Dosen Pembimbing :
Iis Fatimawati, S.Kep.,Ns., M.Kes
Disusun Oleh :
1. Alria Ajizah D 141.0008
2. Ardiana IkaS. 141.0018
3. Devi Indriasair F. 141.0032
4. Fifin Erwiyana 141.0046
5. Lola Alvi 141.0058
6. M. Iqbal R. 141.0066
7. Riza Agustin 141.0088
8. Tiyanti R.A 141.0102
9. Yesshinta W.M 141.0108
TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan, Mahasiswa mampu memahami
tentang Penyakit Asma dan Alergi.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1 x 30 menit
diharapkan Mahasiswa dapat mengetahui tentang Penyakit Asma dan Alergi.
METODE
Ceramah dan Tanya jawab
MEDIA
- Leaflet
- LCD proyektor
ISI MATERI
No Kegiatan Respon klien Waktu
1 Pendahuluan : · Membalas salam
a. Salam pembuka · Mendengarkan 5 menit
b. Memperkenalkan diri · Memberikan respon
c. Menjelaskan maksud dan tujuan
2 Penjelasan materi :
Menjelaskan mengenai isi materi
· - Mendengarkan 10 menit
yaitu Pengertian Penyakit Asma dan
· - Memperhatikan
Alergi
SETTING TEMPAT
Peserta duduk berjajar rapi.
EVALUASI
1. Kegiatan : jadwal, tempat, alat Bantu atau media, pengorganisasian, proses
penyuluhan
2. Hasil penyuluhan, memberi pertanyaan pada warga tentang :
PENGORGANISASIAN
1. Moderator : Fifin Erwiyana
2. Penyaji : Yesshinta Wijaya M
3. Observer : Riza Agustin
4. Fasilitator : Alria Ajizah
Devi Indriasari
Tiyanti Ramadhananda
5. Notulen : Ardiana Ika
6. Dokumentasi : Lola Alvi
MATERI PENYULUHAN
1. Asma
A. Pengertian
Asma sendiri berasal dari kata asthma.Kata ini berasal dari bahasa
Yunani yang memiliki arti sulit bernafas.Penyakit asma dikenal karena
adanya gejala sesak nafas, batuk, dan mengi yang disebabkan oleh
penyempitan saluran nafas. Atau dengan kata lain asma merupakan
peradangan atau pembengkakan saluran nafas yang reversibel sehingga
menyebabkan diproduksinya cairan kental yang berlebih (Prasetyo: 2010).
Menurut Prasetyo (2010) Asma, bengek atau mengi adalah
beberapa nama yang biasa kita pakai kepada pasien yang menderita
penyakit asma. Asma bukan penyakit menular, tetapi faktor keturunan
(genetic) sangat punya peranan besar di sini.
Saluran pernafasan penderita asma sangat sensitif dan memberikan
respon yang sangat berlebihan jika mengalami rangsangan atau ganguan.
Saluran pernafasan tersebut bereaksi dengan cara menyempit dan
menghalangi udara yang masuk. Penyempitan atau hambatan ini bisa
mengakibatkan salah satu atau gabungan dari berbagai gejala mulai dari
batuk, sesak, nafas pendek, tersengal-sengal, hingga nafas yang berbunyi
”ngik-ngik” (Hadibroto et al: 2006).
B. Faktor penyebab
Setiap penderita asma mempunyai penyebab yang berbeda dengan
penderita asma yang lainnya. Antara faktor- faktor penyebab ialah :
a. Bulu binatang
b. Debu
c. Perubahan cuaca
d. Tanaman
e. Merokok dan asap rokok
f. Bunga
g. Bau
h. Makanan/ buah – buahan tertentu
i. Tekanan perasaan
j. Obat tertentu
C. Tanda dan gejala
a. Batuk ( terutama diwaktu malam atau semasa cuaca sejuk )
b. Susah nafas ( sesak nafas)
c. Nafas berbunyi/ mengi (wheezing)
d. Rasa tegang didada
D. Jenis- jenis asma
1. Asma alergik: disebabkan oleh allergen atau allergen- allergen yang
dikenal.
Misalnya : serbuk sari, binatang, makanan dan jamur. Kebanyakan
allergen terdapat udara dan musiman.
2. Asma ideopatik atau nonalergik : tidak berhubungan dengan allergen
spesifik.
Faktor- faktor ,seperti common cold, infeksi traktus respiratorius,
latihan, emos, dan polutan lingkungan dapat mecetuskan serangan.
Beberapa agen farmokologi, seperti aspirin dan agen agen
antiinflamasi nonsteroid lain, pewarna rambut, antagonis Beta-
adrenergik dan agen sulfit ( pengawet makanan ).
3. Asma gabungan : merupakan bentuk asma yang paling umum. Asma
ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik maupun bentuk
idiopatik dan non alergik.
