Anda di halaman 1dari 27

PENERAPAN KOMUNIKASI DALAM

KONTEKS SOSIAL

Fasilitator : Lela Nurlela S.kep, M.Kes

S1 KEPERAWATAN
STIKES HANG TUAH SURABAYA
2015/2016
PENERAPAN KOMUNIKASI DALAM
KONTEKS SOSIAL

Oleh:
1510021 Ika Yulia Hadinata 151.0031 Martha Ayu Agustin
1510022 Ike Faradilah 151.0032 M. Fathur Andreyanto
151.0023 Imelda Sandy Wiratmi S 151.0033 Monica Putri Ratutillah
151.0024 Iriani Wahyuni Lestari 151.0034 Nadya Rinda Eka Rana
151.0025 Irwan Bahari Rizkillah 151.0035 Nadya Wahyu Pratiwi
151.0026 Kurrotul Aini 151.0036 Nanda Devi K
151.0027 Lila Watiningrum 151.0037 Novelda Febriyanti
151.0028 Listiana Nur Fadillah 151.0038 Novi Triyas Diyanto
151.0029 Mahalia Ocha Danna 151.0040 Octafiansyah Alwan K.w
151.0030 Makhda Anjani Putri 151.0041 Peny Indrawati

ii | P a g e
1.

iii | P a g e
Kata Pengantar

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT.atas rahmat dan


karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Ilmu
Keperawatan Dasar I dalam bentuk makalah berjudul “PENERAPAN
KOMUNIKASI DALAM KONTEKS SOSIAL” ini dengan lancar.

Makalah ini telah dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa


bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan
hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Wiwiek Liesyaningrum, M.Kep selaku kepala STIKES HANG TUAH


Surabaya
2. Ibu Lela Nurlela, S.Kep, M.kes selaku penanggung jawab mata kuliah
Ilmu Keperawatan Dasar II
3. Bapak Antonius Catur, S.Kep., M.Kes selaku dosen mata kuliah Ilmu
Keperawatan Dasar
4. Ibu Farida selaku dosen mata kuliah Ilmu Keperawatan Dasar
5. Teman-teman angkatan 21 prodi S1 Ilmu keperawatan STIKES
Hangtuah Surabaya

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar


pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk
memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif
dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya.

Akhir kata, semoga makalah ini berguna bagi kita semua.

Surabaya, 19 Oktober 2015

Penyusun
DAFTAR ISI

1. Halaman Cover......................................................................................ii
2. Kata Pengantar .....................................................................................iii
3. Daftar isi.................................................................................................iv
4. Bab 1
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................1
1.3 Tujuan..............................................................................................2
1.4 Manfaat............................................................................................2
5. Bab 2
2.1 Tinjauan Teori.............................................................................3
6. Bab 3
3.1 Komunikasi Kelompok dalam Keperawatan....................................4
3.2 Komunikasi Interpersonal dan Intrapersonal...................................6
3.3 Konflik Dalam Hubungan Antar Pribadi...........................................9
3.4 Komunikasi Interdisipliner dalam Keperawatan……………………12
3.5 Sistem komunikasi Massa……………………………………………14

7. Penutup...............................................................................................20
8. Daftar Pustaka.....................................................................................21
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunikasi merupakan suatu hal yang paling penting dan
merupakan aspek yang paling kompleks dalam kehidupan manusia.
Menurut sejumlah penelitian, 75 persen dariseluruh waktu kita dipakai
untuk berkomunikasi. Kehidupan kita sehari-hari memang sangatkuat
dipengaruhi oleh komunikasi dengan orang lain, baik melalui pesan-
pesan yang diterimadari orang lain yang bahkan tidak dikenal baik,
dan juga komunikator yang dekat maupunjauh jaraknya.
Dalam konteks sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat
hidup tanpa manusia lain.Karena itu, dalam menjalin hubungan
dengan manusia lain memerlukan komunikasi. Kitasebagai muslim
begitu bangun tidur mendengar adzan dan melakukan salat Subuh.
Inikomunikasi antara dirinya dengan Sang Pencipta. Ketika salat,
terkadang kita meneteskan airmata, sambil memohon diberi petunjuk
oleh Sang Pencipta. Begitu pula manusia sejak lahir,pada dasarnya
sudah berkomunikasi. Contohnya, seorang bayi dengan cara
menangismengomunikasikan keinginannya. Seorang ibu memiliki
naluri sehingga mengerti maksudtangisan bayinya yang belum bicara,
misalnya saja dengan segera memberikan air susu ibu(ASI). Bila
seseorang berbicara dan temannya tidak mendengarkan, maka tak
ada pembagiandan komunikasi. Jika orang pertama menulis dalam
bahasa Inggris dan orang kedua tidakdapat membaca bahasa Inggris,
maka tidak ada pembagian dan tak ada komunikasi.
Dari apa yang dilakukan, komunikasi dalam kehidupan manusia
sebenarnya merupakan hal pokok.Melalui komunikasi, orang bakhan
dapat memengaruhi dan mengubah sikap orang lain,membentuk
konsensus dan membuat keputusan.
Dengan melihat contoh tersebut, kita dapatmelihat eksistensi
manusia dan hubungan sosial dengan lingkungan sosialnya,
sehinggakualitas sosial manusia ditentukan bagaimana
berkomunikasi.Untuk itulah sangat untuk kitamempelajari dan
memahami pentingnya komunikasi dalam kehidupan sosial, budaya,
dan keyakinan kita.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimanakah komunikasi kelompok dalam keperawatan?
b. Bagaimanakah komunikasi interpersonal dan intrapersonal?
c. Bagaimanakah komunikasi dalam hubungan antar pribadi?
d. Bagaimana komunikasi interdisipliner dalam keperawatan?
e. Bagaimana system komunikasi massa?

