Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN

PRAKTIKUM IPA
“Pembuatan Alat Uji Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit”

Dosen Pengampu:
Dr. Yayuk andayani, M.Si

Disusun Oleh
Kelompok I
MUH. AGIB (Biologi : I2E017019)
IRHAM AZMI (Fisika : I2E017008)
ZULKARNAEN (Kimia : I2E017033)
INTAN PERMATASARI (Biologi : I2E017006)

PROGRAMSTUDI MAGISTER PENDIDIKAN IPA


PASCASARJANA UNIVERSITAS MATARAM
2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, tak lupa pula shalawat serta salam kami
haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Ucapan terima kasih
kepada Dr. Yayuk andayani, M.Si selaku dosen pembimbing mata kuliah
praktikum IPA yang berkenan membimbing kami sehingga proposal beserta
laporan hasil praktikum IPA “Pembuatan Alat Uji Larutan Elektrolit dan Non
Elektrolit” ini dapat kami selesaikan pada waktu.
Dalam penyusunan laporan praktikum ini, kami menyadari masih jauh dari
kesempurnaan baik dari segi isi, bentuk, maupun pemaparannya. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik konstruktif dari pembaca untuk penyempurnaan
penulisan selanjutnya. Akhir kata, semoga laporan praktikum ini dapat
memberikan manfaat seluas-luasnya terutama bagi mahasiswa dan calon pendidik
khususnya. Amin Yarabbalalamin

Mataram, 10 Desember 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMANJUDUL ..........................................................................................i
KATA PENGANTAR .......................................................................................ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian .........................................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................................7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Model Pembelajaran Keterampilan ..............................................................8
2.2 Konsep Larutan ............................................................................................9
2.3 Perbedaan Larutan Berdasarkan Daya Hantar Listrik..................................11
2.4 Penyebab Larutan Elektrolit dapat Menghantarkan Listrik .........................12
2.5 Kajian dari Tiga Aspek Keilmuan ...............................................................13
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................................31
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................................31
3.3 Langkah Kerja Pembuatan Alat ...................................................................31
3.4 Uji coba ........................................................................................................32
3.5 Teknik Pengumpulan Data ..........................................................................32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Cara Penggunaan Alat..................................................................................33
4.2 Hasil .............................................................................................................34
4.3 Pembahasan .................................................................................................34
BAB V KESIMPULAN
5.1 Simpulan .....................................................................................................40
5.2 Saran.............................................................................................................40

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu hal yang dinamis dan selalu bergerak

maju sesuai dengan perkembangan masyarakat sebagai akibat dari kemajuan

ilmu pengetahuan, oleh karena itu pendidikan perlu mendapatkan perhatian,

baik dalam usaha pengembangan maupun peningkatan mutu pendidikan yang

sesuai dengan tuntutan masyarakat. Upaya dalam peningkatan kualitas

pendidikan diperlukan terobosan baru, baik dalam pengembangan kurikulum

dan inovasi pembelajaran. Faktor yang sangat mempengaruhi dalam

meningkatkan kualitas pendidikan yaitu media pembelajaran. Dengan media

pembelajaran yang baik maka pembelajaran menjadi lebih inovatif dan

mendorong siswa dapat belajar secara optimal baik secara mandiri maupun

pembelajaran di kelas. Pembelajaran yang inovatif mampu mendorong siswa

dapat belajar secara optimal dan terlaksana dengan penggunaan metode,

strategi model pembelajaran yang efektif sesuai dengan konsep yang

diajarkan.

Pendidikan saat ini tengah mengalami krisis yang cukup serius. Krisis

ini tidak saja disebabkan oleh anggaran pemerintah yang sangat rendah untuk

membiayai kebutuhan pendidikan kita, tetapi juga lemahnya tenaga

pendidikan yang ada di Negara ini. konsep pendidikan telah tereduksi

menjadi pengajaran, dan pengajaran lalu menyempit menjadi kegiatan di

kelas. Sementara yang berlangsung di kelas tak lebih dari kegiatan guru

mengajar murid dengan target target tertentu.

1
Pada level global muncul kesadaran baru tentang pentingnya

pendidikan yang memberikan kepedulian pada ekologi (lingkungan).

Kesadaran ini didasari atas sebuah fakta, bahwa kemajuan ilmu pengetahuan

yang bersifat positif, yang muncul terutama pada ke-20, ternyata dinilai telah

membawa implikasi yang sangat serius berupa kehancuran ekosistem, baik

lingkungan alam maupun sosial (Hidayat. 2006).

Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal, secara sistematis

merencanakan bermacam-macam lingkungan, yakni lingkungan pendidikan

yang menyediakan berbagai kesempatan bagi peserta didik untuk melakukan

berbagai kegiatan belajar. Lingkungan tersebut disusun dan ditata dalam

suatu kurikulum yang pada akhirnya dilaksanakan dalam bentuk proses

pembelajaran. Proses pembelajaran akan berhasil dengan baik, jika berawal

dari pengetahuan dan pengalaman serta keterlibatan langsung dari peserta

didik. Berdasarkan hal tersebut maka seharusnya pendidik dan calon pendidik

berupaya semaksimal mungkin melibatkan siswa secara langsung dalam

kegiatan belajar mengajar.

De Porter, Bobbie dan Hernacki, Mike (2006) dalam publikasinya

yang terkenal berjudul Quantum Learning menyatakan bahwa belajar dapat

terjadi dengan cara 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang kita

dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan dengar,

70% dari apa yang kita katakan dan 90% dari apa yang kita katakan dan

lakukan.

Proses pembelajaran aktif dengan menambahkan visual pada pelajaran

menaikkan ingatan dari 14% ke 38% (Pike, 1989). Penelitian itu juga

2
menunjukkan perbaikan sampai 200% ketika kosa kata diajarkan dengan

menggunakan alat visual. Bahkan, waktu yang diperlukan untuk

menyampaikan konsep berkurang sampai 40% ketika visual digunakan untuk

menambah presentasi verbal. Sebuah gambar barangkali tidak bernilai ribuan

kata, namun tiga kali lebih efektif dari pada hanya kata-kata saja (Hidayat.

2006).

Dalam Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007, tentang Standar

Kualifikasi dan Kompetensi Guru disebutkan bahwa salah satu kompetensi

guru adalah guru harus dapat menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik

dengan kompetensi inti dapat menyusun rancangan pembelajaran yang

lengkap, baik untuk kegiatan di dalam kelas, laboratorium, maupun di

lapangan dan menggunakan media pembelajaran sesuai dengan karakteristik

peserta didik. Pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen

merupakan salah satu metode efektif untuk pembelajaran mata pelajaran

kimia. Media pembelajaran yang paling banyak digunakan di sekolah di

samping buku adalah alat peraga praktikum.

Sehubungan dengan kegiatan pembelajaran kimia, alat yang

diperlukan adalah alat peraga praktik (APP) Kimia. Di sekolah APP Kimia

dan chemicals (bahan atau zat kimia) umumnya dibuat oleh pabrik (pabrikan),

droping pemerintah (Kemendiknas) atau pembelian alat dan bahan oleh

sekolah dengan ragam, dan jumlah masing-masing terbatas, sehingga guru

Kimia dituntut lebih kreatif dan inovatif dalam upaya mengadakan APP yang

lebih beragam serta dengan jumlah yang memadai untuk melaksanakan

pembelajaran Kimia.

3
Terlepas dari kondisi kelengkapan fasilitas laboratorium Kimia,

pendidikan hendaknya dapat terus diselenggarakan tanpa harus menunggu

lengkapnya fasilitas. Oleh karena itu untuk menjaga kelangsungan pendidikan

melalui praktikum/eksperimen, perlu dikembangkan alternatif untuk

pembuatan alat peraga praktik Kimia yaitu APP sederhana secara mandiri

agar pembelajaran Kimia dapat berjalan secara optimal.

Dalam upaya mengadakan APP Kimia tersebut, kami dapat

melakukan pengembangan dengan cara merancang dan membuat APP berupa

Alat Uji Larutan Elektrolit sederhana. Produk pengembangan Alat Uji

Larutan ELektrolit sederhana dalam tampilan fisik, tetapi dapat mendukung

prinsip kerja dan konsep Kimia yang diajarkannya sehingga tidak

menimbulkan miskonsepsi. Selain itu bahan-bahan yang di gunakan untuk

membuat Alat Uji Larutan Elektrolit ini bisa didapatkan dari bahan-bahan

bekas seperti papan sisa pembuatan property, baterai, saklar, penjepit buaya,

kabel, trasnpormator, bola lampu, batang karbon dari baterai bekas, dan

limbah buah-buahan dan sayur sayuran sebagai sampel larutannya elektrolit

dan non elektrolit.

