Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM SPONTAN

I. KONSEP
1. Definisi Post Partum

Post partum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu


kembali pada keadaan tidak hamil dan penyesuaian terhadap
penambahan keluarga baru (Hamilton, 2003).

Post partum (masa nifas) adalah masa pulih kembali dari persalinan
selesai sampai alat alat kandungan kembali, dari persalinan selesai
sampai alat-alat kadungan kembali seperti hamil, lama masa nifas ini
yaitu 6-8 minggu (Mochtar, 2003).

Berdasarkan dua pengeritan diatas maka dapat disimpulkan bahwa


post partum (masa nifas) adalah waktu penyembuhan selesai persalinan
sampai alat alat kandung kembali pulih, dan penyesuaian terhadap
penambahan keluarga baru.

2. Tujuan Pengawasan Post Partum


a) Menjaga kesehatan ibu dan bayi, baik fisik maupun psikologis
b) Melaksanakan skrining secara komprehensif, deketsi dini,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayi
c) Memeberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan
diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemeberian imunisasi
serta perawatan bayi sehari-hari
d) Mendapatkan kesehatan emosi

3. Tahapan post partum


a) Puerperinum dini, yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan jalan. Dalam agama Islam dianggap telah
bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

1
b) Puerperinum intermedial, yaitu kepulihan mnyeluruh alat alat
genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
c) Remote puerperinium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih
dan sehat sempurna terutama bila selama atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi. Waktu sehat sempurna biasanya
bermingu-minggu, bulan atau tahunan.

4. Adaptasi fisiologis post partum


a. Sistem Kardiovaskular
Pada dasarnya tekanan darah sedikit berubah atau tidak
berubah sama sekali. Tapi biasanya terjadi penurunan tekanan
darah sistolik 20 mmHg. Jika ada perubahan posisi, ini disebut
dengan hipotensi orthostatik yang merupakan kompensasi
kardiovaskuler terhadap penurunan resistensi di daerah panggul.
b. Sistem Respirasi
Selama kehamilan sirkumferensia torak akan bertambah
±6cm, tetapi tidak mencukupi penurunan kapasitas residu
fungsional dan volume residu paru-paru karena pengaruh
diafragma yang naik ±4cm selama kehamilan.Frekuensi
pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24 kali per menit.
Pada ibu post partum umumnya pernafasan lambat atau normal.
Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam
kondisi istirahat.
c. Sistem Reproduksi
1) Involusio Uteri
Involusio adalah pemulihan uterus pada ukuran dan kondisi
normal setelah kelahiran bayi.(Bobak, Lowdermilk, dan Jensen,
2005). Involusio terjadi karena masing-masing sel menjadi lebih
kecil karena sitoplasma yang berlebihan dibuang. Involusio
disebabkan oleh proses autolysis, dimana zat protein dinding
rahim pecah, diabsorbsi dan kemudian dibuang sebagai air
kencing.

2
Tinggi fundus uteri menurut masa involusio.
2) Involusio Tempat Plasenta
Pada pemulaan nifas, bekas plasenta mengandung banyak
pembuluh darah besar yang tersumbat oleh trombus. Biasanya
luka yang demikian, sembuh dengan menjadi parut. Hal ini
disebabkan karena dilepaskan dari dasar dengan pertumbuhan
endometrium baru di bawah pemukaan luka. Rasa sakit yang
disebut after pains ( meriang atau mules-mules ) disebabkan
kontraksi rahim biasanya berlangsung 3-4 hari pasca persalinan.
3) Lochea
Yaitu sekret dari kavum uteri dan vagina pada masa nifas.
Lochia dapat dibagi menjadi beberapa jenis:
a) Lochea rubra/cruenta
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel
desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama 2
hari pasca persalinan.
b) Lochea sanguinolenta
Berwarna merah dan kuning berisi darah dan lendir,yang
keluar pada hari ke – 3 sampai ke-7 pasca persalinan.
c) Lochea serosa
Dimulai dengan versi yang lebih pucat dari lochia rubra.
Lochia ini berbentuk serum dan berwarna merah jambu
kemudian menjadi kuning. Cairan tidak berdarah lagi pada
hari ke -7 sampai hari ke-14 pasca persalinan.
d) Lochea alba
Dimulai dari hari ke-14 kemudian makin lama makin sedikit
hingga sama sekali berhenti sampai 2 minggu berikutnya.
Bentuknya seperti cairan putih berbentuk krim serta terdiri
atas leukosit dan sel-sel desidua.
e) Lochea purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.

