Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat

kesehatan masyarakat yang optimal melalui tercipta masyarakat bangsa dan negara Indonesia

ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat untuk

menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat

kesehatan yang optimal di seluruh Republik Indonesia (Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, 1998)

Kesehatan adalah milik yang sangat berharga bagi seseorang tanpa berarti segala

aktivitas akan berhenti dengan menyadari bagi hal itu setiap orang akan dituntut untuk

meningkatkan dan mempertahankan kondisi tubuhnya yang kuat sehingga tidak akan mudah

diserang berbagai penyakit, diantaranya apendisitis.

Penyakit apendisitis merupakan salah satu masalah kesehatan dimana angka prevalensi

yang tinggi dan akibat yang ditimbulkannya juga merupakan salah satu penyebab tingginya angka

morbiditas dan mortalitas.

Berdasarka hal tersebut di atas maka penulis tertarik untuk menyusun karya tulis ilmiah

dengan judul Asuhan Keperawatan pada Tn “P” dengan apendisitis di rumah sakit RSUD

Sumedang.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, secara singkat dapat dirumuskan sebagai permasalahan

yang berhubung dengan operasi pada Appendisitis, diantaranya adalah bagaimana asuhan

keperawatan preoperatif dan penatalaksanaan anestesi umum pada pediatrik dengan appendik, dan

hal apa saja yang menjadi perhatian khusus dalam penatalaksanaan.

1
1.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Umum

a. Memperoleh pengalaman nyata dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien

Tn.P dengan apendisitis di ruang perawatan interna RSUD Sumedang.

b. Untuk memenuhi tugas Teknik Kmar Bedah (TKB) dengan mengambil kasus tentang

Appendisitis dan untuk mengetahui asuhan kperawatan preoperatif.

2. Tujuan Khusus

a. Mengatuhi teori dari Appendisitis

b. Mengetahui asuhan keperawatan preoperatif yang dilakukan pada kasus Appendisitis.

c. Memperoleh pengalaman nyata dalam pengkajian keperawatan pada Tn.P yang

menderita pre op apendisitis.

d. Memperoleh pengalaman nyata dalam melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada

Tn.P dengan pre op apendisitis

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Pengertian Appndisitis

Apendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm (4 inci),

melekat pada sekomi tepat dibawah katup iloesekal. Apendisitis berisi makanan dan

mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena pengosonannya tidak efektif dan

lumennya kecil, apendiks cenderung menjadi tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi

(apendisitis), (Brunner dan Suddarth, 2002).

Apandisitis mengacu pada radang apendiks, suatu tambahan seperti kantong yang tak

berfungsi terletak pada bagian inferior dari sekum. Penyebab yang paling umum dari apendisitis

adalah obstruksi luman oleh fases yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis

mukosa menyebabkan inflamasi (Wilson dan Goldman 1989).

2.2. Etiologi

Penyebab apendisitis paling umum inflamasi akut pada kuadran kanan bawah dan

rongga abdomen, adalah penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat, kira-kira 7% dari

populasi akan mengalami apendisitis pada waktu yang bersamaan dalam hidup mereka, pria lebih

sering dipengaruhi daripada wanita dan remaja lebih sering pada orang dewasa. Meskipun ini

dapat terjadi pada usia berapa pun, apendisitis paling sering terjadi antara usia 10 dan 30 tahun.

2.3. Anatomi

3
Appendiks merupakan organ yang berbentuk tabung dengan panjang kira-kira 10 cm

dan berpangkal pada sekum. Appendiks pertama kali tampak saat perkembangan embriologi

minggu ke delapan yaitu bagian ujung dari protuberans sekum. Pada saat antenatal dan postnatal,

pertumbuhan dari sekum yang berlebih akan menjadi appendiks yang akan berpindah dari medial

menuju katup ileocaecal.

Pada bayi appendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkal dan menyempit kearah

ujung. Keadaan ini menjadi sebab rendahnya insidens Apendisitis pada usia tersebut. Appendiks

memiliki lumen sempit di bagian proksimal dan melebar pada bagian distal. Pada appendiks

terdapat tiga tanea coli yang menyatu dipersambungan sekum dan berguna untuk mendeteksi

posisi appendiks.

Gejala klinik Apendisitis ditentukan oleh letak appendiks. Posisi appendiks adalah

retrocaecal (di belakang sekum) 65,28%, pelvic (panggul) 31,01%, subcaecal (di bawah sekum)

2,26%, preileal (di depan usus halus) 1%, dan postileal (di belakang usus halus) 0,4%, seperti

terlihat pada gambar dibawah ini.

Gambar.1.Appendiks pada saluran pencernaan

4
Gambar.2
Anatomi Appendisitis Posisi Appendisitis

2.4. Fisiologi

Appendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu secara normal dicurahkan ke

dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lendir di muara appendiks

tampaknya berperan pada patogenesis Apendisitis. Imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh

Gut Associated Lymphoid Tissue (GALT) yang terdapat disepanjang saluran cerna termasuk

appendiks ialah Imunoglobulin A (Ig-A). Imunoglobulin ini sangat efektif sebagai pelindung

terhadap infeksi yaitu mengontrol proliferasi bakteri, netralisasi virus, serta mencegah penetrasi

enterotoksin dan antigen intestinal lainnya. Namun, pengangkatan appendiks tidak mempengaruhi

sistem imun tubuh sebab jumlah jaringan sedikit sekali jika dibandingkan dengan jumlah di

saluran cerna dan seluruh tubuh.

