Systems

SISTEM DAN INSTRUMENTASI PENGUKURAN


Tugas II Mata Kuliah Sistem dan Instrumentasi Pengukuran TF6101

Oleh

LINO HUGUN SAPUTRA

NIM: 23315309

PROGRAM STUDI TEKNIK FISIKA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

September 2016
1. Pendahuluan
Analog to Digital Converters (ADC) adalah sebuah rangkaian elektronik
yang berfungsi mengubah sinyal analog (continuous) menjadi sinyal digital
(discrete). Sinyal analog merupakan sinyal yang langsung dapat diukur.
Sedangkan sinyal digital hanya memiliki dua keadaan, untuk komputer digital
merujuk pada status biner yakni 0 dan 1.
ADC diperlukan karena microprocessor hanya dapat menyelesaikan suatu
proses kompleks dalam bentuk sinyal digital. Ketika sinyal berada dalam bentuk
sinyal digital maka akan lebih mudah untuk menghilangkan noise yang terjadi.
ADC berfungsi sebagai penghubung antara dunia analog (tranduser/sensor) dan
dunia digital (signal processing and data handling).
ADC biasa digunakan hampir disemua tempat dimana sinyal analog
diperlukan untuk diproses, disimpan, atau dikirimkan dalam bentuk sinyal digital.
Contohnya penggunaan ADC adalah pada voltmeter digital, handphone,
termokopel, dan osiloskop digital. Mikrokontroler biasanya menggunakan 8, 10,
12, atau 16 bit ADC.
2. Cara kerja ADC

Gambar 1. ADC process


Gambar 1 menunjukan cara kerja dari ADC. Terdapat dua langkah yang dilakukan
oleh ADC untuk mengubah sinyal analog menjadi sinyal digital, yakni:
a. Sampling dan Holding (S/H)
Holding signal berguna untuk menentukan akurasi dari pengubahan
sinyal analog menjadi sinyal oleh ADC. Dan sampling rate terendah seharusnya
paling tidak dua kali lebih besar disbanding dengan frekuensi tertinggi dari data
yang diperoleh oleh sinyal analog. Kecepatan sampling suatu ADC menyatakan
“seberapa sering sinyal analog dikonversikan ke bentuk sinyal digital pada

1
selang waktu tertentu”. Kecepatan sampling biasanya dinyatakan dalam sample
per second (SPS).

Gambar 2. Sampling and Holding

Resolusi ADC menentukan “ketelitian nilai hasil konversi ADC”. Sebagai


contoh: ADC 8 bit akan memiliki output 8 bit data digital, ini berarti sinyal input
dapat dinyatakan dalam 255 (2n – 1) nilai diskrit. ADC 12 bit memiliki 12 bit
output data digital, ini berarti sinyal input dapat dinyatakan dalam 4096 nilai
diskrit. Dari contoh diatas ADC 12 bit akan memberikan ketelitian nilai hasil
konversi yang jauh lebih baik daripada ADC 8 bit. Resolusi merepresentasikan
ketidakpastian dari kuantisasi yang melekat pada perubahan sinyal analog
menjadi sinyal digital.

𝑉𝑟
∆𝑉 =
2𝑁

 Vr = Tegangan referensi
 N = Banyaknya bit data dari sinyal output
 ∆V = Resolusi
b. Quantizing dan Encoding (Q/E)
Quantizing berfungsi untuk membagi sinyal referensi (tegangan
referensi) kedalam kuantitas / bentuk diskrit, kemudian mengkosresinya agar

2
diperoleh kuantitas yang benar. Encoding berfungsi untuk menentukan kode
digital unik berdasarkan kuantitas yang dipilih, kemudian mengalokasikannya
kedalam sinyal input.

Gambar 3. Quantizing and Encoding


Agar hasil konversi sinyal analog menjadi sinyal digital dapat lebih akurat,
maka dapat dengan meningkatkan Sampling Rate dan Resolusi yang digunakan.
c. Komparator ADC

Bentuk komunikasi yang paling mendasar antara wujud digital dan analog
adalah piranti (biasanya berupa IC) yang disebut komparator. Piranti ini, yang
diperlihatkan secara skematik pada gambar 4, secara sederhana membandingkan
dua tegangan pada kedua terminal inputnya. Bergantung pada tegangan mana
yang lebih besar, outputnya akan berupa sinyal digital 1 (high) atau 0 (low).
Komparator ini digunakan secara luas untuk sinyal alarm ke komputer atau sistem
pemroses digital. Elemen ini juga merupakan salah satu bagian dari konverter
analog ke digital dan digital ke analog.

