Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Etena atau etilena adalah senyawa alkena paling sederhana yang terdiri dari
dua atom karbon dan empat atom hidrogen yang terhubung oleh suatu ikatan rangkap,
karena ikatan rangkap ini etena disebut pula hidrokarbon tak jenuh (Wade, 2006).

Etilen merupakan hormon tumbuhan yang diproduksi dari metabolisme


normal dalam tanaman. Etilen berperan dalam pematangan buah dan kerontokan
daun. Etilen disebut juga ethene (Winarno dan Agustina, 2007). Senyawa etilen pada
tumbuhan ditemukan dalam fase gas, sehingga disebut juga gas etilen. Gas etilen
tidak berwarna dan mudah menguap (Yatim, 2007).

Sejak zaman dahulu etilen dimanfaatkan dengan cara-cara yang aneh oleh
masyarakat kuno di beberapa negara, antara lain masyarakat Mesir kuno melukai
batang pohon ara atau pohon tin, yaitu dengan maksud dapat mempercepat proses
pematangan buahnya, karena diyakini luka di bagian tubuh tanaman dapat
merangsang peningkatan produksi etilen (hormon pertumbuhan). Kemudian
masyarakat Cina kuno membakar dupa di dekat pohon pear, di dalam ruang tertutup
untuk mempercepat pematangan buahnya, lalu pada tahun 1864 di Eropa, di yakini
juga bahwa gas yang berasal dari lampu gas di pinggir-pinggir jalan, dapat
menyebabkan pembesaran pada batang pohon secara abnormal.

Senyawa etilen, yang bertanggung jawab tehadap perkembangan tanaman,


baru ditemukan secara resmi pada tahun 1901, oleh ilmuwan Rusia yang bernama
Dimitriy Neljubow. Kemudian pada tahun 1917, penelitian yang dilakukan Sarah
Doubt, menemukan bahwa etilen mempercepat terjadinya pengguguran daun. Tahun
1934 Gane melakukan penelitian yang menyimpulkan bahwa senyawa ini dapat di
sintesis oleh tanaman sendiri, dan pada tahun 1935 penelitian yang di lakukan
Crocker menemukan bahwa etilen merupakan hormon yang di miliki oleh tanaman,
yang bertanggung jawab atas pematangan buah dan penuaan jaringan tanaman.

Penggunaan etilen dalam industri kimia dengan produk hasil akhir yang
sangat beragam, meliputi: plastik dan berbagai macam kemasan, isolasi kabel,
kemasan industri dan pertanian, kain tenun dan berbagai macam penutup, pipa,
saluran dan berbagai macam bahan bangunan, drum, guci, kontainer, botol dan rak-
rak untuk menahan botol, bahan antibeku, dan pelarut.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang diangkat yaitu :
1. Apa pengertian senyawa etilena?
2. Bagaimana struktur etilena?
3. Bagaimana reaksi-reaksi yang terjadi pada senyawa etilena?
4. Apa saja manfaat senyawa etilena?
5. Bagaimana mekanisme pada pembungkus oksidator etilen?

1.3 Tujuan
Tujuan makalah ini yaitu :
1. Mengetahui apa itu senyawa etilena.
2. Mengetahui struktur etilena.
3. Mengetahui reaksi yang terjadi pada senyawa etilena,
4. Mengeahui apa manfaat senyawa etilena.
5. Mengetahui mekanisme pada pembungkus oksidator etilen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Senyawa Etilena


Etilen merupakan hormon tumbuhan yang diproduksi dari hasil metabolisme
normal dalam tanaman. Etilen berperan dalam pematangan buah dan kerontokan
daun. Etilen disebut juga ethene (Winarno, 2007). Senyawa etilen pada tumbuhan
ditemukan dalam fase gas, sehingga disebut juga gas etilen. Gas etilen tidak berwarna
dan mudah menguap (Yatim, 2007).

Etilen adalah yang paling sederhana dari senyawa organik yang dikenal
sebagai alkena, yang mengandung ikatan ganda karbon-karbon. Etilen adalah gas
tidak berwarna, yang mudah terbakar memiliki rasa manis dan bau. Senyawa etilen
pada tumbuhan ditemukan dalam fase gas, sehingga disebut juga gas etilen. Sumber
alami dari etilen mencakup gas alam dan minyak bumi juga merupakan hormon alami
pada tanaman, di mana ia menghambat pertumbuhan dan mendorong gugurnya daun,
dan buah-buahan, di mana ia mendorong pematangan. Etilen merupakan bahan kimia
organik industri yang penting. Etilen dihasilkan oleh pemanasan baik gas alam,
terutama komponen etana dan propana, atau minyak bumi sampai 800-900°C (1,470-
1,650°F), memberikan campuran gas etilen yang telah dipisahkan. Titik leleh etilen
adalah -169,4°C [-272,9°F], dan titik didihnya adalah -103,9 °C [-155,0°F].