Limbah buah-buahan dan sayur-sayuran yang sudah membusuk

banyak terlihat di pasar. Limbah buah dan sayur yang membusuk mengalami

proses kimia yang dikenal sebagai fermentasi. Selama proses ini, buah-

buahan dan sayuran menghasilkan asam lebih yang akan meningkatkan

kekuatan elektrolit dalam buah dan sayuran. Sehingga, jus dari buah dan

sayuran yang tua atau busuk menjadi lebih reaktif dengan elektroda dan

menghasilkan tegangan yang lebih tinggi daripada jus buah atau sayur yang

4
segar. Dari sifat kelistrikan yang mengandung banyak elektrolit dari limbah

buah-buahan dan sayur-sayuran tersebut, peneliti bertujuan untuk mengetahui

daya hambat listik, nilai kuat arus dan tegangan yang dihasilkan oleh bio-

baterai limbah buah jeruk, pisang, tomat, dan wortel guna untuk membuat

bio-baterai yang optimal. Alat ini juga dapat digunakan untuk menguji

berbagai jenis larutan elektolit dan non elektrolit yang memang sudah ada di

laboratorium seperti: garam dapur (NaCl), air Accu (H2SO4), air , larutan

gula, alkohol dan masih banyak lagi yang lainnya.

Berdasarkan uraian di atas, penulis mengembangkan alat penguji

larutan elektrolit yang dapat digunakan pada praktikum larutan elektrolit dan

larutan non elektrolit. Alat ini dapat digunakan di laboratorium sekolah

maupun di dalam kelas karena, alat ini sangat simpel dan dapat dibawa

kemana-mana walaupun tidak ada listrik dari PLN alat ini tetep dapat

digunakan yakni menggunakan dua buah baterai.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimanakah besarnya hambatan listik yang dihasilkan oleh beberapa

jenis buah-buahan dan sayuran?

1.2.2 Bagaimanakah cara menganalisis buah-buahan dan sayuran yang

menggandung laurtan elektrolit dan non elektrolit.

1.2.3 Bagaimanakah cara memperaktekan buah-buahan dan sayuran yang

menggandung laurtan elektrolit dan non elektrolit.

5
1.2.4 Apakah ada kesamaan antara larutan elektrolit dan non elektrolit dari

buah dan sayuran dengan larutan elektrolit dan non elektrolit dari garam

dapur (NaCl), air Accu (H2SO4), air biasa , larutan gula.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Siswa mampu membedakan buah-buahan dan sayuran yang

menggandung laurtan elektrolit dan non elektrolit.

1.3.2 Siswa mampu menganalisis buah-buahan dan sayuran yang

menggandung laurtan elektrolit dan non elektrolit.

1.3.3 Siswa mampu memperaktekan buah-buahan dan sayuran yang

menggandung laurtan elektrolit dan non elektrolit.

1.3.4 Siswa mampu mengkategorikan antara larutan elektrolit dan non

elektrolit dari buah dan sayuran dengan larutan elektrolit dan non

elektrolit dari larutan garam dapur (NaCl), air Accu (H2SO4), air ,

larutan gula.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian yakni Siswa mampu menggunakan

alat praktikum uji elektrolit sederhan ini, dan dapat membedakan,

menganalisis, memperaktekkan, dan mengkategorikan hasil uji menggunakan

alat peraga sederhana ini pada buah-buahan dan sayuran yang mengandung

larutan elektrolit dan non elektrolit serta larutan garam dapur (NaCl), air

Accu (H2SO4), air , dan larutan gula yang juga termasuk dalam larutan

elektolit atau non elektrolit.

6
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Model Pembelajaran Keterampilan

Teori belajar praktik sebenarnya tidak berbeda dengan teori belajar

pada umumnya. Namun, teori belajar praktik memiliki kekhususan karena

biasanya dapat diukur melalui observasi, dan konotasi belajar praktik adalah

belajar keterampilan. (Uno, Hamzah B, 2008). Thorndike, merupakan salah

seorang pendiri aliran tingkah laku, yang mengemukakan bahwa belajar

adalah proses interaksi antara stimulus (yang mungkin berupa pikiran,

perasaan, atau gerakan). Jelasnya, menurut Thorndike, perubahan tingkah

laku boleh berwujud sesuatu yang konkret (dapat diamati), atau yang

nonkonkret (tidak bisa diamati).

Hubungan dengan belajar praktik, perubahan tingkah laku yang

ditampakkan siswa akan dapat dilihat secara konkret atau dapat diamati.

Pengamatan ini dapat diwujudkan dalam bentuk gerakan yang dilakukan

terhadap suatu objek yang dikerjakannya. Seorang guru memberikan perintah

kepada siswa untuk melakukan kegiatan praktik merupakan “stimulus” dan

siswa dengan menggunakan pemikirannya melakukan kegiatan praktik

merupakan “respon” yang hasilnya langsung dapat diamati. Dengan

demikian, kegiatan belajar yang tampak dalam teori belajar tingkah laku

dalam pandangan Thorndike mengarah pada hasil belajar langsung, atau

tingkah laku yang ditampilkannya.

Menurut Uno, Hamzah B (2008) ada dua perspektif teoretis yang

berbeda tentang belajar keterampilan. Pertama, teori Stimulus-Response,

7
sebagaimana telah dikemukakan, yang menunjukkan bahwa performa

terampil berasal dari rantai unit-unit diskrit dan dipelajari terpisah. Kedua,

teori pemrosesan informasi kognitif. Para peneliti menunujukkan bahwa

suatu program motor (gerak) hierarkis bukanlah suatu unit rantai Stimulus-

Respon, tetapi ia dipelajari secara internal.

Hal ini tampak dalam kegiatan belajar keterampilan yang secara tidak

disadari terjadi suatu rangkaian stimulus-respon. Dalam belajar suatu

keterampilan, gerakan-gerakan diperbaiki melalui praktik-praktikyang

dipandu oleh suatu program keterampilan. Model dan rencana juga berubah

selama jalannya belajar keterampilan. Itulah sebabnya pembelajaran yang

didasarkan pada pendekata teoritis ini menuntut guru untuk mampu

mengkomunikasikan program itu kepada para siswa, menganalisis

keterampilan ke dalam komponen-komponennya, mendiagnosis kinerja siswa

dan membimbing praktik.

2.2 Konsep Larutan

Larutan adalah campuran homogen (komposisinya sama), serba sama

(ukuran partikelnya), tidak ada bidang batas antara zat pelarut dengan zat

terlarut (tidak dapat dibedakan secara langsung antara zat pelarut dengan zat

terlarut), partikel- partikel penyusunnya berukuran sama (baik ion, atom,

maupun molekul) dari dua zat atau lebih.

Dalam larutan fase cair, pelarutnya (solvent) adalah cairan, dan zat

yang terlarut di dalamnya disebut zat terlarut (solute), bisa berwujud padat,

cair, atau gas. Dengan demikian, larutan = pelarut (solvent) + zat terlarut

8
(solute). Khusus untuk larutan cair, maka pelarutnya adalah volume terbesar.

(Brady, James E. 1999).

Brady, James E dalam Kimia Universitas (1999: 167-169) membagi

larutan menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut.

a) Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut)

kurang dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Atau dengan

kata lain, larutan yang partikel- partikelnya tidak tepat habis bereaksi

dengan pereaksi (masih bisa melarutkan zat). Larutan tak jenuh terjadi

apabila bila hasil kali konsentrasi ion < Ksp berarti larutan belum jenuh (

masih dapat larut).

b) Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang

larut dan mengadakan kesetimbangn dengan solut padatnya. Atau dengan

kata lain, larutan yang partikel- partikelnya tepat habis bereaksi dengan

pereaksi (zat dengan konsentrasi maksimal). Larutan jenuh terjadi apabila

bila hasil konsentrasi ion = Ksp berarti larutan tepat jenuh.

c) Larutan sangat jenuh (kelewat jenuh) yaitu suatu larutan yang mengandung

lebih banyak solute daripada yang diperlukan untuk larutan jenuh. Atau

dengan kata lain, larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut

sehingga terjadi endapan. Larutan sangat jenuh terjadi apabila bila hasil

kali konsentrasi ion > Ksp berarti larutan lewat jenuh (mengendap).

Berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut, larutan dapat dibedakan

menjadi 2, yaitu: a) Larutan pekat yaitu larutan yang mengandung relatif

lebih banyak solute dibanding solvent. b) Larutan encer yaitu larutan yang

relatif lebih sedikit solute dibanding solvent.

9
Bila zat terlarut dalam fasa cair seperti alkohol maka teknik yang

digunakan adalah dengan pengenceran. Aturan umum yang digunakan adalah

dengan menemukan konsentrasi larutan encer yang diperlukan, kemudian

tambahkan sejumlah pengencer untuk menjadi volume keseluruhan sampai

kepada nilai angka larutan awal (pekat) sebelum diencerkan.

2.3 Perbedaan Larutan Berdasarkan Daya Hantar Listrik

Keterangan mengenai elektrolit pertama kali diberikan oleh Svante

Arrhenius, ahli kimia terkenal dari Swedia. Sangatlah menarik untuk disimak

bahwa hampir saja ia tak diberikan gelar doktornya pada tahun 1884 di

Universitas Upsala, Swedia, karena mengemukakan hal ini. Bagaimanapun

teorinya tetap bertahan sampai kini, karena telah menerangkan dengan sukses

mengenai sifat larutan garam. (Brady, James E. 1999)

Berdasarkan daya hantar listriknya, larutan terbagi menjadi 2

golongan yaitu larutan elektrolit dan larutan non elektrolit.

Tabel 2.1. Perbandingan sifat-sifat larutan elektrolit dan larutan non elektrolit
Larutan Elektrolit Larutan Non Elektrolit
1. Dapat menghantarkan listrik. 1. Tidak dapat menghantarkan listrik
2. Terjadi proses ionisasi 2. Tidak terjadi proses ionisasi (terurai
menjadi ion-ion)
3. Lampu dapat menyala terang atau 3. lampu tidak menyala dan tdak ada
redup dan ada gelembung gas gelembung gas.
Contoh: Contoh :
Garam dapur (NaCl) Larutan gula (C12H22O11)
Cuka dapur (CH3COOH) Larutan urea (CO NH2)2
Air accu (H2SO4) Larutan alkohol C2H5OH (etanol)
Garam magnesium (MgCl2) Larutan glukosa (C6H12O6)

Adakah pengaruh daya hantar listrik dengan jenis zat tersebut?

Seorang ahli kimia dari Swedia (1887), Svante August Arrhenius (1859–

1927) menjelaskan bahwa larutan elektrolit mengandung atom-atom

10
bermuatan listrik (ion-ion) yang bergerak bebas, hingga mampu untuk

menghantarkan arus listrik melalui larutan. Contoh : larutan HCl.

Tabel 2.2. Tabel perbedaan sifat dan pengamatan terhadap tiga jenis larutan.
Jenis Sifat dan Pengamatan Lain Contoh Reaksi Ionisasi
Larutan Senyawa

Elektrolit terionisasi sempurna NaCl, HCl, NaCl → Na+ + Cl-


kuat menghantarkan arus listrik NaOH dan NaOH → Na+ + OH
lampu menyala terang terdapat H2SO4 H2SO4 → 2H+ +
gelembung gas KCl SO42-
KCl → K+ + Cl-
Elektrolit terionisasi sebagian CH3COOH, CH3COOH → H++
lemah menghantarkan arus listrik NH4OH CH3COO-
lampu menyala redup terdapat HCN dan HCN → H+ + CN-
gelembung gas Al(OH)3 Al(OH)3 → Al3+ +
3OH-
Non tidak terionisasi tidak C6H12O6, C6H12O6
elektrolit menghantarkan arus listrik C12H22O11 C12H22O11
lampu tidak menyala tidak CO(NH2)2 dan C2H5OH
terdapat gelembung gas C2H5OH

2.4 Penyebab Larutan Elektrolit dapat Menghantarkan Listrik

Gambar 2.1. Gambar hantaran listrik

Sebagai contoh larutan elektrolit adalah HCl. Larutan HCl di dalam

air mengurai menjadi kation (H+) dan anion (Cl-). Terjadinya hantaran listrik

pada larutan HCl disebabkan ion H+ menangkap elektron pada katoda dengan

membebaskan gas Hidrogen (H2). Sedangkan ion-ion Cl- melepaskan

elektron pada anoda dengan menghasilkan gas klorin (Cl2). Perhatikan

gambar di atas.

11
2.5 Kajian dari tiga Aspek keilmuan

2.5.1 Aspek Biologis

1. Buah dan Sayur

a. Jeruk

Jeruk adalah semua tumbuhan berbunga anggota marga Citrus dari

suku Rutaceae (suku jeruk-jerukan). Anggotanya berbentuk pohon dengan

buah yang berdaging dengan rasa masam yang segar, meskipun banyak di

antara anggotanya yang memiliki rasa manis. Komposisi buah jeruk terdiri

dari bermacam - macam, diantaranya air 70-92 % (tergantung kualitas

buah), gula, asam organik, asam amino, vitamin, zat warna, mineral dan

lain-lain. Rasa masam berasal dari kandungan asam sitrat yang memang

terkandung pada semua anggotanya. Kandungan asam sitrat banyak pada

waktu buah masih muda, tetapi setelah buah masak makin berkurang

(Pracaya, 2000).

b. Tomat

Tomat merupakan klasifikasi dari buah maupun sayuran, walaupun

struktur tomat adalah struktur buah. Tomat (Lycopersicum esculentum)

merupakan salah satu produk hortikultura yang berpotensi, menyehatkan

dan mempunyai prospek pasar yang cukup menjanjikan. Tomat, baik dalam

bentuk segar maupun olahan, memiliki komposisi zat gizi yang cukup

lengkap dan baik. Buah tomat terdiri dari 5-10% berat kering tanpa air dan 1

persen kulit dan biji. Jika buah tomat dikeringkan, sekitar 50% dari berat

keringnya terdiri dari gula-gula pereduksi (terutama glukosa dan fruktosa),

sisanya asam-asam organik, mineral, pigmen, vitamin dan lipid. Tomat

12
(Lycopersicum esculentum Mill) termasuk tanaman setahun (annual) yang

berarti umurnya hanya untuk satu kali periode panen. Tanaman ini

berbentuk perdu atau semak dengan panjang bisa mencapai 2 meter

(Wiryanta,2002).

c. Pisang

Jenis pisang yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya serap

pasar luas adalah dari jenis pisang buah dengan nama latin Musa

paradisiaca.L. Yang termasuk jenis ini antara lain adalah pisang ambon,

pisang susu, pisang raja, pisang cavendish, pisang barangan dan pisang mas

(Santoso, 1995).

Buah pisang sebagai produk utama dari pisang mempunyai aneka

kegunaan. Selain sebagai buah segar, buah pisang dapat pula dimanfaatkan

untuk aneka makanan olahan, seperti tepung pisang, sari buah pisang, sale

pisang, roti pisang, pisang rebus, pisang goreng, kolak pisang. Selain itu

buah pisang yang belum matang dapat dibuat keripik dan tepung yang

mahal harganya (Sunarjono, 1998).

2. Kelistrikan Buah dan Sayur

Baterai merupakan sel elektrokimia yang mengubah energi kimia yang

disimpan menjadi energi listrik (Jayashanta et al., 2012). Energi listrik dapat

dihasilkan dari buah-buahan khususnya buah yang mengandung banyak asam

sitrat (Kartawidjaja et al., 2008). Pada dasarnya suatu larutan asam dapat

menghantarkan elektron dan menghasilkan arus listrik yang dapat digunakan

sebagai bio-baterai.

13
Prinsip bio-baterai hanya melibatkan transportasi elektron antara dua

elektroda yang dipisahkan oleh medium konduktif (elektrolit) yang

memberikan kekuatan gerak elektro berupa potensial listrik dan arus. Pada

elektroda elektrolit, elektron mengalir dibawa oleh ion-ion dan kemudian

mengalami elektrolisis. Elektrolisis berarti perubahan kimia yang diproduksi

dengan melewati arus listrik melalui elektrolit. Aliran elektron dari katoda

melalui elektrolit keanoda. Katoda adalah elektroda negatif, seperti lempengan

tembaga, dan anoda adalah elektroda positif, seperti lempengan seng. Proses

ini menghasilkan listrik dengan cara yang sama sebagai baterai volta.

