Anda di halaman 1dari 12

Anemia

Anemia adalh berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah hemoglobin dalam 1 mm3 darah atau
berkurangnya volume sel yang di dapatkan (packed red cells volume) dalam 100 ml darah. Hal ini
terjadibila terdapat keseimbangan antara pembentuk darah pada masa embrio daripada masa
anak/dewasa. Pada masa embrio, setelah beberapa minggu darimasa konsepsi terjadi, sel-sel darah
primitif telah di bentuk oleh jaringan mesenkim embrional kandung kuning telur (yolk sac) dan
selanjutnya pembentukan sel darah dilanjutkan oleh hati,limpa,sumsung tulang, dan kelenjar-kelenjar
limfoid. Setelah bayi lahir hingga dewasa, sel darah dibuat oleh sumsum tulang. Hamper semua
gangguan pada system hematopoietic ditandai dengan keadaan klinik pucat atau anemia.

Jenis anemia menurut penyebab

Anemia pascaperdarahan. Terjadi sebagai akibat perdarahan yang masif seperti kecelakaan, operasi
dan persalinan dengan perdarahan; atau perdarahan yang menahun seperti pada penyakit cacingan.

Anemia hemolitik. Terjadi penghancuran (hemlisis) eritrosit yang berlebihan karena :

a. Faktor Intrasel . Misalnya talasemia, hemoglobinopatia (talasemi HbE, anemia sickle cell),
sferositas congenital, defisiensi enzim eritrosit (G-6PD, piruvat kinase, glutation reduktase).
b. Faktor ekstra sel. Kartena intoksikasi, infeksi (malaria), imunologis (inkumpatibilitas golongan
darah, reaksi hemolitik pada transfuse darah).

Anemia Aplastik. Disebabkan terhentinya pembuatan sel darah oleh sumsum tulang (kerusakan
sumsum tulang).

Anemia Pascaperdarahan

Pengaruh yang timbul segera. Kehilangan darah mendadak seperti kecelakaan, operasi dan persalinan
dengan perdarah hebat. Akibat kehilangan darah yang cepat, terjadi reflex kardiovascular yang fisiologis
berupa kontraksi arteriol, pengurangan aliran darah atau komponennya ke organ tubuh yang kurang
vital anggota gerak, ginjal dan sebagainya) dan penambahan aliran darah ke organ vital (otak dan
jantung). Gejala yang timbul trgantung dari cepat dan banyaknya darah yang hilang dan apakah tubuh
masih dapat mengadakan kompensasi. Kehilangan darah sebanyak 12-15% akan memperlihatkan gejala
pucat, transpirasi, takikardia, tekanan darah normal atau merendah. Kehilangan darah sebanyak 15-20%
akan mengakibatkan tekanan darah menurun dan dapat terjadi renjatan yang masih reversibel.
Kehilangan dari 20% akan menimbulkan renjatan yang ireversibel dengan angka kematian tinggi.
Penatalaksanaan Medis

Dengan memberikan transfusi darah. Pilihan kedua plasma (plsma expanders atau plasma substituse).
Dalam keadaan darurat diberikan cairan intravena dengan cairan infuse apa saja yang tersedia.

Pengaruh Lambat.

Beberapa jam setelah perdarahan terjadi pergeseran cairan ekstravascular ke intravascular, agar
intravascular dan tekanan osmotic dapat dipertahankan, tetapi akibatnya terjadi di hemobilusi (darah
menjadi encer).

Gejala.

Leukositosis (15.000-20.000/ mm3); nilai hemoglobin, eritrisit dan hemoglobin erotrosit dan hematokrit
rendah akibat hemodilusi. Untuk mempertahankan metabolism sebagai komposisi eritripoietik menjadi
hiperaktif. Kadang-kadang terlihat gejala gagal jantung. Pada orang dewasa keadaan hemodilusi dapat
menimbulkan kelainan serebra dan infark miokard karena hipoksemia.