3
f) Locheastatis
Lochea tidak lancar keluarnya.
4) Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks akan menganga seperti
corong berwarna merah kehitaman, konsistensinya lunak,
kadang-kadang terdapat perlukaan kecil. Setelah bayi lahir
tangan masih bisa
masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari
dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
5) Vagina dan perineum
Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerpurium
merupakan suatu saluran yang luas berdinding tipis. Secara
berangsur-angsur luasnya berkurang, tetapi jarang sekali
kembali seperti ukuran seorang nulipara. Rugae ( lipatan-lipatan
atau kerutan-kerutan ) timbul kembali pada minggu ketiga.
Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka
perineum tidak sering dijumpai. Mungkin ditemukan setelah
persalinan biasa, tetapi lebih sering terjadi sebagai akibat
ekstraksi dengan cunam, terlebih apabila kepala janin harus
diputar. Robekan terdapat pada dinding lateral dan baru terlihat
dengan pemeriksaan spekulum. Pada perineum terjadi robekan
pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga
pada persalinan berikutnya. Robekan perineum umumnya
terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin
terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa,
kepala janin melewati pintu panggul bawah dengan ukuran yang
lebih besar daripada sirkumferensia suboksipito bregmatika.
Bila ada laserasi jalan lahir atau luka bekas episiotomi
lakukanlah penjahitan dan perawatan dengan baik.
d. Sistem Pencernaan
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak.
Hal ini disebabkan karena pada saat melahirkan alat pencernaan

4
mendapat tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong,
pengeluarancaairan yang berlebihan pada waktu persalinan, kurang
makan, haemoroid, dan laserasi jalan lahir.
e. Sistem Endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan
pada sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang
berperan dalam proses tersebut.
1) Oksitosin
Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang.
Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan
dalam pelepasan plasenta mempertahankan kontraksi, sehingga
mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi
ASI dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu uterus
kembali ke bentuk normal.
2) Prolaktin
Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya
kelenjar pituitari bagian belakang untuk mengeluarkan
prolaktin, hormon ini berperan dalam pembesaran payudara
untuk merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui
bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi dan pada permulaan ada
rangsangan folikel dalam ovarium yang ditekan. Pada wanita
yang tidak menyusui bayinya, tingkat sirkulasi prolaktin
menurun dalam 14-21 hari setelah persalinan, sehingga
merangsang kelenjar bawah depan otak yang mengontrol
ovarium ke arah permulaan pola produksi estrogen dan
progesteron yang normal, pertumbuhan folikel, ovulasi, dan
menstruasi.
3) Estrogen dan progesteron
Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun
mekanismenya secara penuh belum dimengerti. Diperkirakan
bahwa tingkat estrogen yang tinggi memperbesar hormon

5
antidiuretik yang mengikatkan volume darah. Di samping itu,
progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi
perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini
sangat mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena,
dasar panggul, perineum dan vulva, serta vagina.
f. Sistem Urinary
Selama proses persalinan, kandung kemih mengalami
trauma yang dapat mengakibatkan udema dan menurunnya
sensitifitas terhadap tekanan cairan, perubahan ini menyebabkan,
tekanan yang berlebihan dan kekosongan kandung kemih yang
tidak tuntas, hal ini bisa. Mengakibatkan terjadinya infeksi.
Biasanya ibu mengalami kesulitan buang air kecil sampai 2 hari
post partum.
g. Sistem Musculoskeletal
1) Ambulasi pada umumnya mulai 1-8 jam setelah ambulasi dini
untuk mempercepat involusio rahim.
2) Otot abdomen terus-menerus terganggu selama kehamilan
yang mengakibatkan berkurangnya tonus otot, yang tampak
pada masa post partum dinding perut terasa lembek, lemah,
dan kendor selama kehamilan otot abdomen terpisah disebut
distensi recti abdominalis, mudah di palpasi melalui dinding
abdomen bila ibu telentang. Latihan yang ringan seperti senam
nifas akan membantu penyembuhan alamiah dan kembalinya
otot pada kondisi normal.
h. Sistem Neurosensory
1) Saraf pelvik yang menekan disebabkan oleh perbesaran uterus
yang merupakan hasil perubahan sensori pada kaki
2) Rasa sakit yang menekan disebabkan oleh penarikan pada
serabut saraf / penekanan pada akar saraf dorsolumbar lordosis
yang merupakan gejala lubang antara persendian sampai lengan
3) Pembengkakan yang melibatkan saraf pherifera & tangan
selama 3 minggu terakhir kehamila. Pembengkakan yang