2.5. Patofisiologi
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh hiperplasia
folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau
neoplasma.
Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami
bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks
mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan penekanan tekanan intralumen. Tekanan yang
meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis
bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai
oleh nyeri epigastrium.

5
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan
menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding.
Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri
di daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti
dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah
rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi.
Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan
bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrat apendikularis.
Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang. Pada anak-anak, karena
omentum lebih pendek dan apediks lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut
ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan terjadinya perforasi.
Sedangkan pada orang tua perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah
(Mansjoer, 2007) .

Pathway

6
2.6. Manifestasi Klinik
1. Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai dengan demam ringan, mual, muntah
dan hilangnya nafsu makan.
2. tekan local pada titik McBurney bila dilakukan tekanan.
3. Nyeri tekan lepas dijumpai.
4. Terdapat konstipasi atau diare.
5. Nyeri lumbal, bila appendiks melingkar di belakang sekum.
6. Nyeri defekasi, bila appendiks berada dekat rektal.
7
7. Nyeri kemih, jika ujung appendiks berada di dekat kandung kemih atau ureter.
8. Pemeriksaan rektal positif jika ujung appendiks berada di ujung pelvis.
9. Tanda Rovsing dengan melakukan palpasi kuadran kiri bawah yang secara paradoksial
menyebabkan nyeri kuadran kanan.
10. Apabila appendiks sudah ruptur, nyeri menjadi menyebar, disertai abdomen terjadi akibat
ileus paralitik.
11. Pada pasien lansia tanda dan gejala appendiks sangat bervariasi. Pasien mungkin tidak
mengalami gejala sampai terjadi ruptur appendiks.
2.7. Pemeriksaan Diagnostik

Diagnostik diagnosa didasarkan pada pemeriksaan fisik lengkap dan tes laboratorium

dan sinar-X hitung darah lengkap dilakukan dan akan menunjukkan peningkatan jumlah darah

putih. Jumlah leukosit mungkin lebih besar dari 10.000/mm3 dan pemeriksaan ultrasound dapat

menunjukkan densitas kuadran kanan bawah atau kadar aliran udara terlokalisasi.

2.8. Penatalaksanaan

Pembedahan di indikasikan bila didiagnosa apendisitis telah ditegakkan. Antibiotik dan

cairan IV diberikan sampai pembedahan dilakukan analgesic dapat diberikan setelah didiagnosa

ditegakkan.

Apendiktomi (pembedahan untuk mengangkap apendiks) dilakukan sesegera mungkin

untuk menurunkan risiko perforasi. Apendiktomi dapat dilakukan dibawah anastesi emon atau

spinal dengan insisi abdomen bawah atau dengan lapareskopi, yang merupakan metode terbaru

yang sangat efektif.

2.9. Komplikasi

Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi apendiks yang dapat berkembang

menjadi peritonitis atau abses. Insidens perforasi adalah 10% sampai 32%. Insidens lebih tinggi

pada anak kecil dan lansia. Perforasi secara umum terjadi 24 jam setelah awitan nyeri. Gejala

mencakup demam dengan suhu 37,7oC atau lebih tinggi, penampilan toksik, dan nyeri atau nyeri

tekan abdomen yang kontinyu.

2.10. Tinjauan Keperawatan

8
Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan,

merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka membantu klien untuk

mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin. Proses keperawatan terdiri dari lima

tahap, yaitu : pangkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

A. Pengkajian

a. Aktivitas istirahat

1. Gejala : kelemahan, kelelahan

2. Tanda : tachikardi, tachipnea

b. Eliminasi

1. Gejala : Konstiipasi pada awitan awal

2. Tanda : nyeri abdomen

c. Makanan/Cairan

1. Gejala : mual/muntah, anoreksia

2. Tanda : mempertahankan keseimbangan cairan.

d. Nyeri/kenyamanan

1. Gejala : nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilikus.

2. Tanda : Perilaku berhati-hati, berbaring ke samping atau terlentang

dengan lutut ditekuk.

B. Diagnosa Keperawatan

Sesuai dengan taori ada beberapa diagnosa keperawatan yang dapat kita angkat, yaitu:

a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada apendisitis.

b. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan pengobatannya berhubungan

dengan kurang informasi.

c. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah praoperasi.

C. Perencanaan

9
a. Nyeri berhubungan dengan peradangan pada apendisitis

- Tujuan : Distensi jaringan usus oleh inflamasi

- Kriteria hasil : Melaporkan nyeri hilang/terkontrol

- Intervensi :

1. Kaji nyeri, lokasi, karakteristik, integritas nyeri dengan (skala 0-10)

 Rasional : Berguna dalam pengawasan keefektifan obat,

kemajuan penyembuhan, perubahan pada karakteristik nyeri.