1.3 Tujuan
a. Mengetahui mengenai deskripsi komunikasi kelompok dalam
keperawatan.
b. Mengetahui mengenai deskripsi komunikasi interpersonal dan
intrapersonal.
c. Mengetahui mengenai deskripsi komunikasi dalam hubungan
antar pribadi.
d. Mengetahui mengenai deskripsi komunikasi interdisipliner
dalam keperawatan.
e. Mengetahui mengenai deskripsi system komunikasi massa.

1.4 Manfaat
Agar mahasiswa mampu memahami dan menerapkan komunikasi
dalam konsteks social di dunia keperawatan.
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Lanadasan Teori


Komunikasi adalah suatu proses dimana mana seseorang atau
beberapa orang, kelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan,
dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan
orang lain.
Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal
yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak, Apabila tidak
ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi
masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan,
menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan
kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi
dengan bahasa non verbal.
Istilah komunikasi dalam bahasa inggris disebut communication,
yang berasal dari kata communication atau communis yang memiliki
arti sama atau sama yang memiliki makna pengertian bersama.
Pengertian Komunikasi :
 Kamus Besar Bahasa Indonesia  komunikasi adalah
pengiriman dan penerimaan pesan atau berita dari dua orang atau
lebih agar pesan yang dimaksud dapat dipahami. 
 James A.F.Stoner  Komunikasi adalah proses dimana
seseorang berusaha memberikan pengertian dengan cara
pemindahan pesan.
 Prof. Drs. H.A.W. Widjaya  Komunikasi adalah hubungan
kontak antar dan antara manusia baik individu maupun kelompok.
 William F.Glueck   Menjelaskan bahwa komunikasi dapat dibagi
menjadi dengan dua bentuk. yaitu sebagai berikut :
1) Interpersonal Communications  adalah proses pertukaran
informasi serta pemindahan pengertian antara dua orang atau
lebih di dalam suatu kelompok kecil manusia. 
2) Organization Communications  adalah proses dimana
pembicara secara sistematis memberikan informasi dan
memindahkan pengertian kepada orang yang banyak dalam
organisasi dan kepada pribadi-pribadi dan lembaga-lembaga di
luar yang ada hubungan.
BAB 3
PEMBASAHAN

3.1 Komunikasi Kelompok dalam Keperawatan


3.1.1 Pengertian
 Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan
bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai
tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang
mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Deddy
Mulyana, 2005).
 Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung
antara beberapa orang dalam suatu kelompok kecil masyarakat
seperti dalam rapat, pertemuan, konferensi, dan sebagainya
dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi infomasi,
menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-
anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-
anggota yang lain secara tepat.

3.1.2 Sifat-sifat komunikasi kelompok sebagai berikut:


 Kelompok berkomunikasi melalui tatap muka
 Kelompok memiliki partisipan
 Kelompok bekerja di bawah arahan seseorang pemimpin
 Kelompok membagi tujuan atau sasaran bersama
 Anggota kelompok memiliki pengaruh atas satu sama lain.

3.1.3 Tujuan Komunikasi Kelompok


Tujuan komunikasi kelompok dapat dikategorikan menjadi dua,
yaitu :
 Tujuan Personal
1) Hubungan Sosial  dilakukan agar kita dapat bergaul
dengan orang lain, bertujuan memperkuat hubungan
interpersonal dan menaikkan kesejahteraan kita.
2) Penyaluran biasa dilakukan dalam suasana yang
mendukung adanya pertukaran pikiran atau atau dalam
diskusi keluarga, dimana keterbukaan diri sangat
dibutuhkan. Tujuan ini juga cenderung memfokuskan
komunikasi kepada masalah personal daripada hubungan
interpersonal.
3) Kelompok Terapi digunakan untuk memabantu orang
menghilangkan sikap-sikap buruk mereka, atau tingkah
laku dalam beberapa aspek kehidupan mereka. Misalnya,
suatu kelompok terapi mencakup orang-orang yang suka
minum-minum keras, obat-obatan atau masalah lainnya.
Biasanya kelompok terapi ini dibimbing oleh tenaga
profesional yang terlatih untuk melakukan psikoterapi
kelompok atau bimbingan dengan baik. Dalam
keperawatan hal ini dilakukan untuk mengupayakan
kepulihan klien yang dirawat di RSJ oleh perawat yang
sudah terlatih.
4) Belajar  asumsi yang mendasari dari belajar kelompok,
adalah ide dari dua kepala atau lebih.

 Tujuan yang Berhubungan Dengan Pekerjaan


1) Pembuatan Keputusan  Orang-orang berkumpul
bersama dalam kelompok untuk membuat keputusan
mengenai sesuatu. Bila orang berpartisipasi dalam
pembuatan keputusan, mereka lebih suka menerima
hasil kerjanya dan melakukannya dengan baik.
2) Pemecahan Masalah  Kelompok adalah cara yang
terbaik dalam memecahkan masalah. Sehingga dapat
pula menyempurnakan hubungan yang kurang baik.