6
menekan saraf median dibawah ligmen persendian antara
lengan & tangan
4) Gelaja pharethesia ( terbakar / gatal karna kekacauan sistem
saraf sensori ) & rasa sakait pada tangan yang menyebar sampai
siku . tangan yang dominan biasa nya berpengaruh.

5. Adaptasi Psikologis Post Partum


a. Perubahan psikologis yang terjadi pada ibu post partum
Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan
fisiologis yang juga mengakibatkan adanya beberapa perubahan
dari psikisnya. Ia mengalami stimulasi kegembiraan yang luar
biasa, menjalani proses eksplorasi dan asimilasi terhadap bayinya,
berada dibawah tekanan untuk dapat menyerap pembelajaran yang
diperlukan tentang apa yang harus diketahuinya dan perawatan
untuk bayinya, dan merasa tanggung jawab yang luar biasa
sekarang untuk menjadi seorang ibu.
Tidak mengherankan bila ibu mengalami sedikit perubahan
perilaku dan sesekali merasa kerepotan. Masa ini adalah masa
rentan dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran.
b. Tahapan perubahan psikologis post partum menurut rubin
Menurut Rubin dalam Varney (2007) adaptasi psikologi ibu
post partum dibagi menjadi 3 fase yaitu :
1) Fase Taking In (Fase mengambil) / ketergantungan
Fase ini dapat terjadi pada hari pertama sampai kedua post
partum. Ibu sangat tergantung pada orang lain, adanya tuntutan
akan kebutuhan makan dan tidur, ibu sangat membutuhkan
perlindungan dan kenyamanan.
2) Fase Taking Hold / ketergantungan mandiri
Fase ini terjadi pada hari ketiga sampai hari ke sepuluh post
partum, secara bertahap tenaga ibu mulai meningkat dan
merasa nyaman, ibu sudah mulai mandiri namun masih

7
memerlukan bantuan, ibu sudah mulai memperlihatkan
perawatan diri dan keinginan untuk belajar.
merawat bayinya.
3) Fase Letting Go/ kemandirian fase ini terjadi pada hari ke
sepuluh post partum, ibu sudah mampumerawat diri sendiri,
ibu mulai sibuk dengan tanggung jawabnya.
c. Post partum blues
Post Partum Blues merupakan suatu fenomena psikologis
yang dialami oleh ibu dan bayinya. Biasanya tejadi pada hari ke-3
sampai ke-5 post partum. Angka kejadiannya 80% dari ibu post
partum mengalaminya, dan berakhir beberapa jam/hari.
Merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan,
biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari
hingga dua minggu sejak kelahiran bayi yang ditandai dengan
gejala-gejala sebagai berikut :
1) Sedih
2) Cemas tanpa sebab
3) Menangis tanpa sebab
4) Tidak sabar
5) Tidak percaya diri
6) Sensitif
7) Mudah tersinggung (iritabilitas)
8) Merasa kurang menyayangi bayinya
Post partum blues ini dikategorikan sebagai sindroma
gangguan mental yang ringan. Oleh sebab itu, sering tidak
diperdulikan sehingga tidak terdiagnosis dan tidak ditindak lanjuti
sebagaimana seharusnya. Jika hal ini dianggap enteng, keadaan ini
bisa menjadi serius dan bisa bertahan dua minggu sampai satu
tahun dan akan berlanjut menjadi depresi dan psikosis post partum.
Banyak ibu yang berjuang sendiri dalam beberapa saat setelah
melahirkan. Mereka merasakan ada hal yang salah namun mereka
sendiri tidak mengetahui penyebabnya.