Sebelum fungsi ginjal normal kembali akan di temukan oliguria atau anuria sebagai akibat berkungnya
aliran darah ke ginjal. Hal ini akan menimbulkan peningkatan kadar nitrogen non-protein, pengobatan
yang terbaik adalah dengan memberikan transfusi packed red cells karena isi darah sudah dapat
dipertahankan. Tanpa transfusi komponen darah tersebut, penyembuhan akan terlihat dalam
beberapa minggu atau setelah 3-4 bulan.

Kehilangan darah menahun. Pengaruhnya terlihat sebagai gejala akibat defisiensi zat besi bila tidak
diimbangi dengan masukan zat besi yang cukup.

Anemia Defisiensi.

Adalah defisiensi zat besi dan asam folat. Anemia defisiensi adalah anemia yang disebabkan oleh
kekurangan satu atau beberapa bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit.

Klasifikasi Anemia Defisiensi.

1. Mikrositik hipokronik. Terjadi akibat kekurangan zat besi, peridoksin atau tembaga.
2. Mikrositik normokronik (megaloblastik). Terjadi akibat kekurangan asam float dan vitamin B12.

Disamping kedua bentuk tersebut, sering pula didapatkan bentuk campuran yang disebabkan anemia
dimorfik.
Anemia Defisiensi Zat Besi.

Anak-anak dan wanita hamil memerlukan zat besi lebih banyak daripada orang dewasa normal.
Kebutuhan zat besi untuk anak-anak rata-rata 5mg/hari. Akan bertambah jika anak mendapat infeksi
sampai 10mg/hari. Anemia difisiensi zat besi dapat terjadi pada anak dengan malnutrisi energi protein
(MEP). Juga pada anak dengan sindrom malabsorpsi lainnya. Sebagai sumber besi ialah ginjal, hati,
daging, telur, buah dan sayuran yang mengandung klorofil (sayuran hijau). Untuk menghindari anemia
defisiensi zat besi kedalam susu buatan, tepung makanan bayi dan bebrapa jenis makanan lainnya
ditambahkan zat besi.

Gambaran klinis.

Anak tampak lemas, sering berdebar-debar, lekas lelah, pucat, sakit kepala, iritabel dan sebagainya.
Anak tak tampak sakit karena perjalanan penyakit menahun, tampak pucat terutama pada mukosa bibir
dan faring, telapak tangan dan dasar kuku; konjungtiva okula berwarna kebiruan atau warna putih
mutiara (pearly whyte).papil lidah tampak atrofit. Jantung agak membesar dan terdenfar bising sistolik
yang fungsional. Pada anak MEP dengan cacingan (ankilostomiasis) akan terlihat perutnya buncit yang
disebut pot belly dan dapat edema. Tidak terdapat pembesaran limpa dan hati serta diathesis
perdarahan pada MEP yang berat.

Pemeriksaan diagnostic.

Hasil pemeriksaan darah : kadar Hb kurang dari 10g/dl; VER (volume eritrosit rata-rata) kurang dari 79
cu (normal MCV 76-96 cu); KHER (konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata) kurang dari 32% (normal
KHER 32-37%), mikrositik, hipokromik, poilositosis, sel target. Leukosit dan trombosit normal.
Pemeriksaan sumsum tulang menunjukkan system eritroietik hiperaktif dengan sel normoblas
polikromatofil yang predominan. Serum iron (SI) menurun, Binding Capacity (IBC) meningkat. Kecuali
pada MEP,SI,dan IBC rendah.

Anemia Defiensi Asam Folat

Kekurangan asam float akan mengakibatkan anemia megaloblastik. Asam float merupakan bahan
esensial DNA (Desoxyribonucleic acid) dan RNA (Ribonucleid acid), yang penting sekali untuk metabolism
inti sel dan pemantangan sel. Bila terjadi defisiensi asam float, pematangan sel terganggu. Pada
pemeriksaan terdapat peningkatan eritropoiesis 3 kali normal. Untuk mencegah difisiensi asam float
makanan harus mengandung asam float. Bahan makanan tersebut ialah hati, ginjal, sayur mayor yang
hijau dan ragi. Gejala anak yang menderita defisiensi asam float: pucat, lekas letih, berdebar-debar,
lemah, pusing, sukar tidur. Hepar dan limpa tidak membesar; pada jantung ditemukan bising sistolik.
Klinis anak dengan defisiensi asam float hamper tak berbeda dengan defisiensi besi.
Penatalaksanaan medis

Pemberian makanan yang adekuat. Pada anak dengan defisiensi vesi diberikan sulfas 3x10 mg/kg
bb/hari (waspada terhadap terjadinya enteritis). Dapat diberikan preparat zat besi parental secara
intramuscular atau intravena bila pemberian per oral tidak dapat.

