Anda di halaman 1dari 16

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi


Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah
sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang
masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan
dikeluarkan berupa urin (air kemih). Susunan sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal (ren)
yang menghasilkan urin, b) dua ureter yangmembawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung
kemih), c) satu vesika urinaria tempat urin dikumpulkan, dan d) satu uretra urin dikeluarkan dari
vesika urinaria.3,4,5

Gambar 1. Traktus Urinarius

1. Ginjal (Ren)2,3,4
Ginjal terletak pada dinding posterior di belakang peritoneum pada kedua sisi vertebra
torakalis ke-12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Bentuk ginjal seperti biji kacang. Ginjal kanan
sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena adanya lobus hepatis dextra yang besar. Fungsi ginjal
adalah memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zattoksis atau racun, mempertahankan
suasana keseimbangan cairan, mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan
tubuh, dan mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.
Gambar 2. Ginjal

Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat korteks
renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, medulla renalis di bagian dalam yang berwarna
cokelat lebih terang dibandingkan korteks. Bagian medulla berbentuk kerucut yang disebut
piramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil
yang disebut papilla renalis. Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu
masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus. Pelvis renalis berbentuk corong
yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga calices renalis majores
yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calices renalis minores. Struktur halus
ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit fungsional ginjal. Diperkirakan ada 1 juta
nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari: glomerulus, tubulus proximal, ansa henle, tubulus
distal dan tubulus urinarius.
Proses pembentukan urin terbagi atas :
a. Proses filtrasi, di glomerulus.
Terjadi penyerapan darah yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein. Cairan
yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida,
sulfat, bikarbonat dan lain-lain, diteruskan ke tubulus ginjal. Cairan yang disaring disebut filtrat
glomerulus.
b. Proses reabsorbsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida
fosfat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif (obligator reabsorbsi) di tubulus
proximal. Sedangkan pada tubulus distal terjadi kembali penyerapan sodium dan ion bikarbonat
bila diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi fakultatif) dan sisanya dialirkan
pada papilla renalis.
c. Proses sekresi
Sisa dari penyerapan kembali yangterjadi di tubulus distal dialirkan ke papilla renalis
selanjutnya diteruskan ke luar.
Sistem peredarah darah, ginjal mendapatkan darah dari aorta abdominalis yang mempunyai
percabangan arteri renalis, arteri ini berpasangan kiri dan kanan. Arteri renalis bercabang menjadi
arteri interlobularis kemudian menjadi arteri akuarta. Arteri interlobularis yang berada di tepi
ginjal bercabang manjadi arteriole aferen glomerulus yang masuk ke gromerulus. Kapiler darah
yang meninggalkan gromerulus disebut arteriole eferen gromerulus yang kemudian menjadi vena
renalis masuk ke vena cava inferior.
Persarafan ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis (vasomotor). Saraf ini
berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan
dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal.

2. Ureter3,4
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika urinaria.
Panjangnya ±25-34 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada rongga abdomen
dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis. Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-
gerakan peristaltik yang mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih. Lapisan dinding ureter
terdiri dari:

a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)


b. Lapisan tengah lapisan otot polos
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa

3. Vesika Urinaria (Kandung Kemih)3,4


Vesika urinaria atau yang sering disebut kandung kemih merupakan viscera pelvis
berongga yang tersusun oleh otot polos, lamina promina, submukosa dan mukosa. Kandung kemih
memiliki bentuk menyerupai buah pir (kendi) dan dilapisi oleh lapisan mukosa sel epitel
transional, muskulus yang tebal (detrusor muscle), jaringan fibrous (kecuali pada bagian superior
dibentuk oleh peritoneum parietal).