 Sedangkan tujuan komunikasi menurut Effendy (2006:8)


antara lain:
1) Perubahan sikap (attitude change)
2) Perubahan pendapat (opinion change)
3) Perubahan perilaku (behavior change)
4) Perubahan sosial (social change)

3.1.4 MANFAAT KELOMPOK DALAM KEPERAWATAN


Pentingnya kelompok dalam Keperawatan disebabkan karna :
1) Profesi perawat merupakan bagian dari profesi
kesehatan yg anggotanya terdiri dari perawat dimana
terjadi satu ikatan profesi yg mempunyai tujuan untuk
kepentingan yg sama dalam bidang keperawatan .
2) Profesi perawat terbentuk dari adanya suatu kelompok-
kelompok perawat yg mempunyai tradisi, norma,
prosedur dan terjadi aktifitas yg sama dalam menjalankan
tugas sebagaimana seorang perawat.
3) Terbentuknya kelompok karena adanya partisipasi dari
anggota yang mempunyai motivasi dan tujuan dari
masing-masing anggota.
4) Setiap anggota saling tergantung satu dg yang lain
karena saling memerlukan bantuan.

3.2 Komunikasi Interpersonal dan Intrapersonal


3.2.1 KOMUNIKASI INTERPERSONAL
 Pengertian :
 Devito (1989)  merupakan penyampaian pesan oleh
satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau
sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya
dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik
segera.
 Burgon & Huffner (2002)  adalah komunikasi yang
dilakukan kepada pihak lain untuk mendapatkan umpan
balik, baik secara langsung (face to face) maupun
dengan media.
 Effendi  adalah komunikasi efektif antar komunikator
dengan komunikan dalam upaya megubah sikap,
pendapat, atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang
dialogis berupa percakapan. Arus balik sifatnya langsung,
sehingga komunikator mengetahui tanggapan komunikan
saat itu juga, apakah respon yang diberikan positif atau
negatif, berhasil atau tidak berhasil. Jika ia dapat
memberikan kesempatan pada komunikan untuk
bertanya seluas-luasnya.
 Jadi komunikasi intrapersonal adalah proses penukaran
informasi atau komunikasi yang dilakukan oleh dua orang
secara langsung sehingga komunikan dapat melihat
dampak maupun reaksi yang diberikan oleh lawan
biacaranya secara verbal maupun non-verbal.

 Tujuan komunikasi interpersonal:


1) Menemukan personal atau pribadi  Dalam komunikasi
interpersonal ada kesempatan kita untuk berbicara
tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri kita yang
membuat komunikasi tersebut sangat menarik dan
mengasyikkan untuk didiskusikan. Dengan
membicarakan diri kita terhadap orang lain, kita
memberikan seumber balikan yang luar biasa terhadap
perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita.
2) Menemukan dunia luar  Hanya komunikasi
interpersonal menjadikan kita dapat memahami lebih
banyak tentang diri kita dan orang lain yang
berkomunikasi dengan kita. Banyak informasi yang kita
ketahui datang dari komunikasi interpersonal.
3) Membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti 
Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah
membentuk dan memelihara hubungan dengan orang
lain. Banyak dari waktu dipergunakan dalam komunikasi
interpersonal diabadikan untuk membentuk dan menjaga
hubungan sosial dengan orang lain.
4) Berubah sukap dan tingkah laku Banyak waktu kita
pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku
orang lain dengan pertemuan interpersonal. Kita boleh
menginginkan mereka memilih cara tertentu, misalnya
mencoba diet yang baru, membeli barang tertentu,
melihat film, menulis membaca buku, memasuki bidang
tertentu dan percaya bahwa sesuatu itu benar atau salah,
banyak waktu yang terlibat dalam posisi interpersonal.
5) Untuk bermain dan kesenangan  Berbicara dengan
teman mengenai aktivitas kita pada waktu akhir pekan,
berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita dan
cerita lucu pada umumnya hal itu adalah merupakan
pembicaraan untuk menghabiskan wkatu. Dengan
melakukan komunikasi interpersonal semacam itu dapat
memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran
yang memerlukan rileks dari semua keseriusan di
lingkungan kita.
6) Untuk Membantu  Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi
klinis dan terapi menggunakan komunikasi interpersonal
dalam kegiatan professional mereka untuk mengarahkan
kliennya. Ini juga berfungsi membantu orang lain dalam
interaksi interpersonal kita seari-hari. Kita berkonsultasi
dengan seorang teman yang putus cinta, berkonsultasi
dengan mahasiswa tentang mata kuliah, dan sebagainya.

 Fungsi komunikasi interpersonal :


1) Membentuk dan menjaga hubungan baik antar individu.
2) Menyampaikan pengetahuan atau informasi.
3) Mengubah sikap dan perilaku.
4) Pemecahan masalah hubungan antar manusia.
5) Citra diri menjadi lebih baik.
6) Jalan menuju sukses.

 Hambatan komunikasi interpersonal :


1) Komunikator  contohnya saja jika komunikatornya
gagap dalam berbiaca, hambatan lain dalam hal
psikologis adalah komunikator yang disergap rasa
gugup dan rasa tidak nyaman.
2) Media  hambatan yang dapat terjadi adalah pada
masalah teknologi komunikasi, seperti telepon,
microphone, dll.
3) Komunikan  hal biologis  saat komunikan
mengalami sulit pendengaran atau tuna rungu, hal
psikologinya  saat komunikan yang sulit
berkonsentrasi dalam pembicaraan.

