Anda di halaman 1dari 18

SATUAN ACARA PENYULUHAN

BENCANA BANJIR DAN DIARE

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kegawatdaruratan

Fasilitator :
Merina Widyastuti, S.Kep.,Ns.,M.Keo

Kelompok 2 :
1. Esty Lailatul F. (NIM 161.00)
2. Lina Arsita (NIM 161.0058)
3. Nandika Nur Ayu F. (NIM 161.00)
4. Ni Putu Gita W. (NIM 161.00)
5. Ringa Sena P. (NIM 161.00)

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan
proposal penyuluhan yang berjudul “Satuan Acara Penyuluhan Bencana Banjir dan
Diare” ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.
Kami sangat berharap proposal ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
tugas ini terdapat kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan dimasa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga proposal sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya proposal yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan dimasa depan.

Surabaya, 26 September 2019

Penulis

2
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES HANG TUAH SURABAYA
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
BANJIR DAN DIARE

Pokok Bahasan : Banjir dan Penyakit Diare


Waktu : Senin 30 Maret 2019
Sasaran : Masyarakat Tandes RT 01 RW 05
Tempat : Balai Griya Utama
Jenis : Pendidikan Kesehatan

A. LATAR BELAKANG
Paru-paru dibagi dua, paru-paru kanan terdiri dari tiga lobus, lobus pulmo
dekstra superior, lobus media dan lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh
lobulus. Paru-paru kiri terdiri dari pulmo sinistra lobus superior dan inferior.
Tiap lobus terdiri dari belahan yang bernama segmen kemudian lobulus yang
berisi bronkhiolus yang bercabang banyak disebut duktus alveolus berakhir
pada alveolus yang diameternya 0,2-0,3 mm.
Meningkatnya tekanan intra pleural sehingga akan menyebabkan
kemampuan dilatasi alveoli menurun dan lama-kelamaan mengakibatkan
atelektasis (layuhnya paru-paru). Apabila luka pada dinding dada tertutup dan
klien masih mampu bertahan, udara yang berlebihan dapat diserap hingga
tekanan udara di dalam rongga pleura akan kembali normal.
Pada luka tembus dada, bunyi aliran udara terdengar pada area luka
tembus. Yang selanjutnya disebut “sucking chest wound” (luka dada
menghisap). Jika tidak ditangani maka hipoksia mengakibatkan kehilangan
kesadaran dan koma. Selanjutnya pergeseran mediastinum ke arah berlawanan
dari area cedera dapat menyebabkan penyumbatan aliran vena kaca superior
dan inferior yang dapat mengurangi cardiac preload dan menurunkan cardiac
output. Jika ini tidak ditangani, pneumothoraks makin berat dapat

3
menyebabkan kematian dalam beberapa menit. Beberapa pneumothoraks
spontan disebabkan pecahnya “blebs”, semacam struktur gelembung pada
permukaan paru yang pecah menyebabkan udara masuk ke dalam kavum
pleura. Pneumathoraks. Robekan pada percabangan trakeobronkial
menyebabkan kolaps paru dan pergeseran mediastinum ke sisi yang tidak sakit.
Dalam studi baru, 12% pasien dengan luka tusukan asimtomatik
dada memiliki tertunda Pneumotoraks atau hemothorax. Morbiditas:
Pneumotoraks spontan primer mempengaruhi 9.000 orang per tahun dan lebih
umum pada laki-laki yang tinggi, tipis antara usia 20 dan 40 tahun. Tingkat
kekambuhan: sekitar 40% untuk Pneumotoraks spontan primer dan sekunder,
terjadi dalam interval 1,5 hingga 2 tahun (Matt Vera: 2012).

B. TUJUAN
I. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah mendapatkan penyuluhan bencana banjir dan wabah diare
diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat.

II. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah dilakukan tindakan penyuluhan bencana banjir dan diare
diharapkan dapat melakukannya saat terjadi bencana banjir dan wabah diare
selama 30 menit, diharapkan peserta penyuluhan mampu:
1. Memahami pengertian bencana banjir dan wabah diare
2. Memahami penyebab banjir dan wabah diare
3. Memahami dampak banjir dan wabah diare
4. Memahami penatalaksanaan diare
5. Memahami pencehagan diare dengan baik dan benar
6. Memahami kondisi untuk dirujuk saat diare

C. STRUKTUR PENYULUHAN
1. Tempat : Balai Griya Utama
2. Pelaksanaa : 07.30 WIB
3. Durasi : 30 menit

4
4. Alat dan sarana : leaflet, powerpoint, LCD Proyektor, dan Laptop

C. PENGORGANISASIAN
1. Moderator, bertugas :
a. Memimpin dan mengorganisasikan jalannya penyuluhan mulai dari
pembukaan sampai selesai
b. Mengarahkan penyuluhan
c. Memandu proses penyuluhan
2. Penyaji, bertugas:
a. Menyampaikan atau menjelaskan pokok bahasan penyuluhan
b. Menggali pengetahuan peserta
3. Fasilitator, bertugas:
a. Memfasilitasi peserta untuk bersiap mengikuti penyuluhan
b. Membimbing peserta untuk mengikuti jalannya penyuluhan
c. Memperhatikan respon peserta saat penyuluhan
4. Observer, bertugas:
a. Mangawasi jalannya penyuluhan
b. Mencatat proses penyuluhan disesuaikan dengan rencana
c. Mencatat situasi penghambat dan pendukung proses penyuluhan
d. Menyusun laporan dan menilai hasil penyuluhan dibantu dengan
moderator

5
D. DENAH

Keterangan:

Observer

Penyaji

Fasilitator

Moderator

PPT

E. KEGIATAN

TAHAP KEGIATAN KEGIATAN METO MEDIA


PENYAJI PESERTA DA

Pra a. Menyiapkan materi a. Mandiri - -


Kegiatan b. Media b. Mandiri
(2 menit) c. Tempat dan c. Mandiri
undangan
Kegiatan a. Penyaji memberi a. Menjawab salam Ceramah Powerpoint
Pembuka salam,memperkenal dan dan Leaflet
(3 menit) kan diri Diskusi
b. Apersepsi b. Menyampaikan
pengetahuannya
tentang bencana
banjir dan
wabah diare
c. Mengungkapkan c. Menyimak
tujuan kegiatan penjelasan dari
penyuluhan penyaji
Uraian d. Penyaji d. Peserta Ceramah Powerpoint
Materi menyampaikan menyimak dan dan Leaflet
(20 menit) materi penjelasan Diskusi
e. Memberi materi dari
kesempatan pada penyaji
peserta untuk e. Mengajukan
bertanya atau pertanyaan
6
memberikan tentang hal-hal
tambahan yang belum
dipahami

Kegiatan f. Penyaji memberikan f. Peserta Ceramah Powerpoint


Penutup pertanyaan sebagai menjawab dan dan Leaflet
(5 menit) bahan evalusai pertanyaan yang Diskusi
keberhasilan diajukan oleh
penyuluhan pendidik
g. Menyimpulkan g. Bersama-sama
materi yang telah penyaji
disampaikan menyimpulkan
hasil diskusi
h. Memberi salam h. Menjawab salam
penutup

F. ANTISIPASI MASALAH
Jika pada saat kegiatan berlangsung terjadi masalah seperti:
1. Apabila ada peserta yang akan meninggalkan proses penyuluhan: mencegah
peserta dan menganjurkan peserta untuk duduk kembali dan menjelaskan
kepada peserta tentang pentingnya pengetahuan tentang banjir dan wabah
diare
2. Apabila tidak ada peserta yang bertanya: memancing responden agar
bertanya dengan cara menanyakan kepada responden, sehingga responden
akan termotivasi untuk bertanya.
3. Apabila responden tidak menjawab saat diberikan pertanyaan: penyaji
sedikit mengulang dan menjelaskan apa yang telah disampaikan lalu
anjurkan peserta untuk mengulang apa yang sudah disampaikan.
4. Apabila peserta ramai saat penyuluhan berlangsung: fasilitator memberikan
instruksi kepada peserta agar tidak ramai dan kembali fokus pada
penyuluhan

G. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Kesiapan SAP
b. Kesiapan media dan tempat
c. Peserta yang hadir minimal 70% dari jumlah peserta di undang