Transfusi darah diberikan hanya bila kadar Hb kurang dari 5g/dl disertai keadaan umum buruk, misalnya
gagal jantung, bronkopneumonia dan sebagainya.

a. Obat cacing diberikan jika ternyata anak menderita cacingan.


b. Antibiotika bila perlu (terdapat infeksi)

Pengobatan pasien dengan defisiensi asam float dengan memberikan asam float 3x5 mg/hari, dan pada
bayi 3x2,5 mg/hari.

Anemia Hemolitik

Anemia hemolitik ialah anemia yang disebabkan karena terjadinya penghantar sel darah merah dalam
pembuluh darah sehingga umur eritrosit pendek. Umur eritrosit ialah 100-120 hari.

Penyebab hemolisis dapat karena congenital (faktor eritrosit sendiri,gangguan enzim,hemoglobinopati)


atau didapat.

Faktor eritrosit

a. Kelainan pada eritrosit; bentuknya kecil, bundar dan resistensinya terhadap NaCl hipotonis
menjadi rendah. Penyebab hemolisis karena kelainan membrane eritrosit.
b. Bentuk eritrosit lonjong (oval). Dalam keadaan normal bentuk ini ditemukan kira-kira 15-20%
saja. Tetapi pada penyakit ovalositosis kelainan mencapai 50-90%.
c. Kelainan bentuk eritrosit yang disebabkan “kelainan” komposisi lemak pada dinding sel.
Penyakit yang disebabkan kelainan ialah A-beta lipoproteinemia.
d. Penyebab kelainan karena terdapat gangguan pembentukan nukleotida sehingga eritrosit
mudah pecah. Penyakit yang di dapatkan pada kelainan ini ialah panmielopatia tipe Fanconi.

Anemia hemolitik karena gangguan enzim

Kelainan yang sering ditemukan pada bayi baru lahir yang ikterus ialah definisiensi G-6-PD (Glucose-6-
Phosphate-Dehydrogenase). Akibat kekurangan enzim inieritrosit mudah pecah. Defisiensi G-6-PD
diturunkan secara dominan melalui kromosom x. penyakit ini lebih nyata pada anak laki-laki. Enzim-
enzim lain yang tidak terbentuk sehingga menyebabkan eritrosit hemolisisialah glutation reduktase,
glutation piruvatkinase, triophosphate isomerase (TPI), difosfogliserat mutase, heksokinase dan
gliseraldehid-3-fosfat dehidrogenase.

Hemoglobinopatia

Hemoglobinopatia orang dewasa normal terdiri dari HbA yang merupakan 98% dari seluruh hemoglobin.
hbA 2 tidak lebih dari 2% dan HbF tidak lebih dari 3%. Pada bayi baru lahir HbF merupakan bagian
terbesar dari hemoglobin, yaitu 95%; kemudian pada perkembangan selanjutnya kosentrasi HbF akan
menurun sehingga padaumu 1 tahun telah mencapai keadaan normal. Pada kelainan hemoglobin ini
terdapat 2 jenis ialah:

1. Gangguan struktual pembentukan hemoglobin (hemoglobin abnormal) seperti pada HbS, HbF,
dan lainnya.
2. Gangguan jumlah rantai hemoglobin. Seperti pada talasemia (mengenai talamesia dibicarakan
pada bagian lain).