8
Kunci untuk mendukung wanita dalam melalui periode ini
adalah berikan perhatian dan dukungan yang baik baginya, serta
yakinkan padanya bahwa ia adalah orang yang berarti bagi
keluarga dan suami. Hal yang terpenting, berikan kesempatan
untuk beristirahat yang cukup. Selain itu, dukungan positif atas
keberhasilannya menjadi orang tua dari bayi yang baru lahir dapat
membantu memulihkan kepercayaan diri terhadap kemampuannya.
d. Depresi post partum
Depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan
berlangsung selama 30 hari.
1) Faktor Penyebab
a) Faktor konstitusional
Gangguan post partum berkaitan dengan riwayat obstetri
yang meliputi riwayat hamil sampai bersalin, serta
adanya komplikasi atau tidak dari kehamilan dan
persalinan sebelumnya.
b) Faktor fisik
Terjadi karena ketidakseimbangan hormonal, Hormon
yang terkait dengan terjadinya depresi post partum
adalah prolaktin, steroid dan progesterone.
c) Faktor psikologi
Paralihan yang cepat dari keadaan “ 2 dalam 1 “, pada
akhir kehamilan menjadi dua individu. Yaitu ibu dan
anak yang bergantung pada penyesuaian psikologis
individu.
2) Gejala
a) Kelelahan dan perubahan mood
b) Gangguan nafsu makan dan gangguan tidur
c) Tidak mau berhubungan dengan orang lain
d) Tidak mencintai bayinya dan ingin menyakiti bayinya
atau dirinya sendiri.

9
3) Penanganan
Untuk mencegah terjadinya depresi post partum sebagai
anggota keluarga harus memberikan dukungan emosional
kepada ibu dan jangan mengabaikan ibu bila terlihat sedang
sedih, dan sarankan pada ibu untuk:
a) Beristirahat dengan baik
b) Berolahraga yang ringan
c) Berbagi cerita dengan orang lain
d) Bersikap fleksible
e) Bergabung dengan orang-oarang baru
f) Sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis

6. Adaptasi keluarga (peran transisi menjadi orang tua)


a. Peran transisi menjadi orang tua
Terjadinya perubahan peran, yaitu menjadi orang tua setelah
kelahiran anak. Sebenarnya suami dan istri sudah mengalami
perubahan peran mereka sejak masa kehamilan. Perubahan peran
ini semakin meningkat setelah kelahiran anak. Contoh, bentuk
perawatan dan asuhan sudah mulai diberikan oleh si ibu kepada
bayinya saat masih berada dalam kandungan adalah dengan cara
memelihara kesehatannya selama masih hamil, memperhatikan
makanan dengan gizi yang baik, cukup istirahat, berolah raga, dan
sebagainya.
Selanjutnya, dalam periode postpartum atau masa nifas
muncul tugas dan tanggung jawab baru, disertai dengan perubahan-
perubahan perilaku. Perubahan tingkah laku ini akan terus
berkembang dan selalu mengalami perubahan sejalan dengan
perkembangan waktu cenderung mengikuti suatu arah yang bisa
diramalkan.
Pada awalnya, orang tua belajar mengenal bayinya dan
sebaliknya bayi belajar mengenal orang tuanya lewat suara, bau
badan dan sebagainya. Orang tua juga belajar mengenal

10
kebutuhan-kebutuhan bayinya akan kasih sayang, perhatian,
makanan, sosialisasi dan perlindungan.
Periode berikutnya adalah proses menyatunya bayi dengan
keluarga sebagai satu kesatuan/unit keluarga. Masa konsolidasi ini
menyangkut peran negosiasi (suami-istri, ayah-ibu, orang tua anak,
dan anak-anak).
b. Konsep menjadi orang tua
Tugas pertama orang tua adalah mencoba menerima keadaan
bila anak yang dilahirkan tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Karena dampak dari kekecewaan ini dapat mempengaruhi proses
pengasuhan anak.
Walaupun kebutuhan fisik terpenuhi, tetapi kekecewaan
tersebut akan menyebabkan orang tua kurang melibatkan diri
secara penuh dan utuh. Bila perasaan kecewa tersebut tidak segera
diatasi, akan membutuhkan waktu yang lama untuk dapat
menerima kehadiran anak yang tidak sesuai dengan harapan
tersebut.
Orang tua perlu memiliki keterampilan dalam merawat bayi
mereka, yang meliputi kegiatan-kegiatan pengasuhan, mengamati
tanda-tanda komunikasi yang diberikan bayi untuk memenuhi
kebutuhannya serta bereaksi secara cepat dan tepat terhadap tanda-
tanda tersebut.
Berikut ini adalah tugas dan tanggung jawab orang tua
terhadap bayinya, antara lain :
1) Orang tua harus menerima keadaan anak yang sebenarnya dan
tidak terus terbawa dengan khayalan dan impian yang
dimilikinya tentang figur anak idealnya. Hal ini berarti orang tua
harus menerima penampilan fisik, jenis kelamin, temperamen
dan status fisik anaknya.
2) Orang tua harus yakin bahwa bayinya yang baru lahir adalah
seorang pdibadi yang terpisah dari diri mereka, artinya

