Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN

(PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN)

STUDI KEANEKARAGAMAN SERANGGA


PADA LADANG PERSAWAHAN

DI SUSUN OLEH: KELOMPOK III

1. HARDIANTI
2. FITRIANI
3. IKA HARYATI
4. SITI MARYAM
5. M.NATSIR
6. RANDI SETIAWAN

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala berkah
dan hidayahnya penyusun dapat menyelesaikan laporan praktikum kuliah lapangan pada mata
kuliah ekologi hewan tentang “Studi Keanekaragaman Serangga Pada Ladang Persawahan”.
Penyusun sadar bahwa apa yang telah penyusun peroleh tidak semata-mata hasil dari jerih payah
penyusun sendiri tetapi hasil dari keterlibatan semua pihak. Dengan segala kerendahan hati,
melalui kesempatan ini penyusun menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang tinggi
kepada:
1. Bapak Drs.Nehru, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan
mengarahkan kami sebelum melaksanakan kegiatan pengamatan.
2. Rekan- rekan anggota kelompok yang telah berpartisipasi dan sangat kooperatif
dalam melaksanakan kegiatan pengamatan dan telah membantu dalam proses
penyelesaian laporan ini.
Penyusun menyadari dalam penyusunan laporan hasil pengamatan ini masih banyak
terdapat kekurangan, Oleh karena itu penyusun memohon kritik dan saran yang membangun
guna penyempurnaan tugas serta laporan yang akan datang.

Kota Bima, 14 Nov 2017

Penyusun

KELOMPOK III

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................................1


KATA PENGANTAR .........................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................3
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................................4
1. Latar belakang .......................................................................................................4
2. Tujuan pengamatan ...............................................................................................5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................7
BAB III. METODE PENGAMATAN .................................................................................8
1. Alat dan bahan ......................................................................................................8
2. Waktu dan tempat pengamatan .............................................................................8
3. Metode Pengamatan ..............................................................................................8
4. Prosedur kerja .......................................................................................................8
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................8
1. Deskripsi data hasil pengamatan ...........................................................................9
2. Pembahasan...........................................................................................................9
BAB V. PENUTUP ...........................................................................................................21
1. Kesimpulan .........................................................................................................21
2. Saran ...................................................................................................................21
DATAR PUSTAKA ..........................................................................................................22
LAMPIRAN .......................................................................................................................23

3
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Keanekaragaman merupakan kata yang tepat untuk menggambarkan keadaan
bermacam-macam suatu benda yang dapat terjadi akibat adanya perbedaan dalam hal ukuran,
bentuk, tekstur dan lainnya. Pada dasarnya semua makhluk hidup memiliki keanekaragaman.
Keanekaragaman makhluk hidup dapat terlihat dengan adanya persamaan ciri antar makhluk
hidup. Keanekaragaman ada yang terjadi secara alami dan ada juga yang terjadi secara
buatan. Keanekaragaman alami merupakan keanekaragaman yang terjadi akibat adaptasi atau
penyesuaian diri setiap individu dengan lingkungannya. Keanekaragaman hewan
menunjukkan berbagai variasi dalam bentuk, struktur tubuh, warna, jumlah, dan sifat lainnya
di suatu daerah. Sedangkan keanekaragaman dari makhluk hidup dapat terlihat dengan
adanya persamaan ciri antar makhluk hidup (Putra 1994: 102).
Insekta (dalam bahasa latin, insecta = serangga). Banyak anggota hewan ini sering
kita jumpai disekitar kita, misalnya kupu-kupu, nyamuk, lalat, lebah, semut, capung,
jangkrik, belalang, dan lebah. Ciri khususnya adalah kakinya yang berjumlah enam. Karena
itu pula sering juga disebut hexapoda. Insekta dapat hidup diberbagai habitat, yaitu air tawar,
laut, dan daratan. Hewan ini merupakan satu-satunya kelompok invertebrate yang dapat
terbang. Insekta ada yang hidup bebas dan ada yang sebagai parasit. Tubuh insekta
dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu kaput, toraks, dan abdomen. Kaput memiliki organ
yang berkembang biak, yaitu adanya sepasang antenna, mata majemuk (mata faset), dan mata
tunggal (oseli). Insekta memiliki organ perasa yang disebut palpus. Insekta yang memiliki
sayap pada segmen kedua dan ketiga. Bagian abdomen insekta tidak memiliki anggota tubuh
(Iskandar 2013: 56).
Serangga adalah kelompok utama dari hewan beruas (Arthropoda) yang bertungkai
enam (tiga pasang), karena itulah mereka disebut pula Hexapoda (dari bahasa Yunani yang
berarti berkaki enam). Kajian mengenai kehidupan serangga disebut entomologi. Serangga
termasuk dalam kelas insekta (subfilum Uniramia) yang dibagi lagi menjadi 29 ordo Di
Indonesia memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi. Tak heran jika beberapa jumlah