Hormon Gas Etilen adalah hormon yang berupa gas yang dalam kehidupan
tanaman aktif dalam proses pematangan buah. Aplikasi mengandung ethephon, maka
kinerja sintetis etilen berjalan optimal sehingga tujuan agar buah cepat masak bisa
tercapai. Gas Etilen banyak ditemukan pada buah yang sudah tua (Vitriyatul, 2012).
Gas etilen adalah suatu senyawa volatil yang dikeluarkan oleh buah-buahan
dan sayuran segar. Jumlah gas etilen yang dikeluarkan bervariasi menurut jenis buah
dan sayuran segar yang dihasilkan. Buah apel dikenal sebagai buah yang banyak
menghasilkan gas etilen. Menurut Griffin dan Sacharow dalam Simbolon (1991),
secara umum gas etilen akan mempercepat proses pematangan dan pemasakan,
kerusakan fisik dan fisiologis.

Etilen adalah hormon tanaman alami yang penting pengaruhnya terhadap


pelayuan dan pemasakan dari buah klimakterik (Utama, 2006). Menurut Kader 1992,
buah klimakterik yaitu buah yang menunjukkan kenaikan produksi karbondioksida
dan etilen yang besar saat penuaan. Contoh buah klimakterik yaitu apel, alpukat,
pisang, mangga, dan tomat. Selama proses pematangan, buah klimakterik
menghasilkan lebih banyak etilen endogen daripada buah nonklimakterik. Menurut
Hadiwiyoto (1981), etilen endogen adalah gas etilen yag dihasilkan oleh buah yang
telah matang dengan sendirinya yang dapat memicu pematangan buah lain di
sekitarnya.

2.2 Struktur Senyawa Etilena


Etena atau etilen adalah senyawa alkena paling sederhana yang terdiri dari
empat atom hidrogen dan dua atom karbon yang terhubungkan oleh suatu ikatan
rangkap., karena ikatan rangkap ini, etena disebut pula hidrokarbon tak jenuh. Etena
memiliki rumus kimia C2H4.

Gambar 2.2.1 Struktur Etilena


2.3 Reaksi Pada Senyawa Etilena
Etilena adalah monomer yang dapat dipolimerisasi menjadi polietilena.

Gambar 2.3.1 Monomer etilena mengalami reaksi adisi membentuk polietilena

Polimerisasi adisi adalah reaksi pembentukan polimer akibat adanya


penggabungan monomer-monomer yang berikatan rangkap membentuk rantai
molekul yang panjang. Reaksi ini dapat terjadi dengan bantuan katalisator.
Katalisator akan membuka ikatan rangkap pada monomer-monomer pembentuk
sehingga monomer-monomer tersebut dapat berikatan satu sama lain membentuk
polimer.

Pembentukan polimer terjadi melalui penggabungan monomer-monomer


secara terus menerus membentuk molekul yang panjang. Pertumbuhan rantai polimer
diawali dengan pembentukan dimer (gabungan dua monomer), trimer (tiga
monomer), tetramer (empat monomer), dan seterusnya sampai terbentuk polimer
yang panjang.

Polimerisasi adisi (penambahan) dapat disebut juga sebagai polimerisasi


pertumbuhan rantai. Pada umumnya, yang terjadi monomer awal (starting merial)
adalah alkena dan turunannya. Polimerisasi diawali dengan pembentukan radikal
bebas (dengan bantuan katalis) yang mengawali reaksi rantai.
Polimerisasi adisi radikal bebas pada pembentukan polietilena sebagai
contoh,dari monomer etena berlangsung melalui tiga tahap, yaitu tahap inisiasi
(pengawalan), propagasi (pertumbuhan rantai) dan terminasi (pengakhiran).

1. Inisiasi Rantai
Tahap ini diawali dengan pembentukan homolitik molekul diasil peroksida
(RCOO-OOCR) menghasilkan radikal bebas yang dinyatakan sebagai (R•).
radikal bebas inilah yang mengawali reaksi rantai.

Reaksi selanjutnya bereaksi dengan molekul etena membentuk radikal baru


(radikal monomer).