11
seseorang yang memiliki banyak kebutuhan dan memerlukan
perawatan.
3) Orang tua harus bisa menguasai cara merawat bayinya. Hal ini
termasuk aktivitas merawat bayi, memperhatikan gerakan
komunikasi yang dilakukan bayi dalam mengatakan apa yang
diperlukan dan member respon yang cepat
4) Orang tua harus menetapkan criteria evaluasi yang baik dan
dapat dipakai untuk menilai kesuksesan atau kegagalan hal-hal
yang dilakukan pada bayi.
5) Orang tua harus menetapkan suatu tempat bagi bayi baru lahir
di dalam keluarga. Baik bayi ini merupakan yang pertama atau
yang terakhir, semua anggota keluarga harus menyesuaikan
peran mereka dalam menerima kedatangan bayi.
6) Dalam menunaikan tugas dan tanggung jawabnya, harga diri
orang tua akan tumbuh bersama dengan meningkatnya
kemampuan merawat/mengasuh bayi. Oleh sebab itu bidan
perlu memberikan bimbingan kepada si ibu, bagaimana cara
merawat bayinya, untuk membantu mengangkat harga dirinya.
c. Penerimaan peran menjadi orang tua
Selama hari-hari pertama melahirkan, sebagian besar ibu
secara total merasakan bahwa semua perhatiannya terserah kepada
kebutuhan bayi dan meninggalkan bayinya hanya dalm waktu
singkat. Seorang ibu menghabiskan waktu untuk mengagumi
bayinya, baik saat bayinya bangun maupun tidur. Ibu yang dulunya
masih takut dan merasa tidak yakin, kini dengan cepat berubah
menjadi sosok ibu yang mengetahui semuah atribut khusus dan
isyarat dari bayinya yang baru lahir serta mulai memeberi respon
yang sesuai.

12
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas diri
Merupakan biodata klien yang meliputi : nama ,Tempat tanggal
lahir, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status
pernikahan, suku/bangsa, tanggal masuk RS, tanggal
pengkajian, tangga/rencana operasi, No. Medrec, diagnosa
medis dan alamat.
b. Keluhan utama
Klien biasanya mengeluh nyeri pada daerah jalan lahir.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi keluhan saat MRS dan keluhan utama saat ini.
Diuraikan dalam konsep PQRST dalam bentuk narasi
d. Riwayat kesehatan dahulu
Meliputi tentang penyakit yang pernah dialami klien pada masa
lalu, seperti riwayat hipertensi, penyakit keturunan seperti
diabetes melitus dan asma riwayat alergi dan penyakit menular
seperti hepatitis dab TBC, kebiasaan klien seperti merokok,
minum alkohol, minum kopi dan obat-obatan yang sering
dipakai.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi tentang riwayat penyakit keturunan seperti Hipertensi
dan Diabetes Melitus, ataupun penyakit menuolar seperti TBC
dan hepatitis.
f. Riwayat obstetric dan gynekologi
Meliputi riwayat menstruasi, riwayat kehamilan, persalinan,
nifas yang lalu
1) Riwayat Persalinan dan Kelahiran Saat Ini
Meliputi :
2) Tipe persalinan
a) Lama persalinan (kala I, kala II, kala III, kala IV)
b) Penggunaan analgesik dan anastesi