7
d. Pengorganisasian dilakukan 1 hari sebelumnya
2. Evaluasi Proses
a. Kegiatan dilaksanakan sesuai dengan waktunya
b. Kegiatan berjalan sesuai dengan SAP
c. Pengorganisasian berjalan sesuai dengan job description
d. Peserta antusias terhadap penyuluhan yang dilakukan
e. Peserta tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan selesai
f. Peserta terlibat aktif dalam kegiatan diskusi
3. Evaluasi hasil
a. Peserta mampu memahami maksud dan tujuan dari diadakannya
pendidikan kesehatan tentang banjir dan wabah diare
b. Peserta mengetahui pokok masalah yang telah di diskusikan yaitu
banjir dan wabah diare
c. Peserta mampu menjawab pertanyaan yang diberikan

1. Materi
(Terlampir)

8
A. Konsep Dasar Teori
A. Pengertian Banjir dengan Diare
Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika tergenangnya wilayah
daratan karena volume air yang meningkat. Banjir diakibatkan oleh volume air
di suatu badan air seperti sungai atau danau yang meluap atau menjebol
bendungan sehingga air keluar dari batasan alaminya. Banjir juga dapat terjadi
di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di selokan
sungai.
Penyakit yang sering diakibatkan karena banjir diantaranya adalah diare.
Diare merupakan kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi
lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering
(tiga kali atau lebih) dalam satu hari.

B. Penyebab Banjir dengan diare


Penyebab banjir di Indonesia sering kali disebabkan oleh kepadatan
penduduk yang berpengaruh langsung terhadap berkurangnya daerah resapan
air, dan kurangnya kesadaran, pemahaman serta tingkat kepedulian yang rendah
dari masyarakat untuk menjaga lingkungan tetap bersih dari sampah.
Diare adalah salah satu penyakit yang paling rentan diderita pada saat banjir,
sebab lingkungan disekitar wilayah terkena banjir sangat kotor termasuk
sanitasi air yang mendukung berkembangnya bakteri dan virus penyebab diare.

C. Dampak Banjir dengan diare


Dampak banjir akan dialami langsung oleh warga yang terkena air banjir
ialah lingkungan menjadi kotor yang mengakibatkan pada kurangnya sarana air
bersih dan berbagai penyakit mudah menjangkiti warga yang terserang banjir.
Dampak dari banjir yaitu rentannya warga sekitar untuk terkena diare, jenis
diare dapat dibagi menjadi dua, yaitu diare akut dan diare kronik atau persisten.
Diare akut adalah diare yang kurang dari 14 hari, sementara diare kronis yaitu
diare yang lelbih dari 14 hari.

9
D. Cara Menanggulangi Banjir
Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan oleh masyarakat untuk
menanggulangi kejadian akibat banjir
1. Pengoptimalan sungai atau selokan
Masyarakat ikut berperan untuk memelihara dan menjaga
kebersihan sungai maupun selokan. Kebersihan dan deras arusnya harus
dipantau setiap saat, bukan hanya mengamati jika terjadi banjir.
2. Tidak melakukan pembuatan rumah sepanjang aliran sungai
Tanah di pinggiran sungai tidak seharusnya digunakan untuk
pemukiman penduduk karena akan mengakibatkan dipenuhinya sampah
pada pinggiran sungai sebab kurangnya motivasi masyarakat untuk
menjaga kebersihan lingkungan dan tatanan kota tidak teratur.
3. Melakukan tebang pilih dan reboisasi
Pohon yang telah ditebang sebaiknya ada penggantinya. Menebang
pohon yang telah berkayu kemudian di tanam kembali tunas pohon yang
baru.

E. Tanda-Tanda pada Anak Jika Terkena Diare


Cara menilai anak diare
a) Perhatikan:
1. Bagaimana keadaaan umum anak?
2. Sadar atau tidak sadar?
3. Lemas atau terlihat sangat mengantuk?
4. Apakah anak gelisah?
5. Berikan minum, apakah dia mau minum?
Jika iya, apakah ketika minum ia tampak sangat haus atau malas
minum?
6. Apakah matanya cekung atau tidak cekung?
7. Lakukan cubitan kulit perut (turgor).
Apakah kulitnya kembali segera, lambat, atau sangat lambat (lebih dari
2 detik) ?
b) Pastikan:

10
1. Berapa lama anak sudah mengalami diare?
2. Berapa kali anak buang air besar dalam satu hari?
3. Apakah tinjanya ada darah?
4. Apakah dia muntah?
5. Apakah ada penyakit lainnya?