Gambar 4. Konsep Komparator pada ADC

3
3. Jenis-Jenis ADC
a. ADC Simultan
ADC Simultan atau biasa disebut flash converter atau parallel converter.
Input analog Vi yang akan diubah ke bentuk digital diberikan secara simultan
pada sisi + pada komparator tersebut, dan input pada sisi – tergantung pada
ukuran bit converter. Ketika Vi melebihi tegangan input – dari suatu
komparator, maka output komparator adalah high dan jika sebaliknya akan
memberikan output low.

Gambar 5. ADC Simultan


Bila Vref diset pada nilai 5 Volt, maka dari gambar 3 dapat didapatkan :
V(-) untuk C7 = Vref * (13/14) = 4,64
V(-) untuk C6 = Vref * (11/14) = 3,93
V(-) untuk C5 = Vref * (9/14) = 3,21
V(-) untuk C4 = Vref * (7/14) = 2,5
V(-) untuk C3 = Vref * (5/14) = 1,78
V(-) untuk C2 = Vref * (3/14) = 1,07
V(-) untuk C1 = Vref * (1/14) = 0,36

4
Misal :
Vin diberi sinyal analog 3 Volt, maka output dari C7=0, C6=0, C5=0, C4=1,
C3=1, C2=1, C1=1, sehingga didapatkan output ADC yaitu 100 biner.

Gambar 6. Tabel Output ADC Simultan


b. Counter Ramp ADC

Gambar 7. Blok Diagram Counter Ramp ADC


Pada gambar 7 ditunjukkan blok diagram Counter Ramp ADC,
didalamnya tedapat DAC yang diberi masukan dari counter, masukan counter
dari sumber clock. Dimana sumber clock dikontrol dengan cara meng-AND-
kan dengan keluaran Komparator. Komparator berfungsi membandingkan
antara tegangan masukan analog dengan tegangan keluaran DAC, apabila
tegangan masukan yang akan dikonversi belum sama dengan tegangan
keluaran dari DAC maka keluaran comparator = 1 sehingga Clock dapat
memberi masukan counter dan hitungan counter naik.
Misal akan dikonversi tegangan analog 2 volt, dengan mengasumsikan
counter reset, sehingga keluaran pada DAC juga 0 volt. Apabila konversi
dimulai maka counter akan naik dari 0000 ke 0001 karena mendapatkan pulsa
masuk dari Clock oscillator dimana saat itu keluaran Comparator = 1, karena

5
mendapatkan kombinasi biner dari counter 0001 maka tegangan keluaran
DAC naik dan dibandingkan lagi dengan tegangan masukan demikian
seterusnya nilai counter naik dan keluaran tegangan DAC juga naik hingga
suatu saat tegangan masukan dan tegangan keluaran DAC akan sama yang
mengakibatkan keluaran komparator = 0 dan Clock tidak dapat masuk. Nilai
counter saat itulah yang merupakan hasil konversi dari analog yang
dimasukkan.
Kelemahan dari counter tersebut adalah lama, karena harus melakukan
trace mulai dari 0000 hingga mencapai tegangan yang sama sehingga butuh
waktu.
c. SAR (Successive Aproximation Register) ADC

Gambar 8. Blok Diagram SAR ADC


Pada gambar 8 ditunjukkan diagram ADC jenis SAR, prinsip kerjanya
yaitu dengan memakai konvigurasi yang hampir sama dengan counter ramp.
Tetapi dalam melakukan trace dengan cara tracking dengan mengeluarkan
kombinasi bit MSB = 1 ====> 1000 0000. Apabila belum sama (kurang dari
tegangan analog input maka bit MSB berikutnya = 1 ===>1100 0000 dan
apabila tegangan analog input ternyata lebih kecil dari tegangan yang
dihasilkan DAC maka langkah berikutnya menurunkan kombinasi bit ====>
10100000.
Untuk mempermudah pengertian dari metode ini diberikan contoh seperti
pada timing diagram gambar 9. Misalkan diberi tegangan analog input sebesar
6,84 volt dan tegangan referensi ADC 10 volt sehingga apabila keluaran
tegangan sebagai berikut:
Jika D7 = 1 Vout=5 volt