Anemia Aplastik

Anemia Aplastik disebabkan oleh rusaknya sumsum tulang. Gangguan berupa berkurangnya sel darah
dalam darah tepi akibat terhentinya pembentukan sel hemopoetik (eritropoetik, granulopoetik dan
tromopoetik). Aplasia yang hanya mengenai system eritropoietik disebut eritroblastopenia (anemia
hipoplastik); yang mengenai system granulopoetik disebut agranulosistosis (penyakit Schultz), dan yang
mengenai system trombopoetik disebut amega kariositik trombositopenik purpura (ATP). Bila mengenai
ketiga system disebut panmieeloptisis atau lazimnya lainnya disebut anemia aplastik.

Anemia aplastik selain jenis congenital, dapat ditemukan pada anak yang lebih besar misalnya umur
lebih 6 tahun, dimana terjadi depresi sumsum tulang oleh obat atau bahan kimia, meskipun dengan
dosis rendah tetapi berangsung lama sejak usia muda secara terus- menerus. Pengaruhnya baru dapat
terlihat setelah beberapa tahun kemudian. Sebagai contoh, pemberian kloramfenikol yang terlampau
sering pada masa bayi (umur 2-3 bulan), gejala anemia aplastik baru terlihat setelah anak berumur lebih
6 tahun. Tetapi ada beberapa kasus gejala sudah timbul hanya beberapa saat setelah ia kontak dengan
“agens” penyebabnya.

Penybab Anemia Aplastik

Faktor congenital. Sindrom Fanconi yang biasanya disertai kelainan bawaan lain seperti mikrosefali,
anomaly jari, kelainan ginjal dan sebagainya.
Faktor didapat .

 Bahan kimia, benzen, insektisida, senyawa As, Au,Pb.


 Obat: kloramfenikol, mesantoin (antikonvulsan), piribenzamin (antihistamin), santonin kalomel,
obat sitostatika (myleran, methrotrexate, TEM,vincristine, rubidomycine, dan sebagainya).
 Rasadiasi: sinar Rontgen, radioaktif.
 Faktor individu: alergi terhadap obat, bahan kimia dan sebagainya.
 Infeksi, keganasan, gangguan endokrin dan sebagainya. Idiopatik, sring ditemukan.

Prognosis

1. Sesuai dengan gambaran sumsum tulang.


2. Jika kadar HbF lebih dari 200 mg/dl, dan jumlah granulosit lebih dari 2000/ mm3 menujukkan
prognosis yang lebih baik.
3. Pencegahan infeksi sekunder. Di Indonesia kejadian infeksi masih tinggi.

Gambaran klinis

Atas dasar gambaran sumsum tulsng yang berupa aplasia sistem eritropoietik, trombopoietuk dan RES.
Aplasia sistem eritropoietik dalam darah tepi akan terlihat sebagai retikulositopenia yang disertai
dengan merendahannya kadar Hb, hematokrit dan hitung eritrosit. Anak terlihat pucat, disertai berbagai
gejala anemia lainnya seperti anoreksia, lemah, palpitasi, sesak nafa karenagagal jantung dan
sebagainya. Pada pasien tidak ditemukan adanya ikterus, pembesaran limpa, hepar maupun kelenjar
getah bening karena sifatnya apalasia sistem hemopoietik. Sesuai dengan gambaran sumsum tulang
dibedakan dalam 2 jenis anemia aplastik ialah jenis hiposelular dan selular. Jenis hiposlular masih
memperlihatkan gambaran sumsum tulang tulang dengan sel yang tidak terlampau aplastik. Jumlah
eritropoietik 5-10%.

Dugaan bahwa pasien menderita anemia aplikasi dapat dengan melihat melihat gejala klinis yang
biasanya dijumpai, yaitu panas, pucat, pendarahan tanpa organomegali (hepato-splenomegli). Pada
aspirasi sumsum tulang terdapaat gambaran sel sangat kurang limfositosis relatif. Pada aspirasi sumsum
tulang terdapat gambaran sel sangat kurang, banyak jaringan penyongkong dan jaringan lemak; aplasia
sistem eritropoietik, trombopoietik. Di antara sel sumsum tulang yang sedikit ini banyak ditemukan
limfosit, sel RES (sel plasma, fibrosit, osteoklas, sel endotel). Perlu dibedakan sediaan sumsum tulang
yang aplastik dan yang tercampur darah.
Penatalaksanaan medis