3.2.2 KOMUNIKASI INTRAPERSONAL


 Pengertian
 Adalah proses yang terjadi di dalam individu mulai dari
kegitan menerima pesan atau  informasi, mengolah,
menyimpan dan menghasilkan kembali.
 Merupakan proses komunikasi yang terjadi di dalam diri
individu (internal).
 Wikipedia Indonesia  adalah bentuk penggunaan
bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri
komunikator sendiri antara self (dirinya sendiri) dengan
God (Tuhan).
 Rakhmat (2000:49)  adalah proses pengolahan
informasi dengan empat tahap yaitu sensasi, persepsi,
memori, dan berpikir.

 Tahap komunikasi intrapersonal :


1) Sensasi  tahap awal penerimaan pesan atau
informasi yang diterima oleh sensor atau alat indera
manusia (eksteroseptor, interoseptor, proprioseptor).
2) Persepsi  pengalaman tentang obyek, peristiwa,
hubungan-hubungan yang diperoleh dari menyimpulkan
informasi-informasidan menafsirkan pesan yang
diterima. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi adalah:
3) Memori  system yang berstruktur yang menyebabkan
organisme sanggup merekam fakta dan menggunakan
pengetahuannya untuk membimbing perilakunya. Jenis-
jenis memori :
 Recall: menghasilkan kembali fakta dan informasi.
 Recognition: mengenal kembali sejumlah fakta.
 Relearning: menguasai kembali pelajaran yang
pernah diperoleh.
 Redintegrasi: merekonstruksi seluruh materi dengan
petunjuk memori kecil.
4) Berpikir  proses dalam pengambilan kesimpulan yang
melibatkan sensasi, persepsi dan memori. Ada tiga
macam berpikir, yaitu:
 Deduktif: mengambil kesimpulan umum ke khusus.
 Induktif: mengambil kesimpulan dari hal yang
khusus digeneralisir.
 Evaluatif: menilai baik buruknya, tepat atau
tidaknya.

 Contoh penerapan Komunikasi Intrapersonal dalam


kehidupan sehari-hari :
 Berdoa
 Bersyukur
 Intropeksi diri dengan meninjau perbuatan diri sendiri
dan berimajinasi secara kreatif.

3.3 Konflik Dalam Hubungan Antar Pribadi


3.3.1 Pengertian Konflik
 Konflik  Bahasa Latin  configere  saling memukul.
 Secara sosiologis, konflik adalah suatu proses sosial antara
dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu
pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.

3.3.2 Jenis-Jenis Konflik


Menurut James A.F. Stoner dan Charles Wankel, terdapat lima
jenis konflik yaitu:
 Konflik Intrapersonal  konflik seseorang dengan dirinya
sendiri, terjadi bila pada waktu yang sama seseorang
memiliki dua keinginan yang tidak mungkin dipenuhi
sekaligus.
 Konflik Interpersonal  pertentangan antar seseorang
dengan orang lain karena pertentangan kepentingan atau
keinginan, sering terjadi antara dua orang yang berbeda
status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain.
 Konflik antar individu dan kelompok  berhubungan dengan
cara individu menghadapi tekanan-tekanan untuk mencapai
konformitas, yang ditekankan kepada mereka oleh kelompok
kerja mereka.
 Konflik antara kelompok  konflik antara kelompok dalam
organisasi yang sama, merupakan tipe konflik yang banyak
terjadi di dalam organisasi-organisasi. Konflik antar lini dan
staf merupakan merupakan contoh konflik antar kelompok
 Konflik antara organisasi  disebut dengan persaingan,
menyebabkan timbulnya pengembangan produk-produk baru,
teknologi baru dan servis baru, harga lebih rendah dan
pemanfaatan sumber daya secara lebih efisien.

3.3.3 Faktor Penyebab Konflik dalam Hubungan Antarpribadi


 Perbedaan individu (perbedaan pendirian dan perasaan) 
Setiap manusia adalah individu yang unik, yang memiliki
pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan
lainnya yang dapat menjadi faktor penyebab konflik, sebab
dalam menjalani hubungan, seseorang tidak selalu sejalan
dengan orang lain. Misalnya, ketika pentas musik di
lingkungan pemukiman, perasaan setiap warganya akan
berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik,
tetapi ada pula yang merasa terhibur.
 Perbedaan latar belakang kebudayaan  Seseorang akan
terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian
kelompoknya yang berbeda dan pada akhirnya akan
menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik
 Perbedaan kepentingan antara individu  Manusia memiliki
perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan
yang berbeda, sehingga, dalam waktu yang bersamaan,
masing-masing orang memiliki kepentingan yang berbeda-
beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang
sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.