2. Kaji tanda-tanda vital

 Rasional : Perubahan tanda-tanda vital merupakan indikator

terjadinya nyeri.

3. Ajarkan teknik relaksasi misalnya napas dalam.

 Rasional : Teknik relaksasi (napas dalam) dapat meningkatkan

suplai O2 ke jaringan sehingga nyeri berkurang.

4. Lakukan massa pada daerah nyeri

 Rasional : Dapat mengurangi nyeri

5. Penatalaksanaan pemberian obat analgetik

 Rasional : Obat analgetik dapat mengurangi nyeri.

b. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan pengobatannya berhubungan dengan

kurang informasi.

- Tujuan : Kurang terpajan atau mengingat, salah informasi, tidak

mengenal sumber informasi.

- Kriteria hasil : Komplokasi, berpartisipasi dalam program

pengobatan.

- Intervensi :

1. Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakitnya

 Rasional : Sebagai dasar untuk intervensi dan lanjutannya.

10
2. Dikusikan tentang pengobatan yang diberikan dan efek samping obat.

 Rasional : Pemahaman tentang penyakit dapat meningkatkan

kerja sama dengan program terapi.

3. Berikan informasi untuk membatasi efektifitas guna mencegah kelelahan.

 Rasional : Berikan penjelasan tentang penyakit dan proses

pengobatannya.

c. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan

- Tujuan : Kecemasan berkurang

- Intervensi :

1. Beri penjelasan kepada klien tentang penyakitnya.

 Rasional : Meningkat pengetahuan klien tentang penyakitnya.

2. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan keluhannya

 Rasional : Mendengarkan keluhan agar klien merasa lega dan merasa

diperhatikan, beban yang dirasakan dapat berkurang.

3. Libatkan keluarga klien dalam rencana keperawatan terhadap penyakitnya.

 Rasional : Keterlibatan keluarga dalam perawatan dapat mengurangi

kecemasan

4. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang

 Rasional : Agar klien tidak merasa bosan dalam menghadapi perawatan.

d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah praoperasi

- Tujuan : Inflamasi peritoneum

- Kriteria hasil : mempertahankan keseimbangan cairan.

- Intervensi :

1. Awasi TD dan nadi

 Rasional : Tanda yang membantu mengidentifikasi fluktuasi volume

intravaskuler
11
2. Awasi masukan dan haluara : catat warna urine /konsentrasi, berat jenis

 Rasional : penurunan haluara urine pekat dengan peningkatan berat

jenis diduga dehiderasi /kebutuhan peningkatan cairan.

3. Auskultasi bising usus catat kelancaran flatus , gerakan usus

 Rasional : indikator kembalinya peristaltik, kesiapan untuk

pemasukan per oral.

4. Berikan perwatan mulut sering dengan perhatian khusus pada perlindungan

bibir

 Rasional : dehidrasi mengakibatkan bibir dan mulut kering dan pecah-

pecah.

D. Implementasi

Pelaksanaan perawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan

untuk memperoleh pelaksanaan yang efektif dituntut pengetahuan, keterampilan dan kemampuan

berhubungan/komunikasi dengan anak dan keluarga.

Ada 2 hasil diharapkan dalam pelaksanaan perawatan, yaitu :

a. bukti bahwa klien sedang dalam proses menuju kepada tujuan atau telah mencapai tujuan

tersebut.

b. Adanya bukti bahwa tindakan-tindakan perawatan yang diterima oleh klien.

Proses pelaksanaan perawat mencakup 3 hal :

a. Melaksanakan rencana keperawatan yaitu segala informasi yang mencakup dalam rencana

keperawatan merupakan dasar atau pedomen dalam intervensi perawatan.

b. Mengidentifikasi reaksi/tanggapan klien dalam mengidentifikasi reaksi klien dituntut upaya

yang tidak tergesa-gesa dan cermat serta teliti, agar menemukan reaksi-reaksi klien sebagai

akibat tindakan perawatan yang diberikan.

c. Mengevaluasi tanggapan/reaksi klien dengan cara membandingkan terhadapsyarat-syarat

dengan hasil yang diharapkan.

12
E. Evaluasi

Untuk mengetahui sejauh mana pencapaian tujuan dalam asuhan keperawatan yang

telah dilakukan sebagai berikut :

a. Apakah tujuan keperawatan sudah tercapai atau belum

b. Apakah masalah yang ada telah teratasi

c. Apakah perlu pengkajian kembali

d. Apakah timbul masalah baru.

BAB III

TINJAUAN KASUS

Pada bab ini akan dibahas pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien Tn.P dengan pre op

apendisitis. Klien masuk rumah sakit tanggal 26 November 2015, dirawat di ruang interna selama

2 hari dengan data yaitu : pengkajian, intervensi, implementasi dan evaluasi.