6
Jika D6 = 1 Vout=2,5 volt
Jika D5 = 1 Vout=1,25 volt
Jika D4 = 1 Vout=0,625 volt
Jika D3 = 1 Vout=0,3125 volt
Jika D2 = 1 Vout=0,1625 volt
Jika D1 = 1 Vout=0,078125 volt
Jika D0 = 1 Vout=0,0390625 volt

Gambar 9. Timing Diagram Urutan Trace SAR ADC


Setelah diberikan sinyal start maka konversi dimulai dengan memberikan
kombinasi 1000 0000 ternyata menghasilakan tegangan 5 volt dimana masih
kurang dari tegangan input 6,84 volt, kombinasi berubah menjadi 1100 0000
sehingga Vout = 7,5 volt dan ternyata lebih besar dari 6,84 sehingga
kombinasi menjadi 1010 0000 tegangan Vout = 6,25 volt kombinasi naik lagi
1011 0000 demikian seterusnya hingga mencapai tegangan 6,8359 volt dan
membutuhkan hanya 8 clock.

Kajian pustaka

http://zonaelektro.net/adc-analog-to-digital-converter/

7
Tugas mengerjakan soal dari buku “Principles of Measurement Systems”

8.3 A variable dielectric capacitive displacement sensor consists of two square metal
plates of side 5 cm, separated by a gap of 1 mm. A sheet of dielectric material 1 mm thick
and of the same area as the plates can be slid between them as shown in Figure 8.9. Given
that the dielectric constant of air is 1 and that of the dielectric material 4, calculate the
capacitance of the sensor when the input displacement x = 0.0, 2.5 and 5.0 cm.

Penyelesaian:

Diketahui: s (sisi persegi) = 5 cm, A (luas persegi) = 25 x 10-4 m2,


d (jarak antar lempeng) = 1 mm = 10-3 m, 𝜀o= 8.85 pF m-1,

𝜀 udara=1, 𝜀 material=4.

Tanya: Kapasitansi terukur ketika terjadi perpindahan x = 0.0, 2.5, dan 5.0 cm ?

Jawab:

Persamaan yang digunakan untuk mencari kapasitansi dari pelat sejajar


adalah sebagai berikut:

𝜀𝑜 𝜀 𝐴
𝐶=
𝑑+𝑥

Sehingga,

a. Ketika x = 0.0 m
𝜀𝑜 𝜀 𝐴 8.85 × 10−12 × 4 × 25 × 10−4
𝐶= = = 8.85 × 10−11 𝐹
𝑑+𝑥 10−3 + 0.0
b. Ketika x = 2.5 x 10-2 m
𝜀𝑜 𝜀 𝐴 8.85 × 10−12 × 4 × 25 × 10−4
𝐶= = −3 −3
= 3.540 × 10−12 𝐹
𝑑+𝑥 10 + 0.25 × 10
c. Ketika x = 5.0 x 10-2 m
𝜀𝑜 𝜀 𝐴 8.85 × 10−12 × 4 × 25 × 10−4
𝐶= = = 1.77 × 10−12 𝐹
𝑑+𝑥 10−3 + 0.5 × 10−3

8
8.7 An iron v. constantan thermocouple is to be used to measure temperatures between 0
and 300 °C. The e.m.f. values are as given in Table 8.2.

a. Find the non-linearity at 100 °C and 200 °C as a percentage of full scale.


b. Between 100 °C and 300 °C the thermocouple e.m.f. is given by ET,0 = a1T + a2T2.
Calculate a1 and a2.
c. The e.m.f. is 12 500 µV relative to a reference junction of 20 °C and the
corresponding reference junction circuit voltage is 1000 µV. Use the result of (b)
to estimate the measured junction temperature.

Penyelesaian:

Diketahui: Termokopel iron v. konstantan digunakan untuk mengukur temperatur


antara 0 sampai 300 ⁰C.
Nilai dari e.m.f. seperti diberikan pada Tabel 8.2.

