Disusun Oleh:
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun
isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca untuk mengetahui “Askep
Malaria”.
Harapan saya semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini saya akui masih
banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang.
Oleh kerena itu saya berharapkan kepada pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Limfoma merupakan keganasan yang terjadi primer pada kelenjar getah bening
(lymph node). Kemajuan dalam immunologi dan biologi molekuler menghasilkan
penemuan penting dalam menentukan asal dan fungsi limfosit. Keadaan ini
menyebabkan terjadinya perubahan konsep dalam penamaan dan klasifikasi limfoma.
Heterogenitas limfosit dan temuan lainnya mempunyai dampak terhadap pemahaman
kita tentang limfoma.
Berbagai metode terbaru dapat mengidentifikasi limfosit sel-B dan sel-T. Sub-
populasi dari neoplasma ini ditentukan dengan pemakaian petanda permukaan dan
produk sekresinya. Ditemukannya populasi baru dari sel limfoid, menghasilkan tipe
baru dari neoplasma. Diantaranya mantle cell lymphoma dan marginal cell lymphoma
yang merupakan tipe baru dari B cell neoplasma, sedangkan peripheral T-cell
lymphoma, adult T cell lymphoma/leukemia dan anaplastik large cell lymphoma muncul
menjadi klasifikasi neoplasma sel-T. Untuk klasifikasi limfoma tidak cukup lagi dengan
hanya melihat gambaran sel karena perbedaan populasi limfosit secara morfologi tidak
dapat dilakukan, tetapi membutuhkan teknik khusus seperti patologi molekuler dan
sitogenetik.
1. Pengkajian
Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, tidak
terasa nyeri, mudah digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha). Pembesaran
kelenjar tadi dapat dimulai dengan gejala penurunan berat badan, demam, keringat
malam. Hal ini dapat segera dicurigai sebagai Limfoma. Namun tidak semua benjolan
yang terjadi di sistem limfatik merupakan Limfoma. Bisa saja benjolan tersebut hasil
perlawanan kelenjar limfe dengan sejenis virus atau mungkin tuberculosis limfa.
Pada pengkajian data yang dapat ditemukan pada pasien limfoma antara lain :
1. Data subjektif
a. Demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 38°C
b. Sering keringat malam
c. Cepat merasa lelah
d. Badan lemah
e. Mengeluh nyeri pada benjolan
f. Nafsu makan berkurang
2. Data Obyektif
a. Timbul benjolan yang kenyal, mudah digerakkan pada leher, ketiak atau
pangkal paha
b. Wajah pucat
c. Kebutuhan dasar :
I. Aktivitas/Istirahat
Gejala :
a. Kelelahan, kelemahan atau malaise umum
b. Kehilangan produktifitas dan penurunan toleransi latihan
c. Kebutuhan tidur dan istirahat lebih banyak
Tanda : Penurunan kekuatan, bahu merosot, jalan lamban dan tanda lain yang
menunjukkan kelelahan.
II. Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, angina/nyeri dada
Tanda :
a. Takikardia, disritmia
b. Sianosis wajah dan leher (obstruksi drainase vena karena pembesaran nodus limfa
adalah kejadian yang jarang)
c. Ikterus sklera dan ikterik umum sehubungan dengan kerusakan hati dan obtruksi
duktus empedu dan pembesaran nodus limfa (mungkin tanda lanjut), pucat
(anemia), diaforesis, keringat malam.
IV. Eliminasi
Gejala :
a. Perubahan karakteristik urine dan atau feses
b. Riwayat obstruksi usus, contoh intususepsi, atau sindrom malabsorbsi (infiltrasi
dari nodus limfa retroperitoneal)
Tanda :
a. Nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan pembesaran pada palpasi (hepatomegali)
b. Nyeri tekan pada kudran kiri atas dan pembesaran pada palpasi (splenomegali)
c. Penurunan haluaran urine urine gelap / pekat, anuria (obstruksi uretal / gagal
ginjal)
d. Disfungsi usus dan kandung kemih (kompresi batang spinal terjadi lebih lanjut)
VI. Neurosensoris
Gejala :
a. Nyeri saraf (neuralgia) menunjukkan kompresi akar saraf oleh pembesaran nodus
limfa pada brakial, lumbar, dan pada pleksus sakral
b. Kelemahan otot, parestesia
Tanda :
a. Status mental : letargi, menarik diri, kurang minat umum terhadap sekitar
b. Paraplegia (kompresi batang spinaldari tubuh vetrebal, keterlibatan diskus pada
kompresiegenerasi, atau kompresi suplai darah terhadap batng spinal)
VIII. Pernafasan
Gejala :
Dispnea pada kerja atau istirahat; nyeri dada
Tanda :
a. Dispnea, takikardia
b. Batuk kering non-produktif
c. Tanda distres pernapasan, contoh : peningkatan frekuensi pernapasan dan
kedaalaman penggunaan otot bantu, stridor, sianosis
d. Parau / paralisis laringeal (tekanan dari pembesaran nodus pada saraf laringeal)
IX. Keamanan
Gejala :
a. Riwayat sering / adanya infeksi (abnormalitas imunitas seluler pencetus untuk
infeksi virus herpes sistemik, TB, toksoplasmosis atau infeksi bakterial)
b. Riwayat monokleus (resiko tinggi penyakit Hodgkin pada pasien yang titer tinggi
virus Epstein-Barr)
c. Riwayat ulkus / perforasi perdarahan gaster
d. Pola sabit adalah peningkatan suhu malam hari terakhir sampai beberapa minggu
(demam pel-Ebstein) diikuti oleh periode demam, keringat malam tanpa
menggigil
e. Kemerahan / pruritus umum
Tanda :
a. Demam menetap tak dapat dijelaskan dan lebih tinggi dari 38°C tanpa gejala
infeksi
b. Nodus limfe simetris, tak nyeri, membengkak / membesar (nodus servikal paling
umum terkena, lebih pada sisi kiri daripada kanan, kemudian nodus aksila dan
mediastinal)
c. Nodus dapat terasa kenyal dan keras, diskret dan dapat digerakkan, pembesaran
tonsil
d. Pruritus umum
e. Sebagian area kehilangan pigmentasi melanin (vitiligo)
X. Seksualitas
Gejala :
a. Masalah tentang fertilitas / kehamilan (sementara penyakit tidak mempengaruhi,
tetapi pengobatan mempengaruhi)
b. Penurunan libido
2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b.d agen cedera biologi
2. Hyperthermia b.d tidak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap inflamasi
3. Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah
4. Kurang pengetahuan b.d kurang terpajan informasi
5. Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif b.d pembesaran nodus medinal /
edema jalan nafas.