Gambar 3. Vesika Urinaria (Kandung Kemih)

Kandung kemih terletak di dalam panggul besar, sekitar bagian posterosuperior dari
simpisis pubis. Pada laki-laki terletak dibagian anterior dari rectum sedangkan pada wanita terletak
disebelah anterior vagina dan uterus. Kandung kemih memiliki tiga bentuk membuka pada daerah
triangular yang disebut sebagai trigone. Pada saat kosong, vesika urinaria akan terlihat kolaps dan
akan tampak rugae-rugae. Apabila terisi penuh kandung kemih akan menegang dan rugae akan
menghilang. Bentuk, ukuran dan posisi vesika urinaria bervariasi tergantung dari jumlah urine
yang terdapat di dalamnya. Secara umum volume kandung kemih berkisar antara 350 – 500 ml.
Fungsi dari kandung kemih ialah menampung urine yang dialirkan oleh ureter dari ginjal dan
dibantu uretra kandung kemihberfungsi mendorong kemih keluar tubuh.

4. Uretra4
Uretra merupakan saluran sempit yang terdiri dari mukosa membrane dengan muskulus
yang berbentuk spinkter pada bagianbawah dari kandung kemih. Pada vesikouretra junction
terdapat penebalan dari muskulus detrusor yang disebut internal urethral sphincter (involuntary).
Sedangkan eksternal urethral sphincter (voluntary) dibentuk oleh muskulus skeletal yang
mengelilingi uretra melalui diafragma urogenital. Dindingnya terdiri dari tiga lapisan yaitu: epitel
transional, columnair pseudostratified dan squamous stratified. Letak uretra di atas dari orivisium
internal uretra pada kandung kemih dan terbentang sepanjang 1,5 inchi ( 3,75 cm) pada wanita dan
7-8 inchi (18,75 cm) pada pria.
Uretra pria dibagi atas :
- Uretra Posterior, dibagi menjadi:
o Pars prostatika : dengan panjang sekitar 2,5 cm, berjalan melalui kelenjar prostat.
o Pars membranacea : dengan panjang sekitar 2 cm, berjalan melalui diafragma urogenital
antara prostate dan penis.
- Uretra Anterior, dibagi menjadi:
o Pars bulbaris : terletak di proksimal,merupakan bagian uretra yang melewati bulbus penis.
o Pars pendulum /cavernosa/spongiosa: dengan panjang sekitar 15 cm, berjalan melalui penis
(berfungsi juga sebagai transport semen).
o Pars glandis: bagian uretra di gland penis. Uretra ini sangat pendek dan epitelnya sangat
berupa squamosa (squamous complex noncornificatum).
Uretra berfungsi untuk transport urine dari kandung kemih ke meatus eksterna, uretra merupakan
sebuah saluran yang berjalan dari leher kandung kemih hingga lubang air.

5. Prostat5,6
Ukuran prostat kecil dan letaknya agak ke posterior dan inferior dari simfisis pubis. Selain
bentuknya yang kecil, kelenjar prostat juga menyerupai kerucut dengan bagian dorsalnya
berhimpit dengan kandung kemih serta bagian apeksnya berhubungan dengan bagian bawah
pelvis. Ukuran baguian tranversalnya ialah sekitar 1,5 inchi (3,75 cm) serta bagian anteroposterior
sepanjang 1 inchi (2,5 cm). Prostate hanya ditemukan pada laki-laki dan berfungsi untuk motalitas
semen selama reproduksi.

