PENDAHULUAN
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang optimal melalui tercipta masyarakat bangsa dan negara Indonesia
ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat untuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat
Indonesia, 1998)
Kesehatan adalah milik yang sangat berharga bagi seseorang tanpa berarti segala
aktivitas akan berhenti dengan menyadari bagi hal itu setiap orang akan dituntut untuk
meningkatkan dan mempertahankan kondisi tubuhnya yang kuat sehingga tidak akan mudah
Penyakit apendisitis merupakan salah satu masalah kesehatan dimana angka prevalensi
yang tinggi dan akibat yang ditimbulkannya juga merupakan salah satu penyebab tingginya angka
Berdasarka hal tersebut di atas maka penulis tertarik untuk menyusun karya tulis ilmiah
dengan judul Asuhan Keperawatan pada Tn “P” dengan apendisitis di rumah sakit RSUD
Sumedang.
Berdasarkan latar belakang diatas, secara singkat dapat dirumuskan sebagai permasalahan
yang berhubung dengan operasi pada Appendisitis, diantaranya adalah bagaimana asuhan
keperawatan preoperatif dan penatalaksanaan anestesi umum pada pediatrik dengan appendik, dan
1
1.3. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
b. Untuk memenuhi tugas Teknik Kmar Bedah (TKB) dengan mengambil kasus tentang
2. Tujuan Khusus
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
Apendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm (4 inci),
melekat pada sekomi tepat dibawah katup iloesekal. Apendisitis berisi makanan dan
mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena pengosonannya tidak efektif dan
lumennya kecil, apendiks cenderung menjadi tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi
Apandisitis mengacu pada radang apendiks, suatu tambahan seperti kantong yang tak
berfungsi terletak pada bagian inferior dari sekum. Penyebab yang paling umum dari apendisitis
adalah obstruksi luman oleh fases yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis
2.2. Etiologi
Penyebab apendisitis paling umum inflamasi akut pada kuadran kanan bawah dan
rongga abdomen, adalah penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat, kira-kira 7% dari
populasi akan mengalami apendisitis pada waktu yang bersamaan dalam hidup mereka, pria lebih
sering dipengaruhi daripada wanita dan remaja lebih sering pada orang dewasa. Meskipun ini
dapat terjadi pada usia berapa pun, apendisitis paling sering terjadi antara usia 10 dan 30 tahun.
2.3. Anatomi
3
Appendiks merupakan organ yang berbentuk tabung dengan panjang kira-kira 10 cm
dan berpangkal pada sekum. Appendiks pertama kali tampak saat perkembangan embriologi
minggu ke delapan yaitu bagian ujung dari protuberans sekum. Pada saat antenatal dan postnatal,
pertumbuhan dari sekum yang berlebih akan menjadi appendiks yang akan berpindah dari medial
Pada bayi appendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkal dan menyempit kearah
ujung. Keadaan ini menjadi sebab rendahnya insidens Apendisitis pada usia tersebut. Appendiks
memiliki lumen sempit di bagian proksimal dan melebar pada bagian distal. Pada appendiks
terdapat tiga tanea coli yang menyatu dipersambungan sekum dan berguna untuk mendeteksi
posisi appendiks.
Gejala klinik Apendisitis ditentukan oleh letak appendiks. Posisi appendiks adalah
retrocaecal (di belakang sekum) 65,28%, pelvic (panggul) 31,01%, subcaecal (di bawah sekum)
2,26%, preileal (di depan usus halus) 1%, dan postileal (di belakang usus halus) 0,4%, seperti
4
Gambar.2
Anatomi Appendisitis Posisi Appendisitis
2.4. Fisiologi
Appendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu secara normal dicurahkan ke
dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lendir di muara appendiks
tampaknya berperan pada patogenesis Apendisitis. Imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh
Gut Associated Lymphoid Tissue (GALT) yang terdapat disepanjang saluran cerna termasuk
appendiks ialah Imunoglobulin A (Ig-A). Imunoglobulin ini sangat efektif sebagai pelindung
terhadap infeksi yaitu mengontrol proliferasi bakteri, netralisasi virus, serta mencegah penetrasi
enterotoksin dan antigen intestinal lainnya. Namun, pengangkatan appendiks tidak mempengaruhi
sistem imun tubuh sebab jumlah jaringan sedikit sekali jika dibandingkan dengan jumlah di
2.5. Patofisiologi
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh hiperplasia
folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau
neoplasma.
Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami
bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks
mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan penekanan tekanan intralumen. Tekanan yang
meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis
bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai
oleh nyeri epigastrium.
5
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan
menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding.
Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri
di daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti
dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah
rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi.
Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan
bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrat apendikularis.
Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang. Pada anak-anak, karena
omentum lebih pendek dan apediks lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut
ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan terjadinya perforasi.
Sedangkan pada orang tua perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah
(Mansjoer, 2007) .
Pathway
6
2.6. Manifestasi Klinik
1. Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai dengan demam ringan, mual, muntah
dan hilangnya nafsu makan.
2. tekan local pada titik McBurney bila dilakukan tekanan.
3. Nyeri tekan lepas dijumpai.
4. Terdapat konstipasi atau diare.
5. Nyeri lumbal, bila appendiks melingkar di belakang sekum.
6. Nyeri defekasi, bila appendiks berada dekat rektal.
7
7. Nyeri kemih, jika ujung appendiks berada di dekat kandung kemih atau ureter.
8. Pemeriksaan rektal positif jika ujung appendiks berada di ujung pelvis.
9. Tanda Rovsing dengan melakukan palpasi kuadran kiri bawah yang secara paradoksial
menyebabkan nyeri kuadran kanan.
10. Apabila appendiks sudah ruptur, nyeri menjadi menyebar, disertai abdomen terjadi akibat
ileus paralitik.
11. Pada pasien lansia tanda dan gejala appendiks sangat bervariasi. Pasien mungkin tidak
mengalami gejala sampai terjadi ruptur appendiks.
2.7. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnostik diagnosa didasarkan pada pemeriksaan fisik lengkap dan tes laboratorium
dan sinar-X hitung darah lengkap dilakukan dan akan menunjukkan peningkatan jumlah darah
putih. Jumlah leukosit mungkin lebih besar dari 10.000/mm3 dan pemeriksaan ultrasound dapat
menunjukkan densitas kuadran kanan bawah atau kadar aliran udara terlokalisasi.
2.8. Penatalaksanaan
cairan IV diberikan sampai pembedahan dilakukan analgesic dapat diberikan setelah didiagnosa
ditegakkan.
untuk menurunkan risiko perforasi. Apendiktomi dapat dilakukan dibawah anastesi emon atau
spinal dengan insisi abdomen bawah atau dengan lapareskopi, yang merupakan metode terbaru
2.9. Komplikasi
menjadi peritonitis atau abses. Insidens perforasi adalah 10% sampai 32%. Insidens lebih tinggi
pada anak kecil dan lansia. Perforasi secara umum terjadi 24 jam setelah awitan nyeri. Gejala
mencakup demam dengan suhu 37,7oC atau lebih tinggi, penampilan toksik, dan nyeri atau nyeri
8
Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan,
merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka membantu klien untuk
mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin. Proses keperawatan terdiri dari lima
A. Pengkajian
a. Aktivitas istirahat
b. Eliminasi
c. Makanan/Cairan
d. Nyeri/kenyamanan
B. Diagnosa Keperawatan
Sesuai dengan taori ada beberapa diagnosa keperawatan yang dapat kita angkat, yaitu:
C. Perencanaan
9
a. Nyeri berhubungan dengan peradangan pada apendisitis
- Intervensi :
terjadinya nyeri.
kurang informasi.
pengobatan.
- Intervensi :
10
2. Dikusikan tentang pengobatan yang diberikan dan efek samping obat.
pengobatannya.
- Intervensi :
kecemasan
- Intervensi :
intravaskuler
11
2. Awasi masukan dan haluara : catat warna urine /konsentrasi, berat jenis
bibir
pecah.
D. Implementasi
untuk memperoleh pelaksanaan yang efektif dituntut pengetahuan, keterampilan dan kemampuan
a. bukti bahwa klien sedang dalam proses menuju kepada tujuan atau telah mencapai tujuan
tersebut.
a. Melaksanakan rencana keperawatan yaitu segala informasi yang mencakup dalam rencana
yang tidak tergesa-gesa dan cermat serta teliti, agar menemukan reaksi-reaksi klien sebagai
12
E. Evaluasi
Untuk mengetahui sejauh mana pencapaian tujuan dalam asuhan keperawatan yang
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini akan dibahas pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien Tn.P dengan pre op
apendisitis. Klien masuk rumah sakit tanggal 26 November 2015, dirawat di ruang interna selama
13
3.1. Pengkajian Data
a. Identitas Pasien
1. Nama : Tn.P
2. Umur : 50 tahun
3. Agama : Islam
4. Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
5. Pendidikan : Sarjana
6. Pekerjaan : Pensiunan
7. Status : Kawin
1. Nama : Ny.A
2. Umur : 33 tahun
4. Pekerjaan : IRT
2. Riwayat keluhan utama : Klien merasakan sakit perut 2 hari yang lalu.
14
4. Hal-hal yang memperingan keluhan : istirahat, minum obat.
Klien sudah pernah mengalami penyakit yang sama sejak 3 bulan yang lalu.
b. Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien.
c. Tanda-tanda vital :
2. Nadi : 16 x/m
3. Pernapasan : 24 x/m
4. Suhu : 36oC
e. Berat badan : 50 kg
f. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
a. Insfeksi
b. Palpasi
15
- Tidak mudah rontok
2. Muka
a. Inspeksi
b. Palpasi
3. Mata
a. Inspeksi
b. Palpasi
a. Inspeksi
16
b. Palpasi
5. Telinga
a. Inspeksi
- Pendengaran baik
b. Palpasi
6. Mulut
a. Inspeksi
- Bibir kering
7. Tenggorokan
a. Inspeksi
8. Leher
a. Inspeksi
17
- Tidak terdapat pelebaran venajubularis
b. Palpasi
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Auskultasi
d. Perkusi
- Sonor
10. Jantung
a. Inspeksi
b. Palpasi
- Tidak teraba denyut apek 3 jari dibawah papilla mammae pada intra
kostalis.
c. Perkusi
d. Auskultasi
18
- Bunyi jantung I dan II murni
11. Abdomen
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Auskultasi
- Penstaltik 11 x/m
d. Perkusi
- Tympani.
12. Genitalia
ada masalah.
13. Ekstremitas
Ekstremitas atas
- Kekuatan otot : 4
- Refleks : normal
Ekstremitas bawah
- Refleks : patella
19
3.4. Pola Kegiatan Sehari-hari
a. Nutrisi
dihabiskan dihabiskan
Pola minum + 8 gelas/hari kurang dari 8 gelas
dalam 1 hari
b. Eliminasi BAB
d. Personal Hygiene
A. Kesehatan Sosial
- Interaksi dengan keluarga, perawat atau tim kesehatan lain dan pasien yang lainnya.
- Orang yang paling terdekat dengan klien adalah istri dan anak-anaknya.
B. Data Spritual
C. Data Psikologis
20
- Klien measa sedih terhadap penyakit yang dideritanya
- Harapan klien terhadap kesehatannya agar dia bisa sembuh total seperti semula.
- Hubungan klien dengan perawat baik dan bisa bekerjasama dengan baik.
D. Pemeriksaan Laboratorium
HB : 9,0 gram/m
HL : 17,800
LED : 50
E. Penatalaksanaan Medis
- Pengobatan
a. RL 20 gtt/menit
b. Paracetamol 3x1
d. Ranitdine 2x1
F. Data Fokus
DS DO
sekarang.
- Klien mengeluh mual - Klien mengeluh muntah-
muntah
- Turgor bibir nampak kering
- Tanda tanda vital
TD : 120/80 mmHg
N : 16 kali per menit
P : 24 kali per menit
S : 36oC
22
G. Analisa Data
Tanda-tanda vital
N : 16 x/m
lumen menyempit
apendisitis
pengeluaran mediator
Merangsang nociceptor
medulla spinalis
23
Corteks serebri
Nyeri
2. DS : Klien mena-nyakan Apendisitis Kurang pengetahuan
tentang penyakit dan
tentang penyakitnya. pengobatannya
bertanya tindakan
- Klien nampak khawatir
Tanda-tanda Vital
Kurang pengetahuan
TD : 120/80 mmHg
N : 16 x/m
P : 24 x/m
S : 36oC
24
3. DS : - Klien menyatakan Perubahan status kesehatan Kecemasan
dialaminya sekarang
DO : Kecemasan
- Klien nampak gelisah
- Ekspresi wajah tegang
- Klien dan keluarga
kondisinya.
Tanda-tanda Vital
TD : 120/80 mmHg
N : 16 x/m
P : 24 x/m
S : 36oC
25
4. DS : Peningkatan metabolisme Kekurangan volume
cairan
Klien mengeluh mual tubuh
DO :
muntah
TD : 120/80 mmHg
N : 16 x /m Mual/muntah
P : 24 x /m
S : 36 oC
kekurangan volume cairan
26
H. Prioritas Masalah
Nyeri tekan (+) pada -Tanda-tanda pada daerah nyeri -Teknik relaksasi
27
Tanda –tanda vital analgetik. katkan sup-lain O2
P : 24 x/m berkurang.
nyeri
-Obat analgetik
dapat mengurangi
nyeri.
2 Kurang pengetahuan Pengetahuan -Kaji tingkat -Sebagai dasar
. proses penyakitnya klien tentang pengetahuan klien untuk intervensi
rikan.
