Oleh :
Avita Intan S
2030016
Oleh :
Avita Intan Safitri
NIM. 2030016
PEMBIBING INSTITUSI
B. ETIOLOGI
Penyebab dari infeksi puerperalis ini melibatkan mikroorganisme aerob
dan aerob pathogen yang merupakan flora normal serviks dan jalan lahir atau
mungkin juga dari luar dengan prosentase penyebab terbanyak lebih dari 50%
adalah streptococcus dan anaerobyang sebenarnya bukan merupakan penghuni
normal pathogen jalan lahir. Berikut kuman ang menyebabkan adanya infeksi
diantaranya :
1. Streptococcus haemolitikus aerobicus (penyebab infeksi yang berat).
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang di tularkan
dari penderita lain, peralatan yang tiak steril, tangan penolong dan
kebersihan lingkungan
2. Staphylococcus aureus.
Masuk secara eksogen, mengakibatkan infeksi sedang yang banyak
ditemukan sebagai penyebab infeksi di rumah sakit
3. Escherichia coli.
Sering berasal dari kandung kemih mupun rectum yang menyebabkan
infeksi terbatas
4. Clotridium Welchii
Kuman anaerobic yang berbahaya, sering ditemukan pada abortus
kriminalis dan partus yang ditolong oleh seseorang yang bukan
merupakan tenaga kesehatan (Sukma Febi, dkk, 2017)
C. KLASIFIKASI
1. Endometritis
Keadaan dimana beberapa kuman memasuki endometrium. Biasanya
demam mulai 48 jam postpartum dan bersifat naik turun (remittens) dan
terdapat tanda peningkatan leukosit antara 15.000-30.000/mm3.
2. Metritis
Keadaan dimana pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi
abses pelvik, peritonitis, syok septik, thrombosis vena yang dalam, emboli
pulmonal, infeksi pelvic yang menahun, dispareunia, penyumbatan tuba
dan infertilitas.
D. Web Of Caution
Proses persalinan manipulasi yang di berikan selama persalinan (pemeriksaan dalam, pemakaian alat menolong partus lama, insisi inseralisasi)
Kontaminasi Bakteri
Perineum, vagina, PERITONIUM Perluasan infeksi mikroorganisme pathogen mengkuti aliran darah & limpa
vulvus serviks &
endometrium
Trauma Persalinan Mengaktifkan Penekanan Vena oleh
Makrofag Lligament
luka Luka bekas insisi
perineum plasenta Kontaminasi
Bakteri/Kuman Pelepasan Pathogen Edema Tulang Betis
dan Endogen
hygiene yg HIS Lochea
buruk Peradangan Sulit Bergerak, Sendi Kaku,
Merangsang Sel Fisik Lemah
Peradangan Pengeluaran Uterus Endotel
Penumpukan
lochea membesar GANGGUAN MOBILITAS FISIK
Cairan Rongga
banyak dan
Peritonium Menghasilkan Asam
Eritema di bau
sekitar Perut Arakidonat
lokasi nyeri Kembung GANGGUAN RASA
Merasa NYAMAN Memicu
gelisah, Istirahat
Panas & Pengeluaran
bingung, Terganggu
Bengkak Prostagladin
tidak
berdaya GANGGUAN
RESIKO POLA TIDUR Merangsang
GANGGUAN ANSIETAS Termogulasi
INTEGRITAS
KULIT/ Suhu Tubuh
JARINGAN Meningkat, Takikardi
HIPERTERMI
E. MANIFESTSI KLINIS
Berikut tanda dan gejala yang sering muncul pada infeksi peurperalis :
1. Adanya peningkatan pada suhu tubuh (>38,5oC diukur melalui oral)
2. Takikardi
3. Nyeri pada pelvis
4. Nyeri tekan pada uterus
5. Lokhea berbau tidak sedap (berbau busuk)
6. Penurunan uterus yang lambat
nyeri dan bengkak pada luka episiotomy (Didien Ika & Suprapti, 2016)
F. KOMPLIKASI
1. Peritonitis
Peritonitas menyeluruh adalah peradangan pada semua bagian peritonium,
ini berarti baik peritoneum parietal,yaitu membran yang melapisi dinding
abdomen,maupaun peritoneum viseral,yang terletak di atas vasera atau
organorgan internal meradang
2. Saplingo-oofpritis dan Parametritis
a. Salpingo-ooforitis adalah infeksi pada ovariun dan tuba fallopi.