4
spesies kelompok utama makhluk hidup hanya ditemukan di daerah atau pulau tertentu.
Dalam dunia entomologi, pengawetan serangga termasuk kedalam kegiatan koleksi serangga
atau insektarium. Kelimpahan jenis serangga sangat ditentukan oleh aktivitas reproduksinya
yang didukung oleh kondisi lingkungan yang sesuai dan tercukupinya kebutuhan sumber
makanannya (Anonim 2013: 1).
Di alam, serangga membantu penyerbukan sekitar dua per tiga dari total tanaman
berbunga dan sekitar 400 spesies tanaman pertanian. Serangga yang berperan dalam
penyerbukan tanaman adalah kumbang, lalat, lebah, tawon, gonteng (ordo Hymenoptera),
kupu-kupu dan ngengat. Diantara serangga tersebut, lebah yang memiliki sekitar 20.000
spesies, merupakan agen penyerbuk paling penting. Serangga dapat dijumpai di semua
daerah di atas permukaan bumi. Di darat, laut, dan udara dapat dijumpai serangga. Mereka
hidup sebagai pemakan tumbuhan, serangga atau binatang lain, bahkan menghisap darah
manusia dan mamalia. Serangga hidup sebagai suatu keluarga besar di dalam sebuah
kehidupan sosial yang rumit, seperti yang dilakukan oleh lebah, semut dan rayap yang hidup
di dalam sebuah koloni (Johnson 1995: 211).
Manfaat serangga antara lain sebagai penyerbuk (pollinator) andal untuk semua jenis
tanaman. Di bidang pertanian serangga berperan membantu meningkatkan produksi buah-
buahan dan biji-bijian. Produksi buah-buahan dan biji-bijian meningkat sebesar 40 % berkat
bantuan serangga dengan kualitas yang sangat bagus. Di Eropa dan Australia berkembang
jasa penyewaan koloni serangga untuk penyerbukan yang melepas kawanan lebah menjelang
tanaman berbuah. Serangga juga berperan sebagai organism perombak (dekomposer) yang
mendegradasi kayu yang tumbang, ranting, daun yang jatuh, hewan yang mati dan sisa
kotoran hewan (Jumar 2000: 112).