Tanya:

a. Cari non-linearitas pengukuran pada temperatur 100 ⁰C dan 200 ⁰C sebagai


presentase dari skala penuh.
b. Nilai e.m.f. dari termokopel saat melakukan pengukuran temperatur antara
100 ⁰C dan 300 ⁰C diberikan oleh persamaan ET,0 = a1T + a2T2. Cari nilai a1
dan a2.
c. Nilai e.m.f. dari suatu pengukuran adalah 12 500 µV relative terhadap junction
referensi dengan temperatur 20 ⁰C dan bersamaan dengan junction lainnya
memiliki nilai e.m.f. sebesar 1000 µV. gunakan hasil perhitungan b. untuk
mencari temperatur hasil pengukuran yang dilakukan.

Jawab:

a. Mencari non-liniearitas pada suhu 100 ⁰C dan 200 ⁰C.

9
Grafik Hubungan antara e.m.f. dan
Temperatur
600
y = 0.0181x + 4.9325
Temperatur (oC)
500
400
300
Series1
200
100 Linear (Series1)
0
0 10000 20000 30000
e.m.f. (µV)

Pada suhu 100 ⁰C, besarnya non linearitas yakni:


16327
× 100℃ = 5442.3 𝜇𝑉
300
Sehingga,
5269 − 5442.3
× 100% = −1.07%
16327
Pada suhu 200 ⁰C, besarnya non linearitas yakni:
16327
× 200℃ = 10884.66 𝜇𝑉
300
Sehingga,
10779 − 10884.66
× 100% = −0.65%
16327

b. Persamaan yang diketahui adalah ET,0 = a1T + a2T2. Sehingga:


Saat T = 100 ⁰C,

𝐸100,0 = 𝑎1 (100) + 𝑎2 (1002 )

5269 = 𝑎1 (100) + 𝑎2 (1002 )

5269 = 102 𝑎1 + 104 𝑎2

Saat T = 300 ⁰C,

𝐸300,0 = 𝑎1 (300) + 𝑎2 (3002 )

16327 = 𝑎1 (300) + 𝑎2 (3002 )

16327 = 3 × 102 𝑎1 + 9 × 104 𝑎2

10
Dari kedua hasil diatas, maka:

3 × 102 𝑎1 + 9 × 104 𝑎2 = 16327

3 × 102 𝑎1 + 3 × 104 𝑎2 = 15807

6 × 104 𝑎2 = 520

𝑎2 = 8.67 × 10−3

9 × 102 𝑎1 + 9 × 104 𝑎2 = 47421

3 × 102 𝑎1 + 9 × 104 𝑎2 = 16327

6 × 104 𝑎1 = 31094

𝑎1 = 51.8

Sehingga, persamaan yang diperoleh adalah ET,0 = 51.8 T + (8.67 × 10-3)T2


c. Dengan menggunakan persamaan yang diperoleh pada jawaban b, maka:
𝐸𝑇,0 = 51.8 𝑇 + (8.67 × 10−3 ) 𝑇 2
𝐸𝑇1 ,𝑇2 = 51.8 (𝑇1 − 𝑇2 ) + (8.67 × 10−3 ) (𝑇1 − 𝑇2 )2
𝐸𝑇1 − 𝐸𝑇2 = 51.8 (𝑇1 − 𝑇2 ) + (8.67 × 10−3 ) (𝑇1 − 𝑇2 )2
12500 − 1000 = 51.8 (𝑇1 − 20) + (8.67 × 10−3 ) (𝑇1 − 20)2
11500 = 51.8 𝑇1 − 1036.46 + (8.67 × 10−3 )(𝑇1 2 − 40 𝑇1 + 400)
51.8 𝑇1 − 1036.46 + 8.67 × 10−3 𝑇1 2 − 0.3468 𝑇1 + 3.468 = 11500
8.67 × 10−3 𝑇1 2 + 51.4762 𝑇1 − 1032.992 = 11500
8.67 × 10−3 𝑇1 2 + 51.4762 𝑇1 − 12532.992 = 0
Sehingga kemungkinan nilai temperatur terukur adalah:
−𝑏 ± √𝑏 2 − 4𝑎𝑐
𝑥1,2 =
2𝑎
−51.4762 ± √51.47622 − 4 × 8.67 × 10−3 × (−12532.992)
𝑥1,2 =
2 × 8.67 × 10−3
−51.4762 ± √2649.799 + 434.644
𝑥1,2 =
17.34 × 10−3
−51.4762 ± 55.5377
𝑥1,2 =
17.34 × 10−3

11
−51.4762 + 55.5377
𝑥1 = = 234.2℃
17.34 × 10−3
−51.4762 − 55.5377
𝑥2 = = −617.15℃
17.34 × 10−3
Sehingga hasil pengukuran yang paling mungkin diperoleh adalah 234.2℃.

