Anda di halaman 1dari 21

TUGAS TELAAH KURIKULUM DAN BUKU TEKS

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

KELOMPOK 4

Fazrurrahman Katili

Ervista Kau

Noor Azizah Safitry

Sri Sumanti Tohopi


NO KONSEP URAIAN SUMBER KONSEP YG SULIT KETERANGAN/
DIMENGERTI KESIMPULAN
1. Sifat koligatif
larutan
Ilustrasi tentang 1. Mengamati proses terjadinya air 1. A. Haris Yang sulit dimengerti terdapat Dari keempat buku
sifat koligatif mendidih Watoni (Yrama pada ilustrasi pengawetan ikan memiliki model-
larutan Widya) yang dilakukan dengan proses model penjelasan yang
penggaraman. berbeda, akan tetapi
2. Mengamati proses pembuatan es 2. Erfan satu tujuan dalam
puter Priyambodo, memperjelas sub
Anis Dyah materi.
Rufaida, Annik
Qurniawati, Namun didapatkan
Lenni Margiyani bahwa penjelasan dari
(Intan Pariwara) setiap sub-sub materi
yang mudah dipahami
3. Proses penggaraman pada ikan untuk 3. Anis Dyah terdapat pada sumber
memperpanjang daya simpan ikan Rufaidah, Erna buku dari Erfan
(pengawet) Tri Wulandari, Priyambodo, Anis
Annik Dyah Rufaida, Annik
Qurniawati, Qurniawati, Lenni
Indah Fatoni Margiyani (Intan
(Intan Pariwara) Pariwara).

4. Tidak ada penjelasan 4. Yayan Buku tersebut


Sunarya (Yrama menjelaskan secara
Widya) rinci dan mendetail
dari sub materi, dilihat
dari pembahasan
pengertian, penurunan
rumus dan keterangan
rumus. Buku ini
memiliki kelebihan
dimana langsung
disertai contoh dan
soal pada setiap sub
materi.
1. macam macam
konsentrasi
a. Konsentrasi  Molaritas (M) menyatakan banyaknya  Haris Watoni  Tidak ada keterangan rumus.
molar mol zat terlarut yang terkandung (Yrama
dalam 1 liter larutan. Molaritas disebut Widya)
juga sebagai konsentrasi molar atau
kemolaran larutan. Jadi,
 Erfan
𝑛𝑡
M= Priyambodo,
𝐿 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
Anis Dyah
Rufaida,
Untuk larutan dengan massa jenis= x Annik
g/mL dan persen massa (%m/m)= y, Qurniawati,
maka molaritasnya dapat dihitung Lenni
dengan menggunakan rumus : Margiyani
10. 𝑥𝑦
(Intan
M= 𝑀𝑚 Pariwara)

Molaritas larutan dinyatakan dengan Anis Dyah


satuan molar, M, atau mol/L. Rufaidah,
Erna Tri
 Molaritas (M) menyatakan Wulandari,
jumlah mol zat terlarut dalam satu liter Annik
larutan. Molaritas dapat ditentukan Qurniawati,
berdasarkan rumus berikut : Indah Fatoni
(Intan
Pariwara)
𝑚𝑜𝑙 𝑚𝑚𝑜𝑙
M =𝑉(𝐿) = 𝑉(𝑚𝐿)
 Yashito
Takeuchi
Atau (Iwanami
Shoten,
Publishers,
Tokyo)
1.000
M =𝑚𝑜𝑙 𝑥 𝑉(𝑚𝐿)

Atau
𝑔 1.000
M = 𝑚𝑟 x𝑉(𝑚𝐿)

Keterangan :
M = Molaritas (M)
V = Volume larutan (L)
g = Massa zat terlarut (g)
Mr = Massa molekul relatif zat terlarut
(g/mol)

Konsentrasi Molar atau Molaritas


(M) menyatakan banyak mol zat
terlarut dalam setiap liter larutan
(mol L-1). Konsentrasi ini
mempunyai satuan molar (M).
Molaritas dirumuskan :
𝑚 1.000
M= x
𝑀𝑟 𝑉
Keterangan :
m = massa zat terlarut (gram)
Mr = Massa molekul relatif zat terlarut
(g/mol)
V = Volume pelarut (mL)