1. Prendnison dan testosterone. Prednidon, dosis 2-5 mg/kg BB?hari per oral; testosterone dengan
dosis 1-2 mg/kg BB/hari per parental. Akhir-akhir ini testoteron diganti dengan oksimetolon
yang mempunyai daya anabolik dan merangsang sistem hemopoietik lebih kuat; dosis diberikan
1-2 mg/kg BB/ hari per oral. Hendaknya memperhatikan fungsi hati. Pengobatan dapat
berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Jika terdapat remisi dosis dikurangi
separuhnya dan jumlah sel darah diawasi setiap minggu. Bila kemudain terjadi relaps, dosis obat
harus diberikan penuh lagi.
2. Transfusi darah. Diberikan jika diperlukan saja, karena pemberian tranfusi darah terlampau
sering akan menimbulkan depresi sumsum tulang atau akan menimbulkan reaksi hemolitik
sebagai akibat dibentuknya antibodi terhadap sel-sel darah tersebut.
3. Pengobatan terhadap infeksi sekunder. Untuk mencegah infeksi, sebaiknya anak diisolasi dalam
ruangan yang suci hama. Pemberian obat antibiotika dipilih yang tidak menyebabkan dipresi
sumsum tulang. Kloramfenikol tidak boleh diberikan.
4. Makanan. Makanan umumnya diberikan dalam bentuk lunak. Bila terpaksa diberikan melalui
pipa lambung harus hati-hati karena dapat menimbulkan luka/pendarahan pada waktu
pemasukan pipanya.
5. Istirahat. Untuk mencegah perdarahan terutama pada otak.

Anemia Hipoplastik (Eritroblastoma)

Anemia hipoplastik adalah anemia yang terutama di sebabkan oleh aplasia sistem eritropoietik,
sedangkan sistem granulopoietik dan trombopoietik tidak, atau hanya sedikit terganggu.

Klarifikasi : 1. Idiopatik, biasanya konginital (congenital pure red cell anemia, congenital chronic
aregenerative anemia), 2. Didapat,yang berbagai atas jenis akut (krisis aplastik), subakut dan menahun.

Anemia hipoplastik congenital. Penyebabnya tidak diketahui, diduga gangguan metabolisme triptofan
(mungkin terdapat secara familiar).

Gambaran klinis

Anemia biasanya timbul pada masa bayi, umur 1 bulan sampai 1 tahun. Dapat disertai kelainan
kongenital seperti ginjal polikistik, pada pemeriksaan darah tepi hanya terdapat anemia dan
retikulositopenia, lainnya normal. Pada sumsum tulang terdapat aplasia sistem eritropoetik dan hanya
ditemukan beberapa proeritroblas. Beberapa kasus menunjukkan kelainan kromosom.
Penatalaksanaan medis

Hanya dengan transfuse darah (packed cells) dan kortikisteroid. Prognosis akan lebih baik bila diberikan
kortikosteroid secara rumat.

Eritroblastopenia

Eritroblastopenia (anemia hipoplastik didapat) biasanya karena infeksi berat (meningitis, ensefalitis,
bronkopneumonia, tuberculosis berat, tifus abdominalis). Penyakit autoimun (anemia hemolitik
autoimun), alergi, MEP, sindrom hemolitik ( anemia sel sabit, sferositosi congenital), penyakit ginjal,
timoma. Didiga eritroblastopenia disebabkan kekurangan eritropoietin, suatu bahan untuk pematangan
eritrosit yang dibentuk di juksta glomerulus ginjal. Akibat defisiensi eritropoietin sel proeritroblas dan sel
stem tidak menjadi matang dan tidak mengadakan mitosis. Sel ini hanya bertambah besar dan di dalam
sumsum tulang dapat dilihat sebagai proeritroblas raksasa atau sel reticulum raksasa.

Prognosis

Umumnya baik pada eritroblastopenia akut da subakut. Eritroblastopenia biasanya akan memperburuk
penyakit utamanya. Pada menahun kurang baik.