8.11 A piezoelectric crystal, acting as a force sensor, is connected by a short cable of


negligible capacitance and resistance to a voltage detector of infinite bandwidth and
purely resistive impedance of 10 MΩ.

a. Use the crystal data below to calculate the system transfer function and to sketch
the approximate frequency response characteristics of the system.
b. The time variation in the thrust of an engine is a square wave of period 10 ms.
Explain carefully, but without performing detailed calculations, why the above
system is unsuitable for this application.
c. A charge amplifier with feedback capacitance CF = 1000 pF and feedback
resistance RF = 100 MΩ is incorporated into the system. By sketching the
frequency response characteristics of the modified system, explain why it is
suitable for the application of part (b).

Penyelesaian:

Diketahui:

Stiffness k of the crystal is large, typically 2 x 109 N m-1


Jawab:
a. System transfer function dapat dicari menggunakan persamaan:

∆𝑥 1⁄𝑘
(𝑠) =
∆𝐹 1 2 2𝜉
𝑠 +𝜔 𝑠+1
𝜔𝑛 2 𝑛

Sedangkan,
𝜔𝑛 = 2𝜋𝑓𝑛

12
𝜔𝑛 = 2 × 3.14 × 37 × 103
𝜔𝑛 = 2.32 × 105 𝐻𝑧
Sehingga,

∆𝑥 1⁄2 × 109
(𝑠) =
∆𝐹 1 2 × 0.01
5 2 𝑠2 + 𝑠+1
(2.32 × 10 ) 2.32 × 105

∆𝑥 1
(𝑠) =
∆𝐹 2× 109 2 × 109 × (2 × 0.01)
5 2 𝑠2 + 𝑠 + 2 × 109
(2.32 × 10 ) 2.32 × 105

∆𝑥 1
(𝑠) =
∆𝐹 0.037 𝑠 + 0.017 × 104 𝑠 + 2 × 109
2

9.8 The capacitance level transducer of Section 8.2 and Figure 8.9 is to be used to
measure the depth h of liquid in a tank between 0 and 7 m. The total length l of the
transducer is 8 m and the ratio b/a of the diameters of the concentric cylinders is 2.0.
The dielectric constant ε of the liquid is 2.4 and the permittivity of free space ε is
8.85pF m−1. The transducer is incorporated into the deflection bridge of Figure 9.5(a)
with R2 = 100 Ω, R3 = 10 kΩ and Äs = 15V.

a. Calculate the value of C0 so that the amplitude ÊTh is zero when the tank is
empty.
b. Using this value of C0 calculate ÊTh at maximum level.
c. Explain why the relationship between ÊTh and h is non-linear and calculate the
non- linearity at h = 3.5m as a percentage of full-scale deflection.

Penyelesaian:

Diketahui:

13
h (kedalaman air) = 0 sampai 7 m
l (panjang tranduser) = 8 m
b/a (rasio dari diameter silinder) = 2.0

𝜀 cairan=2.4
𝜀o= 8.85 pF m-1
Tranduser terhubung dengan rangkaian deflection bridge:

R2 = 100 Ω, R3 = 10 kΩ, Vs = 15 V.

Tanya:
a. Cari nilai C0 sehingga amplitude ETh bernilai 0 saat tangki kosong.
b. Dengan menggunakan nilai C0 tersebut, cari nilai ETh saat tangki pada
level maksimum.
c. Jelaskan, mengapa hubungan antara ETh dan h adalah non-linier, dan
cari nilai dari non-linearitas saat h = 3.5 m sebagai presentase dari
defleksi terhadap skala penuh.
Jawab:
a. Untuk mengetahui nilai C0 sehingga ETh bernilai 0, maka harus
diketahui nilai dari Ch MIN karena:

𝐶0 = 𝐶ℎ𝑀𝐼𝑁 (𝑅3 ⁄𝑅2 )