13
c) Apakah terdapat masalah dalam persalinan.
d) Kesanggupan dan pengetahuan dalam perawatan bayi,
seperti breast care, perineal care, nutrisi, senam nifas,
KB, menyusui
3) Keadaan Bayi
Meliputi BB, PB, apakah ada kelainan atau tidak.
g. Riwayat kontrasepsi
Apakah klien melaksanakan KB
1) Bila ya, jenis kontrasepsi apa yang digunakan.
2) Sudah berapa lama menggunakan kontrasepsi.
3) Apakah terdapat masalah dalam penggunaan kontrasepsi.
h. Aktivitas sehari-hari
1) Pola nutrisi.
Nafsu makan meningkat, Kehilangan rata-rata berat badan
5,5 kg.
2) Pola eliminasi/sistem urogenital.
a) Konstipasi, tidak mampu berkemih, retensi urine.
b) Edema pada kandung kemih, urethra dan meatus
urinarius terjadi karena trauma.
c) Pada fungsi ginjal: proteinuria, diuresis mulai 12 jam.
d) Fungsi kembali normal dalam 4 minggu.
3) Pola personal hygiene.
Bagaimana frekuensi personal hygiene klien, seperti mandi,
oral hygiene, maupun cusi rambut.
4) Pola istirahat dan tidur.
Kurang tidur, mengantuk.
5) Pola aktivitas dan latihan.
Terganggu karena nyeri.
i. Pemeriksaan fisik head to toe
1) Keadaan Umum
a) GCS
b) Tingkat Kesadaran

14
c) Tanda-Tanda Vital
i. Jam I : tiap 15 menit
ii. Jam II : tiap 30 menit
iii. 24 jam I : tiap 4 jam
iv. Setelah 24 jam : tiap 8 jam
d) Berat Badan
2) Pemeriksaan Fisik Head To Toe
1) Kepala
Memeriksa apakah terjadi edema pada wajah.
2) Wajah
Memeriksa apakah konjungtiva pucat, apakah skelera ikterus
3) Leher
a) Hiperpigmentasi perlahan berkurang.
b) Memeriksa dan meraba leher untuk mengetahui apakah
kelejar tiroid membesar, pembuluh limfe, pelebaran vena
jugularis.
4) Thorak
a. Payudara
1) Terdapat perubahan payudara, payudara membesar.
Putting mudah erektil.
2) Pruduksi colostrums 48 jam.
3) Memeriksa pada payudara jika terdapat massa, atau
pembesaran pembuluh limfe.
b. Jantung
1) Tanda-tanda vital
Tekanan darah sama saat bersalin, suhu meningkat
karena dehidrasi pada awal post partum terjadi
bradikardi.
2) Volume darah
Menurun karena kehilangan darah dan kembali
normal 3-4 minggu

15
c. Paru
Fungsi paru kembali normal, RR : 16-24 x/menit,
keseimbangan asam-basa kembali setelah 3 minggu post
partum.
5) Abdomen
a) Memeriksa bising usus pada empat kuadran.
b) Memeriksa fundus uteri, konsistensi, kekuatan
kontraksi, posisi, tinggi fundus.
c) Terjadi relaksasi pada otot abdomen karena terjadi
tarikan saat hamil.Diastasis rekti 2-4 cm, kembali
normal 6-8 minggu post partum.
d) Terdapat linea gravidarum, strie alba, albican.
6) Genetalia
a. Uterus
Memeriksa apakah kondisi uterus sudah kembali dalam
kondisi normal.
b. Lochea
i. Memeriksa lochea : tipe, jumlah, bau.
ii. Komposisi : Jaringan endometrial, darah, limfe.
iii. Tahap
1. Rubra (merah) : 1-3 hari.
2. Serosa (pink kecoklatan)
3. Alba (kuning-putih) : 10-14 hari
iv. Lochea terus keluar sampai 3 minggu
v. Bau normal seperti menstruasi, jumlah meningkat saat
berdiri.
vi. Jumlah keluaran rata-rata 240-270 ml.
c. Serviks
Segera setelah lahir terjadi edema, bentuk distensi untuk
beberapa hari, struktur internal kembali dalam 2 minggu,
struktur eksternal melebar dan tampak bercelah.