 Molaritas (konsentrasi molar ) (mol  Rumus molaritas tidak


dm-3) = (mol zat terlarut)/ (liter dijelaskan secara rinci dan
larutan) mendetail.

b. Konsentrasi  Molalitas (m) menyatakan banyaknya  Haris Watoni  Rumus molalitas tidak
Molal mol zat terlarut yang terkandung (Yrama disertai fungsinya.
dalam 1 kilogram pelarut. Molalitas Widya)
disebut juga sebagai konsentrasi molal
atau kemolalan larutan. Jadi,
 Erfan
𝑛𝑡
m = 𝐾𝑔 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 Priyambodo,
Anis Dyah
Rufaida,
Satuan molalitas adalah mol/g atau Annik
molal Qurniawati,
Lenni
 Molalitas (m) menyatakan jumlah mol Margiyani
zat terlarut per kilogram (kg) pelarut. (Intan
Rumus molalitas berdasarkan rumus Pariwara)
berikut :
Anis Dyah
𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
m = 1000 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 Rufaidah,
Erna Tri
Wulandari,
Atau Annik
1.000 Qurniawati,
m =𝑚𝑜𝑙 𝑥 𝑝 Indah Fatoni
(Intan
Atau Pariwara)
𝑔 1.000
m = 𝑚𝑟 x 𝑝  Yashito
Takeuchi
(Iwanami
Shoten,
Atau Publishers,
Tokyo)
𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 (𝑚𝑜𝑙)
m=
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 (𝑘𝑔)

Keterangan:
m = molalitas (m)
p = massa pelarut (g)
g = massa zat terlarut (g)
Mr = massa molekul relatif zat terlarut
(g/mol)

Konsentrasi molal atau kemolalan


(m) menyatakan banyaknya mol zat
terlarut dalam 1000 gram (1 kg
pelarut). Kemolaran dirumuskan
sebagai berikut :
𝑔 1.000
m = 𝑚𝑟 x 𝑝

Keterangan :
m = massa zat terlarut (gram)
Mr = massa molekul relatif zat terlarut
(g/mol)
p = massa pelarut (gram)

 Molalitas (mol kg-1) = (mol zat  Rumus molalitas tidak


terlarut) / (kg pelarut) dijelaskan secara rinci dan
mendetail.

c. Fraksi mol  Fraksi mol dilambangkan dengan X,  Haris Watoni


menyatakan jumlah mol salah satu (Yrama
komponen per jumlah mol total Widya)
larutan. Dengan menggunakan n
sebagai lambang jumlah nol, maka:
 Erfan
𝑛 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛
Priyambodo,
X= 𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 Anis Dyah
Rufaida,
Annik
Qurniawati,
Karena larutan merupakan campuran Lenni
antara komponen zat terlarut dengan Margiyani
komponen pelarut, maka ada dua (Intan
fraksi mol yang dapat dihitung, yaitu Pariwara)
fraksi mol zat terlarut (Xt) dan fraksi
mol pelarut (Xp). Sesuai denan Anis Dyah
definisi fraksi mol di atas, jika terlarut Rufaidah,
dilambangkan dengan t dan pelarut Erna Tri
dilambangkan dengan p, maka: Wulandari,
Annik
Qurniawati,
Indah Fatoni
𝑛𝑡 𝑛𝑝 (Intan
X= Xp= 𝑛 Pariwara)
𝑛𝑝+ 𝑛𝑡 𝑝+ 𝑛𝑡
dan
 Yashito
Takeuchi
X1 + Xp =1 (Iwanami
Shoten,
karena fraksi mol menyatakan Publishers,
perbandingan mol, maka fraksi mol Tokyo)
tidak memiliki satuan. Hasil
penjumlahan kedua fraksi mol ini
adalah 1.

 Fraksi Mol (X), merupakan


perbandingan antara banyaknya mol
komponen tersebut dengan total mol
semua komponen yang ada.
Misalnya, suatu campuran terdiri
atas komponen zat terlarut dan zat
pelarut. Fraksi mol setiap komponen
tersebut secara matematis dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Fraksi mol zat terlarut=
𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
Xt = 𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡+𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡

Fraksi mol zat pelarut=


𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
Xt = 𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡+𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
Dengan demikian, jumlah fraksi mol
total adalah satu.
X1 + Xp =1