2. Tujuan Pengamatan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis serangga dan
mengidentifikasi jenis- jenis serangga yang ada pada ladang persawahan menggunakan
metode transek.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Serangga (Insecta), merupakan kelompok utama dari hewan beruas (Arthropoda) yang
bertungkai enam (tiga pasang), karena itulah mereka disebut pula Hexapoda (dari bahasa
Yunani) yang berarti berkaki enam. Kajian mengenai kehidupan serangga disebut entomologi.
Serangga termasuk dalam kelas insecta (subfilum Uniramia) yang dibagi lagi menjadi 29 ordo,
antara lain Diptera (misalnya lalat), Coleoptera (misalnya kumbang), Hymenoptera (misalnya
semut, lebah, dan tabuhan), dan Lepidoptera (misalnya kupu-kupu dan ngengat). Kelompok
Apterigota terdiri dari 4 ordo karena semua serangga dewasanya tidak memiliki sayap, dan 25
ordo lainnya termasuk dalam kelompok Pterigota karena memiliki sayap. Serangga merupakan
hewan beruas dengan tingkat adaptasi yang sangat tinggi. Ukuran serangga relatif kecil dan
pertama kali sukses berkolonisasi di bumi (Borror 1992: 154).
Keanekaragaman serangga telah terdapat pada periode Carboniferous (sekitar 300 juta
tahun yang lalu). Pada periode Permian (270 juta tahun yang lalu) beberapa kelompok serangga
telah menyerupai bentuk yang dijumpai sekarang. Sayap pada serangga mungkin pada awalnya
berevolusi sebagai perluasan kutikula yang membantu tubuh serangga itu menyerap panas,
kemudian baru menjadi organ untuk terbang. Pandangan lain menyarankan bahwa sayap
memungkinkan hewan itu meluncur dari vegetasi ke tanah, atau bahkan berfungsi sebagai insang
dalam serangga akuatik. Hipotesis lain menyatakan bahwa sayap serangga berfungsi untuk
berenang sebelum mereka berfungsi untuk terbang. Salah satu alasan mengapa serangga
memiliki keanekaragaman dan kelimpahan yang tinggi adalah kemampuan reproduksinya yang
tinggi (Anonim 2013: 1).
Umumnya serangga mengalami metamorfosis sempurna, yaitu siklus hidup dengan
beberapa tahapan yang berbeda: telur, larva, pupa, dan imago. Beberapa ordo yang mengalami
metamorfosis sempurna adalah Lepidoptera, Diptera, Coleoptera, dan Hymenoptera. Peristiwa
larva meniggalkan telur disebut dengan eclosion. Setelah eclosion, serangga yang baru ini dapat
serupa atau mirip sekali dengan induknya. Pertumbuhan tubuh dikendalikan dengan
menggunakan acuan pertambahan berat badan, biasanya dalam bentuk tangga dimana pada setiap
tangga digambarkan oleh lepasnya kulit lama (exuvium), dimana proses ini disebut molting.

6
Karena itu pada setiap tahapan, serangga tumbuh sampai dimana pembungkus luar menjadi
terbatas, setelah ditinggalkan lagi dan seterusnya sampai sempurna (Suin 1997: 132).
Serangga berkembang dari telur yang terbentuk didalam ovum serangga betina.
Kemampuan reproduksi serangga dalam keadaan normal pada umumnya benar. Oleh karena iu,
dapat dimengerti mengapa serangga cepet berkembang biak. Masa perkembangan serangga
didalam telur dinamakan perkembang embrionik dan setelah serangga ke luar (menetas) dari
telur dinamakan perkembangan pasca-embrionik.
Perubahan bentuk atau ukuran serangga yang berlangsung selama perkembangan pasca-
embrionik dinamakan metamorphosis. Walaupun serangga berkembang dari telur, namun tidak
semua serangga meletakkan telurnya. Sesungguhnya reproduksi dapat terjadi dari telur yang
tidak mengalami pembuahan (Putra 1994: 91).
Lebih dari 800.000 spesies insekta sudah ditemukan. Terdapat 5.000 spesies bangsa
capung (Odonata), 20.000 spesies bangsa belalang (Orthoptera), 170.000 spesies bangsa kupu-
kupu dan ngengat (Lepidoptera), 120.000 bangsa lalat dan kerabatnya (Diptera), 82.000 spesies
bangsa kepik (Hemiptera), 360.000 spesies bangsa kumbang (Coleoptera), dan 110.000 spesies
bangsa semut dan lebah (Hymenoptera). Pada Ordo Lepidoptera Ketika fase larva memiliki tipe
mulut pengunyah, sedangkan ketika imago memiliki tipe mulut penghisap. Adapun habitat dapat
dijumpai di pepohonan. Ordo Coleoptera memliki tipe mulut pengunyah dan termasuk herbivora.
Ordo Othoptera termasuk herbivora, namun ada beberapa spesies sebagai predator. Tipe mulut
dari ordo ini adalah tipe pengunyah (Anonim 2013: 1).
Ordo Dermaptera mempunyai sepasang antenna, tubuhnya bersegmen terdiri atas toraks
dan abdomen. Abdomennya terdapat bagian seperti garpu. Ordo Hemiptera memiliki tipe mulut
penusuk dan penghisap. Ada beberapa yang menghisap darah dan sebagian sebagai penghisap
cairan pada tumbuhan. Sebagian besar bersifat parasit bagi hewan, tumbuhan, maupun manusia.
Ordo ini banyak ditemukan di bagian bunga dan daun dari tumbuhan, kulit pohon, serta pada
jamur yang busuk. Ordo Odonata memiliki tipe mulut pengunyah. Umumnya Ordo ini termasuk
karnivora yang memakan serangga kecil dan sebagian bersifat kanibal atau suka memakan
sejenis. Habitatnya adalah di dekat perairan. Biasanya ditemukan di sekitar air terjun, di sekitar
danau, dan pada daerah bebatuan (Christina 1991: 189).