B. Gambaran Radiologis Traktus Urinarius


1. Foto Polos Abdomen (FPA)5,6,7
Pemeriksaan Foto Polos Abdomen (FPA) pada kasus urogenitalia bertujuan untuk melihat adanya
batu radioopaq yang akan terlihat putih karena densitas batu lebih tinggi daripada jaringan di
sekitarnya. Gambaran adanya batu radioopaq ini menunjukkan adanya batu kalsium oksalat atau
batu kalsium fosfat. Sedangkan batu urat jika dilakukan FPA akan Nampak sebagai batu
radioluscent. Untuk melakukan FPA perlu dilakukan persiapan terlebih dahulu, yakni pasien
dipuasakan minimal 8 jam untuk mengosongkan isi perut (diberi pencahar bila perlu) sehingga
faeces yang ada di dalam usus tidak menjadi pengganggu dalam imaging. Foto dilakukan saat
pasien ekspirasi sehingga posisi ginjal sejajar dengan film.
Yang dapat dinilai dari hasil FPA adalah Ginjal. Ginjal kita nilai bentuk, letak, ukuran dan posisi.
Normalnya ginjal berbentuk seperti kacang permukaannya licin dan terletak di bagian lumbal
setinggi VL 2. Selain itu juga bisa dilihat apakah terdapat gambaran batu radioopaq baik pada
ginjal, ureter maupun Vesica Urinaria (VU). Adapun gambaran batu besar yang terdapat dalam
PCS dan berbentuk seperti tanduk rusa yang disebut staghorn. Selain itu juga dapat dinilai adakah
kelainan congenital (aplasia ginjal, Ginjal ektopik, Horshoe Kidney, Agenesis Ginjal) ataupun
tumor/ massa pada organ urologi. (Ginjal polikistik, ginjal multikistik)

2. Intra Venous Pielografi (IVP) / Ureterografi Intra Vena


Pemeriksaan IVP atau UIV membutuhkan persiapan yang sama seperti pada pemeriksaan FPA.
Pemeriksaan IVP sejatinya hampir sama dengan pemeriksaan FPA, namun yang membedakan
adalah pemeriksaan IVP dilakukan menggunakan kontras berupa Iodine dan dilakukan foto secara
berulang kali pada menit ke 5, 15, 30 atau 45 dan post miksi. Pemberian kontras dapat
menyebabkan penurunan tekanan darah. Adapun dosis kontras yang diberikan adalah 1 cc/kgBB
pada pasien dengan kadar Kreatinin <1,6mg% dan 2 cc/ kgBB pada pasien dengan kadar kreatinin
1,6-3mg%. Pada pasien dengan kadar kreatinin diatas 3mg% tidak boleh dilakukan IVP sehingga
perlu dipilihkan sarana penunjang radiologis yang lain yakni USG dan FPA,Oleh karena itu, IVP
lebih peka dan perlu persiapan yang lebih daripada FPA. Pemeriksaan IVP ini bertujuan untuk
melihat fungsi ekskresi (ginjal), melihat anatomi tractus urogenitalia, dan mencari adakah kelainan
pada trctus urogenitalia.

IVP dilakukan atas indikasi : infeksi tractus urogenitalia, tumor tractus urogenitalia, trauma pada
daerah abdomen (lumbal dan suprapubis), batu pada tractus urogenitalia, serta mencari kausa kolik
abdomen. Adapun kontraindikasi Absolut IVP yakni pada pasien Alergi. Sedangkan
kontraindikasi relative yakni pada pasien Diabetes Insipidus, Hipotensi, Multiple Mieloma,
Diabetes Melitus, Gagal Ginjal, Kadar Kreatinin >4mg%.

Adapun cara pemeriksaan IVP yakni : Pertama lakukan FPA pada pasien. Kemudian pasang infuse
dan suntikkan kontras. Kemudian lakukan pengambilan foto pada menit ke 5, 15, 30 atau 45 dan
post miksi.
a. Pada fase nefrogram (foto pada menit ke 5) kita nilai fungsi ekskresi ginjal, kontur ginjal
dan system PCS nya. Normalnya kontras akan Nampak mengisi PCS sehingga Nampak gambaran
radioopaq (putih) dan tidak didapatkan ekstravasasi kontras ke jaringan sekitar yang menunjukkan
adanya ruptur ginjal.
b. Pada fase pielogram (foto pada menit ke 15) kontras akan mengisi PCS dan ureter sehingga
ureter tampak radioopaq (putih). Jika terdapat batu pada ureter radioopaq ataupun radioluscent,
maka akan Nampak kontras yang tidak mengalir dan kemudian papillae renalis nampai cubbing
(berbentuk seperti mangkok). Hal ini menunjukkan telah terjadi hidronefrosis.