Fraksi Mol (X), menyatakan


perbandingan banyak mol zat
tersebut terhadap jumlah mol seluruh
komponen dalam larutan.
Rumusnya,
Fraksi mol zat terlarut:
𝑛𝐴
(XA) = 𝑛𝐴+𝑛𝐵

Dan fraksi mol zat pelarut:


𝑛𝐵
(XB) = 𝑛𝐴+𝑛𝐵

nA = mol zat pelarut


nB = mol zat pelarut

 Tidak dijelaskan
2. sifat koligatif
larutan:
a. penurunan  Sifat koligatif idak berganung pada  Haris Watoni
tekanan uap jenis zat terlarut, tetapi hanya (Yrama
bergantung pada jumlah partikel Widya)
yang terbentuk dalam larutan.
Penurunan tekanan uap jenuh (∆𝑃),
tekanan uap disebut sebagai tekanan  Erfan
uap jenuh pelarut Po. Priyambodo,
Anis Dyah
𝑃𝑑𝑖𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 < 𝑃𝑑𝑖𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑚𝑢𝑟𝑛𝑖 Rufaida,
Annik
Qurniawati,
Atau Lenni
𝑃𝑙𝑎𝑟 < 𝑃𝑜 Margiyani
(Intan
Pariwara)
Jadi, penurunan tekanan uap jenuh
dilambangkan sebagai (∆𝑃), Anis Dyah
Rufaidah,
∆𝑃= Po - Plar Erna Tri
Wulandari,
Annik
Qurniawati,
 Penurunan tekanan uap jenuh Indah Fatoni
(∆𝑃), penurunan tekanan uap (Intan
tergantung pada konsentrasi zat Pariwara)
terlarut sukar menguap yang
ditambahkan. Semakin besar  Yashito
konsentrasi za terlarut sukar Takeuchi
menguap yang ditambahkan, (Iwanami
semakin besar pula penurunan Shoten,
tekanan uap yang teramati. Selisih Publishers,
antara tekanan uap pelarut murni Tokyo)
dengan tekanan uap larutan disebut
penurunan tekanan uap (∆𝑃).
Besarnya ∆P ditentukan dengan
rumus:
∆𝑃= Po - P
Tekanan uap larutan (P)
dirumuskan sebagai berikut:

𝑃= Xp – Po

Keterangan :
∆𝑃= penurunan tekanan uap (cmHg)
Po = tekanan uap pelarut murni (cmHg)
P= tekanan uap larutan (cmHg)
Xp= fraksi mol pelarut

Penurunan tekanan uap jenuh (∆𝑃),


semakin banyak zat terlarut dalam
zat larutan, semakin sedikit bagian
pelarutnya. Sehingga, tekanan uap
juga semakin rendah. Tekanan uap
jenuh larutan dirumuskan sebagai
berikut:
𝑃= XA – Po

Keterangan:
P= tekanan uap jenuh larutan (cmHg)
XA= fraksi mol zat terlarut
Po= tekanan uap jenuh pelarut (cmHg)
Dengan demikian, penurunan tekanan
uap laruan dirumuskan:
∆𝑃= Po - P

Keterangan:
∆𝑃= penurunan tekanan uap jenuh
(cmHg)
Po = tekanan uap jenuh pelarut murni
(cmHg)
P= tekanan uap jenuh larutan (cmHg)

 Penurunan tekanan uap jenuh (∆𝑃),


Tekanan uap cairan adalah salah satu
sifat penting larutan. Tekanan uap
larutan juga penting dan bermanfaat
untuk mengidentifikasi larutan.
Dalam hal system biner, bila
komponennnya mirip ukuran
molekul dan kepolarannya.
Misalnya, benzene dan toulen,
tekanan uap larutan dapat diprediksi
dari tekanan uap komponennya. Hal
ini karena sifat tekanan uap yang
aditif. Bila larutan komponen A dan
komponen B dengan fraksi mol
masing-masing adalah XA dan XB.
Berada dalam kesetimbangan
dengan fasa gasnya tekanan uap
masing-masing komponen
sebanding dengan fraksi molnya
dalam larutan. Tekanan uap
komponen A, PA diungkapkan
sebagai:
PA= PAo XA

PAo adalah tekaan uap cairan A murni


pada suhu yang sama.

b. tekanan  Tekanan Osmosis (𝛱) ,  Tidak ada rumus osmosis.


osmosis Jika hanya pelarut-pelarut molekul
air yang dapat menembus
membrane, proses yang terjadi
disebut osmosis dan membrane yang
digunakan untuk proses ini disebut
membrane osmotik. Tekanan balik
(dorong) yang diperlukan untuk
menahan osmosis hingga osmosis
tepat berhenti disebut sebagai
tekanan osmotic, dilambangkan
dengan (𝛱). Osmosis balik (reverse
osmosis) akan terjadi jika tekanan
balik diperbesar hingga melebihi
tekanan osmotic.