13
3.1. Pengkajian Data

a. Identitas Pasien

1. Nama : Tn.P

2. Umur : 50 tahun

3. Agama : Islam

4. Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia

5. Pendidikan : Sarjana

6. Pekerjaan : Pensiunan

7. Status : Kawin

8. Alamat : Jl. Kartini. Sumedang Selatan

9. Pendapatan : Tidak tentu

10. Jenis Kelamin : Laki-laki

b. Nama Penanggung Jawab

1. Nama : Ny.A

2. Umur : 33 tahun

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Pekerjaan : IRT

5. Hubungan dengan klien : Istri

3.2. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

1. Keluhan utama : Sakit perut kanan bawah

2. Riwayat keluhan utama : Klien merasakan sakit perut 2 hari yang lalu.

a. Penyebab/Pencetus : Klien mengatakan tidak tahu penyebab sakit perut

b. Sifat Keluhan : hilang timbul

c. Lokasi penyebaran : pada abdomen

3. Hal-hal yang memperberat keluhan : pada saat beraktivitas

14
4. Hal-hal yang memperingan keluhan : istirahat, minum obat.

5. Keluhan lain yang menyertai : Klien kurang nafsu makan.

6. Pertolongan obat yang pernah diberikan : Tidak diketahui

 Riwayat kesehatan masa lalu

Klien sudah pernah mengalami penyakit yang sama sejak 3 bulan yang lalu.

 Riwayat Kesehatan Keluarga

a. Tidak ada riwayat penyakit keturunan

b. Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien.

3.3. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum klien : Nampak lemah

b. Kesadaran composments (GCS : 15)

c. Tanda-tanda vital :

1. Tekanan Darah : 120/80 mmHg

2. Nadi : 16 x/m

3. Pernapasan : 24 x/m

4. Suhu : 36oC

d. Tinggi badan : 160 cm

e. Berat badan : 50 kg

f. Pemeriksaan Fisik

1. Kepala

a. Insfeksi

- Bentuk kepala : simetris kiri dan kanan

- Keadaan rambut dan hygiene kepala

- Warna rambut : putih beruban

- Penyebaran rambut merata : tidak ada alopesia (kebotakan)

b. Palpasi

15
- Tidak mudah rontok

- Tidak teraba benjolan

2. Muka

a. Inspeksi

- Struktur muka simetris kiri dan kanan

- Ekspresi wajah meringis

- Wajah tampak pucat

b. Palpasi

- Tidak ada nyeri tekan

- Tidak ada benjolan pada muka

3. Mata

a. Inspeksi

- Tidak terdapat udema pada palpebra

- Tidak terjadi icterus pada sklera

- Posisi mata simetris ki/ka

- Konjungtiva tidak ada tampak anemis

- Fungsi penglihatan baik

b. Palpasi

- Tidak ada nyeri tekan.

- Memakai alat bantu.

4. Hidung dan sinus

a. Inspeksi

- Tidak terdapat cairan/secret hidung

- Fungsi penciuman baik

- Struktur hidung simetris ki/ka

16
b. Palpasi

- Tidak ada nyeri tekan pada sinus

5. Telinga

a. Inspeksi

- Struktur telinga simetris ki/ka

- Lubang telinga tidak berisi serumen

- Pendengaran baik

- Tidak memakai alat bantu pendengaran

b. Palpasi

- Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan

6. Mulut

a. Inspeksi

- Keadaan gigi lengkap

- Tidak memakai gigi palsu

- Tidak terdapat peradangan pada gusi

- Bibir kering

- Kemampuan bicara baik

- Keadaan lidah bersih

7. Tenggorokan

a. Inspeksi

- Tidak nyeri pada saat menelan

- Tidak ada keculitan saat menelan

8. Leher

a. Inspeksi

- Tidak nampak pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfa

- Tidak ada distensi venajubularis

17
- Tidak terdapat pelebaran venajubularis

b. Palpasi

- Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfe.

- Tidak ada pelebaran venajubularis

9. Thorax dan pernapasan

a. Inspeksi

- Bentuk dada simetris ki/ka

- Irama pernapasan mengikuti gerakan dada

- Frekuensi pernapasan 16 x/m

- Tipe pernapasan : normal

b. Palpasi

- Tidak ada nyeri tekan

c. Auskultasi

- Suara napas vesikuler

- Bunyi tambahan tidak ada

d. Perkusi

- Sonor

10. Jantung

a. Inspeksi

- Tidak nampak ictus cerdis

b. Palpasi

- Tidak teraba denyut apek 3 jari dibawah papilla mammae pada intra

kostalis.

c. Perkusi

- Tidak teraba pembesaran jantung

d. Auskultasi

18
- Bunyi jantung I dan II murni

- Bunyi jantung pekak

- Bunyi tambahan tidak ada.

11. Abdomen

a. Inspeksi

- Tidak ada pembesaran pada abdomen

- Tidak ada bekas luka pada abdomen

b. Palpasi

- Teraba benjolan pada abdomen kanan bawah

- Ada nyeri tekan abdomen kanan bawah

c. Auskultasi

- Penstaltik 11 x/m

d. Perkusi

- Tympani.

12. Genitalia

- Tidak dilakukan pengkajian karena keluarga klien mengatakan tidak

ada masalah.