c. Pada pemotretan menit ke 30 atau 45 IVP telah memasuki fase sistogram. Pada saat ini
kontras telah mengisi Vesica Urinaria sehingga VU Nampak putih. VU kita nilai dindingnya
apakah permukaannya rata (Normal) atau bergelombang (Sistitis/ Radang VU), adakah filling
defect yang Nampak sebagai area radioluscent saat VU terisi kontras (menunjukkan adanya batu
radioluscent jika filling defect permukaan nya licin dan ikut bergerak saat berpindah posisi, atau
adanya tumor atau massa pada dinding VU jika filling defect permukaannya tidak rata dan tidak
ikut bergerak jika berpindah posisi), indentasi, additional shadow (menunjukkan adanya batu/
massa), dan ekstravasasi kontras yang menunjukkan adanya ruptur VU (ruptur VU intraperitoneal
: kontras masuk ke cavum peritoneum dan mengalir mengikuti kontur usus, menyebar ke sulcus
paracolica, mengumpul di daerah subfrenik dextra, subhepatika, inframesokolika dextra-sinistra.
Karena urin mengikuti kontur usus maka akan nampak gambaran berbentuk seperti lengkung2
usus halus, sedangkan pada ruptur VU ekstraperitoneal akan terjadi ekstravasasi kontras ke
jaringan lunak sekitar shg nampak seperti bulu di daerah retropubicum kemudian menyebar ke
dinding anterior abdomen dan mengalir ke arah paha, dapat juga mengumpul di jaringan lemak
anterior m.psoas dan naik secara retrograd ke sampai setinggi ginjal.

d. Fase Post miksi yakni pemotretan yang dilakukan setelah pasien disuruh berkemih (kencing).
Hal ini dilakukan untuk menilai fungsi pengosongan VU. Apakah terdapat kelainan dalam fungsi
pengosongan VU yang menunjukkan adanya batu, BPH dll. Pada kasus injury diaphragma UG
kontras akan masuk ke scrotum.

e. Apabila sampai menit ke 120 tidak Nampak adanya eskkresi kontras, maka diagnosis pasien
adalah “Non Visualized Kidney”. Kemudian bisa dilakukan RPG dan jika RPG tetap gagal, bisa
dilakukan APG.
3. Retrograd Pielografi (RPG)
Pemeriksaan dengan memasukkan alat melalui OUE sampai ke pelvis renalis lalu dimasukkan
kontras untuk menilai keadaan ureter, VU dan fungsi pengosongan nya.

4. Antegrad Pielografi (APG)


Pemeriksaan dengan langsung memasukkan kontras ke pelvis renalis melalui dinding abdomen.

5. Sistografi

Pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai Vesica Urinaria. Dapat merupakan lanjutan dari IVP
atau dengan memasukkan kontras ke VU secara anterograd (kontras dimasukkan langsung dari
VU) maupun retrograde (dimasukkan alat melalui OUE sampai ke VU lalu dimasukkan kontras).
Penilaian terhadap hasilnya sama dengan penilaian pada VU.

6. Retrograd Uretrosistografi
Dengan memasukkan kontras iodium melalui OUE untuk memeriksa keadaan VU dan urethra.
Jika terdapat striktura uretra akan Nampak adanya penyempitan lumen urethra dan elongasi. Pada
kasus rupture urethra komplit (gejala : tidak keluarnya urin) akan didapatkan media kontras yang
terhalang untuk mengisi VU. Kemudian kontras akan mengumpul di spatium retropubikum,
jaringan paraprostatika, dan spatium retroprostatikum.

7. Miksi Uretrosistografi
Dengan memasukkan kontras iodium langsung ke VU melalui dinding depan abdomen. Hal ini
bertujuan untuk menilai VU dan urethra. Setelah di suntikkan kontras pasien disuruh untuk
berkemih dan dinilai juga fungsi pengosongan VU nya. Jika terdapat gangguan dalam
pengosongan VU dapat terjadi refluks vesicoureter.