3.3.4 Strategi dalam Mengatasi Konflik


 Spiegel (1994) menjelaskan ada lima tindakan yang dapat
kita lakukan dalam penanganan konflik :
1) Berkompetisi  bisa sukses dilakukan jika situasi saat itu
membutuhkan keputusan yang cepat, kepentingan salah
satu pihak lebih utama dan pilihan kita sangat vital.
Hanya perlu diperhatikan situasi menang-kalah akan
terjadi disini. Pihak yang kalah akan merasa dirugikan
dan dapat menjadi konflik yang
berkepanjangan.Tindakan ini bisa dilakukan dalam
hubungan atasan-bawahan, dimana atasan
menempatkan kepentingannya (kepentingan organisasi)
di atas kepentingan bawahan.
2) Menghindari konflik   dilakukan jika salah satu pihak
menghindari dari situsasi tersebut secara fisik ataupun
psikologis. Sifat tindakan ini hanyalah menunda konflik
yang terjadi. Menghindari konflik bisa dilakukan jika
masing-masing pihak mencoba untuk mendinginkan
suasana, membekukan konflik untuk sementara.
3)  Akomodasi  Yaitu jika kita mengalah dan
mengorbankan beberapa kepentingan sendiri agar pihak
lain mendapat keuntungan dari situasi konflik itu. Hal ini
dilakukan jika kita merasa bahwa kepentingan pihak lain
lebih utama atau kita ingin tetap menjaga hubungan baik
dengan pihak tersebut. Pertimbangan antara kepentingan
pribadi dan hubungan baik menjadi hal yang utama di
sini.
4) Kompromi  dapat dilakukan jika ke dua belah pihak
merasa bahwa kedua hal tersebut sama-sama penting
dan hubungan baik menjadi yang utama. Masing-masing
pihak akan mengorbankan sebagian kepentingannya
untuk mendapatkan situasi yang saling menguntungkan.
5) Berkolaborasi  Menciptakan situasi seri dengan saling
bekerja sama. Pilihan tindakan ada pada diri kita sendiri
dengan konsekuensi dari masing-masing tindakan. Jika
terjadi konflik pada lingkungan kerja, kepentingan dan
hubungan antar pribadi menjadi hal yang harus kita
pertimbangkan.

 Hal yang harus dipertimbangkan saat terjadi konflik:


1) Tujuan-tujuan atau kepentingan-kepentingan pribadi kita.
2) Hubungan baik dengan pihak lain.

 Gaya dalam mengelola konflik antarpribadi (Johnson,


1981) :
1) Gaya kura-kura  Konon, kura-kura lebih senang
menarik diri bersembunyi di balik tempurung badannya
untuk menghindari konflik. Mereka cenderung
menghindar dari pokok-pokok masalah maupun dari
orang-orang yang dapat menimbulkan konflik. Mereka
percaya bahwa setiap usaha memecahkan konflik hanya
akan sia-sia. Lebih mudah menarik diri, secara fisik
maupun psikologis, dari konflik daripada menghadapinya.
2) Gaya ikan hiu  Ikan hiu senang menaklukkan lawan
dengan memaksanya menerima solusi konflik yang ia
sodorkan. Baginya, tercapainya tujuan pribadi adalah
yang utama, sedangkan hubungan dengan pihak lain
tidak terlalu penting. Konflik harus dipecahkan dengan
cara satu pihak menang dan pihak lainnya kalah. Watak
ikan hiu adalah selalu mencari menang dengan cara
menyerang, mengunggli dan mengancam ikan-ikan lain.
3) Gaya kancil  Seekor kancil sangat mengutamakan
hubungan, dan kurang mementingkan tujuan-tujuan
pribadinya. Ia ingin diterima dan disukai binatang lain. Ia
berkeyakinan bahwa konflik harus dihindari, demi
kerukunan. Setiap konflik tidak mungkin dipecahkan
tanpa merusak hubungan. Konflik harus didamaikan,
bukan dipecahkan, agar hubungan tidak menjadi rusak.
4) Gaya rubah  Rubah senang mencari kompromi.
Baginya, baik tercapainya tujuan-tujuan pribadi maupun
hubungan baik dengan pihak lain sama-sama cukup
penting. Ia mau mengorbankan sedikit tujuan-tujuannya
dan hubungannya dengan pihak lain demi tercapainya
kepentingan dan kebaikan bersama.
5) Gaya burung hantu  Burung hantu sangat
mengutamakan tujuan-tujuan pribadinya sekaligus
hubungannya dengan pihak lain. Baginya konflik
merupakan masalah yang harus dicari pemecahannya.
Pemecahan itu harus sejalan dengan tujuan-tujuan
pribadinya maupun lawannya. Konflik bermanfaat
meningkatkan hubungan dengan cara mengurangi
ketegangan diantara dua pihak yang berhubungan.
Menghadapi konflik, burung hantu akan selalu berusaha
mencari penyelesaian yang memuaskan kedua pihak.
Penyelesaian yang juga mampu menghilangkan
ketegangan serta perasaan negatif lain yang mungkin
muncul di dalam diri kedua pihak akibat konflik itu.

3.4 Komunikasi Interdisipliner dalam Keperawatan


3.4.1 Pengertian
 Prentice (1990) menyatakan Ilmu Informasi sebagai disiplin
struktur, isi, dan implikasi dari sekumpulan pengetahuan
tertentu (body of knowledge).
 Paisley (1990)  Ilmu Informasi merupakan bagian dari
sebuah konstelasi berbagai disiplin dan wilayah penelitian
interdisipliner yang punya fokus sama, yaitu komunikasi
manusiawi (human communication), menurutnya Ilmu
Informasi selama ini lebih berurusan dengan simpan dan
temu kembali informasi, dan kurang memperhatikan aspek
proses komunikasi dan lingkungan sosial-budaya yang
mempengaruhinya. Sebaliknya Ilmu Komunikasi, khususnya
disiplin komunikasi massa, lebih berurusan dengan kajian
terhadap pengaruh media, terutama televisi, dengan lebih
memperhatikan aspek sosial budaya daripada teknologi
informasinya.