Dengan,

2𝜋𝜀0
𝐶ℎ𝑀𝐼𝑁 = [𝑙 + (𝜀 − 1)ℎ𝑀𝐼𝑁 ]
𝑙𝑜𝑔𝑒 (𝑏⁄𝑎)

Maka,

14
2 × 3.14 × 8.85 × 10−12
𝐶ℎ𝑀𝐼𝑁 = [8 + (2.4 − 1)0]
𝑙𝑜𝑔𝑒 (2)

444.624 × 10−12
𝐶ℎ𝑀𝐼𝑁 = = 6.42 × 10−10 𝐹
0.693

Sehingga,

𝐶0 = 𝐶ℎ𝑀𝐼𝑁 (𝑅3 ⁄𝑅2 )

𝐶0 = 6.42 × 10−10 (10000⁄100)

𝐶0 = 6.42 × 10−8 𝐹

b. Dengan menggunakan nilai C0 cari nilai ETh pada saat level


maksimum. Persamaan untuk mencari nilai ETh yakni:

1 1
𝐸𝑇ℎ = 𝑉𝑠 [ − ]
𝐶 𝑅
1 + 0⁄𝐶 1 + 3⁄𝑅
ℎ𝑀𝐴𝑋 2

Dari persamaan tersebut, maka harus dicari nilai dari ChMAX terlebih
dahulu:

2𝜋𝜀0
𝐶ℎ𝑚𝑎𝑥 = [𝑙 + (𝜀 − 1)ℎ𝑀𝑎𝑥 ]
𝑙𝑜𝑔𝑒 (𝑏⁄𝑎)

2 × 3.14 × 8.85 × 10−12


𝐶ℎ𝑀𝑎𝑥 = [8 + (2.4 − 1)7]
𝑙𝑜𝑔𝑒 (2)

55.578 × 10−12 × 17.8


𝐶ℎ𝑚𝑎𝑥 = = 1.43 × 10−9 𝐹
0.693

Sehingga,

1 1
𝐸𝑇ℎ = 𝑉𝑠 [ − ]
𝐶 𝑅
1 + 0⁄𝐶 1 + 3⁄𝑅
ℎ𝑀𝐴𝑋 2

1 1
𝐸𝑇ℎ = 15 [ − ]
6.42 × 10−8 10000
1+ 1 + 100
1.43 × 10−9

15
1 1
𝐸𝑇ℎ = 15 [ − ]
45.94 101

𝐸𝑇ℎ = 15[0.02 − 0.01]

𝐸𝑇ℎ = 0.15 𝑣𝑜𝑙𝑡

c. Mencari nilai ETh saat h = 3.5 m

1 1
𝐸𝑇ℎ = 𝑉𝑠 [ − ]
𝐶 𝑅
1 + 0⁄𝐶 1 + 3⁄𝑅
ℎ 2

Dari persamaan tersebut, maka harus dicari nilai dari Ch terlebih


dahulu:

2𝜋𝜀0
𝐶ℎ = [𝑙 + (𝜀 − 1)ℎ]
𝑙𝑜𝑔𝑒 (𝑏⁄𝑎)

2 × 3.14 × 8.85 × 10−12


𝐶ℎ = [8 + (2.4 − 1)3.5]
𝑙𝑜𝑔𝑒 (2)

55.578 × 10−12 × 12.9


𝐶ℎ = = 1.03 × 10−9 𝐹
0.693

Sehingga,

1 1
𝐸𝑇ℎ = 𝑉𝑠 [ − ]
𝐶0 𝑅3
1 + ⁄𝐶 1 + ⁄𝑅
ℎ 2

1 1
𝐸𝑇ℎ = 15 [ −8 − ]
6.42 × 10 10000
1+ 1 +
1.03 × 10−9 100

1 1
𝐸𝑇ℎ = 15 [ − ]
63.33 101

𝐸𝑇ℎ = 15[0.016 − 0.01]

𝐸𝑇ℎ = 0.09 𝑣𝑜𝑙𝑡

Pada h = 3.5 m, besarnya non linearitas yakni:

16
0.15
× 3.5 𝑚 = 0.075 𝑣𝑜𝑙𝑡
7
Sehingga,
0.075 − 0.09
× 100% = −0.2%
7

17

Anda mungkin juga menyukai