E. Klasifikasi
Asma akut dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok sebagai berikut :
1. Ringan sampai sedang : mengi / batuk tanpa distres berat, dapat
mengadakan percakapn normal, nilai aliran puncak lebih dari 50 %
nilai terbaik.
2. Sedang sampai berat: mengi/ batuk dengan distres, berbicara dalam
kalimat atau frasa pendek, nilai aliran puncak kurang dari 50% dan
beberapa derajat desaturasi oksigen jika diukur dengan oksimetri nadi.
Didapatkan nilai saturasi antara 90- 95 % jika diukur dengan oksimetri
nadi perifer.
3. Berat, mengacam nyawa: distres pernafasan berat, kesulitan berbicara,
sianosis, lelah dan bingung, usaha respirasi buruk, sedikit mengi (
silent chest ) dan suara nafas lemah, takipnea, bradikardia, hipotensi,
aliran puncak kurang dari 30% angka prediksi atau angka terbaik,
saturasi oksigen kurang dari 90% jika diukur dengan oksimetri nadi
perifer (BTS SIGN 2003, Chung 2002)
F. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinik pada pasien asthma adalah batuk, dyspne, dari
wheezing. Dan pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada
pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis,
sedangkan waktu serangan tampak penderita bernafas cepat, dalam,
gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke depan serta tampak otot-
otot bantu pernafasan bekerja dengan keras. Ada beberapa tingkatan
penderita asma yaitu :
1. Tingkat I Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan
fungsi paru. Timbul bila ada faktor pencetus baik di dapat alamiah
maupun dengan test provokasi bronkial di laboratorium.
2. Tingkat II Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi
paru menunjukkan adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas. Banyak
dijumpai pada klien setelah sembuh serangan.
3. Tingkat III Tanpa keluhan.Pemeriksaan fisik dan fungsi paru
menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.Penderita sudah sembuh
dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang kembali.
4. Tingkat IV Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi
wheezing. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda
obstruksi jalan nafas.
5. Tingkat V Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa
serangan asma akut yang berat bersifat refrator sementara terhadap
pengobatan yang lazim dipakai. Asma pada dasarnya merupakan
penyakit obstruksi jalan nafas yang reversibel. Pada asma yang berat
dapat timbul gejala seperti : Kontraksi otot-otot pernafasan, cyanosis,
gangguan kesadaran, penderita tampak letih, takikardi
G. Pemeriksaan penunjang
1. Lung Function Test Peak expiratory flow rate (PEFR atau FEV)
berfungsi untuk mendiagnosis asma dan tingakatannya.
2. Skin test : Berfungsi untuk mengetahui penyebab dari asma.
3. Chest X-ray : Berfungsi untuk komplikasi (pneumotoraks) atau untuk
memeriksa pulmonaty shadows denganallergic bronchipulmonary
aspergilosis
4. Histamine bronchial provocation test : Untuk mengindikasikan adanya
airway yang hiperresponsif, biasanya ditemukan pada seluruh penyakit
asma, terutama pada pasien dengan gejala utama batuk. Test ini tidak
boleh dilakukan pada pasien yang mempunyai fungsi paru yang buruk
(FEV <1,5L)
5. Blood and sputum test : Pasien dengan asma mungkin memiliki
peningakatan eosinofil di darah perifer (>9,4x10)
H. Penanganan Penyakit Asma :
1. Secara non farmakologik (penanganan tidak dengan obat)
a. Pendidikan pada penderita mengenai penyakitnya sehingga dapat
menyikapi penyakitnya dengan baik
b. Menghindari penyebab/pencetus serangan (allergen) dan kontrol
lingkungan hidupnya
c. Latihan relaksasi, kontrol terhadap emosi dan lakukan senam atau
olah raga yang bermanfaat memperkuat otot pernapasan, misalnya
berenang
d. Fisioterapi, sehingga lendir mudah keluar
2. Secara farmakologik (penanganan menggunakan obat)
a. Pereda serangan/ pelonggar saluran nafas, misalnya Salbutamol,
Aminofilin
b. Pencegah serangan berulang, misalnya Prednisone, Dexametason
c. Pengencer lendir, misalnya Bromhexin, Ambroxol
2. Alergi
A. Pengertian
Alergi adalah system imun tubuh yang bersifat spesifik terhadap rangsangan
suatu bahan yang pada orang lain biasanya tidak berbahaya bagi kesehatan tubuh.
Bahan ini disebut sebagai allergen.
Dalam keadaan normal system imun berfungsi sebagai system pertahanan
tubuh terhadap masuknya benda dan organisme asing misalnya bakteri atau
virus.Sering kali reaksi alergi terjadi akibat respon imun yang salah menanggapi
adanya sinyal palsu. Jika seorang penderita alergi mengalami kontak atau paparan
dengan suatu allergen, maka system imun tubuhnya akan mengenali allergen
tersebut sebagai benda sing dan segera berupaya mengatasinya.