Lindstrom menyatakan bahwa pada buah dan sayuran yang mengandung asam

dapat dijadikan larutan elektrolit. Dalam penelitian Lindstrom menghasilkan

data tegangan sebagai berikut:

Tabel 2.3 data Tegangan listrik dari buah


Nama buah Tegangan rata-rata (volt)
Anggur 0,93
Jeruk 0,89
Lemon 0,92
Tomat 0,62

Menurut Amin dan Dey (tanpa tahun), ketika buah dan sayuran mulai

membusuk, terjadi proses fermentasi yang menghasilkan asam yang lebih yang

meningkatkan kekuatan elektrolit dalam buah dan sayuran. Sehingga, jus dari

buah dan sayuran yang tua atau busuk menjadi lebih reaktif dengan elektroda

dan menghasilkan tegangan yang lebih tinggi daripada jus buah atau sayur

yang segar. Dari hasil penelitian yang di dapatkan oleh Amin dan Dey,

disajikan dalam grafik dibawah ini:

14
Gambar 2.2 Lama Umur dibanding tegangan dari Buah dan Sayuran (Amin
dan Dey, tanpa tahun)

Dalam penelitian Marience (2006) terdapat hubungan konduktivitas

listrik, pH dengan lama hari penyimpanan wortel. Lama waktu penyimpanan

yang makin lama cenderung menyebabkan konduktivitas listriknya semakin

meningkat, hal ini dapat disebabkan karena sifat larutan yang semakin asam

tersebut. Pada suatu larutan apabila konsentrasi ion H+ meningkat berarti ion

OH-nya menurun, berarti bahwa ion H+ yang mudah bergerak di dalam larutan

tersebut, sehingga larutan bersifat asam dan konduktivitas listriknya

meningkat. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa konduktivitas

cenderung meningkat dengan lama penyimpanan. Hal tersebut dikarenakan

sifat larutan yang semakin asam. Konduktivitas listrik menunjukkan tingkat

kemampuan cairan dalam menghantarkan listrik yaitu yang berhubungan

dengan pergerakan ion didalam larutan, ion yang mudah bergerak mempunyai

daya hantar listrik yang besar. Konduktivitas listrik larutan dipengaruhi oleh

jumlah ion, mobilitas ion, tingkat oksidasi serta suhu. Pada suatu larutan

apabila konsentrasi ion H+ meningkat berarti ion OH-nya menurun, berarti

bahwa ion H+ yang mudah bergerak di dalam larutan tersebut, sehingga larutan

15
bersifat asam dan konduktivitas listriknya meningkat.Sebaliknya nilai pH sari

wortel semakin menurun jika disimpan semakin lama. Perubahan pH karena

lama penyimpanan menyebabkan kerusakan sari wortel yang ditandai dengan

rasa sari wortel yang semakin asam dan warnanya menjadi lebih kecoklatan.

Perubahan pH ini juga dapat disebabkan oleh adanya mikro organisme. Mikro

organisme yang dapat tumbuh pada kisaran pH sampel (pH 3 - 6) antara lain

khamir (dapat tumbuh pada pH rendah 2,5 –8,5) dan kapang (mempunyai pH

optimum 5– 7, tetapi masih dapat tumbuh pada pH 3 –8,5). Pengaruh

penambahan asam sitrat karena lamanya proses penyimpanan pada sari wortel

mengakibatkan pH sari wortel semakin menurun.

2.5.2 Aspek Kimia

1. Elektrokimia

Sel elektrokimia, dapat menghasilkan energi listrik dengan jalan

pelepasan elektron pada suatu elektroda (oksidasi) dan peneriman elektron

pada elektron lainnya (reduksi). Elektroda yang melepaskan elektron

dinamakan anoda sedangkan elektroda yang menerima elektron dinamakan

katoda. Jadi sebuah sel elektrokimia selalu terdiri dari dua bagian atau dua

elektroda, setengah reaksi oksidasi akan berlangsung pada anoda dan setengah

reaksi akan berlangsung pada katoda. Dengan kata lain pada sel elektroda

kimia, kedua setengah reaksi dipisahkan dengan maksud agar aliran listrik

(elektron) yang ditimbulkan dapat dipergunakan. Salah satu sebuah faktor yang

menunjukan sebuah sel adalah gaya gerak listrik (GGL) atau perbedaan

potensial listrik antara anoda dan katoda (Bird,1987).

16
a. Reaksi Reduksi – Oksidasi

Oksidasi ialah perubahan kimia dimana suatu atom atau kelompok

atom melepaskan elektron, dan reduksi ialah perubahan kimia dimana suatu

atom atau kelompok atom menerima elektron. Transformasi yang mengubah

atom netral menjadi ion positif berlangsung dengan melepaskan elektron

yang disebut dengan proses oksidasi. Demikian pula, transformasi unsur

netral menjadi anion harus diikuti oleh pertambahan elektron yang disebut

proses reduksi.

Oksidasi dan reduksi selalu berlangsung serentak, dan jumlah

elektron yang dilepaskan pada oksidasi harus sama dengan jumlah elektron

yang di dapatkan pada reduksi (Rosenberg,1996).

b. Elektroda-elekroda

Dalam Elektrokimia terdapat dua jenis elektroda yaitu:

1. Anoda

Pada sel galvanik, anoda adalah tempat terjadinya oksidasi, bermuatan

negative yang disebabkan oleh reaksi kimia yang spontan, elektron akan

dilepaskan pada fase ini.

2. Katoda

Katoda adalah elektroda-elektroda tempat terjadinya reduksi berbagai zat

kimia. Pada sel galvanik, katoda bermuatan positif bila dihubungkan

dengan anoda. Ion bermuatan positif mengalir ke elektroda ini untuk

reduksi oleh elektron-elektron yang datang dari anoda (Dogra,1990).

c. Jenis-jenis sel elektrokimia

17
Sel Elektrokimia terutama digunakan untuk menghasilkan energi

listrik yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Dibawah ini jenis-

jenis sel elektrokimia

1. Sel Kering Leclance

Wadah seng dan selubung luar berfungsi sebagai anoda. Ditengah-

tengah sel ditempatkan katoda karbon inert. Elektrolit yang berupa pasta

terdiri dari MnO2 ZnCl2 NH4Cl dan carbon black. Nilai GGL sel ini

adalah kurang lebih 1,5 volt. Sel lenclance dikenal sebagai sel primer

karena tidak dapat diisi kembali atau dengan kata lain reaksinya tidak

dapat dibalik.

2. Aki (Accu)

Aki merupakan salah satu contoh sel sekunder karena reaksi

reduksi yang berlangsung pada sel ini dapat dibalik dengan jalan

mengalirkan arus listrik. Aki terdiri dari sebuah elektroda timbal dan

sebuah elektroda PbO2 yang dicelupkan dalam larutan asam sulfat.

Kedua elektroda tadi mempunyai permukaan luas dan disusun berdekatan

satu dengan yang lain dengan menggunakan rangka yang kaku. Apabila

digunakan dalam waktu yang lama, maka kedua elektroda akan dilapisi

oleh lapisan PbSO4 dan air yang dihasilkan akan mengencerkan asam

sulfat yang terdapat dalam sel. Dengan demikian arus listrik dari luar

dengan arah yang berlawanan, reaksi yang terjadi akan merupakan

kebalikan dari reaksi. Asam sulfat akan terbentuk kembali dan PbSO4

akan membentuk Pb dan PbO2 lagi. Jadi dengan mengalirkan arus listrik

dari luar dengan arah yang berlawanan, sel akan dapat digunakan lagi.

18
2. Sell Galvani

Sel galvanik adalah sel dimana energi bebas dari reaksi kimia diubah

menjadi energi listrik, disebut juga sebagai sel elektrokimia (Dogra,1990). Sel

galvanik terdiri atas dua elektroda dan elektrolit. Elektroda merupakan

penghantar listrik yang terdiri dari anoda dan katoda. Anoda adalah elektroda

dimana terjadi reaksi oksidasi sedangkan katoda adalah elektroda dimana

terjadi reaksi reduksi (Hiskia,1992).