Gambaran klinis

Biasanya pasien terlihat pucat mendadak, terutama pada eritroblastopenia akut (krisis aplastik). Pada
pasien yang menderita infeksi berat atau MEP jika terjadi pucat mendadak harus dipikirkan
kemungkinan menderita eritroblastopenia akut. Hepar, limpa serta kelenjar getah bening biasanya tidak
membesar kecuali bila penyakit dasarnya retikulositopenia. Pada krisis aplastik tidak mendapatkan
retikulosit sama sekali. Gambaran sumsum tulang selain proeritroblas raksasa dan sel retikum raksasa.
Umumnya gejala klinis hematologis ketiga jenis eritoblastopenia hampir sama hanya terdapat
perbedaan.

Penatalaksanaan medis

Pengobabatan ditunjukkan pada penyakit primernya. Bila perlu transfuse darah. Kortikosteroid
diberikan pada eritroblastopenia dan menahun.
Penatalaksanaan keperawatan

walaupun beberapa jenis anemia (sesuai penyebabnya) tetapi pada umumnya perawatan pasiem
tersebut tidak berbeda. Yang perlu diperhatikan pada pasien anemia ialah kebutuhan nutrisi, resiko
terjadi gangguan pada jantung, mudah mendapat infeksi (akibat rendahnya daya tubuh), gangguan
psikososial/rasa aman dan nyaman, hal yang perlu diperhatikan pada setiap transfusi darah, kurangnya
pengetahuan orang tua mengenai penyakit.

Kebutuhan nutrisi. Pada umunya pasien anemia nafsu makannya buruk, anoreksia selalu dijumpai;
ditambah lagi kelemahan tubuhnya yang menyebabkan pasien males makan/mengunyah makanan dan
mengakibatkan kebutuhan nutrisnya sangat kurang. Jika hal demikian tidak diatasi akan menambah
keadaan pasien. Diberikan makanan lunak dengan lauk dengan lauk pauk yang lunal pula atau dicincang,
tetapi harus mengandung sayuran yang beserat. Karena nafsu makannya buruk maka makanan harus
sering diubah jenisnya misalnya diberi kentang (puree), roti atau apa yang anak inginkan. Perlu
diperhatikan agar makanan tersebut adekuat susunan gizinya. Selain jenis/bentuk makanan juga cara
menyajikannya dan alat dipakai harus menarik selera anak. Pasien perlu disuapi karena ia sangat lemah
sehingga tidak akan mungki mau makan sendiri. Suapilah sambil diajak berbicara atau sambil
membacakan buku cerita anak-anak. Untuk menambah kekurangan kalori karena masukan makanan
yang kurang, susu berikan lebih banyak. Bila perlu masukkan dalam bentuk makanan kecil seperti dalam
pudding, bubur kacang hijau dan sebagainya. (Di bangsal pasien penyakit darah ini tidak jarang pada
saat menyajikan makanan selain makanan lunak juga disediakan roti dan susu. Maksudnya jika anak
tidak mau makan bubur berikan roti/susunya).

Resiko terjadi gangguan pada jantung. Semua anemia apapun sebabnya kan menimbulkan gangguan
fungsional maupun anatomis jantung. Anemia akan menyebabkan keadaan hiperkinetik insunfisiensi
dan berukurangnya cadangan jantung (cardiac reserve). Bila kadar hrmoglobin di bawah 7 g% akan
terjadi peninggian curah jantung yang akan membebani kerja jantung. Peninggian curah jantung disertai
menurunnya resistensi perifer, menurunnya jumlah volume darah dan meningkatnya tekanan vena.
Makain rendah kadar Hb makin berat kerja jantung sehingga dapat menyebabkan terjadinya gagal
jantung. Mengigat hal tersebut maka perawatan pasien anemia berat memerlukan istirahat yang
cukup/istirahat ditempat tidur selama kadar Hb belum normal, dan pengawasan tanda vital secara rutin
(palingan tidak 3x sehari). Bila terjadi gejala “takikardia, telapak tangan hangat dan basah, tekanan
darah sistolik meninggi” segera hubungi dokter.