8. Bipoler Uretrosistografi
Merupakan pemeriksaan untuk menilai VU dan urethra. Pemeriksaan ini merupakan gabungan
dari miksi uretrosistografi dan retrograde uretrosistografi yakni kontras dimasukkan secara
langsung baik dari VU maupun melalui OUE. Hal ini dapat menilai letak dan panjang striktura
urethra yang terjadi.

2. Ultrasonografi7,8,9

USG yaitu pencitraan dengan menggunakan gelombang high frequency USG traktus
urogenital sangat sering digunakan dalam proses diagnosa dan terapi penyakit urologi. Beberapa
kelebihan dari pemeriksaan ini adalah tidak invasif, tidak menimbulkan nyeri, tanpa radiasi,
memberikan gambaran anatomik yang cukup akurat, alat mudah didapat dan biaya pemeriksaaan
relatif murah.

Kekurangan dari pemeriksaan USG adalah operator dan alat dependent, tidak memberi
informasi fungsi ginjal, tidak bisa untuk deteksi non delated ureter, memerlukan acoustic window.
Tranducer yang biasa digunakan adalah berbentuk konveks dengan frekuensi antara 3,5-5 MHz.
Untuk pencitraan organ yang superfisial misalnya testis/intrascrotal diperlukan frekuensi yang
lebih tinggi.

Tranduser menghasilkan gelombang suara ultra dan ditransmisikan ke dalam tubuh, oleh
tubuh tergantung jaringannya, gelombang mengalami refleksi, refraksi maupun absorbsi. Udara
akan merefleksi seluruh gelombang, artinya tidak bisa menghantarkan gelombang. Tulang
mengabsorpsi seluruh gelombang. Gelombang echo ditangkap lagi receiver didalam tranducer dan
dikirimkan ke alat USG untuk diolah jadi gambar.

a. USG Ginjal :
USG memberikan data yang amat baik atas keadaan parenkim ginjal,dapat membedakan
massa yang solid atau kistik dan juga untuk evaluasi dan menentukan derajat hidroneprosis. Selain
itu USG berguna untuk evaluasi allograft dan batu ginjal. Batu ginjal ditandai dengan area
hyperechoic dengan acoustic shadow, fat perirenal, kortek dan medulla ginjal dapat dibedakan
dengan jelas pada gambar USG. Pemeriksaan dengan Doppler (color) dapat dipakai untuk menilai
vaskularisasi dan aliran darah ginjal.

Gambar 8. USG Ginjal. 60 = Right kidney, 20 = Right lobe of liver, 78 = Right colic flexure

b. USG Vesika Urinaria :

Gambar 9. USG Vesika Urinaria

Pemeriksaan USG vesika urinaria biasanya dikerjakan bersama dengan USG ginjal dan
disebut USG Urologi. Indikasi dari pemeriksaan ini adanya lesi intravesika, misalnya tumor
buli-buli, batu buli-buli, ureterocele, pembesaran prostat, khususnya yang intravesika, batu
diuereter ostia atau bladder neck, bekuan darah intravesika, pengukuran sisa urin, kapasitas buli
dan lain-lain. Tranduser atau probe untuk pemeriksaan buli-buli ada beberapa macam yaitu :
transabdominal, transurethral, transvagina, dan transrectal. Pemeriksaan USG Buli-buli sebaiknya
dikerjakan pada saat kandung kemih berisi optimal, tidak kosong dan tidak terlalu penuh.

c. USG Prostat:

USG Prostat paling baik dikerjakan dengan menggunakan probe transrectal. Dengan
pemeriksaan ini volume dapat diukur dengan mengkalkulasikan panjang, lebar dan tinggi. Alat
USG generasi terakhir dapat menghitung volume prostat secara langsung. Bila terdapat area
hipoechoic sangat dicurigai adanya kanker prostat. Ektensi dari kanker prostat juga dapat diketahui
dengan pemeriksaan USG ini.