3.4.2 Latar belakang lahirnya disiplin


1) Pecahan dari disiplin yang sudah ada.
2) Berada di pinggiran dari sebuah disiplin, dan tidak lagi
menjadi pusat perhatian disiplin itu, lalu memisahkan diri
menjadi disiplin khusus.
3) Gabungan dari berbagai disiplin karena ada kesamaan –>
bisa berbentuk disiplin baru atau interdisciplinary.
4) Kebutuhan untuk mengatasi persoalan penting yang khas.
3.4.3 Fokus kerja sama ilmu disiplin :
1) Kedokteran hewan menggabungkan pengetahuan yang
didapat dari ilmu tentang genetik, patologi, dan ilmu-ilmu
dasar (basic sciences).
2) Kerja sosial menggabungkan pengetahuan yang didapat dari
bidang hukum, ilmu perilaku dan psikologi.
3) Perencanaan sosial menyempat dari kerja sosial dan
menambahkan bidang pengetahuan perencanaan regional
(regional planning) ke dalamnya.
4) Kedokteran gigi menyempal dari kedokteran umum dan
menambahkan pengetahuan budaya, terutam aspek estetika
ke dalamnya.
3.4.4 Ciri penggabungan ilmu disipliner :
1) Interdisipliner (interdisciplinary) adalah interaksi intensif antar
satu atau lebih disiplin, baik yang langsung berhubungan
maupun yang tidak, melalui program-program pengajaran
dan penelitian, dengan tujuan melakukan integrasi konsep,
metode, dan analisis.
2) Multidisipliner (multidisciplinay) adalah penggabungan
beberapa disiplin untuk bersama-sama mengatasi masalah
tertentu.
3) Transdisipliner (transdisciplinarity) adalah upaya
mengembangkan sebuah teori atau aksioma baru dengan
membangun kaitan dan keterhubungan antar berbagai
disiplin.

3.4.5 Ciri-ciri Ilmu Informasi sebagai multidisiplin menurut


Paisley yaitu:
1) Informasi semakin diletakkan dalam konteks institusi,
terutama perpustakaan, sekolah, media massa, perencanaan
sumberdaya informasi, penyediaan jasa informasi, dan
pengembangan sistem informasi.
2) Teknologi komunikasi memainkan peranan penting dalam
perubahan, tetapi konteks sosial semakin diperhatikan juga.
Perpustakaan digital, misalnya, tetap adalah sebuah
perpustakaan.
3) Konteks epistemologi semakin dipertegas, karena kenyataan
bahwa Ilmu Informasi juga mengandung beberapa cabang
dari analisa sistem, statistika linguistik, cybernetics, dan
antarmuka manusia-mesin, terutama yang dipengaruhi oleh
pandangan kognitif dari bidang psikologi.
4) Konteks sosial juga ikut dipertegas, terutama dengan
mempelajari aspek sosi0-historis dan ekonomis dari
penerapan teknologi informasi. Paisley mengingatkan bahwa
Royal Society’s Conference of Scientific Information di tahun
1948 sudah bicara tentang bidang baru informasi bahkan
sebelum ada komputer. Tahun 1950an dan 1960an ada
upaya membangun sistem informasi untuk mendukung
BigScience, dan baru pada pertengahan upaya itu muncul
komputer.

3.5 Sistem Komunikasi Massa


3.5.1 Pengertian Komunikasi Massa
 Bittner (1980:10)  “Komunikasi massa adalah pesan yang
dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar
orang.”
 Garbner (1967)  “Komunikasi massa adalah produksi dan
distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus
pesan yang kontinyu serta paing luas dimiliki orang dalam
masyarakat industry.”
 Ruben (1992)  “Komunikasi massa adalah proses di mana
informasi diciptakan dan disebarkan oleh organisasi untuk
dikonsumsi oleh khalayak.”
 Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada
sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim
melalui media cetak atau media elektronik sehingga pesan
yang sama dapat disampaikan secara serempak dan sesaat.
 Komunikasi massa adalah proses penyampaian pesan yang
berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang
melembaga kepada klayak yang sifatnya missal melalui alat-
alat yang bersifat mekanis.

3.5.2 Karakteristik psikologi Komunikasi massa


 Pengendalian arus informasi  Mengendalikan arus
informasi berarti mengatur jalannya pembicaraan yang
disampaikan dan yang diterima. Pada komunikasi massa,
seorang komunikator mengendalikan arus informasi sehingga
menunjang persuasi yang efektif. Komunikator sulit untu
menyesuaikan pesannya dengan reaksi komunikan.
 Umpan balik  adalah pesan yang dikirim kembali dari
penerima ke sumber, memberitahu sumber tentang reaksi
penerima, dan memberikan landasan pada sumber untuk
memberikan reaksi selanjutnya. Dalam komunikasi massa
umpan balik (feedback)
 Stimulasi alat indra  Dalam komunikasi massa, stimuli alat
indra bergantung pada media massa yang digunakan.
 Proporsi unsur isi dengan hubungan  komunikasi massa
lebih menekankan isi pesan dibandingkan dengan hubungan
yang terjadi pada saat proses berkomunikasi berlangsung.