13. Ekstremitas

 Ekstremitas atas

- Motorik : pergerakan terbatas

- Kekuatan otot : 4

- Sensori : peka terhadap ransangan suhu

- Refleks : normal

 Ekstremitas bawah

- Motorik : pergerakan terbatas

- Refleks : patella

19
3.4. Pola Kegiatan Sehari-hari

a. Nutrisi

Kebiasaan Sebelum Sakit Selama Sakit


Pola makan 2-3 kali/hari Klien malas makan
Nafsu makan Porsi makan tidak ½ porsi makan

dihabiskan dihabiskan
Pola minum + 8 gelas/hari kurang dari 8 gelas

dalam 1 hari

b. Eliminasi BAB

Kebiasaan Sebelum Sakit Selama Sakit


Frekuensi BAB + 2 kali/haro Tidak pernah BAB
Konsistensi Kuning kecoklatan -
Frekuensi BAK + 3-4 kali/haro 1.2 kali/hari

c. Istirahat dan Tidur

Kebiasaan Sebelum Sakit Selama Sakit


Tidur malam 2000 – 05 Tidak teratur
Tidur siang Tidak tentu Tidak teratur

d. Personal Hygiene

Kebiasaan Sebelum Sakit Selama Sakit


Mandi 2 kali/hari, pagi dan sore Tidak pernah
Sikat gigi 2 kali/hari, pagi dan sore Tidak pernah
Kebersihan rambut 2-3 kali/minggu Belum pernah

A. Kesehatan Sosial

- Interaksi dengan keluarga, perawat atau tim kesehatan lain dan pasien yang lainnya.

- Orang yang paling terdekat dengan klien adalah istri dan anak-anaknya.

B. Data Spritual

- Klien beragama Islam dan taat beribadah

- Klien percaya akan karunia yang diberikan

C. Data Psikologis
20
- Klien measa sedih terhadap penyakit yang dideritanya

- Harapan klien terhadap kesehatannya agar dia bisa sembuh total seperti semula.

- Hubungan klien dengan perawat baik dan bisa bekerjasama dengan baik.

D. Pemeriksaan Laboratorium

HB : 9,0 gram/m

HL : 17,800

LED : 50

E. Penatalaksanaan Medis

- Pengobatan

a. RL 20 gtt/menit

b. Paracetamol 3x1

c. Amoxcillin 500 3x1

d. Ranitdine 2x1

F. Data Fokus

DS DO

- Klien mengeluh nyeri - Klien nampak meringis

abdomen kanan bawah


- Klien menanyakan tentang - Klien nampak sering

proses penyakitnya. bertanya.


- Klien nampak khawatir
- Klien mengatakan cemas bila - Klien nampak gelisah.
- Ekspresi wajah tegang
mengingat penyakitnya. - Klien dan keluarga selalu
- Klien merasa khawatir tentang
bertanya tentang kondisnya
21
kondisi yang dialaminya

sekarang.
- Klien mengeluh mual - Klien mengeluh muntah-

muntah
- Turgor bibir nampak kering
- Tanda tanda vital
TD : 120/80 mmHg
N : 16 kali per menit
P : 24 kali per menit
S : 36oC

22
G. Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS : Klien mengeluh nyeri Faeces yang terperangkap Gangguan rasa nyaman
nyeri
abdomen bagian kanan bawah dalam lumen app

DO : Klien nampak meringis menyerap air meningat

Tanda-tanda vital 

TD : 120/80 mmHg obstruksi limen apendiks

N : 16 x/m 

P : 24 x/m hyperplasia jaringan

S : 36oC limfoid sub mukosa

lumen menyempit

imvasi kuman E.coli

udema, diapedesis bakteri

dan ulserasi mukosa

apendisitis

pengeluaran mediator

kimia oleh sel radang

Merangsang nociceptor

medulla spinalis

23

Corteks serebri

Nyeri
2. DS : Klien mena-nyakan Apendisitis Kurang pengetahuan
tentang penyakit dan
tentang penyakitnya.  pengobatannya

DO : Kurang informasi tentang

- Klien nampak sering penyakit dan prosedur

bertanya tindakan
- Klien nampak khawatir

Tanda-tanda Vital
Kurang pengetahuan
TD : 120/80 mmHg

N : 16 x/m

P : 24 x/m

S : 36oC

24
3. DS : - Klien menyatakan Perubahan status kesehatan Kecemasan

cemas bila mengingat 

penyakitnya Ada rencana operasi

-Klien merasa khawatir 

tentang kondisi yang Kurang informasi

dialaminya sekarang 
DO : Kecemasan
- Klien nampak gelisah
- Ekspresi wajah tegang
- Klien dan keluarga

selalu bertanya tentang

kondisinya.