Gambar 10. USG Prostat

d. USG Urethra:

USG pada urethra pria dapat untuk menilai panjangnya stiktur dan luasnya jaringan fibros.

1. COMPUTED TOMOGRAPHY SCAN (CT Scan)10,11,12

Belakangan ini peranan CT Scan dalam pemeriksaan traktus urogenital makin luas, makin
penting dan makin sering digunakan. Pemeriksaan ini sangat berguna untuk pencitraan adrenal
ginjal dan evaluasi urolithiasis. Dibandingkan IVP hasil pemeriksaan CT Scan memberikan
visualisasi yang lebih baik parenkim ginjal dan organ sekitarnya.

Teknologi alat CT Scan juga mengalami perkembangan dan perbaikan yang kontinyu,
dimulai dari alat yang konvensioanl kemudian helical/spiral CT dan terakhir adalah Multislices
CT Scan. Pemeriksaan CT Scan dapat dikerjakan tanpa kontras ataupun dengan kontras.
Kontras dapat diberikan peroral untuk memberikan opasitas pada organ cerna sehingga mudah
dibedakan dengan traktus urinarius tetapi mempersulit evaluasi urolithiasis.

a. CT Scan Ginjal:
Pencitraan ginjal dengan CT Scan terdiri dari beberapa fase, yaitu fase prakontras
(unenhanced phase), fase kortio medular, fase nephrogenic dan fase pyelographik. Pada fase pra
kontras dapat diketahui adanya urolithiasis, keadaan parenkim, kalsifikasi vaskular dan kontur dari
ginjal. Fase kortikomedular, 30 detik setelah injeksi kotras dapat dilihat kortak dan medula seratus
detik setelah kontras dimasukkan, masuk ke fase nephrographik dimana nephrogram menjadi
sangat jelas. Pada fase ini sangat baik menilai suatu massa didalam ginjal. Bila kontras telah
memasuki pyelum disebut sebagai fase pyelographik.

Pada foto CT Scan akan tampak ginjal dikelilingi lemak perirenal yang berwarna gelap.
Kapsul ginjal tidak bisa dibedakan dengan parenkim. Parenkim ginjal yang normal adalah
homogen pada tiap fase. Vena renalis kiri berjalan di anterior aorta dan berada di posteroinferior
(caudal) dari a. Mesenterica superior. Vena renalis kanan berada di posterolateral dari v.
Cava inferior dan a. Renalis kiri lebih kecil dan berada di posterior dari v. Renalis. Struktur yang
berada disekitar ginjal kanan adalah hepar, duodenum, colon ascenden, kandung empedu, dan
caput pancreas. Ginjal kiri berada dekat kauda pancreas,lien dan colon descenden.

Gambar 11. Ct Scan Ginjal

b. CT Scan Vesika Urinaria :

Hasil scanning vesika urinaria sangat tergantung pada volume pengembangan vesika
urinaria itu sendiri. Vesika urinaria yang kosong tidak banyak memberi informasi karena kolaps.

c. CT Scan IVP (intravena phyelography) :


CT Scan dengan kontras merupakan alternatif dari IVP. Setelah fase pyelogram CT Scan
IVP ini dapat memberikan gambaran yang jelas dari ureter. Indikasi yang kuat untuk menggunakan
CT Scan IVP adalah untuk mengevaluasi hematuri.

d. CT Scan Angiography :

CT Scan Angiography merupakan cara non invasive untuk melakukan pencitraan


vaskulatur ginjal, tanpa harus mengakses langsung arteri renalis. Kontras disuntikkan dengan cepat
dan dibuat Scan pada fase arterial. Dengan helical/spiral atau MS Scan bayangan tulang dan soft
tissue dapat dieliminisasi sehingga hanya tampak vaskuler ginjal.

Anda mungkin juga menyukai