3.5.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Reaksi Khalayak Pada


Komunikasi Massa
o Teori DeFleur dan Ball-Rokeach tentang Pertemuan
dengan Media
1) Organisasi personal-psikologis individu seperti potensi
biologis, sikap, nilai, kepercayaan, serta bidang
pengalaman yang berbeda pada setiap individunya.
Perbedaan ini dapat menyebabkan pengaruh media
massa yang berbeda pula.
2) Kelompok-kelompok social dimana individu menjadi
anggota yang mempunyai reaksi pada stimuli tertentu
cenderung sama. Setiap anggota dalam suatu kelompok
cenderung memilih kisi komunikasi yang sama dan akan
member respon kepadanya dengan cara yang hamper
sama pula.
3) Hubungan-hubungan interpersonal pada proses
penerimaan, pengelolaan, dan penyampaian informasi.

o Pendekatan Motivasional dan Uses and Gratification


1) Motif Kognitif dan Gratifikasi Media
Pada kelompok kognitif yang berorientasi pada
pemeliharaan keseimbangan, McGuire menyebut empat
teori yaitu :
 Teori konsistensi  menekankan kebutuhan individu
untuk memelihara orientasi eksternal pada lingkungan.
Komunikasi massa mempunyai kecendrungan
menyampaikan informasi yang dan memberikan banyak
peluang untuk memenuhi kebutuhan akan konsistensi.
 Teori atribusi  memandang individu sebagai psikolog
amatir yang mencoba memahami sebab-sebab yang
terjadi pada berbagai peristiwa yang dihadapinya.
Respon yang kita berikan pada suatu peristiwa akan
bergantung pada interpretasi kita terhadap peristiwa
tersebut.
 Teori kategorisasi  menjelaskan upaya manusia untuk
memberikan makna tentang dunia berdasarkan kategori
internal dalam diri kita, Isi komunikasi massa disusun
berdasarkan alur-alur cerita yang tertentu, dengan
mudah diasimilasikan pada kategori yang ada.
 Teori objektifikasi  menerangkan upaya manusia
untuk memberikan makna tentang dunia berdasarkan
hal-hal eksternal. Menyatakan bahwa kita mengambil
kesimpulan tentang diri kita dari perilaku yang tampak.

2) Motif Afektif dan Grafitikasi Media


 Teori reduksi tegangan  memandang manusia
sebagai sistem tegangan yang memperoleh kepuasan
pada pengurangan tegangan, komunikasi massa
menyalurkan kecendrungan deskruktif manusia dengan
menyajikan peristiwa-peristiwa atau adegan-adegan
kekerasan.
 Teori ekspresif  menyatakan bahwa orang
memperoleh kepuasan dalam mengungkapkan
eksistensi dirinya, menampakkan perasaan dan
keyakinan dirinya, komunikasi massa mempermudah
orang untuk berfantasi, melalui identifikasi dengan
tokoh-tokoh yang disajikan sehingga orang secara tidak
langsung mengungkapkan perasaannya.
 Teori ego-defensif  beranggapan bahwa dalam hidup
ini kita mengembangkan citra diri yang tertentu dan kita
berusaha untuk mempertahankan citra diri ini serta
berusaha hidup sesuai dengan diri dan dunia kita, dari
media massa kita memperoleh informasi untuk
membangun konsep diri kita serta pandangan tentang
dunia dan juga hubungan sosial. Komunikasi massa
membantu memperkokoh konsep diri. Komunikasi
massa memberikan bantuan dalam melakukan teknik-
teknik pertahanan ego.
 Teori peneguhan  memandang manusia sebagai
makhluk yang selalu mengemabngkan seluruh potensi
dirinya untuk memperoleh penghargaan dari dirinya dan
dari orang lain. Komunikasi massa merupakan intitusi
pendidikan yang menyediakan informasi dan
keterampilan yang membantu orang umtuk
menaklukkan dunia dan juga memberikan kesempatan
kepada khalayak untuk mengidentifikasi dirinya dengan
tokoh-tokoh yang berkuasa.