Reaksi oksidasi-reduksi dapat membangkitkan listrik jika bahan

pengoksidasi dan pereduksi tidak sama dalam larutan air. Susunan demikian

untuk pembangkitkan arus listrik. Reaksi oksidasi-reduksi terjadi apabila

memiliki syarat sebagai berikut :

a. Bahan pengoksidasi dan bahan reduksi tidak berada dalam kontak fisik satu

sama lain,tetapi terdapat pada jarak yang terpisah, yang disebut setengah sel.

Masing-masing setengah sel berisi larutan dan sebuah penghantar dari

logam (elektroda).

b. Bahan pereduksi dan bahan pengoksidasi di dalam setengah sel itu mungkin

elektroda sendiri atau zat terlarut dalam larutan di mana elektroda itu

berada.

c. Larutan kedua setengah sel dihubungkan sedemikian rupa sehingga ion-ion

dapat bergerak diantara keduanya. Potensial yang terbentuk antara kedua

elektroda itu menyebabkan arus listrik mengalir jika kedua elektroda itu

dihubungkan satu sama lain dengan suatu rangkaian luar (Rosenberg,1996).

Sirkuit listrik dalam sel terdiri atas dua bagian, yaitu sirkuit luar

(dimana elektron mengalir melalui penghantar logam) dan sirkuit dalam

19
(dimana ion mengangkut muatan listrik melalui elektrolit). Dalam cara kerja

sel galvanik sebagai berikut :

a. Pada anoda terjadi oksidasi dan elektron bergerak menuju elektroda

b. Elektron mengalir melalui sirkuit luar menuju ke katoda

c. Elektron berpindah dari katoda ke zat dalam elektrolit, zat yang menerima

elektron mengalami reduksi.

d. Dalam sirkuit dalam, muatan diangkut oleh kation ke katoda dan oleh anion

ke anoda (Hiskia, 1992).

Gambar

2.3 Arah elektron dan ion dalam sel galvani (Hiskia, 1992)

3. Baterai

Baterai adalah suatu alat electrochemical yang dapat merubah energi

kimia menjadi energi listrik melalui reaksi kimia kelistrikan. Baterai

menyimpan tenaga kimia (bukan elektrik), dan dapat mengadakan reaksi antar

bahan-bahan kimia di dalamnya dengan cara sedemikian hingga menimbulkan

aliran elektron (Wasito,2001). Baterai berbeda dengan aki, dalam baterai hanya

dapat dipakai sekali saja, artinya sesudah baterai itu lemah, harus dibuang dan

diganti yang baru. Sedangkan aki yang sudah lemah dapat diisi lagi atau

disegarkan kembali. Oleh karena itu baterai disebut sel primer dan aki disebut

20
sel sekunder (Soedojo, 1998). Adapun Jenis - Jenis Baterai yaitu sebagai

berikut:

a. Baterai Primer

Baterai primer digunakan dalam aplikasi kehidupan sehari-hari, seperti

televisi, kamera, radio, jam dan sebagainya. Contoh beberapa baterai

primer, adalah :

1) Sel Alkaline

Sel alkalin memiliki waktu hidup yang lama dibandingkan dengan sel

kering karbon-seng. Selama penyimpanan cairannya tidak bocor karena

kalengnya tersegel dan banyak dipakai untuk kemampuan berdaya tinggi.

2) Sel Merkuri

Sel merkuri sering digunakan dalam aplikasi beberapa tegangan karena

memiliki tegangan output yang stabil (biasanya 1,5 volt per sel) selama

waktu hidupnya. Volume kecil namun kapasitasnya paling besar. Bisa

disimpan 1-2 tahun (untuk ukuran kecil) dan 2-3 tahun (untuk ukuran

besar).

3) Sel Seng-Klorida

Keutamaan dari sel seng-Klorida adalah kapasitas arus yang tinggi

4) Sel Lithium

Karena waktu hidupnya yang lama, litium sel digunakan pada jam

tangan, kamera, kalkulator, komputer dan peralatan sejenisnya. Meskipun

mahal, waktu hidupnya yang panjang dan massa energinya membuat

baterai ini praktis.

21
5) Sel Solar

Biasanya digunakan pada kendaraan bermotor. Sel solar memliki

tegangan sekitar 0,25 volt per sel dan tingkat arus yang sangat kecil

(Meade,1994).

b. Sel Sekunder

1) Sel Penyimpanan Timbal

Sel penyimpanan timbal umumnya dipakai sebagai baterai mobil yang

disebut aki. Memiliki energi potensial 2 volt.

2) Sel nikel-cadmium

Sel ini disebut juga nicad mempunyai cadmium (Cd) sebagai anod dan

NiO2 sebagai katoda dalam larutan alkali basa. Sel ini lebih tahan lama

dari sel penympanan timbal dan bentuknya mirip dengan sel kering dan

mudah dibawa, tetapi potensialnya kecil sekitar 1,2 volt (Syukri,1999).

4. Logam

Logam adalah unsur dengan energi ionisasi dan elektronegativitas yang

rendah. Logam sangat mudah kehilangan elektron, akibatnya apabila bereaksi

dengan unsur nonlogam akan berbentuk ion positif (kation) dan dalam proses

ini ia akan teroksidasi. Sehingga logam berperan sebagai zat pereduksi

(Brady,1998).

Potensial suatu elektroda hanya dapat dinyatakan terhadap potensial

elektrode pasangannya. Untuk membandingkan besar potensial elektroda dari

berbagai-bagai logam perlu dipilih suatu bahan tertentu terhadap mana

potensial elektroda setiap logam akan dinyatakan. Untuk ini dipilihlah H2

selaku elektroda standart. Hasil pengukuran potensial elektroda berbagai logam

22
terhadap H2 misalnya 0,34 V untuk Cu, -0,76 V untuk Zn, -1,55 V untuk Mg,

1,36 V untuk Au, 0,8 untuk Ag, -0,12 V untuk Pb dan seterusnya. Dari harga-

harga tersebut terlihatlah bahwa potensial elektroda Cu terhadap Zn pada

baterai adalah 0,34 V – (-0,76) = 1,1 V (Soedojo,1998).

Apabila elektroda seng dan elektroda tembaga dihubungkan,

maka electron mengalir dari seng ke tembaga. Reaksi yang terjadi adalah

Oksidasi pada elektroda seng.

Zn (s) Zn2+ (aq) + 2e

Reduksi pada elektroda tembaga

Cu2+ (aq) + 2e Cu (s)

Jumlah kedua setengah reaksi di atas adalah

Zn (s) + Cu2+ (aq) Zn2+ (aq) + Cu (s)

Apabila keduanya dihubungkan dengan alat pengukur voltase dan tidak

ada arus yang keluar dari sel maka terdapat perbedaan potensial 1,10 V.

Potensial ini disebut Daya Gerak Listrik (DGL). Perbedaan potensial dalam

suatu sel merupakan ukuran perbedaan kedua elektroda untuk “mendorong”

elektron ke sirkuit luar. Ini adalah “tekanan” listrik dalam menggerakkan

elektron dari suatu elektroda ke elektroda lain (Hiskia, 1992).

5. Derajat Keasaman (pH)

Asam sebagai suatu senyawa yang apabila dilarutkan dalam air akan

membebaskan ion hidrogen (H+). Bronsted dan Lowry mendefinisikan asam

sebagai senyawa yang dapat memberikan proton pada spesies lain. Lewis

mendefinisikan suatu asam sebagai senyawa yang dapat menerima sepasang

elektron. Berdasarkan definisi Lewis tentang asam, jelas bahwa terdapat

23
keasaman antara asam dengan pengoksidasi. Kedua-duanya cenderung untuk

menarik elektron. Dinamakan elektrofilik atau elekron attracting agent. Asam

akan menerima pasangan elektron dari basa membentuk ikatan kovalen,

sedangkan pengoksidasi menerima elektron (Bird,1987).

Pada dasarnya skala/tingkat keasaman suatu larutan bergantung pada

konsentrasi ion H+ dalam larutan. Makin besar konsentrasi ion H+ makin asam

larutan tersebut. Umumnya konsentrasi ion H+ sangat kecil, sehingga untuk

menyederhanakan penulisan, seorang kimiawan dari Denmark bernama

Sorrensen mengusulkan konsep pH untuk menyatakan konsentrasi ion H+.