Tanda-tanda Vital

TD : 120/80 mmHg

N : 16 x/m

P : 24 x/m

S : 36oC

25
4. DS : Peningkatan metabolisme Kekurangan volume
cairan
Klien mengeluh mual tubuh

DO : 

Klien mengeluh muntah- Perporasi jaringan

muntah 

Turgor bibir nampak kering rangsangan medulla

Tanda –tanda vital spinalis

TD : 120/80 mmHg 
N : 16 x /m Mual/muntah
P : 24 x /m

S : 36 oC
kekurangan volume cairan

26
H. Prioritas Masalah

N DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL TANGGAL


O DITEMUKAN TERATASI
1. Gangguan rasa nyaman nyeri 27 November 2015 Masalah belum
berhubungan dengan peradangan teratasi
pada apendisits
2. Kurang pengetahuan tentang 27 November 2015 Masalah belum
proses penyakitnya dan teratasi
pengobatannya berhubungan
dengan kurang informasi

3. Kecemasan berhubungan dengan 27 November 2015 Masalah belum


perubahan status kesehatan teratasi
4. Kekurangan volume cairan 27 November 2015 Masalah belum
berhubungan dengan muntah teratasi
praoperasi

I. Rencana Tindakan Keperawatan

N Diagnosa Perencanaan Rasional


Tujuan Intervensi
o Keperawatan
1 Gangguan rasa Nyeri akan -Kaji nyeri, lokasi, -Tingkatkan nyeri
. nyaman nyeri b/d berkurang/hilan karakteristik, dan yang didapatkan

peradangan pada g kriteria : integritas nyeri sebagai pendomen

apendisitis ditandai -Klien tidak dengan skala (0-10) intervensi

dengan : mengeluh nyeri -Kaji tanda-tanda selanjutnya.

DS : Klien mengeluh lagi pada saat vital -Perubahan tanda-

nyeri abdomen bagian beraktivitas -Ajarkan teknik tanda vital

kanan bawah -Klien dapat relaksasi misalnya merupakan indi-

DO : Klien nampak bergerak dengan napas dalam kator terjadinya

meringis leluasa -Lakukan masase nyeri.

Nyeri tekan (+) pada -Tanda-tanda pada daerah nyeri -Teknik relaksasi

abdomen kanan vital dalam -Penatalaksanaan (napas dalam)

bawah batas normal. pembe-rian obat dapat mening-

27
Tanda –tanda vital analgetik. katkan sup-lain O2

TD : 120/80 mmHg ke jaringan

N : 16 x/m sehingga nyeri

P : 24 x/m berkurang.

S : 36oC -Dapat mengurangi

nyeri

-Obat analgetik

dapat mengurangi

nyeri.
2 Kurang pengetahuan Pengetahuan -Kaji tingkat -Sebagai dasar
. proses penyakitnya klien tentang pengetahuan klien untuk intervensi

dan pengoba-tannya proses penyakit tentang penyakit- selanjutnya.

b/d kurang informasi. dan pengo- nya. -Pemahaman

DS : Klien batannya -Diskusikan tentang tentang penyakit

menanyakan tentang meningkat pe-ngobatan yang dapat mening-

proses penya-kitnya. dengan kriteria : diberikan dan efek katkan kerjasama

DO: Klien nampak Klien samping obat. de-ngan program

bertanya menyatakan -Berikan informasi terapi.

- Klien nampak telah memahami untuk membatasi -Berikan

khawatir tentang penyakit aktivitas gu-na penjelasan tgg

dan mencegah kelelahan. penyakit dan

pengobatannya. -Jelaskan prosedur pengoba-tannya.

- Klien tin-dakan -Menambah

kooperatif pembendahan pengetahu-an kien

dalam program tentang tinda-kan

pengobatan yang akan dibe-

rikan.
28
3 Kecemasan Rasa cemas -Kaji tingkat -Dengan
. berhubungan dengan teratasi dengan kecemasan klien. mengetahui tentang

perubahan status kriteria : Klien -Beri kesempatan lingkup ke-

kesehatan ditandai mengerti klien untuk cemasan klien akan

dengan : tentang penyakit mengungkapkan memudahkan pe-

DS : Klien atau kondisi keluhannya. nentuan intervensi


menyatakan cemas yang -Beri informasi se-lanjutnya.
bila mengingat dialaminya. tentang perawatan -Dengan
penyakitnya. -Klien yang diper-lukan mendengarkan
- Kien merasa
kooperatif selama dirawat keluhan, klien akan
kha-watir
dalam -Ciptakan merasa
tentang kondisi
perawatan dan lingkungan yang diperhatikan dan
yang
pengobatan. nyaman dan tenang dapat mengurangi
dialaminya se-
-Ekspresi wajah kecemasannya.
karang.
tegang. -Pemberian
DO: Ekspresi wajah
informasi yang
tegang.
adekuat dapat
- Klien dan
menurunkan
keluarga selalu
kecemasan klien
bertanya
dan dapat
tentang
melakukan pera-
kondisnya.
watan dengan baik.