16
d. Vagina
Nampak berugae kembali pada 3 minggu, kembali
mendekati ukuran seperti tidak hamil, dalam 6 sampai 8
minggu, bentuk ramping lebar, produksi mukus normal
dengan ovulasi.
7) Perinium dan Anus
a) Pemeriksaan perineum : REEDA (red, edema,
ecchymosis, discharge, loss of approximation)
b) Pemeriksaan adanya hemoroid.
8) Ekstremitas
a) Memeriksa apakah tangan dan kaki edema, pucat pada
kuku jari, hangat, adanya nyeri dan kemerahan.
b) Apakah ada varises.
c) Memeriksa refleks patella untuk mengetahui apakah
terjadi hypo atau hyper.
d) Memeriksa homans’ sign (nyeri saat kaki dorsofleksi
pasif)

2. Diagnosa keperawatan
a. Risiko defisit volume cairan berhubungan dengan pengeluaran
yang berlebihan; perdarahan; diuresis; keringat berlebihan.
b. Nyeri akut berhubungan dengan peregangan perineum; luka
episiotomi; involusi uteri; hemoroid; pembengkakan payudara.
c. Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jalan lahir.
d. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan kelemahan;
kelelahan post partum.

17
3. Intervensi keperawatan dan Rasional

No Diagnosa Intervensi
Keperawatan Tujuan Tindakan Rasional
1 Risiko defisit Setelah dilakukan 1. Pantau: Tanda-tanda 1. Mengidentifikasi
volume cairan tindakan vital setiap 4 jam. keadaan umum
berhubungan keperawatan pasien serta adanya
dengan selama 2 x 24 penyimpangan
pengeluaran jam, diharapkan indikasi kemajuan
yang kebutuhan cairan atau penyimpangan
berlebihan; pasien adekuat, dari hasil yang
perdarahan; dengan kriteria diharapkan.
diuresis; hasil: 2. Pantau cairan masuk 2. Mengidentifikasi
keringat a. TTV dalam dan cairan keluar keseimbangan
berlebihan. batas normal setiap 8 jam. cairan pasien secara
TD : 60- adekuat dan teratur.
90/110-140 3. Observasi ketat 2 jam 3. Observasi baik
mmHg post partum (adanya dilakukan untuk
Nadi : 60-100 komplikasi mencegah
x/menit perdarahan) terjadinya
Suhu : 36,5- kemungkinan yang
37,5oC tidak diinginkan
RR : 16-24 seperti adanya
x/menit perdarahan post
b. Tidak ada partum
tanda-tanda 4. Kaji adanya tanda- 4. Sebagai deteksi
dehidrasi tanda dehidrasi awal dari
(mukosa bibir (mukosa bibir dan kekurangan cairan
lembab, turgor turgor kulit)
kulit baik) 5. Beritahu dokter bila: 5. Temuan-temuan ini
terjadi takikardia, menandakan
selalu merasa haus, hipovolemia dan

18
c. Haluaran urine gelisah, TD di bawah perlunya
0,5-1 ml/kg rentang normal, urine peningkatan cairan.
BB/jam gelap atau encer
gelap.

2 Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Kaji karakteristik 1. Mengetahui


berhubungan tindakan nyeri (PQRST) karakteristik nyeri
dengan keperawatan pasien untuk
peregangan selama 2 x mengidentifikasi
perineum; luka 24jam,diharapkan dalam pemberian
episiotomi; nyeri pasien intervensi yang tepat
involusi uteri; berkurang, 2. Pantau TTV 2. Mengidentifikasi
hemoroid; dengan kriteria keadaan umum
pembengkakan hasil: pasien
payudara. a. TTV dalam 3. Kaji kontraksi uterus, 3. Mengidentifikasi
batas normal proses involusi uteri. penyimpangan dan
TD : 60- kemajuan
90/110-140 berdasarkan involusi
mmHg uteri.
Nadi : 60-100 4. Anjurkan pasien 4. Mengurangi
x/menit untuk membasahi ketegangan pada
Suhu : 36,5- perineum dengan air luka perineum.
37,5oC hangat sebelum
RR : 16-24 berkemih.
x/menit 5. Anjurkan dan latih 5. Melatih ibu
b. Pasien pasien cara merawat mengurangi
mengatakan payudara secara bendungan ASI dan
nyeri teratur. memperlancar
berkurang pengeluaran ASI.
Skala nyeri
berkurang