7
Ordo Diplopoda memiliki ciri tubuh yang panjang seperti cacing dengan beberapa kaki,
beberapa memiliki kaki berjumlah tiga puluh atau lebih, dan segmen tubuhnya menopang dua
bagian dari tubuhnya. Hewan jenis ini memiliki kepala cembung dengan daerah epistoma yang
besar dan datar pada bagian bawahnya. Habitatnya adalah di lingkungan yang basah, seperti di
bawah bebatuan, menempel pada lumut, di perakaran pohon, dan di dalam tanah. Tipe mulutnya
adalah pengunyah. Beberapa dari jenis ini merupakan scavenger dan memakan tumbuhan yang
busuk, selain itu ada beberapa yang merupakan hama bagi tanaman. Setiap serangga mengalami
proses perubahan bentuk dari telur hingga ke bentuk dewasa yang siap melakukan reproduksi
(Iskandar 1970: 143).
Serangga dapat ditemukan di mana-mana. Cara mengumpulkan serangga pun bermacam-
macam, tergantung pada maksud dan tujuannya. Jika kita bermaksud membuat daur (siklus)
hidupnya, maka kita harus mengumpulkan mulai dari telur, nimfa atau larva, pupa hingga imago
(dewasa). Jika kita bermaksud mengumpulkan serangga terbang, maka kita harus membawa
jaring atau jala udara (butterdly net). Jika kita ingin mendapatkan kupu-kupu atau
mengumpulkan ulat, pupa atau nimfa, maka kita perlu membawa pinset atau penjepit serta
tempat penyimpan sementara yang tertutup rapat. Lain lagi, jika kita ingin mengumpulkan
serangga tanah, maka kita perlu membawa cangkul kecil serta peralatan bantu lainnya (Johnson
1995: 213).
Secara morfologi, tubuh serangga dewasa dapat dibedakan menjadi tiga bagian utama,
sementara bentuk pradewasa biasanya menyerupai moyangnya, hewan lunak beruas mirip
cacing. Ketiga bagian tubuh serangga dewasa adalah kepala (caput), dada (thorax), dan perut
(abdomen). Banyak serangga yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, diantaranya yaitu
sebagai organisme pembusuk dan pengurai termasuk limbah, sebagai objek estetika dan wisata,
bermanfaan pada proses penyerbukan maupun sebagai musuh alami hama tanaman, pakan hewan
(burung) yang bernilai ekonomi tinggi, dan juga penghasil madu (Borror 1992: 94).

8
BAB III
METODE PENGAMATAN

1. Alat dan Bahan


a. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah: Rol meter, tabel pengamatan, buku, tali
rafia, penggaris, kamera, dan alat tulis.
b. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah: Serangga yang dijadikan objek untuk
diidentifikasi keanekaragamannya pada ladang persawahan.

2. Waktu dan Tempat pengamatan


Lokasi pengamatan dilaksanakan pada Ladang Persawahan di Kelurahan Santi, Kota
Bima, Nusa Tenggara Barat pada hari Kamis, 2 Oktober 2017 mulai pukul 08.30 sampai
dengan pukul 10.30 WITA.

3. Metode Pengamatan
Metode yang digunakan pada pengamatan ini yaitu metode line transek (transek garis).
Lokasi pengambilan sampel dibagi menjadi 3 titik stasiun pengamatan dan pada tiap-tiap
stasiun dibagi menjadi 4 sub stasiun menggunakan kuadran 50cmx30cm dimana pada
masing-masing stasiun menarik garis transek sejauh 5m.