b. Parametritis adalah infeksi pada parametrium.,jaringan yang
memanjang sampai kesisi servik dan kepertengahan lapisan- lapisan
ligamen besar
3. Septikemia
Septikemia adalah ada dan berkembangbiaknya bakteri di dalam aliran
darah.
4. Abses
Masa yang menonjol dan berfluktuasi pada pemeriksaan vagina, nyeri
yang hebat dan nyeri tekan, demam tidak menurun meskipun diberikan
antibiotic (Didien Ika & Suprapti, 2016)
G. PEMERIKSAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan palpasi abdomen : nyeri abdomen
2. Inspeksi genetalia : infeksi luka jalan lahir
3. Pemeriksaan Bimanual menentukan sifat lokasi nyeri pelvis, massa,
abses, thrombosis vena
4. Pemeriksaan Lab sel darah putih yang normal/tinggi
5. Laju endap darah
6. Sel darah merah meningkat
7. Hb menurun pada saat anemi
8. Hapusan Vagina/ intra uterus : kultur aerob/anaerob, pemeriksaan
bakteriologi, pewarnaan gram untuk menentukan organisme penyebab
9. pemeriksaab urin : bacteriuria, kultur
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pada dasarnya hal tersebut sangat memerlukan kecepatan dan ketepatan dalam
penanganan, diantaranya sebagai berikut :
1. Pantau keadaan umum
2. Tanda-tanda vital
3. Pantau keadaan infeksi
4. Berikan antibiotic seperti : benzil penisilin, gentamisin, metronidazole,
cairan infus dan analgesic (petidin 50-100 mg/6 jam IM) (Didien Ika &
Suprapti, 2016).
5. Jangan menggaruk-garuk perineum maupun vagina
6. Jangan mengobati sendiri misalnya dengan cairan pembersih kewanitaan
karena melihat adanya keputihan
7. Segera menghubungi dokter kandungan. Selain memberi antibiotic dokter
akan menganjurkan anda untuk merawat luka denan cara bath seat, yakni
dengan berjongkok atau duduk kemudian membasuh bekas luka dengan
cairan antiseptic
8. Jaga kondisi kesehatan selama hamil, dengan mengkonsumsi makanan
yang bersih dan memenuhi pola diet sehat berimbang, serta minum air
dalam jumlah cukup
9. Menjaga kebersihan daerah sekitar vagina dan luka episiotomy
10. Pastikan kepada dokter dan petugas ruang bersalin agar alat-alat
persalinan dan juga ruang bersalin terjaga kesterilannya (Sukarni &
Sudarti, 2014).
I. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Identitas Pasien :
Meliputi nama, umur, suku bangsa, agama, pendidikan
Status Kesehatan Saat Ini
Keluhan Utama : Pasien mengatakan bahwa terdapat rembesan di area
genetalia
Riwayat kondiidi saat ini
Nteri pada area perut bagian bawah
a. Aktivitas / Istirahat
Pada keadaan ibu dengan puerperium terjadi Malaise, letargi. Kelelahan
dan/ atau keletihan yang terus menerus (persalinan lama, stresor
pascapartum multipel).
b. Sirkulasi
Terjadinya Takikardia dari dengan berat bervariasi karena ibu memiliki
kecemasan terhadap adanya infeksi
c. Eliminasi
Pada sistem eliminasi urin dan alvi pasien mengalami kesilitan dan masih
membutuhkan bantuan dengan keluarga
d. Integritas ego
Adanya ansietas yang didasarkan karena kurangnya pengetauan terhadap
infeksi yang terjadi
e. Makanan/ cairan
Anoreksia, mual, muntah. Haus, membran mukosa kering. Distensi
abdomen kekauan, nyeri lepas yang dikarenakan infeksi
g. Nyeri/ ketidaknyaman
Nyeri lokal, disuria, ketidaknyamanan abdomen. Afterpain berat atau lama,
nyeri abdomen bawah atau uterus serta nyeri tekan guarding (endometritis).