 Tekanan Osmotik (𝛱),


Proses perpindahan partikel pelarut
dari larutan yang lebih encer ke
larutan yang lebih pekat atau dari
pelarut murni sesuatu larutan disebut
osmosis. Pristiwa osmosis
mengakibatkan naiknya permukaan
larutan pekat sehingga tekanan
membesar dan pada gilirannya akan
memperlambat laju osmotic.
Hubungan antara tekanan osmotic
dengan konsentrasi larutan diperoleh
dari persamaan gas ideal yang
dikemukakan oleh Van’t Hoff :

P.V = n.R.T

Dengan mengganti tekanan luar (P)


dengan tekanan osmotic (𝛱)
𝛱 . V = n.R.T

Keterangan:
𝛱= tekanan osmotik (atm)
V= volume pelarut yang berisi 1 mol zat
terlarut (L)
n= jumlah mol zat terlarut (mol)
R= tetapan gas (0,082 L atm/mol K)
T = temperature absolut (K)

Persamaan diatas dapat disusun dalam


bentuk lain yang menghubungkan
tekanan osmotic dam molaritas :

𝛱 = M.R.T

𝑛
Π = 𝑣 R T atau
𝛱 = M.R.T
Π = tekanan osmoik
V = volume larutan (L)
n = jumlah mol za terlarut
M = molaaritas (M)
R = tetapan gas ( 0,082 Latm/mol.k)
T = suhu mutlak (K)

 Tekanan osmosis
Membrane berpori yang dapa dilalui
tetatpi za terlarut tidak dapat
melaluinya disebut dengan
membrane semi permebel. Bila dua
jenis larutan dipisahkan dengan
membrane semipermeabel, pelaru
akan bergerak dari sisi konsentrasi
rendah kekonsentrasi tinggi melalui
membrane. Fenomena ini disebu
dengan osmosis
Hubungan antara konsentrasi dan
tekanan osmosis diberikan oleh
hokum van’t Hoff’ Π V = nRT
Π adalh tekanan osmosis
V adalah volume
T adalah temperature absolute
N adalah jumlah zat (mol)
R adalah gas
Sebagaimana dalam kasus
persamaan gas, dimungkinkan
menentukan massa molekur zat
terlarut dari hubungan ini
c. kenaikan titik  Suatu zat cair akan mendidih jika  Tidak ada penurunan
didih tekanan uapnya sama dengan rumus dari kenaikan titik
tekanan atmosfir. Suhu pada saat zat didih.
cair mulai mendidih disebut itik
didih ( boilig point ) titik didih
normal adalah suhu pada saa tekanan
uap zat cair sama dengan tekanan
udara luar sebesar 1 atm.Air
memiliki itik didih 100 C pada suhu
ini molekul – molekul air berada
dalam kesetimbangn cair-gas.

 Kenaikan titik didih (∆Tb) adanya


zat terlarut yang sukar menguap atau
nonvolatil didalam pelarut
mengakibatkan tekanan uap larutan
turun dan titik didih larutan lebih
tinggi dari pada titik didih
pelarutnya. Dengan demikian,
besarnya kenaikan titik didih secara
umum dirumuskan sebagai berikut :
∆Tb = m x Kb

Atau
𝑔 1.000
∆Tb = 𝑀𝑟 x 𝑝
x Kb

Keterangan :
∆Tb = kenaikan titik didih larutan (°C)
g = massa zat terlarut (g)
Mr = massa molekul relative zat terlarut
(g/mol)
p = massa pelarut (g)
Kb = tetapan kenaikan titik didih molal
(°C/m)
m = molalitas (m)

 Kenaikan titik didih (∆Tb) zat


terlarut dalam larutan menghalani
gerakkan molekul-molekul pelarut
sehingga sukar lepas dari fase cair
menjadi fase gas. Kenaikkan titik
didih tergantung pada kemolalan
larutan. Semakin tinggi kemolalan,
zat terlarut semakin banyak sehingga
titik didih semakin meningkat.
∆Tb = m . Kb