-Agar klien tidak

me-rasa bosan

dalam menghadapi

perawatan
4 Kekurangan volume Kekurangan -Kaji tingkat -Untuk
29
. cairan berhubungan volume cairan dehiderasi klien mengetahui derajat

dengan muntah teratasi dengan -Anjuran dehidrasi klien

praoperasi ditandai kriteria: Klien pemasukan cairan -Membantu

dengan : tidak mengeluh peoral secara memenuhi cairan

DS : Klien mengeluh mual bertahap yang hilang

mual -Klien tidak -Observasi tanda- -Tanda-tanda vital

DO : Klien mengeluh mengeluh tanda vital menggambarkan

muntah-muntah muntah-muntah. -Penatalaksanaan kondisi klien

- Turgor bibir -Tanda-tanda pemberian cairan secara umum

nampak kering vital imfus -Untuk mengganti


- Tanda-tanda
TD : 120/80 cairan yang
vital
mmHg terbuang
TD : 120/80 mmHg
N : 16 x /m
N : 16 x /m
P : 24 x /m
P : 24 x /m
S : 36 oC
S : 36 oC

30
J. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

TANGGAL KODE JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


NDX
27 1 08.0 1. Mengkaji tingkat nyeri, S : - Klien mengatakan
Novembe 0
r 2015 lokasi, karakteristik dan abdomen masih terasa sakit.

integritas nyeri dengan skala O : - Ekspresi wajah

(0-10) nampak meringis

hasil : klien mengeluh nyeri. - Pasien rencana operasi

2. Mengukur tanda-tanda vital, -Tanda-tanda vital


08.1 hasil : TD : 120/80 mmHg
0
TD : 120/80 mmHg S : 36oC

S : 36oC N : 16 x/m

N : 16 x/m P : 24 x/m

P : 24 x/m A : Masalah belum teratasi

3. Mengajarkan teknik P : Lanjutkan intervensi.

08.2 relaksasi, 1. Kaji tingkat nyeri


0 2. Observasi tanda-
hasil: Klien menarik napas
tanda vital
dalam (inspirasi lebih panjang 3. Ajarkan teknik

dari eksparasi) dengan relaksasi


4. Kolaborasi dengan
melakukan sebanyak 5 kali
dokter untuk
kolaborasi.
pemberian obat
4. Kolaborasi pemberian obat
analgetik.
analgetik ,
08.3
0 hasil : Obat sudah diminum.

27 2 08.0 1.Mengkaji tingkat S: Pengetahuan klien


Novembe 0
r 2015 pengetahuan klien tentang tentang proses penyakit dan
31
penyakitnya, pengobatannya meningkat.

hasil : klien belum mengetahui O: - Klien nampak sering

penyakitnya. bertanya.

2. Memberikan informasi untuk - Klien mampak

membatasi aktivitas guna khawatir

mencegah kelelahan, A: Masalah belum teratasi.

hasil : klien mengerti dengan P: Lanjutkan intervensi.

informasi yang disampaikan. 1. Kaji tingkat pengetahuan

3. Menjelaskan kepada klien 2. Kaji tentang prosedur

tentang prosedur, tindakan tindakan keperawatan yang

keperawatan, dilakukan.

hasil : klien mengetahui 3.Kolaborasi pemberian

prosedur tindakan keperawatan Obat.

4.Megkolaborasikan pemberian

09.0 obat analgetik,


0
hasil : obat sudah diminum.
27 3 08.0 1. Mengkaji tingkat kecemasan S : Klien masih merasa
Novembe 0 cemas terhada penyakitnya
r 2015 klien. hasil : klien masih
O: Klien nampak
nampak cemas. gelisah
A: Masalah belum
2. memberikan kesempatan teratasi
P : Lanjurkan intervensi
08.2 klien untuk mengungkapkan
0
1. Kaji tingkat kecemasan
keluhannya,
klien
hasil : klien merasa 2. Dengarkan semua

diperhatikan. keluhan
3. Bantu untuk
3. Memberikan informasi
mengidentifikasi cara
tentang perawatan yang
09.2
0 untuk memahami
dilakukan selama sakit,
32
hasil: klien mengerti tentang berbagai perubahan

pengobatannya. akibat penyakit dan

4. Memberikan dorongan penanganannya.


4. Beri dorongan spiritual
spiritual pada klien, hasil :
pada klien.
klien nampak lebih tenang.
09.3
0
27 4 08.0 1. Menganjurkan pemasukan S : Klien mengatakan masih
Novembe 0
r 2015 cairan secara bertahap. mual.

hasil : klien nampak minum air O : - klien mengeluh

putih muntah-muntah.

2. Mengobservasi tanda-tanda - turgo bibir klien masih


08.1 vital. nampak kering
0
hasil : - klien masih nampak

TD : 120/80 mmHg cemas, masih terpasang

N : 16 x /m infus.

S : 36oC A : masalah belum teratasi.

P : 24 x /m P : lanjutkan intevensi.

3. Melanjutkan Pemberian 1. kaji tingkat dehidrasi

08.3 cairan infus. hasil : infus klien.


0 2. anjurkan masukan cairan
terpasang
secara bertahap.
4.Memberi minum obat 3. Observasi tanda-tanda

cotrimizesoel hasil : obat sudah vital.


08.4 4. lanjutkan pemberian
0 diminum
cairan infus.

5. beri minum obat

cotrimizasoel.