2. Propagasi (perpanjangan rantai/chain propagation)


Radikal monomer yang terbentuk pada tahap inisiasi sangat besar karena
kekurangan satu electron, sehingga dapat menyerang molekul etena yang lain
menghasilkan radikal baru berikutnya dengan rantai yang lebih panjang.

Melalui tahap yang berulang, rantai karbon dari radikal mengalami


pertumbuhan (perpanjanga) rantai.
3. Terminasi Rantai
Radikal-radikal bereaksi untuk membentuk molekul stabil. Reaksi berhenti
sampai tahap ini.

2.4 Manfaat Senyawa Etilena


Gas etilena adalah fitohormon yang disekresikan oleh tumbuhan sebagai
faktor kimiawi penunjang aktivitas fisiologis tanaman. Etilen disebut hormon karena
dapat memenuhi persyaratan sebagai hormon yang dihasilkan oleh tanaman, bersifat
mobile dalam jaringan tanaman, dan merupakan senyawa organik (Winarno dan
Aman, 1979).

Etilen dapat mempercepat pematangan buah. Perubahan tingkat keasaman


dalam jaringan juga akan mempengaruhi aktivitas beberapa enzim diantaranya adalah
enzim-enzim pektinase yang mampu mengkatalis degradasi protopektin yang tidak
larut menjadi substansi pektin yang larut. Perubahan komposisi substansi pektin ini
akan mempengaruhi kekerasan buah-buahan (Kays, 1991).

Gas etilen memiliki beberapa fungsi yaitu, mendorong pematangan,


memberikan pengaruh yang berlawanan dengan beberapa pengaruh dari hormon
auksin, mendorong atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan akar, daun,
batang dan bunga, dan merupakan meristem apikal tunas ujung, daun muda, dan
embrio dalam biji. Pembentukan ethilen dipengaruhi oleh beberapa faktor, pertama
kerusakan mekanis, adanya kerusakan pada jaringan tanaman menyebabkan
peningkatan pembentukan ethilen. Produksi etilen juga dipengaruhi oleh faktor suhu
dan oksigen. Suhu rendah maupun suhu tinggi dapat menekan produk etilen. Pada
kadar oksigen di bawah 2 % tidak terbentuk ethilen, karena oksigen sangat
diperlukan. Oleh karena itu suhu rendah dan oksigen rendah digunakan dalam praktek
penyimpanan buah-buahan, karena akan dapat memperpanjang daya simpan dari
buah-buahan tersebut (Kamarani, 1986).

Proses pematangan pada buah terjadi dalam dua proses yaitu :

1. Etilen mempengaruhi permeabilitas membran sehingga daya permebilitas menjadi


lebih besar.
2. Etilen merangsang sintesis protein yang menyebabkan kandungan protein
meningkat.

Protein yang terbentuk akan terlihat dalam proses pematangan buah karena
akan meningkatkan enzim yang mendorong terjadinya respirasi klimaterik (Wereing
dan Phillips, 1970).

Pematangan buah-buahan biasanya juga dipercepat dengan menggunakan


karbit atau kalsium karbida. Karbit yang terkena uap air akan menghasilkan gas
asetilen yang memiliki struktur kimia mirip dengan etilen alami, zat yang membuat
proses pematangan di kulit buah. Proses fermentasi berlangsung serentak sehingga
terjadi pematangan merata.

Proses pembentukan ethilen dari karbit adalah:

CaC2 + 2H2O → C2H2 + Ca(OH)2

Dengan penambahan karbit pada pematangan buah menyebabkan konsentrasi


etilen menjadi meningkat. Hal tersebut menyebabkan kecepatan pematangan buah
pun bertambah. Semakin besar konsentrasi gas ethilen semakin cepat pula proses
stimulasi respirasi pada buah. Hal ini disebabkan karena etilen dapat meningkatkan
kegiatan-kegiatan enzim karatalase, peroksidase, dan amilase dalam buah. Selain itu
juga, etilen dapat menghilangkan zat-zat serupa protein yang menghambat pemasakan
buah. Respirasi merupakan proses pemecahan komponen organik (zat hidrat arang,
lemak dan protein) menjadi produk yang lebih sederhana dan energi. Aktivitas ini
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan energi sel agar tetap hidup (Muzzarelli, 1985).