3 Intervensi
1. Nyeri b.d agen cedera biologi
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri klien berkurang/hilang
dengan kriteria hasil :
a. Skala nyeri 0 - 3
b. Wajah klien tidak meringis
c. Klien tidak memegang daerah nyeri
Intervensi :
a. Kaji skala nyeri dengan PQRST
R : untuk mengetahui skala nyeri klien dan untuk mempermudah dalam menentukan
intervensi selanjutnya
b. Ajarkan klien teknik relaksasi dan distraksi
R : teknik relaksasi dan distraksi yang diajarkan kepada klien, dapat membantu dalam
mengurangi persepsi klien terhadap nyeri yang dideritanya
c. Kolaborasi dalam pemberian obat analgetik
R : obat analgetik dapat mengurangi atau menghilangkan nyeri yang diderita oleh klien
5. Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif b.d pembesaran nodus medinal /
edema jalan nafas
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selam 3 x 24 jam diharapkan bersihan
jalan nafas klien efektif / normal dengan kriteria hasil :
a. Klien dapat bernafas dengan normal / efektif
b. Klien bebas dari dispnea, sianosis
c. Tidak terjadi tanda distress pernafasan
Intervensi :
a. Kaji frekuensi pernafasan, kedalaman, irama
R : perubahan dapat mengindikasikan berlanjutnya keterlibatan / pengaruh pernafasn
yang membutuhkan upaya intervensi
b. Tempatkan pasien pada posisi nyaman, biasanya dengan kepala tempat tidur
tinggi/atau duduk tegak ke depan kaki digantung
R : memaksimalkan ekspansi paru, menurunkan kerja pernafasan, dan menurunkan
resiko aspirasi
c. Bantu dengan teknik nafas dalam dan atau pernafasan bibir / diafragma. Abdomen
bila diindikasikan
R : membantu meningkatkan difusi gas dan ekspansi jalan nafas kecil, memberikan
klien beberapa kontrol terhadap pernafasan, membantu menurunkan ansietas
d. Kaji respon pernafasan terhadap aktivitas
R : penurunan oksigenasi selular menurunkan toleransi aktivitas
4. Implementasi
1. Nyeri b.d agen cedera biologi
a. Mengkaji skala nyeri dengan PQRST
b. Mengajarkan klien teknik relaksasi dan distraksi
c. Mengkolaborasi dalam pemberian obat analgetik
5. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan :
1. Nyeri klien berkurang/hilang
2. Suhu klien dalam batas normal suhu tubuh dalam batas normal (35,9-37,5 derajat
celcius)
3. Kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi
4. Klien dan keluarganya dapat mengetahui tentang penyakit yang diderita oleh klien
5. Bersihan jalan nafas klien efektif/normal
I. Pengkajian
1. Data subjektif
a. Pasien mengatakan nyeri pada bagian benjolan
b. Pasien mengatakan demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 380C
c. Pasien mengatakan sering keringat malam.
d. Pasien mudah lelah
e. Pasien mengatakan badan lemah
f. Pasien mengatakan tidak nafsu makan
2. Data Obyektif
a. pasien tampak nyeri pada benjolah. Skala nyeri 6
b. Pasien tampak demam. Suhu 380C
c. Pasien tampak berkeringat malam
d. Pasien tampak lelah
e. Pasien tampak lemah
f. Pasien tampak tidak nafsu makan. Pasien tampak menghabiskan ½ porsi
makanan yang disediakan Rumah Sakit
Pemeriksaan Fisik :
JVP : 5-2 cmH20, kesimpulan : tidak ditemukan pembesaran
Inspeksi : Bentuk thorak : simetris
Palpasi : vokal fremitus : getaran kanan dan kiri simetris
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara nafas : vesikuler
Suara ucapan : jelas
Suara tambaha : tidak ada
3 Intervensi
1.Kaji skala nyeri dengan PQRST
R : untuk mengetahui skala nyeri klien dan untuk mempermudah dalam menentukan
intervensi selanjutnya
2. Ajarkan klien teknik relaksasi dan distraksi
R : teknik relaksasi dan distraksi yang diajarkan kepada klien, dapat membantu
dalam mengurangi persepsi klien terhadap nyeri yang dideritanya
3.Kolaborasi dalam pemberian obat analgetik
R : obat analgetik dapat mengurangi atau menghilangkan nyeri yang diderita oleh
klien
4. Implementasi
5. Evaluasi
S : Pasien mengatakan nyeri pada bagian benjolan
O : pasien tampak nyeri pada benjolah. Skala nyeri 6
A : Nyeri b.d agen cedera biologi
P : Intervensi 3 diteruskan
DEXA MEDIA, No. 4, Vol. 17, Oktober - Desember 2004