3. Prosedur kerja
a. Sediakan alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum.
b. Melakukan observasi tempat pengamatan.
c. Membagi beberapa tempat untuk dijadikan stasiun sebagai daerah yang dilalui serangga
pada tempat yang berbeda-beda
d. Pada masing-masing buat metode transek (police line) secara horizontal dengan
menggunakan roll meter sejauh 5m.

9
e. Selanjutnya membuat 4 kuadran/plot dengan ukuran 50cmx30cm pada masing-masing
sub stasiun.
f. Kemudian bentangkan tali raffia sepanjang lahan stasiun yang telah diukur tadi
menggunakan roll meter dan bentangkan pula pada kuadran/pola.
g. Selanjutnya yang terakhir ialah mengamati, menghitung, mendokumentasi dan mencatat
semua jenis serangga yang ditemukan dalam setiap kuadran di tiap-tiap stasiun untuk
diidentifikasi keanekaragamannya pada ladang tersebut.

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Deskripsi data hasil pengamatan


Berdasarkan kuliah lapangan yang telah dilakukan, maka didapat hasil sebagai berikut:
TABEL INDEKS KEANEKARAGAMAN SERANGGA ANTAR STASIUN

NO SPESIES TRANSEK JUMLAH INDIVIDU YANG SAMA

1 Belalang hijau 7 9 11 27
(Melanoplus
femurrubrum)
2 Belalang kayu 5 8 9 22
(Valanga
nigricornis)
3 Jangkrik 6 8 8 22
(Gryllidae)
4 Kepik 4 2 6 12
(Hemiptera)
5 Capung 3 6 8 17
(Anisoptera)
6 Hama putih palsu 4 8 10 22
(Nympula
depunctalis)
7 Kupu-kupu 2 5 6 13
(Rhopalocera)
8 Bapak pucung 0 2 4 6
(Pyrrhocoridae)
9 Laba-laba 0 1 3 4
(Araneae)
10 Lebah madu 0 2 3 5
(Apis)

11
11 Luwing 1 4 4 9
(Scolopendra)
12 Ngengat 2 4 6 12
(Heterocera)

13 Kumbang koksi 0 2 4 6
tutul
(Coccinellidae)
14 Kumbang koksi 0 4 3 7
strip
(Coccinellidae)

15 Ulat tentara 0 0 31 31
(Spodoptera)

16 Wereng hijau 0 0 2 2
(Siphanta acuta)
17 Lalat buah 0 2 4 6
(Bactocera)

Jumlah individu yang 34 67 126


berbeda

2. Pembahasan
Keanekaragaman merupakan kekayaan hidup organisme di bumi, berupa tumbuhan,
hewan, mikroorganisme, dan genetika yang dikandungnya, serta ekosistem yang
dibangunnya menjadi lingkungan hidup. Jadi, keanekaragaman hayati harus dilihat dari tiga
tingkatan yaitu tingkat variasi genetik, variasi spesies, dan variasi habitat atau ekosistem.
Pada percobaan ini dilakukan analisis terhadap serangga dalam sebuah ekositem ladang
persawahan pada dua lokasi yang berbeda untuk mengetahui tingkat keanekaragaman
serangga tersebut.
Pada pengamatan ini kami menggunakan metode line transek (transek garis). Lokasi
pengamatan dibagi menjadi 3 titik stasiun pengamatan dan pada tiap-tiap stasiun dibagi
menjadi 4 sub stasiun menggunakan kuadran 50cmx30cm dimana pada masing-masing
stasiun menarik garis transek sejauh 5m. Letak stasiun I yaitu di dekat persawahan padi,
stasiun II di dekat ladang bekas ditanami kedelai, stasiun III di dekat ladang kedelai. Di mana