Table 1 : Klasifikasi tanda-tanda derajat dehidrasi

F. Penatalaksanaan Diare
Lima Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS DIARE):
1) Berikan oralit
2) Berikan tablet Zinc selama 10 hari berturutturut
3) Teruskan ASI-makan
4) Berikan antibiotik secara selektif
5) Berikan nasihat pada ibu/keluarga

Rencana terapi untuk masing-masing penderita diare :


Bagan 1 : Rencana Terapi A Diare Tanpa Dehidrasi

11
Bagan 2 : Rencana Terapi B Diare Dehidrasi Ringan/ Sedang

12
Bagan 3 : Rencana Terapi C Diare Dehidrasi Berat

13
14
G. Pencegahan Diare yang Benar dan Efektif
1) Cara mencegah dehidrasi sebelum anak dibawa ke sarana kesehatan
Berikan oralit, bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga misalnya air
tajin, kuah sayur, sari buah, air teh, air matang dll.
2) Cara melakukan pencegahan diare yang benar dan efektif
3) Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai 2 tahun
4) Memberikan makanan pendamping ASI sesuai umur
5) Memberikan minum air yang sudah direbus dan menggunakan air bersih
yang cukup
6) Mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum makan dan sesudah buang
air besar
7) Buang air besar di jamban
8) Membuang tinja bayi dengan benar
9) Memberikan imunisasi campak

H. Kondisi Untuk Dirujuk Pada Saat Diare


1) BAB cair lebih sering
2) Muntah berulang-ulang
3) Mengalami rasa haus yang nyata
4) Makan atau minum sedikit
5) Demam
6) Tinjanya berdarah
7) Tidak membaik dalam 3 hari

15
DAFTAR HADIR KEGIATAN PENYULUHAN PADA MAHASISWA
MENGENAI BANJIR DAN DIARE BALAI GRIYA UTAMA

No Nama Tanda Tangan


1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5. 5.
6. 6.
7. 7.
8. 8.
9. 9.
10. 10.
11. 11.
12. 12.
13. 13.
14. 14.
15. 15.
16. 16.
17. 17.
18. 18.
19. 19.
20. 20.
21. 21.
22. 22.
23. 23.
24. 24.
25. 25.

16
DAFTAR PUSTAKA

Betz, C. L. (2009). Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 5. Jakarta : EGC.


Hardi, N. H. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
& NANDA (North American Nursing Diagnosis Association) NI-NOC.
Jakarta: Mediaaction Publishing.
Departemen Kesehatan RI. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Lima
Langkah Tuntaskan Diare.

17
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofiologi Edisi Revisi 3. Jakarta :


EGC
FKUNISSULA. Buku Panduan Skill Lab Pengelolaan Bantuan Nafas Dasar
dan Lanjut
Jacob L, Heller. 2014. Endotracheal Intubation.
https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003449.htm
diakses pada 12 Maret 2019
Jones, Steve. Needle Thoracocentesis Pneumothorax/Hemothorax.
http://www.clemc.us/images/Pneumothorax-
Hemopneumothorax_Needle_Decompression.pdf diakses pada 12
Maret 2019
Perhimpunan Tim Bantuan Medis Mahasiswa Kedokteran Indonesia
Kurikulum PTBMMKI. 2016. Kurikulum pendidikan dan latihan.
Deno Madasa Subing, PMPATD Pakis Rescue Team FK
Universitas Lampung.
Syaifuddin, H . 2006 . anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi
3. Jakarta : EGC
Tambayong, Jan . 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC
Trauma. 2004. Chest Trauma Pneumothorax Tension.
http://www.trauma.org/archive/thoracic/CHESTtension.html
diakses pada 12 Maret 2019
V, Divatia J dan Bhowmick K. 2005. Complication of endotracheal Intubation
and Other Airway Management Procedures.
http://medind.nic.in/iad/t05/i4/iadt05i4p308.pdf diakses pada 12
Maret 2019

18

Anda mungkin juga menyukai