Nilai pH sama dengan negatif logaritma konsentrasi ion H+dan secara

matematika diungkapkan dengan dengan pH. Selain itu, pH yang merupakan

konsentrasi ion hidronium dalam larutan ditunjukkan dengan skala secara

matematis dengan nomor 0 sampai 14. Skala pH merupakan suatu cara yang

tepat untuk menggambarkan konsentrasi ion-ion hidrogen dalam larutan yang

bersifat asam, dan konsentrasi ion-ion hidroksida dalam larutan basa.

Gambar 2.4 Skala pH dari 0 sampai 14(Sugiarto,2004)


Skala ini terbagi menjadi tiga daerah untuk beberapa larutan dengan pH

yang berbeda. Bila larutan mempunyai pH tepat sama dengan 7, larutan

tersebut dikatakan netral. Bila tidak, mungkin bersifat asam atau basa

(Sugiarto,2004).

24
2.5.3 ASPEK FISIKA

1. Energi

Energi adalah sesuatu yang bersifat abstrak yang sukar dibuktikan tapi

dapat dirasakan adanya. Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja.

Energi bersifat kekal. Energi dapat berubah dari suatu bentuk energi ke bentuk

energi yang lain. Perubahan bentuk energi ini disebut transformasi energi

(Sutrisno, 1997).

Energi merupakan kuantitas yang mendasar, suatu konsep lain

merupakan apa yang disebut daya, yang merupakan kecepatan energi itu per

satuan waktu, atau dalam rumus

𝐸
𝑃=
𝑡

dimana E merupakan energi (joule, J), t satuan waktu (detik, s), dan P adalah

daya (watt, W). Dengan demikian dapat dilihat dari rumus diatas, bahwa 1

watt = 1 joule per detik. Sebaliknya dapat ditulis pula rumus

E = Pxt

Sebagai hasil energi dari daya yang dipakai dalam suatu waktu (Kadir,1995).

2. Kelistrikan

Kelistrikan merupakan sesuatu yang biasa digunakan sehari-hari.

Kata”listrik” berasal dari kata Yunani yaitu elektron (Tipler,1996). Dalam

kelistrikan kita sering mendengar beberapa kata yang berhubungan dengan

listrik, yakni konduktivitas listrik, daya listrik, arus listrik, beda potensial dan

25
beberapa alat yang digunakan dalam mengukur besar dari listrik tersebut

seperti ampermeter, voltmeter dan ohmmeter.

a. Konduktivitas Listrik

Daya hantar listrik suatu larutan bergantung pada jenis dan

konsentrasi ion di dalam larutan. Ion yang mudah bergerak mempunyai daya

hantar listrik besar. Daya hantar listrik menunjukkan kemampuan fluida

untuk menghantarkan listrik. Konduktivitas larutan sangat bergantung pada

konsentrasi ion dan suhu air. Semakin besar nilai daya hantar listrik berarti

kemampuan dalam menghantarkan listrik semakin kuat (Saeni, 1989).

b. Daya Listrik

Daya merupakan energi yang diperlukan tiap satuan waktu. Apabila

suatu muatan lewat melalui hambatan, maka terjadi proses penurunan

potensial. Jika selisih potensial kedua ujung resistor adalah V, maka jumlah

energi yang hilang adalah :

P = VI

Hilangnya energi dalam resistor adalah sebagai akibat tumbukan

yang beulang kali antara muatan yang mengalir dan atom-atom dari resistor.

Akibatnya, atom mungkin bergetar disekitar posisi keseimbangannya.

Peristiwa ini menyebabkan hilangnya energi dalam resistor dan berganti

wujud panas (Tobing, 1996).

P = V I = (IR) I = I2 R

c. Besaran-besaran Daya Listrik

1. Arus Listrik

26
Apabila muatan listrik dalam keadaan bergerak, disebut arus

listrik mengalir. Kuat arus didefinisikan sebagai kuantitas muatan melalui

penampang penghantar setiap detik.

∆𝑄
𝐼=
∆𝑡

Dalam satuan SI, kuat arus I diukur dalam satuan ampere,

disingkat A. George Simon Ohm (1789-1854) mengemukakan adanya

hubungan antara kuat arus yang mengalir dalam penghantar dengan

selisih potensial kedua ujung penghantar itu, yang dinyatakan sebagai:

𝑉
𝑅=
𝐼

Dengan R merupakan hambatan penghantar, dalam SI, satuannya diukur

dalam ohm, dilambangkan dengan Ω. Satu ohm hambatan sama dengan

satu volt per satu ampere (Tobing,1996).

2. Beda Potensial Listrik

Dalam arus listrik yang mengalir di suatu penghantar, ada dua hal

yang perlu diketahui. Pertama, ada selisih potensial yang menyebabkan

muatan dibawa melalui penghantar. Kedua, muatan yang lewat melalui

penghantar harus kontinu dan kembali ke titik awal ketika muatan itu

mulai bergerak sehingga melalui penghantar dan seterusnya. Diantara

keduanya selisih potensial-lah yang membuat muatan bergerak

(Tobing,1996). Muatan bergerak dari satu titik ke titik lain melakukan

suatu usaha (Wab). Jika Wab adalah usaha yang dikerjakan oleh sebuah

partikel bermuatan Q dari titik a ke titik b, maka perbedaan potensial

listrik antara titik a dan b, Vab, didefinisikan sebagai

27
𝑊
𝑉𝑎𝑏 = = 𝑉𝑎 − 𝑉𝑏
𝐴

dengan Vab adalah beda potensial listrik antara titik a dan titik b

(Faissler,1991).

Karena potensial listrik adalah energi potensial elektrostatik per-satuan

muatan, satuan SI untuk potensial dan beda potensial adalah joule per

coulomb volt (V)

1V = 1 J/C

Karena diukur dalam volt, beda potensial disebut voltage atau tegangan

(Tipler,1996).

d. Metode Pengukuran Daya Listrik

Untuk mengukur arus, tegangan dan nilai tahanan digunakan alat

yang dinamakan multimeter, didalam multimeter terdapat tiga jenis meter

yang digabungkan menjadi satu, yakni ohmmeter, voltmeter dan

amperemeter.

1. Ohmmeter

Ohmmeter adalah alat untuk mengukur tahanan, yang diberi tanda ohm

(Ω). Tahanan yang diukur adalah sama dengan angka yang ditunjuk oleh

jarum dikalikan batascapai.

2. Voltmeter

Voltmeter adalah alat untuk mengukur tegangan listrik yang dipasang

secara pararel pada elemen yang hendak di ukur.

3. Amperemeter

28
Amperemeter adalah alat untuk mengukur kuat arus listrik suatu

rangkaian listrik yang dipasang secara seri pada elemen yang diukur

(Daryanto, 2000).

29
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Labolatorium Kimia, IKIP Mataram.

Waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai dari tanggal 05 sampai 07

Desember 2017.

3.2 Alat dan Bahan


Alat Bahan
1. Kabel 1. Gunting
2. Baterai 2. Solder
3. Transpormator 3. Multimeter
4. Alas kayu 4. Batang karbon dari baterai bekas
5. Bola lampu 5. Buah dan sayuran
6. Saklar 6. Garam dapur
7. Gelas kimia 7. Air gula
8. Penjepit buaya 8. Air
9. Diode 9. Air accu
10. Batang karbon dari 10. Larutan Perasan jeruk
baterai bekas 11. Larutan belimbing uluh
12. Larutan Tomat
3.3 Langkah Kerja Pembuatan alat

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Merangkai alat dan bahan sesuai pada gambar yang telah dibuat

3. Setelah rangkaian sudah terpasang kemudian dilanjutkan dengan tahap

penentuan jenis larutan

4. Menempatkan posisi gelas larutan sesuai dengan tempat yang telah

ditentukan

30
5. Memasang saklar sebagai penghubung dan pemutus hambatan

3.4 Uji Coba Alat

Uji coba alat ini menggunakan perbandingan kategori elektrolit dan

non elektrolit berdasarkan teori dan hasil alat.

Tabel 3.1. Larutan Buah


No Jenis Larutan Tegangan IN Tegangan Arus Listrik PH Larutan
pada Lampu
1 Jeruk
2 Belimbing
3 Tomat

Tabel 3.2. Larutan Kimia


No Jenis Larutan Konsentrasi Tegangan Tegangan Arus PH
larutan IN pada Lampu litrik
1 Garam Dapur 25 %
45 %
75 %
2 Air Accu
3 Air
4 Air gula 25 %
45 %
75 %

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu

berupa hasil tegangan listik, arus listri, dan PH yang diperoleh dari masing-

masing jenis larutan sehingga dapat dikategorikan sebagai larutan elektrolit

dan non elektrolit

31
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Cara Penggunaan Alat

Bedasarkan cara penggunaan alat uji larutan elektrolit yang kami buat

dapat ditentukan cara penggunaanyang tepat adalah sebagai berikut:

1. Pastikan kondisi alat terpasang dengan rapi dan sesuai pada rangkaian

dibawah ini.

Gambar 4.1 Rangakian alat uji elektrolit dan non elektrolit

2. Setelah alat sudah siap digunakan maka siapkan larutan yang akan di uji

3. Setelah pengujian maka lakukanlah pengukuran tegangan listrik dari

rangkaian (input dan output pada lampu)

4. Ukurlah arus litrik dengan cara memanikan saklar (Off) emidian ukurlah

arus pada titik sebelak kiri di samping saklar dan titik sebelah kanan pada

lampu

5. Amati dan catat hasilnya

32
4.2 Hasil

Berdasarkan hasil uji coba alat tersebut diperoleh hasil bahwa alat

tersbut dapat digunakan di berbagai tempat, karena alat ini sangat sederhana

dan proses kerjanya efektif. berikut adalah hasil uji coba tegangan, arus

listrik, dan PH sehingga dapat diketahu kategori larutan.

Tabel 4.1. Hasil uji tegangan pada larutan buah


No Jenis Larutan Tegangan Tegangan Arus PH Kategorti
IN pada Lampu Listrik
1 Jeruk 5,54 V 0,75 V 0,14 A 3 Elektrolit
2 Belimbing 5,54 V 0,67 V 0,12 A 4 Elektrolit
3 Tomat 5,54 V 0,03 V 0,02 A 5 Elektrolit Lemah

Tabel 4.2. Hasil uji tegangan pada larutan Kimia


No Jenis Larutan Konsentrasi Tegangan Tegangan Arus PH
larutan IN pada Lampu litrik
1 Garam Dapur 25 % 4,9 V 0,8 V 0,13 A 6
45 % 4,9 V 0,8 V 0,13 A 6
75 % 4,9 V 0,89 V 0,13 A 8
2 Air Accu 4,9 V 1,01 V 0,13 A 1
3 Air 4,9 V 0A 0A 6
4 Air gula 25 % 4,9 V 0V 0A 6
45 % 4,9 V 0,02 V 0A 6
75 % 4,9 V 0,03 V 0A 7

4.3 Pembahasan

Larutan elektrolit merupakan larutan yang dibentuk dari zat elektrolit.

Sedangkan zat elektrolit itu sendiri merupakan zat-zat yang di dalam air

terurai membentuk ion-ionnya. Zat elektrolit yang terurai sempurna di dalam

air disebut elektrolit kuat dan larutan yang dibentuknya disebut larutan

elektrolit kuat. Zat elektrolit yang hanya terurai sebagian membentuk ion-

33
ionnya di dalam air disebut elektrolit lemah dan larutan yang dibentuknya

disebut larutan elektrolit lemah.

Laruta elektrolit kuat adalah larutan yang banyak menghasilkan ion –

ion karena terurai sempurna, maka harga derajat ionisasi (ά ) = 1. Banyak

sedikit elektrolit menjadi ion dinyatakan dengan derajat ionisasi ( ά ) yaitu

perbandingan jumlah zat yang menjadi ion dengan jumlah zat yang di

hantarkan. Yang tergolong elektrolit kuat adalah:

1. Asam – asam kuat

2. Basa – basa kuat

3. Garam – garam yang mudah larut

Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang daya hantar listriknya

lemah dengan harga derajat ionisasi sebesar 0 < ά > 1. Larutan elektrolit

lemah mengandung zat yang hanya sebagian kecil menjadi ion – ion ketika

larut dalam air. Yang tergolong elektrolit lemah adalah:

1. Asam – asam lemah

2. Garam – garam yang sukar larut

3. Basa – basa lemah

Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan

arus listrik karena zat terlarutnya di dalam pelarut tidak dapat menghasilkan

ion – ion ( tidak mengion ). Yang tergolong jenis larutan ini adalah larutan

urea, larutan sukrosa, larutan glukosa, alcohol dan lain – lain.

Kekuatan Elektrolit

Kekuatan suatu elektrolit ditandai dengan suatu besaran yang disebut

derajat ionisasi (α)

34
Keterangan :

Elektrolit kuat memiliki harga α = 1, sebab semua zat yang dilarutkan terurai

menjadi ion. (Elektrolit kuat : α = 1(terionisasi sempurna)

Elektrolit lemah memiliki harga α<1, sebab hanya sebagian yang terurai

menjadi ion. Elektrolit lemah : 0 < α < 1 (terionisasi sebagian)

Adapun non elektrolit memiliki harga α = 0, sebab tidak ada yang terurai

menjadi ion. Non Elektrolit : α = 0 (tidak terionisasi)

Reaksi Ionisasi Elektrolit Kuat

Larutan yang dapat memberikan lampu terang, gelembung gasnya

banyak, maka laurtan ini merupakan elektrolit kuat. Umumnya elektrolit kuat

adalah larutan garam. Dalam proses ionisasinya, elektrolit kuat menghasilkan

banyak ion maka α = 1 (terurai seluruhnya), pada persamaan reaksi ionisasi

elektrolit kuat ditandai dengan anak panah satu arah ke kanan. Perlu diketahui

pula elektrolit kuat ada beberapa dari asam dan basa.

Zat terlarut dan pelarut bercampur secara homogen membentuk

larutan. Larutan elektrolit memiliki sifat dapat menghantarkan arus listrik.

Sifat hantar listrik dapat diuji menggunakan seperangkat alat penguji

elektrolit yang kami buat seperti gambar dibawah ini.

Gambar 4.2 Alat Uji Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit (Karya
Kelompok1)

35
Pada alat ini daya hantar listrik larutan dipengaruhi oleh ion-ion dari

senyawa yang terbentuk jika dilarutkan dalam air. Peristiwa tersebut

dinamakan ionisasi. Larutan elektrolit kuat terjadi karena zat terlarut mampu

terionisasi sempurna dalam air, sedangkan larutan elektrolit lemah terjadi

karena zat terlarut hanya sedikit terionisasi. Derajat ionisasi digunakan untuk

mengetahui kuat atau lemahnya suatu larutan elektrolit. Larutan dari senyawa

ionik merupakan elektrolit kuat.

Berdasarkan data pada tabel 4.1 dan 4.2 hasil uji alat ini bahwa larutan

yang bersifat elektrolit dapat di aliri oleh arus listrik, tegangan listrik dan

lampu dapat menyala, sedangkan larutan non elektrolit tidak dapat

menghantarkan arus listrik, tegangan listrik dan lampu tidak menyala.

Hasil uji pada Tabel 4.1. (uji tegangan pada larutan buah)

menunjukkan bahwa larutan tersebut tidak semuanya termasuk dalam larutan

elektrolit akan tetapi ada juga larutan non elektrolit. Dari semua jenis larutan

buah yang digunakan, tegangan output terbesar berada pada larutan jeruk

yakni 0,75V, arus listrik sebesar 0,14A dengan PH 3 dan lampu dapat

menyala shingga termasuk ke dalam larutan elektrolit. Begitu juga pada

larutan belimbing yakni tegangan outputnya sebesar 0,67V, Arus listrik

sebesar 0,12 A dengan PH 4 dan lampu dapat menyala sehingga termasuk

dalam larutan elektrolit, dan larutan yang terakhir yakni larutan tomat yang

menghasilkan tegangan outputnya yakni 0,03V, arus listrik sebesar 0,02A

dengan PH 5 dan lampu tidak menyala sehingga termasuk dalam larutan

elektrolit Lemah.