33
34
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Pengkajian

Secara garis besar tampak ada persamaan antara teori yang dibahas dalam BAB II

dengan laporan kasus BAB III. Dalam teori dijelaskan bahwa tanda dan gejala appendisitis

adalah malaise, takikardi, konstipasi pada awitan awal, distensi abdomen, nyeri tekan,

anoreksia, nyeri abdomen sekitar epigastrium dan ambilikus yang meningkat berat dan

terlokalisasi pada titik Mc Burney (Setengah jarak antara umbilicus dan tulang ileum kanan).

Sedangkan pada kasus yang diangkat dimana gejala klinik yang ada seperti, konstipasi

pada awitan awal, tachikardi, malaise, nyeri abdomen, anoreksia, mual dan muntah.

A. Diagnosa Keperawatan

1. Diagnosa keperawatan yang lazim ditemukan pada klien pre op apendisitis :

2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada apendisitis.

3. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan pengobatannya berhubungan

dengan kurang informasi.

4. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan

5. kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah praoperasi

Sedangkan diagnosa keperawatan yang penulis temukan di dalam praktek yakni :

1. gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada

appendisitis

2. kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan pengobatannya berhubungan

dengan kurang informasi

3. kecemasan berhubungan dengan status kesehatan.

Kesenjangan yang ditemukan yakni ada 1 diagnosa keperawatan yang ada dalam teori

tetapi tidak ditemukan dalam kasus pada Tn.P yaitu :

1. kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah praoperasi


B. Perencanaan

Secara umum rencana keperawatan yang penulis buat pada kasus nyata tidak termuat

dalam teori seperti yang telah diuraikan pada bab II, karena klien telah mendapatkan

pengobatan dan tindakan perawatan sebelum penulis melakukan pengkajian. Perencanaan

disesuaikan dengan kebutuhan dasar dan masalah keperawatan klien yang ditentukan

penulis. Tindakan keperawatan didasarkan prioritas masalah serta tujuan yang dicapai

dengan mempertimbangkan aspek kondisi, sarana dan prasarana serta sumber daya manusia

yang dapat mendukung hal tersebut.

C. Pelaksanaan

Pada pelaksanaan asuhan keperawatan kasus nyata, semua rencana intervensi yang telah

disusun untuk ketiga diagnosa dapat dilaksanakan pada kasus nyata. Hal-hal yang

mendukung implementasi yang direncenakan dapat dilaksanakan karena adanya kerjasama

yang baik dengan klien dan keluarga serta tim kesehatan yang lainnya yang ada di ruangan

dan tersedianya sarana dan prasarana di ruangan untuk kelancaran dalam melaksanakan

asuhan keperawatan pada klien Tn.P.

D. Evaluasi

Tahap ini merupakan respon umpan balik dari tindakan yang dilakukan dimana setiap

tindakan pengobatan menyebabkan timbulnya respon. Evaluasi dilakukan tiap hari untuk

mengetahui pencapaian tujuan dan sejauh mana respon klien setelah dilakukan intervensi

keperawatan. Dari 4 (empat) diagnosa yang diangkat oleh penulis belum teratasi :

1. Nyeri berhubungan dengan peradangan apendisitis

2. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan pengobatannya berhubungan dengan

kurang informasi.

3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah praoperasi


Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan tindakan keperawatan

yang diberikan belum mampu menyelesaikan semua masalah keperawatan yang dialami

klien karena masalah keperawatan yang dialami klien cukup berat yang memerlukan

perawatan yang cukup lama sementara implementasi dalam karya tulis ini hanya 2 hari,

namun hal-hal yang mendukung tercapainya tujuan yang diinginkan misalnya keterlibatan

keluarga klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan dan kerja sama petugas

ruangan akan membantu menyelesaikan masalah klien nantinya.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini penulis akan menuliskan beberapa kesimpulan dan saran dalam peningkatan

pelayanan asuhan keperawatan khususnya pada penderita pre op apendisitis.

5.1. Kesimpulan

1. Klien dengan pre op apendisitis memerlukan asuhan keperawatan yang sesuai dengan

respon dan kebutuhan dasarnya.

2. Klien dengan pre op apendisitis proses pengobatan memerlukan perhatian khusus untuk

memenuhi kebutuhan setiap hari dan pemberian motivasi atau dukungan untuk mengurangi

tingkat kecemasannya.

3. Klien dengan pre op apendisitis perlu perhatian selama perawatan dan menjaga kebersihan

kulit karena umumnya mengalami gangguan aktivitas (bedrest total).

4. Keterlibatan keluarga, orang dekat dan pelayan kesehatan khususnya perawat sangat

membantu klien memenuhi kebutuhan dasarnya.

5.2. Saran

1. Untuk rumah sakit perlu menyiapkan sarana dan prasarana yang lebih memadai sebagai

sarana peningkatan kualitas asuhan keperawatan khususnya klien dengan pre op

apendisitis.

2. Peningkatan sumber daya manusia sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas

pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges Marilynn E, dkk, 2002. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi III, EGC.
Depkes RI, 2000, Indonesia Sehat 2010, Visi Baru, Misi Kebijakan dan Strategi
Pembangunan kesehatan, Jakarta.
Smelzzer dan Bare C, 2000. Buku Ajar Medikal Brunner and Suddarth, Edisi VIII

Anda mungkin juga menyukai