19
Pasien tampak 6. Jelaskan pada ibu 6. Mencegah infeksi
rileks, tetang teknik merawat dan kontrol nyeri
ekspresi luka perineum pada luka perineum.
wajah tidak 7. Ajarkan klien teknik 7. Mengurangi
tegang. relaksasi dan distraksi intensitas nyeri pada
c. Kontraksi (teknik napas panjang pasien
uterus baik dan dalam,
d. Payudara mengalihkan
lembek perhatian).
e. Tidak ada 8. Kolaborasi dengan 8. Merupakan salah
bendungan dokter tentang satu management
ASI. pemberian analgesik nyeri untuk pasien

3 Risiko infeksi Setelah dilakukan 1. Pantau TTV dan 1. Mengetahui


berhubungan tindakan tanda-tanda infeksi keadaan umum
dengan trauma keperawatan pasien dan adanya
jalan lahir. selama 2 x 24 jam tanda-tanda
,diharapkan infeksi.
tidak terjadi 2. Kaji luka 2. Mengidentifikasi
tanda-tanda perineum/episiotomy, penyimpangan dan
infeksi, dengan kaji keadaan jahitan. kemajuan sesuai
criteria hasil : intervensi yang
a. Tidak ada dilakukan.
tanda infeksi 3. Anjurkan pasien 3. Keadaan luka
(calor, rubor, membasuh vulva perineum
dolor, tumor, setiap habis berkemih berdekatan dengan
fungsiolaesa ) dengan cara yang daerah basah
b. Luka benar mengakibatkan
episiotomi kecenderunagn
kering dan luka untuk selalu
bersih

20
c. TTV dalam kotor dan mudah
batas normal terkena infeksi.
TD : 60- 4. Pertahankan teknik 4. Mencegah infeksi
90/110-140 septik aseptik dalam secara dini dan
mmHg merawat pasien mencegah
Nadi : 60-100 (merawat luka kontaminasi silang
x/menit perineum, merawat terhadap infeksi.
Suhu : 36,5- payudara, merawat
37,5oC bayi).
RR : 16-24
x/menit
4 Gangguan Setelah dilakukan 1. Kaji toleransi pasien 1. Parameter
pemenuhan tindakan terhadap aktifitas menunjukkan
ADL keperawatan menggunakan respon fisiologis
berhubungan selama 2 x 24 parameter berikut: pasien terhadap
dengan jamdiharapkan catat peningakatan stres aktifitas dan
kelemahan; ADL dan TD, dispnea, nyeri indikator derajat
kelelahan post kebutuhan dada, kelelahan berat, pengaruh
partum. beraktifitas kelemahan, kelebihan kerja
pasien terpenuhi berkeringat, pusing jantung.
secara adekuat, atau pingsan.
dengan kriteria 2. Tingkatkan istirahat, 2. Menurunkan kerja
hasil: batasi aktifitas pada miokard/komsumsi
a. Pasien dasar nyeri/respon oksigen ,
menunjukkan hemodinamik menurunkan resiko
peningkatan komplikasi.
dalam 3. Berikan aktifitas 3. Stabilitas fisiologis
beraktifitas. senggang yang tidak pada istirahat
b. Kelemahan berat. penting untuk
dan kelelahan menunjukkan
berkurang. tingkat aktifitas
individu.

21
c. Kebutuhan 4. Kaji kesiapan untuk 4. Konsumsi oksigen
ADL terpenuhi meningkatkan miokardia selama
secara mandiri aktifitas, contoh: berbagai aktifitas
atau dengan penurunan dapat
bantuan. kelemahan/kelelahan, meningkatkan
d. Frekuensi nadi TD stabil/frekuensi jumlah oksigen
/ irama jantung nadi, peningkatan yang ada.
serta tekanan perhatian pada Kemajuan aktifitas
darah dalam aktifitas dan bertahap mencegah
batas normal perawatan diri. peningkatan tiba-
(TD=100- tiba pada kerja
140/60-90 jantung.
mmHg, N=60- 5. Dorong memajukan 5. Teknik
100 x/menit) aktifitas/toleransi penghematan
perawatan diri. energi menurunkan
penggunaan energi
dan membantu
keseimbangan
suplai dan
kebutuhan oksigen.
6. Anjurkan keluarga 6. Aktifitas yang
untuk membantu maju memberikan
pemenuhan kontrol jantung,
kebutuhan ADL meningaktkan
pasien. regangan dan
mencegah aktifitas
berlebihan.

22

Anda mungkin juga menyukai