Nyeri/kekakuan abdomen unilateral/ bilateral (salpingitis/ooferitis,
parametritis).
h. Pernafasan
Pernafasan cepat/dangkal (berat/proses sistemik).
j.Seksualitas
Pecah ketuban dini atau lama, persalinan lama (24 jam / lebih). Retensi
produk konsepsi, eksplorasi uterus atau pengangkatan plasenta secara manual,
atau hemoragi pasca partum. Tepi insisi mungkin kemerahan, edema, keras,
nyeri tekan, atau memisah dengan drainase purulen atau cairan sanguinosa.
Lokea mungkin bau busuk, tidak ada bau (bila infeksi oleh streptokokal beta
hemolitik), banyak atau berlebihan.
k .Interaksi sosial
Status sosio ekonomi rendah dengan stresor bersamaan.
2. Diagnosa keperawatan
a. Resiko Gangguan Integritas Kulit / Jaringan berhubungan dengan
Penurunan Mobiltas ditandai dengan Kondisi klinis terkait (Imobilisasi)
b. Ansietas berhubungan dengan Kurangnya terpapar informasi ditandai
dengan Kondisi klinis terkait (Hospitalisasi)
c. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan Hmbatan Lingkungan (Bau
tidak sedap) ditandi dengan kondisi klinis terkait (kecemasan)
d. Gangguan Rasa Nyaman berhubungan dengan Gejala Penyakit ditandai
dengan kondisi klinis terkait (Distress Psikologis)
e. Hipertermi berhubungan dengan Respon Trauma ditandai dengan Proses
Infeksi
f. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Program Pembatasan
Gerak ditandai dengan Trauma Persalinan
3. Rencana keperawatan
A. Intervensi
a. Resiko Gangguan Integritas Kulit / Jaringan berhubungan dengan
Penurunan Mobiltas ditandai dengan Kondisi klinis terkait
(Imobilisasi)
Observasi :
1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
Terapeutik :
1. Berikan perubahan posisi setiap 2 jam sekali
2. Bersihkan area perineal dengan air hangat
3. Gunakan produk berbahan ringan dan nonalergik
Edukasi :
1. Anjurkan minum air putih yang cukup
2. Anjurkanmeningkatkan suplai nutrisi
3. Anjurkan meningkatkan asupan makanan bua dan sayur
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan dokter bila perlu
Terapeutik
1. Berikan posisi terapeutik
2. Tempatkan bel berada didekat jangkauan pasien
3. Berikan posisi nyaman untuk psien
4. Minimalkan gesekan dan tarikan saat mengubah posisi
Edukasi
1. Informasukan saat merubah posisi
Kolaborasi Kolaborasikan pemberian premedikasi sebelum mengubah
posisi
B. Implementasi
a. Resiko Gangguan Integritas Kulit / Jaringan berhubungan dengan
Penurunan Mobiltas ditandai dengan Kondisi klinis terkait
(Imobilisasi)
1. Beriksan salam terapeuttik
2. Perkenalan diri
3. Menanyakan pearasaan pasien saat ini
4. Menanyakan apakah kulit dirasa masih terasa kurang nyaman
5. Anjurkan untuk minum air putih lebih sering
6. Anjurkan untuk makan makanan bernutrisi seperti buah dan sayur
7. Anjukan untuk membersihkan luka perineum dengan air hangat
C. Evaluasi
Diagnosa : Resiko Gangguan Integritas Kulit / Jaringan berhubungan
dengan Penurunan Mobiltas ditandai dengan Kondisi klinis terkait
(Imobilisasi)
S : Pasien mengatakan bahwa kulit area perineum terasa panas dan nyeri
O : Kulit tampak kemerahan dan masih tampak cairan keluar dari
perineum
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Febi Sukma dkk. (2017). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Fakultas