Alergi makanan tidak terjadi pada semua orang, tetapi sebagian besar orang
mempunyai potensi menjadi alergi. Tampaknya sebagian besar orang bila
dicermati pernah mengalami reaksi alergi.Namun sebagian lainnya tidak pernah
mengalami reaksi alergi.Terdapat 3 faktor penyebab terjadinya alergi makanan,
yaitu faktor genetik, imaturitas usus, pajanan alergi yang kadang memerlukan
faktor pencetus.
B. Reaksi dan Alergen
Sistem imun tubuh segera membentuk sejumlah besar antibody yang disebut
immunoglobulin E, atau IgE.Pada alergi terhadap tepungsari bunga (pollen),
setiap jenis antibody hanya bereaksi terhadap satu jenis tepungsari tertentu
saja.Misalnya antibody tertentu yang bereaksi terhadap tepungsari bunga oak
tidak bereaksi terhadap tepungsari bunga ragweed.Molekul IgE mempunyai sifat
khusus, karena IgE merupakan satu-satunya antibody yang mampu melekat erat
pada badan mast cell, yang adalah jaringan (tissue cell) dan bisofil yang
merupakan sel darah. (Soedarto., 2012)
Jika allergen bertemu IgE yang spesifik terhadapnya, ia akan melekatkan diri
dengan erat pada antibody tersebut mirip anak kunci yang berada dalam lubang
kuncinya. Pelekatan ini akan merangsang sel tempat IgE melekat untuk
melepaskan atau membentuk zat kimia misalnya histamine, yang memicu proses
terjadinya histamin atau keradangan. Zat-zat kimia terebut dapat ebrbentuk
diberbagai bagian tubuh, misalnya pada system pernapasan dan menimbulkan
gejala-gejala alergi.
Yang termasuk dalam kelompok allergen adalah :
1. Alergen Udara
a) Tepungsari bunga (pollen)
b) Tungau debu rumah (house dust mites)
c) Spora jamur
2. Makanan tertentu
3. Karet lateks
C. Alergen Udara (Airborne Allergens)
Tungau debu rumah adalah organisme yang sangat kexil, yang hidup
menempel pada debu di dalam rumah, maupun diberbagai tempat kerja.Debu
rumah dan juga debu yang menempel di alat-alat rumah tangga kerap
mengandung tungau debu rumah yang menjadi penyebab utama terjadinya
rhinitis alergi yang berkepanjangan (perennial allergen rhinitis).
3. Spora jamur (mold)
Mold adalah salah satu jenis jamur. Spora jamur yang merupakan alat
kembang biak yang mempunyai bentuk, ukuran dan warna yang bermacam-
macam. Spora seperti halnya tepungsari, sering dijumpai bertebangan di udara
sehingga dapat terhidup pada waktu kita bernapas.Jika spora terhirup, dapat
menimbulkan rhinitis alergi dan akrena ukurannya sangat kecil spora dapat
terhirup masuk sampai ke paru-paru. Jamur dapat ditemukan di semua tempat
yang lembab, gelap, cukup oksigen dan menyediakan bahan-bahan makanan
bagi kehidupannya. Ia dapat tumbuh pada kayu lupuk, tumpukan daun, pada
tumpukan pupuk kompos, dan jerami. Di dalam rumah jamur mudah di jumapi
dikamar mandi, kloset dan gudang bawah tanah yang lembab.
4. Protein hewani
Pada orang yang bukan penderita alergi, benda asing yang masuk melalui
pernapasan di dalam rongga hidung akan diteruskan oleh lendir hidung kea rah
tenggorok kemudian ditelan atau dibatukkan ke luar.
Orang yang peka, segera sesudah allergen menempel pada selaput lendir hidung,
terjadi reaksi yang merangsang mast cell yang terdapat di dalam jaringan ini
melepaskan histamine dan bahan-bahan kimia lainnya.Bahan-bahan kimia ini
kemudian merangsang terjadinya kongesti hidung, bersin-bersin, gatal-gatal,
iritasi dan pembentukan lendir yang berlebihan, seperti yang terjadi pada rhinitis
alergi.
Must cell juga akan melepaskan sitokin dan leukotrin, yang juga berpengaruh
pada terjadinya gejala alergi. Sebagian penderita alergi.Akan menunjukkan gejal-
gejala asma yang berat, misalnya batuk-batuk, sesak napas, dan anaps yang
pendek pendek.Hal ini disebabkan oleh menyempitnya saluran hawa, Produksi
lendir yang berlebihan dan terjadinya keradangan.
E. Pemeriksaan
Untuk memastikan terjadinya alergi, berbagai uji alergi yang dapat dilakukan
yaitu melalui uji kulit atau pemeriksaan darah.
1. Uji kulit
Pemeriksaan darah dilakukan apabila uji kulit tidak bisa dilakukan, misalnya
jika kelainan kulit terlalu luas, atau pada orang yang menderita eksem. Titer
antibody IgE dapat ditentukan melalui pemeriksaan darah, misalnya dengan
RAST (Radio Allergen Sorben Test)
F. Pengobatan Alergi