36
Hasil uji pada Tabel 4.2. (uji tegangan pada larutan Kimia)

menunjukkan bahwa larutan tersebut tidak semuanya termasuk dalam larutan

elektrolit akan tetapi ada juga larutan non elektrolit. Semua jenis larutan

katika di uji menggunakan tegangan masukan rata-rata 4,9 V dari input alat

dengan jumlah masing-masing larutan100mL. Larutan yang pertama di uji

yakni larutan garam dapur dengan konsentrasi 25% menghasilkan tegangan

output yakni 0,8V, arus listrik 0,13 A dengan PH 4 dan lampu menyala,

kemudian dilanjutkan dengan larutan garam konsentrasi 45% yang

menghasilkan tegangan output yakni 0,8V, arus listrik 0,13A dengan PH 5

dan lampu menyala, kemudian larutan garam dengan konsentrasi 75% yang

menghasilkan tegangan output yakni 0,89V, arus 0,13 A dengan PH 5 dan

lampu menyala.

Larutan yang kedua menngunakan air accu (langsung dari toko) yang

menghasilkan tegangan output yakni 1,01V, arus 0,13 A dengan PH larutan 0

dan lampu menyala, kemudian larutan yang ketiga menggunakan air biasa

tegangan output yakni 0V dengan arus 0A dengan PH 4 dan lampu tidak

menyala, kemudian dilanjutkan pengujian larutan yang keempat

menggunakan air gula dengan tiga konsentrasi. Konsentrasi yang pertama

yakni 25% dengan tegangan output 0V, arus 0A dengan PH 6 dan lampu

tidak menyala, kemudian dilanjutkan dengan konsentrasi 45% dengan

tegangan output yakni 0,02V, arus 0A dengan PH 6 dan lampu tidak menyala,

kemudian yang terakhir yakni konsentrasi 75% dengan tegangan output

yakni 0,03V, arus 0A dengan PH 6 dan lampu tidak menyala.

37
Berdarakan hasil uji PH, dapat diasumsikan bahwa PH larutan tidak

dapat menentukan bahwa larutan tersebut elektrolit ataupun non elektrolit

tergantung dari PH, akan tetapi yang berpengaruh adalah jumlah ion H+

sebagai penghantar listrik.

Larutan yang dapat menghantarkan arus listrik itu dikarenakan bahwa

senyawa yang dilarutkan akan terionisasi sehingga menjadi ion positif

(kation) dan negatif (anion) yang bergerak bebas. Selanjutnya kation akan

menuju elektroda negatif (katoda) dan anion akan menuju elektroda positif

(anoda) sehingga terjadi aliran elektron yang menghantarkan listrik.

38
BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil uji alat pada berbagai jenis larutan elektrolit dan

non elektrolit, dapat disimpulkan bahwa alat uji larutan ini dapat digunakan

sebagai alat untuk praktikum larutan elektrolit, non elektrolit, uji hambatan

larutan, tegangan yang belum dan telah melewati larutan, arus listrik yang

mengalir dan kategoori Larutan elektolit dan non elektrolit juga dipengaruhi

oleh PH larutan.

5.2 Saran

Jika dilakukan suatu penelitian dikemudian hari menggunakan alat uji

larutan elektolit, yang harus diperhatikan yakni tegangan input dan tegangan

output pada lampu. Alat ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga perlu

dilakukan inovasi yang lebih bagus lagi. Semoga alat dan hasil uji alat

menggunakan berbagai jenis larutan ini dapat digunakan sebagai refrensi

dalam proses pembelajaran di kelas untuk peserta didik.

39
DAFTAR PUSTAKA

Abdalla, S., Al-Ghamdi, A.S., dan Al-Marzouki, F. (Tanpa Tahun). Electric


Batteries from Food . Saudi Arabia: Universitas King Abdulaziz.

Amin, M.N., dan Dey, P.D.(Tanpa Tahun). Electrochemical Analysis of Fruit and
Vegetable Freshness. California : Universitas Nasional.

Bird, T. 1987. Kimia Fisik Untuk Universitas. Jakarta : Gramedia.

Brady, J.E. 1998. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta : Binarupa Aksara.

Dalyono. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Daryanto. 2000. Pengetahuan Teknik Elektronika. Jakarta : Bumi Aksara.

Direktorat Pembinaan SMA. 2011. Pedoman Pembuatan Alat Peraga Kimia


Sederhana untuk SMA. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Dogra, S.K. 1990. Kimia Fisik dan Soal-Soal. Jakarta : Universitas Indonesia.

Faissler, W. 1991. Modern Electronics. Canada : John Wiley &Sons Inc.

Hiskia, A. 1992. Elektrokimia dan Kinetika Ilmiah. Bandung : PT Citra Aditya


Bakti.

Hiskia, A. 1996. Kimia Lanjutan. Bandung : Citra Aditya Bakti.

Jayashantha, N., Jayasuriya, K.D., dan Wijesundera, R.P. 2012. Biodegradable


Plantain Pith for Galvanic Cells. Srilangka. Proceedings of the Technical
Sessions(28) :92-99.

Kartawidjaja, M., Abdurrocman, A., dan Rumeksa, E. 2008. Pencarian Parameter


Bio-Baterai Asam Sitrat (C6H8O7).Prosiding Seminar Nasional Sains dan
Teknologi-II : 105-115.

Lestari, R.E. 2006. Karakteristik Fisik dan pH Selai Raja. Skripsi. Bogor : Institut
Pertanian Bogor

Linden, D.,Reddy, T. 2002. Handbook Of Battery 3rd Edition.New


York:McGraw-Hill Inc.

Marince, R. 2006. Karakteriktik Fisik dan pH Sari Wortel. Skripsi. Bogor :


Institut Pertanian Bogor.

Meade, R. 1994. Foudation Of Electronics . US America : Delmar Publisher, Inc.

Pracaya. 2002. Jeruk Manis. Jakarta : Penebar Swadaya

Pramono, S.S. 2004. Studi Mengenai Komposisi Sampah Perkotaan di Negara-


negara Berkembang. Jakarta : Universitas Gunadarma.
Pudjanarsa,A., dan Nursuhud, D. 2008. Mesin Konversi Energi. Yogyakarta :
Andi Press

Purnomo, H. 2010. Pengaruh Keasaman Buah Jeruk Terhadap Konduktivitas


Listrik.ORBITH6(2) :276-281.

Rieger, P. 1994. Electrochemical. US America : Chapman &Hall, Inc.

Romdhoni. (2011). Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit. Tanggal diakses: 29


November 2014.

Rosenberg, J. 1996. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga.

Rusyan, A. Tabrani. 1989. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar.


Bandung: Remadja Karya.

Saeni, M.S.1989. Kimia Lingkungan .Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Sears,F.W., dan Zemansky, M.W. 1999. Fisika Untuk Universitas 1. Jakarta :


Trimitra Mandiri.

Slameto. 2010. Belajar & Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka


Cipta.

Soedojo,P .1998. Azas-Azas Ilmu Fisika Jilid 2 Listrik-Magnet. Yogyakarta :


Universitas Gajah Mada

Sudjana, Nana, Ibrahim. 2009. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung:


Sinar Baru Algesindo.

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya.

Sugiarto, B. 2004. Ikatan Kimia. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Sunarjono, 1998. Prospek Berkebun Buah. Jakarta : Gramedia.

Suryabrata, Sumadi. 2007. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

Sutrisno, 1997. Fisika Dasar Meanika. Bandung : Institut Teknologi Badung

Suyuty, A. Tanpa Tahun. Studi Eksperimen Konfigurasi Komponen Sel


Elektrolisis untuk Memaksimalkan pH larutan dan Gas Hasil Elektrolisis.
Surabaya : Institut Teknologi Surabaya

Syukri, S. 1999 . Kimia Dasar 3. Bandung : ITB.

Tipler, P. 1996. Fisika. Jakarta : Erlangga.

Tobing, D.L. 1996. Fisika Dasar 1. Jakarta : Gramedia.

Uno, Hamzah B. 2008. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.


Wasito, S. 2001. Vademekum Elektronika. Jakarta : Gramedia.

Wiryanta, B. 2002. Bertanam tomat. Jakarta : Agromedia Pustaka.

Yusuf, Farida. 2008. Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untuk Program
Pendidikan dan Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
LAMPIRAN

Tahap perancangan alat

Uji Lrutan buah Jeruk

Uji Lrutan buah belimbing uluh

Uji Lrutan Tomat

Uji Larutan Garam Dapur


Uji Larutan Air Accu

Uji Larutan Air

Uji Larutan Air Gula

Anda mungkin juga menyukai