3.5.4 EFEK KOMUNIKASI MASSA


 Efek Kehadiran Media Massa
Menurut Steven H. Chaffee menyebut lima hal yang menjadi
efek kehadiran media massa yaitu :
1) Efek ekonomis  kehadiran media massa
menggerakkan berbagai usaha seperti usaha pensuplai
kertas koran, percetakan dan lain sebagainya.
2) Efek social  berkenaan dengan perubahan pada
struktur atau interaksi sosial akibat kehadiran media
massa.
3) Efek pada penjadwalan kegiatan
4) Efek pada penyaluran/penghilangan perasaan tertentu
5) Efek pada perasaan orang terhadap media
 Efek Kognitif Komunikasi Massa
1) Pembentukan dan perubahan citra  komunikasi massa
memberikan informasi, perincian, analisis, dan tinjauan
mendalam tentang berbagai peristiwa sehingga dapat
membentuk citra sesuatu bahkan mengubah citra
tersebut. Perubahan citra seringkali disusul oleh
perubahan perilaku.
2) Agenda setting  kemampuan media massa untuk
mempengaruhi apa yang dianggap penting oleh
masyarakat. Pada teori agenda setting memiliki asumsi
bahwa media massa menyaring berita, artikel dan tulisan
yang akan disiarkannya.
3) Efek prososial kognitif  media memberikan informasi
kepada khalayak dan khalayak merasa informasi yang
diterima bermanfaat sesuai dengan kehendak khalayak
itu sendiri.
 Efek Afektif Komunikasi Massa
1) Pembentukkan dan perubahan sikap, informasi yang
disampaikan melalui media massa dapat membentuk
sikap seseorang terhadap sesuatu yang diinformasikan,
contohnya membentuk sikap pro KPK dalam kasus KPK
dan POLRI setelah diberitakan di televisi. Sebagian besar
masyarakat membentuk sikap antipati kepada POLRI
karena dianggap ingin menjatuhkan KPK. Selain itu,
informasi tersebut juga dapat mengubah sikap seseorang
yang mungkin asalnya biasa-biasa saja kepada POLRI
berubah menjadi antipati.
2) Rangsangan emosional, rangsangan yang terdapat
dalam sebuah informasi (seperti film, novel, sandiwara)
yang disampaikan melalui media massa yang digunakan
untuk menyentuh emosi kita. Rangsangan emosional
memiliki lima faktor yaitu:
 Suasana emosional, suatu film akan dirasa sangat
mengahrukan ketika kita telah mengalami hal yang
menyedihkan sebelumnya.
 Skema kognitif, yaitu semacam “naskah” pada
pikiran kita yang menjelaskan “alur” peristiwa, dapat
dikatakan pula konsep awal suatu peristiwa yang
sebelumnya pernah kita alami atau bayangkan.
Misalnya pada skema kognitif kita bahwa orang baik
akan selalu menang membuat kita tidak terlalu
cemas ketika menonton film dan tokoh tersebut
sedang terdesak karena merasa bahwa kebaikan
akan selalu menang.
 Suasana terpaan (setting of exposure), merupakan
suasana lingkungan saat kita menonton sebuah film.
Selain itu juga dapat berupa respon dari orang lain
pada saat menonton juga akan mempengaruhi.
 Predisposisi individual, mengacu pada karakteristik
pribadi seseorang. Ketika seseorang mempunyai
karakter yang melankolis maka cenderung akan
menanggapi suatu film secara lebih dramatis. Satu
acara akan ditanggapi berbeda oleh orang yang
berbeda, karena setiap karakteristik orang berbeda-
beda.
 Tingkat identifikasi, menunjukkan sejauh mana
orang merasa terlibat dengan tokoh yang ditampilkan
dalam media massa.
3) Rangsangan seksual, disebabkan oleh adegan-adegan
merangsang dalam media massa. Objek yang netral
dapat menjadi stimuli erotis (stimuli yang membangkitkan
gairah seksual) hanya karena proses pelaziman,
imajinasi, dan pengalaman yang bermacam-macam.
 Efek Behavioral Komunikasi Massa
1) Efek prososial behavioral, memiliki keterampilan yang
bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun orang lain yang
didapat dari media massa karena media massa juga
dapat dijadikan sebagai alat pendidikan.
2) Agresi, film kekerasan mengajari agresi, mengurangi
kendali moral penontonnya, dan menumpulkan perasaan
mereka. Karena manusia akan lebih tertarik untuk
mengikuti sesuatu yang ditampilkan dan menarik bagi
mereka.

Selain efek-efek diatas, Kappler (1960) mengatakan bahwa


komunikasi masa juga memiliki efek sebagai berikut:
1) Conversi, yaitu menyebabkan perubahan yang diinginkan
dan perubahan yang tidak diinginkan.
2) Memperlancar atau malah mencegah perubahan.
3) Memperkuat keadaan (nilai, norma, dan ideologi) yang ada.
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara
beberapa orang dalam suatu kelompok kecil masyarakat. Tujuan
kmunikasi kelompok : Perubahan sikap,Perubahan pendapat, Perubahan
perilaku, Perubahan social. Komunikasi interpersonal Burgon & Huffner
(2002)  adalah komunikasi yang dilakukan kepada pihak lain untuk
mendapatkan umpan balik, baik secara langsung (face to face) maupun
dengan media. Hambatannya yaitu komunikasi, media, komunikan.
Komuniasi intrapersonal Adalah proses yang terjadi di dalam individu mulai
dari kegitan menerima pesan atau  informasi, mengolah, menyimpan dan
menghasilkan kembali. konflik adalah suatu proses sosial antara dua
orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha
menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya
tidak berdaya. konflik antar individu, konflik antar kelompok. Prentice
(1990) menyatakan Ilmu Informasi sebagai disiplin struktur, isi, dan
implikasi dari sekumpulan pengetahuan tertentu (body of knowledge).
Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media
massa pada sejumlah besar orang.

4.2 Saran

 Mahasiswa mampu menerapkan komunikasi dalam konteks


social di dalam keperawatan sesuai dengan teori yang ada
 Mahasiswa mampu menangani konflik yang terjadi saat
nantinya terjun di rumah sakit
DAFTAR PUSTAKA
Sheldon, Lisa Kenedy. (2009). Komunikasi untuk Keperawatan Berbicara
dengan Pasien (edisi 2). Jakarta. Penerbit Erlangga.
Nasir, Abdul, abul Muhith, Muhammad Sajidin, Wahit Iqbal Mubarak. (2011).
Komunikasi dalam Keperawatan Teori dan Aplikasi. Jakarta. Penerbit Selmba
Medika.

Anda mungkin juga menyukai