28
3 Kecemasan Rasa cemas -Kaji tingkat -Dengan
. berhubungan dengan teratasi dengan kecemasan klien. mengetahui tentang
me-rasa bosan
dalam menghadapi
perawatan
4 Kekurangan volume Kekurangan -Kaji tingkat -Untuk
29
. cairan berhubungan volume cairan dehiderasi klien mengetahui derajat
30
J. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
S : 36oC N : 16 x/m
N : 16 x/m P : 24 x/m
penyakitnya. bertanya.
keperawatan, dilakukan.
4.Megkolaborasikan pemberian
diperhatikan. keluhan
3. Bantu untuk
3. Memberikan informasi
mengidentifikasi cara
tentang perawatan yang
09.2
0 untuk memahami
dilakukan selama sakit,
32
hasil: klien mengerti tentang berbagai perubahan
putih muntah-muntah.
N : 16 x /m infus.
P : 24 x /m P : lanjutkan intevensi.
cotrimizasoel.
33
34
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Pengkajian
Secara garis besar tampak ada persamaan antara teori yang dibahas dalam BAB II
dengan laporan kasus BAB III. Dalam teori dijelaskan bahwa tanda dan gejala appendisitis
adalah malaise, takikardi, konstipasi pada awitan awal, distensi abdomen, nyeri tekan,
anoreksia, nyeri abdomen sekitar epigastrium dan ambilikus yang meningkat berat dan
terlokalisasi pada titik Mc Burney (Setengah jarak antara umbilicus dan tulang ileum kanan).
Sedangkan pada kasus yang diangkat dimana gejala klinik yang ada seperti, konstipasi
pada awitan awal, tachikardi, malaise, nyeri abdomen, anoreksia, mual dan muntah.
A. Diagnosa Keperawatan
appendisitis
Kesenjangan yang ditemukan yakni ada 1 diagnosa keperawatan yang ada dalam teori
Secara umum rencana keperawatan yang penulis buat pada kasus nyata tidak termuat
dalam teori seperti yang telah diuraikan pada bab II, karena klien telah mendapatkan
disesuaikan dengan kebutuhan dasar dan masalah keperawatan klien yang ditentukan
penulis. Tindakan keperawatan didasarkan prioritas masalah serta tujuan yang dicapai
dengan mempertimbangkan aspek kondisi, sarana dan prasarana serta sumber daya manusia
C. Pelaksanaan
Pada pelaksanaan asuhan keperawatan kasus nyata, semua rencana intervensi yang telah
disusun untuk ketiga diagnosa dapat dilaksanakan pada kasus nyata. Hal-hal yang
yang baik dengan klien dan keluarga serta tim kesehatan yang lainnya yang ada di ruangan
dan tersedianya sarana dan prasarana di ruangan untuk kelancaran dalam melaksanakan
D. Evaluasi
Tahap ini merupakan respon umpan balik dari tindakan yang dilakukan dimana setiap
tindakan pengobatan menyebabkan timbulnya respon. Evaluasi dilakukan tiap hari untuk
mengetahui pencapaian tujuan dan sejauh mana respon klien setelah dilakukan intervensi
keperawatan. Dari 4 (empat) diagnosa yang diangkat oleh penulis belum teratasi :
kurang informasi.
yang diberikan belum mampu menyelesaikan semua masalah keperawatan yang dialami
klien karena masalah keperawatan yang dialami klien cukup berat yang memerlukan
perawatan yang cukup lama sementara implementasi dalam karya tulis ini hanya 2 hari,
namun hal-hal yang mendukung tercapainya tujuan yang diinginkan misalnya keterlibatan
keluarga klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan dan kerja sama petugas
Pada bab ini penulis akan menuliskan beberapa kesimpulan dan saran dalam peningkatan
5.1. Kesimpulan
1. Klien dengan pre op apendisitis memerlukan asuhan keperawatan yang sesuai dengan
2. Klien dengan pre op apendisitis proses pengobatan memerlukan perhatian khusus untuk
memenuhi kebutuhan setiap hari dan pemberian motivasi atau dukungan untuk mengurangi
tingkat kecemasannya.
3. Klien dengan pre op apendisitis perlu perhatian selama perawatan dan menjaga kebersihan
4. Keterlibatan keluarga, orang dekat dan pelayan kesehatan khususnya perawat sangat
5.2. Saran
1. Untuk rumah sakit perlu menyiapkan sarana dan prasarana yang lebih memadai sebagai
apendisitis.
pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges Marilynn E, dkk, 2002. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi III, EGC.
Depkes RI, 2000, Indonesia Sehat 2010, Visi Baru, Misi Kebijakan dan Strategi
Pembangunan kesehatan, Jakarta.
Smelzzer dan Bare C, 2000. Buku Ajar Medikal Brunner and Suddarth, Edisi VIII