Mudah mendapat infeksi

Pasien anemia daya tahan tubuhnya sangat lemah, oleh karena itu mudah mendapat infeksi. Untuk
menghindarkannya atau setidaknya mengurangi bahaya tersebut sebaiknya ruangan perawatan pasien
tidak dekat denga ruangan infeksi. Perawat harus selalu memperhatikan cara bekerja yang aseptic.
Terutama pada pasiem anemia aplastik, ruangan perawatan lebih baik isolasi dan alat-alat perawatan
maupun pengobatan harus tersendiri pula. Pengunjung hendaknya dibatasi; hanya ibu atau seoramg
saja yang boleh menunggu. Beritahukan jika keadaan kesehatan sedang tidak baik supaya tidak dekat-
dekat dengan pasiennya. Selain tempatnya tersendiri kebersihan baik di dalam maupun di sekitar
ruangan perlu diperhatikan. Desinfektan untuk pembersihan ruangan maupun untuk mencuci tangan
hendaknya cukup tersedia. Bila dijumpai gejala kenaikan suhu atau anak menjadi makin lemah agar
segera menghubungi dokter. Jika pasien akan dilakukan fungsi sumsum tulang daerah yang akan
dipungsi (dapat pada tibia,crista iliaca) dibersihkan terlebih dahulu dengan air dan sabun kemudian
dikompres dengan alcohol. Sesuai dengan fungsi kasa penutup luka harus diperhatikan apakah terdapat
pendarahan, dan harus kering. Selama luka belum kering jika mandi dilap saja.

Gangguan psikososial/rasa rasa aman dan aman.

Pada pasien anemia, karena kelemahan tubuhnya menyebabkan anak tidak ada gaerah untuk
melakukan apapun bahkan berbicara saja jarang. Makan saja malas apalagi untuk bermain atau kegiatan
apapun anak tidak tertarik. Oleh karena itu, pasien selalu ditolong baik makan, mandi, buang air
besar/kecil. Bila kadar Hb sudah meningkat berarti anemianya berkurang, pasien agak segar,dan
biasanya pasien mau sedikit bermain. Berikan buku-buku gambar yang menarikpada anak dan berikan
dorongan agar pasien mau bermain dengan sesame temannya. Diruangan ini sebaiknya disediakan
mainan anak-anak sesuai dengan umur mereka dan buku-buku/buku gambar atau alat menggambar,
atau mainan lainnya.

Gangguan rasa aman dan nyaman mungkin dirasakan karena pasien dilakukan pemeriksaan darah atau
diberikan suntikan, pungsi sumsum tulang dan sebagainya. Sering setelah memberikan suntikan atau
pengambilan darah timbul perdarahan; oleh karena itu jika setelah menyuntik atau pengambilan darah
terutama pada pasien anemia aplastik. Beberapa saat kemudian lihat kembali apakah masih ada
perdatahan/tidak. Jika dipasang transfusi darah juga menimbulkan rasa nyaman maka pasien harus
diberitahukan dahulu apa guna transfusi tersebut. Ajaklah pasien berbicara untuk mengalihkan
pikirannya dan ajaklah ia menghitung tetesannya. Jika tetesannya tidak lancer suruh ia memanggil
perawatnya atau jika tetesan terlalu cepat atau darah sudah akan habis.

Pemberian transfusi darah

Transfusi darah merupakan pengobatan yang penting bagi anemia tetapi tidak jarang menimbulkan
reaksi yang membahayakan jika terjadi kekurangtelitian di dalam pelaksanaan. Hal-hal yang perlu di
perhatikan ialah :

 Nama pasien harus benar dan sesuai dengan nomor regestrasinya.