2.5 Mekanisme Penghambatan Etilena Oleh Oksidator KMnO4


Di dalam buah terdapat zat kimia yang disebut etilen, zat alami tersebut yang
berperan dalam proses pematangan buah (Widyatun, 2012). Pada jurnal “Efektivitas
Bahan Pembungkus Oksidator Etilen Untuk Memperpanjang Masa Simpan Pisang
Raja Bulu”, tujuannya untuk mengetahui bahan dan metode yang digunakan yang
paling efektif dalam menghambat gas etilen. Hasil yang didapatkan yaitu:

a. Pembuatan Bahan Penyerap Etilen. Sebanyak 1 kg pasta tanah liat


dicampurkan dengan larutan KMnO4 (75 g/100 mL). Salah satu alternatif yang
diusulkan adalah penundaan kematangan buah dengan menggunakan larutan
KMnO4 yang dicampur dengan tanah liat. Selain itu pendinginan dan kedap udara
juga merupakan upaya untuk memperlambat laju reaksi produksi etilen dari buah.
Namun teknik tersebut masih bersifat tradisional dan manual tanpa dapat
mengimbangi dinamika laju etilen buah.
Oleh karena itu, kadang masih menghasilkan buah yang busuk atau bahkan
masih mentah ketika sampai ke konsumen. KMnO4 atau kalium permanganat
merupakan senyawa yang memiliki oksigen dan juga memiliki valuasi yang
berfungsi sebagai pengikat unsur disampingnya dan merupakan salah satu
fungsionalnya yang bisa berperan memecah masalah sesuatu contohnya pada
pemecahan etilen, yang berperan dimana dengan ikatan valuasinya bisa
memutuskan ikatan tersebut sehingga menghasilkan perubahan. KMnO4 dapat
digunakan untuk menghambat pematangan buah, karena bersifat oksidator kuat,
karena daya oksidatornya kuat maka KMnO4 dapat mengoksidasi etilen. Seperti
diketahui etilen adalah hormon yang merangsang atau mempercepat terjadinya
pematangan buah. Etilen yang teroksidasi kehilangan kemampuan untuk
mempercepat pematangan buah. KMnO4 dapat menghambat kematangan dengan
cara megoksidasi ikatan rangkap etilen yang dihasilkan oleh buah dan
merubahnya menjadi bentuk etilen glikol dan mangandioksida (MnO2), oleh
karena itu buah menjadi terhambat proses kematangannya sehingga buah dapat
disimpan lebih lama. KMnO4 yang bereaksi dengan etilen akan menghasilkan gas
CO2 yang berlebih.
Adanya konsentrasi CO2 yang berlebih pada penyimpanan dapat menghambat
percepatan atau kecepatan proses pematangan buah karean CO2 berkompetisi
dengan etilen. KMnO4 dapat menghambat kerja etilen dan merupakan penyerap
etilen yang berlebih serta efektif. Daya penghambat KMnO4 terhadap kerja etilen
juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin rendah suhunya, jika dikombinasikan
dengan KMnO4 akan memberikan hasil efektif terhadap penghambatan buah yang
akan matang karena pada suhu rendah enzim penggiat metabolisme juga tidak
aktif (Suyatma, 2007).
Reaksi KMnO4 dengan etilen sebagai berikut :
C2H4 + KMnO4 + H2O → C2H4(OH)2 + MnO2 + KOH
Secara umum walaupun konsentrasi etilen dapat menghambat namun produksi
etilen tidak dapat dihentikan seluruhnya. Hal ini desebabkan adanya etilen
endigencus dari buah itu sendiri, sehingga dengan adanya penambahan penyerap
etilen pun, produksi etilen akan tetap ada.
Selanjutnya hasil pencampuran bahan tersebut kemudian dikeringkan lalu
dihancurkan sehingga berbentuk serbuk. Serbuk bahan tersebut kemudian
dibungkus dengan menggunakan kertas tissue yang berukuran ± 5x5 cm.
b. Persiapan buah. Penyisiran dilakukan terhadap tandan pisang yang memiliki
tingkat ketuaan yang hampir sama. Satu sisir pisang yang buahnya mempunyai
kulit yang mulus tanpa luka serta dengan ukuran yang relative seragam.
Kemudian pisang dibersihkan dan direndam dalam larutan desinfektan 5%.
c. Pembungkusan. Kemasan yang digunakan berupa kotak kardus berukuran
45x25x10 cm dan plastic polietilen (PE) transparan. Pembungkusan dilakukan
dengan memasukkan pisang yang telah dibersihkan ke dalam plastic transparan
beserta oksidator etilen dan silica gel. Plastik pisang terdiri dari 2x setengah sisir
pisang. Setelah itu, pisang yang telah di bungkus di masukkan ke dalam kardus
beserta kertas Koran. Kemudian kardus ditutup dengan menggunakan lakban.
Penyimpanan dilakukan diatas meja pada suhu ruangan dengan kisaran suhu 27-
30°C.
Hasil penelitian dengan perlakuan okidator etilen dapat memperpanjang umur
simpan dan layak dikonsumsi hingga 26 hari di bandingkan dengan tanpa
oksidator etilen yaitu 22 hari. Perlakuan oksidator etilen dengan bahan
pembungkus kertas tissue lebih efektif untuk memperpanjang umur simpan
hingga 27 hari.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Etena atau etilena adalah senyawa alkena paling sederhana yang terdiri dari
empat atom hidrogen dan dua atom karbon yang terhubungkan oleh suatu ikatan
rangkap, karena ikatan rangkap ini etena disebut pula hidrokarbon tak jenuh.
Senyawa etilen pada tumbuhan ditemukan dalam fase gas, sehingga disebut juga gas
etilen.
Etilena adalah monomer yang dapat dipolimerisasi. Monomer etilena
mengalami reaksi adisi membentuk polietilena.
Pemanfaatan gas etilen digunakan oleh petani salah satunya untuk membantu
dalam proses pematangan buah. Gas etilen ini bisa dihambat menggunakan
pembungkus oksidator etilen dengan (larutan KMnO4 dan tanah liat dan dibungkus
dengan kertas tissue). Setelah itu, pisang yang telah di bungkus di masukkan ke
dalam kardus beserta kertas koran dan di simpan pada kisaran suhu kamar 27-30°C.
Hasil akhir penelitian di dapatkan bahwa dalam perlakuan okidator etilen
dapat memperpanjang umur simpan dan layak dikonsumsi hingga 26 hari di
bandingkan dengan tanpa oksidator etilen yaitu 22 hari.
DAFTAR PUSTAKA

1. Diah, widyatun, S.ST. 2012. Karbit Dan Cara Kerjanya Amankah Untuk.
http://jurnalbidandiah.blogspot.co.id/2012/11/Karbit-Dan-Cara-Kerjanya
Amankah-Untuk.html/ diakses pada 22 Februari 2018
2. Hadiwiyoto dan Soehardi. 1981. Penanganan Lepas Panen 1. Departemen
pendidikan dan kebudayaan direktorat pendidikan menengah kejuruan
3. Kader, A. A. 1992. Postharvest biology and technology. p. 15-20 In A. A. Kader
(Ed.). Postharvest Technology of Horticulture Crops. Agriculture and Natural
Resources Publication, Univ. of California. Barkeley.
4. Kamarani. 1986. Fisiologi Pasca Panen. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
5. Kays, S. J. 1991. Postharvest Physiology of Perishable Plant Products. New
York: An AVI Book.
6. Muzzarelli, R.A.A., Rochetti, R. 1985. Journal of Carbohydrate Polymers. 5,
461–72.
7. Priyono Wahid. 2016. Pemanfaatan Gas Etilen Oleh Petani.
http://guruilmuan.blogspot.co.id/2016/09/Pemanfaatan-Gas-Etilen-Oleh
Petani.html
8. Sacharow S, Griffin RC. 1980. Principles of Food Packaging. We Port:
Connecticut AVI Publishing Co. Inc.
9. Suyatma, EN. 2007. Mechanical and Barrier Properties of Biodegradable Made
From Chitosan Poly (latic acid) Blends. J. Polymer and The Environmen. Vol
2, No.1.
10. Utama, I Made Supartha. 2006. Peranan Teknologi Pascapanen Untuk Fresh
Produce Retailing. Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana. Bali.
11. Vitriyatul, Vita. 2012. Makalah Etilen dan ABA.
http://blog.ub.ac.id/fitafitriya/2012/12/11/makalah-etilen-dan-aba/diakses
pada 22 Februari 2018
12. Wade, L.G. (Sixth Ed., 2006). Organic Chemistry. Pearson Prentice Hall.
hlm.279.ISBN 1-4058-5345-X
13. Winarno FG, Agustinah W. 2007. Pengantar Bioteknologi. Ed.rev. Bogor:Mbrio
Press
14. Winarno, F. G. dan Aman M. 1979. Fisiologi Lepas Panen. Bogor: Sastra
Hudaya.
15. Wereing, D.F and I. D.J. Phillips. 1970. The Control of Growth and
Differentation in Plants. Pergamon Press, New York.
16. Yatim W. 2007. Kamus Biologi. Jakarta: Obor.

Anda mungkin juga menyukai