∆Tb = Tb larutan – Tb pelarut

Keterangan :
Tb pelarut (Tb° )= titik beku pelarut (°C)
Tb larut = titik didih larutan (°C)
∆Tb = kenaikan titik didih larutan (°C)
m = molalitas (m)
Kb = tetapan kenaikan titik didih molal
(°C/m)

 Kenaikan titik didih


Titik didih normal larutan, yakni saat
suhu saat fasa gas pelarut mencapai 1
atm.harus lebih tinggi dari pada titik
didih pelarut,phenomena ini disebut
denagn kenaikan titik didih.
Perbedaan titik didih larutan dan
pelaru dissebut dengan kenaikan itik
didih, ∆tb . untuk larutan
encer,kenaikan titik didih sebanding
dengan massa konsentrasi molal za
terlarut B.
∆tb = Kb mB

Tetapan kesetimbangan kb khas


untuk setiap pelarut dan disebut
dengan kenaikan titik didih molal

d. penurunan titik  Penurunan titik beku  Tidak ada keterangan


beku Adapun titik beku (freeing poin) rumus, dan tidak
adalah suhu pada saat tekanan uap zat dijelaskan secara
cair sama dengan tekanan uap zat mendetail hasil penurunan
padat. Air memiliki itik beku 0 C rumus (titik beku).
pada suhu ini molekul molekul air
berada pada kesetimbangan cair –
padat
Tf < Tf 0

Tf >Tf0

 Penurunan titik beku (∆Tf )


Keberadaan partikel partikel zat
terlarut menghalangi proses
pengaturan molekul – molekul dalam
pembetukan susunan Kristal padat
sehingga diperlukan suhu yang lebih
rendah untuk mencapai susunan
krisal padat dari fase cairnya. Hal
inilah yang menyebabkan terjadinya
penurunaan titik beku (∆Tf ) suatu
larutan yang di dalamnya
ditambahkan zat terlarut sukar
menguap.

𝑔 1000
∆Tf = m x kf atau ∆Tf = x x kf
𝑚 𝑝

Keterangan
m = molalitas zat terlarut(m)
g = massa za terlarut (g)
Mr = massa molekul relative zat
terlarut ( g/mol)
Kf = tetapan penurunan titik beku
molal ( C/m)
∆Tf = penurunan titik beku larutan
(C)

Penurunan itik beku


Besarnya penuruna titik beku pada
larutan bergantung pada
kemolalalnya. Semakin besar
kemolalaln larutan, titik beku larutan
semakin turun. Penurunan titik eku
dirumuskan sebagai berikut
∆Tf = m . kf

∆Tf = Tf pelarut _ Tf larutan

M = molalitas (m)
g = massa za terlarut (g)
Kf = tetapan penurunan titik
beku molal ( C/m)
∆Tf = penurunan titik beku
larutan (C)
Tf pelarut = titik beku pelarut (C)
Tf larutan = titik beku larutan (C)

 Penurunan titik beku  Keterangan rumus tidak


Hubungan yang mirip juga berlaku ada serta hasil penurunan
bila larutan ideal didinginkan sampai rumus tidak dijelaskan.
membeku. Titik beku lartan lebih
rendah dari titik beku
pelarut.perbedaan antara titik beku
larutan dan pelarut disebu penurunan
titik beku ∆tf untuk larutan encer
penurunan titik beku akan sebanding
dengan konsentrasi molal zat terlarut
mb
∆tf = kf. mb

Tetapan kesebandingan kb khas unuk


tiap pelarut dan disebut dengan
penurunan titik molal .
3. diagram P – T  1. A. Haris
Watoni (Yrama
Widya)

2. Erfan
Priyambodo,
Anis Dyah
Rufaida, Annik
Qurniawati,
Lenni Margiyani
(Intan Pariwara)

3. Anis Dyah
 Rufaidah, Erna
Tri Wulandari,
Annik
Qurniawati,
Indah Fatoni
(Intan Pariwara)

4. Yashito
Takeuchi
(Iwanami
Tidak ada penjelasan Shoten,
 Tidak ada penjelasan Publishers,
Tokyo)

Anda mungkin juga menyukai