12
dari ketiga transek tersebut jenis-jenis serangga yang kami temukan di lokasi pengamatan
berjumlah 17 jenis serangga yaitu Belalang hijau (Melanoplus femurrubrum), Belalang kayu
(Valanga nigricornis), Jangkrik (Gryllidae). Kepik (Hemiptera). Capung (Anisoptera). Hama
putih palsu (Nympula depunctalis), Kupu-kupu (Rhopalocera), Bapak pucung
(Pyrrhocoridae), Laba-laba (Araneae), Lebah madu (Apis), Luwing (Scolopendra), Ngengat
(Heterocera), Kumbang koksi tutul (Coccinellidae), Kumbang koksi strip (Coccinellidae),
Ulat tentara (Spodoptera), Wereng hijau (Siphanta acuta), Lalat (Bactocera).
Data pada tabel pengamatan menunjukkan bahwa jumlah serangga yang ditemukan
keanekaragamannya dapat dikategorikan melimpah karena ada sekitar 17 serangga yang
ditemukan pada tiap-tiap transek maupun stasiun yang dilalui. Serangga dengan jumlah
terbanyak yang kami amati pada tiap-tiap transek ialah ulat tentara (Spodoptera) dengan
jumlah sekitar 30 buah, hal ini dikarenakan karena letak transek dan kuadran yang kami buat
tepat pada tanaman kedelai dan tingkat keanekaragamanya pun sangat banyak di tanaman
tersebut sebagai hama para petani. Sedangkan jumlah serangga yang paling sedikit
ditemukan ialah Wereng hijau (Siphanta acuta) dengan total sekitar 2 Wereng hijau
(Siphanta acuta) yang ditemukan pada transek III sedangkan pada transek I dan II tidak
ditemukan.
Jenis-jenis serangga yang ditemukan sedikit pada tiap-tiap transek seperti pada lalat buah
(Bactocera), Luwing (Scolopendra), Ngengat (Heterocera), Kumbang koksi tutul
(Coccinellidae), Kumbang koksi strip (Coccinellidae), Bapak pucung (Pyrrhocoridae), Laba-
laba (Araneae), Lebah madu (Apis) sangat sedikit ditemukan, hal ini menjelaskan bahwa
banyak atau tidaknya serangga tersebut dilokasi penelitian, dimungkinkan berhubungan
dengan kondisi substrat atau tempat hidup dari masing-masing spesies.
Keanekaragaman organisme di suatu tempat dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya faktor udara, tanah, organisme, dan beberapa faktor stabil, yaitu ketinggian,
lintang, letak, dan pH. Jumlah spesies dalam komunitas adalah penting dari segi ekologi
karena keanekaragaman spesies akan bertambah bila habitat stabil atau sesuai dengan
komunitas bersangkutan. Keanekaragaman tertinggi terdapat pada transek ke III dengan total
spesies serangga yang berbeda ialah ada 126 serangga yang berbeda-beda, selanjutnya pada
transek ke II dan I, keanekaragamannya dikategorikan lebih sedikit atau rendah dari transek

13
ke III dengan jumlah individu yang berbeda ialah 67 pada transek II dan 34 pada transek I.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa keanekaragaman serangga pada ladang persawahan
tersebut masuk dalam kategori tingkat keanekaragaman tinggi karena ada sekitar 17 serangga
yang ditemukan pada tiap-tiap transek dan jumlah serangga yang berbeda-beda pada tiap-tiap
transek sangat belimpah pula..
Maka dari itu, berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut dapat simpulkan bahwa
lingkungan tempat pengamatan tersebut sudah cukup stabil, artinya lingkungan tempat
pengamatan belum terpengaruh oleh hal-hal yang bisa membuat populasi serangga di tempat
itu berkurang, pencemaran yang terjadi pada ladang persawahan tersebut belum memberi
pengaruh yang cukup berarti pada serangga yang berada disekitar ladang tersebut. Dengan
keadaan lingkungan yang relatif stabil, serangga masih dapat menambah atau memperbesar
jumlah populasinya serta memperbanyak variasi individunya. Tetapi tidak menutup
kemungkinan suatu saat nanti populasi dari serangga akan berkurang, begitu pula dengan
keanekaragamannya karena dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya pencemaran
lingkungan, aktivitas manusia yang dapat mempersempit habitat serangga, serta makanan
yang tersedia mulai berkurang sehinnga tingkat kompetisi antara serangga menjadi tinggi dan
serangga banyak yang melakukan emigrasi. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan
ditemukan bahwa indeks keanekaragaman serangga pada ladang persawahan dikategorikan
tinggi hal ini diakibatkan oleh faktor lingkungan yang cukup stabil dan kemampuan serngga
dalam berdapatasi pada lokasi pengamatan tersebut yang memiliki padang rumput dan
tumbuhan yang ditanami seperti kedelai, kacang, dan lainnya yang masih sangat subur.