 Golongan darah harus sesuai (sebelumnya ambil contoh darah terlebih dahulu).
 Darah tidak boleh dikocok kocok, dihangatkan atau direndam di dalam air hangat walaupun
baru keluar dari lemari es.
 Lihat tanggal pembuatannya dan masa habisnya (walaupun golongan sama tetapi jika yang
menkadarluasa tidak boelh diberikan).
 Reaksi yang timbul :
a. Reaksi pirogen sebagai akibat selang transfuse yang tidak bebas pirogen; reaksi: pasien
akan menggigil.
b. Reaksi alergik, misalnya timbul urtikaria.
c. Reaksi sirkulasi. Terjadi beban volume dalam pembuluh darah sebagai akibat tetesan
terlalu cepat atau kebanyakan. Bahaya dapat menimbulkan kematian.
d. Reaksi hemolitik dapat terjadi karena : (1) darah rusak, (2) darah tidak sesuai. (3)
adanya imun antibody. Reaksi ini dapat berakibat fatal. (Ada juga yang mengeluh
pinggang pegal, rasa terbakar sepanjang vena yang dipasang transfuse dan sebagainya).

Jika ditemukan gejala-gejala yang disebutkan itu pada saat transfusi sedang berlangsung, transfusi
dihentikan (diklem) sementara dan segera menghubungi dokter. Bila terjadi kenaikan suhu (demam)
berikan kompres dingin dan banyak minum; tanyakan pada dokter apakah transfusi dihentikan dahulu
atau diteruskan sambil dikompres (karena ada penyakit darah yang meningkat suhunya pada waktu
transfusi tetapi kemudian akan turun setelah transfusi selesai). Pemeriksaan Hb setelah 1 jam dari
transfusi selesai. Jika darah tidak diberikan harus segera disimpan pada lemari es yang memang khusus
untuk menyimpan darah. Lemari es ini tidak boleh untyk menyimpanan makanan atau minuman karena
darah akan menjadi rusak. Pemberian transfuse darah sampai banyak 20 cc yang habis harus ditunggui
dan diperhatikan reaksi yang timbul. Jika ada agar segera dihentikan dan menghubungi dokter. Jika tidak
ada reaksi dapat diteruskan.

Kurang pengetahuan orang tua mengenai penyakit

Pada umumnya orang tua tidak mengerti mengenai penyakit anaknya dan bagaimana prognosis
penyakit tersebut. Mereka hanya melihat anaknya pucat, lemah. Jika anaknya menderita anemia
defisiensi, jelaskan kepada orangtua bahwa anaknya menderita penyakit akibat makanan yang berikan
tidak cukup mengandung bahan yang diperlukan untuk pembentukan sel darah . (Jelaskan bahan
makanan apa saja yang mengandung zat besi/asam float). Jika anemia akibat cacingan, jelaskan
bagaimana mencegah agar anak tidak mendapat infeksi cacing. Misalnya anak harus selalu memakai
sandal jiks bermsin di halaman, mencuci tangan sebelum makan atau sesudah bermain, kuku harus
selalu pendek dan bersih. Bila anemia disebabkan oleh factor lain sebaiknya orangtua juga diberitahu
agar dapat menerima bagaimana keadaan anaknya yang sebenarnya.

Selain penjelasan mengenai penyebab dan cara mengenai penyebab dan cara mencegah juga perlu
diterangkan mengenai pengobatan yang diberikan dan pemeriksaan laboraturium yang dilakukan. Hal ini
perlu supaya orang tua tidak cemas bila melihat anaknya berulangkali diperiksa darah/sumsum
tulangnya, atau mungkin anaknya mendapatkan transfuse darah berulang-ulang juga, karena hal itu
akan menyebabkan anak menderita. Dengan mengetahui pentingnya tindakan-tindakan tersebut
diharapkan orang tua dapat membantu membesarkan hati anaknya.
Bila mendapatkan pengobatan yang lama, contohnya prednisone perlu dijelaskan agar orang tua tidak
bosan memberikannya sesuai program pengobatan. Terangkan bahayanya jika obat tersebut diminum
tidak benar misalnya dihentikan sendiri tidak atas petunjuk dokter. Beritahukan juga jika misalnya
timbul reaksi obat seperti perubahan suara, bulu-bulu tumbuh bertambah lebat atau perubahan
kelamin agar memberitahukan dokter. Selain hal tersebut, jika pasien dipulangkan jelaskan makanan
yang penting untuk membantu mempertahankan kesehatan anaknya dan agar selalu dibawa control
sesuai pesan dokter karena anemia sering kambuh kembali, juga perawatan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai