Anda di halaman 1dari 4

Seperti yang kita ketahui, kebutuhan bahan bakar minyak di seluruh dunia mengalami peningkatan

setiap tahunnya, sementara cadangan minyak mentah diperkirakan semakin menipis. Salah satu solusi
untuk mengatasi permasalahan ini adalah mencari energi alternatif pengganti minyak bumi. Sumber
energi alternatif pengganti minyak bumi adalah batubara. Batubara adalah batuan sedimen yang dapat
terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui
proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen.

Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas dan waktu, batu
bara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit, bituminus, sub-bituminus, lignit dan gambut.

 Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster) metalik,
mengandung antara 86% - 98% unsurkarbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%.
 Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari beratnya.
Kelas batu bara yang paling banyak ditambang di Australia.
 Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya menjadi
sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus.
 Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang mengandung air 35-75%
dari beratnya.
 Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang paling rendah.

Indonesia memiliki cadangan batubara sekitar 43,6 miliar ton dan 58,6% dari cadangan tersebut masih
dalam bentuk batubara peringkat rendah (lignite), dan juga mengingat besarnya limbah yang dihasilkan
dari pembakaran batubara, maka perlu dimanfaatkan teknologi batubara bersih ( clean coal thecnology)
yaitu dengan mengkonversikan batubara padat menjadi gas (atau prosesnya kita sebut dengan
gasifikasi) dan menjadi cari (likuifaksi).
Materi yang akan kami sampaikan ini ialah mengenai proses pencairan batubara(likuifaksi).
Likuifaksi Batubara adalah suatu teknologi proses yang mengubah batubara dan menghasilkan
bahan bakar cair sintetis. Batubara yang berupa padatan diuah menjadi bentuk cair dengan cara
mereaksikannya dengan hidrogen pada temperatur dan tekanan tinggi.

Beikut merupakan Perkembangan singkat dari teknologi likuifaksi


..............................................................................................

Proses likuifaksi batubara secara umum diklasifikasikan menjadi Indirect Liquefaction


Process dan Direct Liquefaction Process.
Indirect Liquefaction Process
Prinsipnya secara sederhana yaitu mengubah batubara ke dalam bentuk gas terlebih dahulu
untuk kemudian membentuk syngas (campuran gas CO dan H2). Syngas kemudian
dikondensasikan oleh katalis (proses Fischer-Tropsch) untuk menghasilkan produk ultra
bersih yang memiliki kualitas tinggi

Berikut merupakan diagram alir proses indirect liquefaction


Yang pertama-tama dilakukan preparasi batubara sebelum ke proses gasifikasi. Preparasi
ini terdiri dari coal hangling, drying, dan grinding/pengecilan ukuran batubara (ukuran
yang digunakan yaitu kurang dari 0,1 mm).

Kemudian diikuti proses gasifikasi. Gasifikasi batubara itu sendiri adalah proses untuk
mengubah batubara menjadi fuel gas yang kaya akan CO dan H2. Pada gasifikasi karbon
dalam batubara akan bereaksi dengan uap air dan oksigen yang telah dipisahkan dari udara
melalui unit pemisahan udar (air separation unit) untuk membentuk Co dan H2.
Reaksinya adalah :
Hasil dari proses gasifikasi umumnya berbentuk raw gas/ gas mentah ( berupa co, h2,) co2,
ch4, h2s, dan fly ash (produk atas) sedangkan produk bawahnya menghasilkan bottom ash
dan slag yang dapat digunakan sebagai bahan campuran untuk pembuatan aspal.
Berat/komposisi gas hasil gasifikasi dipengaruhi oleh beberapa kondisi antara lain : tmp.,
kec. Pemanasan, tekanan, dan jenis umpan batubara.

Selanjutnya gas hasil dari gasifikasi didinginkan dan dibersihkan. Gas didinginkan
menggunakan HE dengan cara perpindahan panas antara steam panas dengan raw gas.
Hasilnya disini ialah raw gas yang sudah dingin.
Kemudian braw gas dibersihkan dari partikel abu (fly ash) dengan menggunakan deduster.
Prinsipnya fly ash akan dihisap dan terpisahkan dari raw gas.

Selanjutnya proses water gas-shift. Disebut sebgai water gas shift reaction karena reaksi
yang terjadi menggunakan steam atau uap air sebaga reaktan. Water gas shif digunakan
untuk menyesuaikan rasio H2/CO, dimana CO bereaksi dengan uap air untuk membentuk
CO2 dan H2.

Selanjtnya, membersihkan raw gas sehingga menjadi syngas yang murni. Alat yang
digunakan disini ialah wet scrubber. Prinsipnya, gas kotor dialirkan dibawa menuju kontak
dengan liduid pencuci dengan cara menyemprotkan, mengalirkannya dengan metode
kontak lainnya. Wet scrubber akan membersihkan gas kotor dengan cara menyalurkn gas
kotor ke dalam filter kemudian menyemprotkan air kedalamnya. Saat gas kotor kontak
dengan air, materi partikulat padat dan senyawa lain yang larut akan turun ke bagian bawah
sedangkan gas bersih dikeluarkan dari filter.

Syngas murni beruba CO dn H2 selanjutnya dikirim ke reaktor Fischer Tropsch yang


secara katalitik mengubah CO dan H2 menjadi paraffin rantai panjang.
Berikut reaksinya :

Produk yg dihasilkan di FT reactor dialirkan ke separator untuk disuling, dimana gas


ringan, hidrokarbon cair, dan air dipisahkan.

Selanjutnya, hidrokarbon cair (parafin rantai panjang) dikirim ke hidrocracker yang


menghasilkan parafin rantai pendek. Parafin rantai pendek inilah yang akan difraksionasi
yang mana proses fraksionasi ini akan menghasilkan gas, naphta, jet fuel, dan diesel yang
dapat menggantikan minyak bumi.
Sulit untuk membandingkan efisiensi dari proses DCL dan ICL. Pada DCL major produk adalah
sintetik crude oil untuk pengolahan selanjutnya, sedang ICL mengarah pada produk-produk jadi
hasil konversi sintesa gas. ICL punya sejarah komersialisasi yang lama sedang DCL adalah
proses baru merupakan pengembangan dari generasi selanjutnya. Sebagai terminology: Proses
DCL yang dimaksudkan di artikel ini mengarah pada proses generasi lanjutan dengan
hidrogenasi suhu moderate 400-500oC dan tekanan antara 20-40 MPa dan hasil konversi diatas
70% bobot batubara tanpa air[1]. Walau demikian perbandingan kedua proses ini dapat dilihat
pada table dibawah ini. Langsung dapat dibedakan adalah karakteristik produk yang dihasilkan.

Kekuatan proses ICL adalah produk yang diinginkan dapat secara focus dibidik dalam reaksi
multiphase melalui penentuan proses parameter. Reaksi ini adalah konversi yang indipenden satu
sama lain. Proses Fisher Tropsch (FT) sendiri bisa dikategorikan sebagai FT-moderate dengan
hasil produk lebih menyerupai komposisi bahan diesel dan FT-temperatur tinggi yang mengarah
komposisi bensin

Anda mungkin juga menyukai