14
BAB IV
PENUTUP

1. Kesimpulan
a. Jenis-jenis serangga yang kami temukan di lokasi pengamatan berjumlah 17 spesies yaitu
Belalang hijau (Melanoplus femurrubrum), Belalang kayu (Valanga nigricornis),
Jangkrik (Gryllidae). Kepik (Hemiptera). Capung (Anisoptera). Hama putih palsu
(Nympula depunctalis), Kupu-kupu (Rhopalocera), Bapak pucung (Pyrrhocoridae),
Laba-laba (Araneae), Lebah madu (Apis), Luwing (Scolopendra), Ngengat (Heterocera),
Kumbang koksi tutul (Coccinellidae), Kumbang koksi strip (Coccinellidae), Ulat tentara
(Spodoptera), Wereng hijau (Siphanta acuta), Lalat (Bactocera).
b. Keanekaragaman serangga pada ladang persawahan tersebut masuk dalam kategori
tingkat keanekaragaman tinggi karena ada sekitar 17 serangga pada tiap-tiap transek yang
ditemukan dan diakibatkan pula oleh faktor lingkungan dan mampu beradaptasi sehingga
dikategorikan tinggi karena diakibatkan oleh faktor lingkungan dan serangga mampu
beradaptasi karena lokasi pengamatan itu yang memiliki padang rumput dan tumbuhan
yang ditanami seperti kedelai, kacang, dan lainnya yang subur.

2. Saran
Pada praktikum Ekologi hewan selanjutnya sebaiknya praktikan membawa buku
identifikasi serngga/kunci determinasi sehingga serngga yang ditemukan pada
kuadran/plot dapat dengan mudah diidentifikasi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2017. Keragaman Jenis Serangga. (www.wordpress.com). Diakses pada tanggal 28


November 2017, 10.00 WIB

Anonim. 2017. Keanekaragaman Pada Serangga. (www.blogspot.com). Diakses pada tanggal 28


November 2017, 10.00 WIB

Anonim. 2017. Periode Kemunculan Serangga (www.scribd.com). Diakses pada tanggal 28


November 2017, 10.00 WIB

Azkinin, G., 011. Keanekaragaman Hayati di Indonesia. http://edukasi-


pustaka.blogspot.com/2011/12/keanekaragaman-hayati-di-indonesia.html. Diakses pada
tanggal 12 April 2013 pukul 06.00 WITA.

Borror, D. et al. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi Keenam. Yogyakarta:


UGM press (hal: ix + 154).

Johnson, Jung. 1995. Binatang Merayap. Gramedia: Jakarta

Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Jakarta: Rineka Cipta.

Lakitan, B., 1994. Ekologi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Lilies, Christina. 1991. Kunci determinasi serangga. Yogyakarta. Kanisius. (hal: x+278)

Michael, P. E., 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium.
Universitas Indonesia, Jakarta.

Oka, I. N., 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di indonesia. Universitas
Gadja Mada-Press, Yokyakarta.

Putra, N.S. 1994. Serangga Disekitar Kita. Yogyakarta. Kanisius (hal: xi + 84 – 85)

Putra, N.S., 1994. Serangga di sekitar kita. Kanisius, Yokyakarta.

Suin, Muhammad.1997. Ekologi hewan tanah. Jakarta: PT Bumi Aksar

Sunjaya, Iskandar.1970. Dasar - dasar Ekologi Serangga. Bogor: Insitut Teknologi Bandung

Umar, R., 2013. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Universitas Hasanuddin, Makassar.

Wolf, L., 1992. Ekologi Umum. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

16
LAMPIRAN
DOKUMENTASI

17
18
1. Belalang Hiju

2. Belalang Kayu

19
3. Jangkrik

4. Kepik

20
5. Capung

6. Hama putih palsu

21
7. Kupu-kupu

8. Bapak pucung 9. Laba-laba

22
10. Lebah madu 11. Luwing

12. Ngengat 13. Kumbang koksi tutul

23
14. Kumbang koksi strip 15. Ulat tentara

16. Wereng hijau 17. Lalat buah

24

Anda mungkin juga menyukai