ABI YUDHISTIRA
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
INOKULASI BAKTERI DAN FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA
PADA SEMAI JABON (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq)
DI MEDIA TANAH ULTISOL
ABI YUDHISTIRA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan pada
Departemen Silvikultur
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
RINGKASAN
ABI YUDHISTIRA. Inokulasi Bakteri dan Fungi Mikoriza Arbuskula pada Semai
Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq) di Media Tanah Ultisol. Di bawah
bimbingan SRI WILARSO BUDI R.
Bakteri dan FMA merupakan mikroorganisme yang dapat digunakan untuk
meningkatkan pertumbuhan tanaman. Tujuan dari penelitian ini untuk menguji
keefektifan isolat bakteri (Bacillus subtilis dan Enterobacter hormaechei ) dan
Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dalam mempengaruhi pertumbuhan tanaman
jabon (Anthocephalus cadamba Miq). Rancangan percobaan pada penelitian ini
adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 pola faktorial terdiri dari 2
faktor, dengan demikian terdapat 6 kombinasi perlakuan dengan 5 kali ulangan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa interaksi spora Gigaspora sp
dengan kedua isolat bakteri (Bacillus subtilis (M1B1) dan Enterobacter
hormaechei (M1B2)) mengalami penurunan infeksi akar akar terhadap kontrol
(M1B0) masing-masing sebesar 20,25% dan 36,21%. Secara umum interaksi
spora Gigaspora sp. dengan bakteri Enterobacter hormaechei (M1B2)
memberikan respon yang baik jika dibandingkan dengan interaksi spora
Gigaspora sp. dengan bakteri Bacillus subtilis (M1B1) terhadap parameter tinggi,
diameter, biomassa pucuk dan Indeks Mutu Bibit (IMB). Nilai peningkatan
(M1B2) masing-masing sebesar 26,96%, 46,61%, 11,19%, 39,98% terhadap
kontrol. Interaksi mikoriza dengan bakteri secara umum berpengaruh nyata
terhadap pertumbuhan semai jabon. Hal ini dibuktikan dengan terjadinya
peningkatan terhadap kontrol.
iii
SUMMARY
iv
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Inokulasi Bakteri dan Fungi
Mikoriza Arbuskula pada Semai Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq) di
Media Tanah Ultisol adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan
bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah
pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
darikarya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkandalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Abi Yudhistira
E44051431
v
Judul Skripsi : Inokulasi Bakteri dan Fungi Mikoriza Arbuskula pada
Semai Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq) di
Media Tanah Ultisol
Nama Mahasiswa : Abi Yudhistira
NIM : E44051431
Menyetujui :
Dosen Pembimbing
Mengetahui :
Ketua Departemen Silvikultur
Fakultas Kehutanan IPB
Tanggal Lulus
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi dapat diselesaikan dengan
baik serta memperoleh banyak manfaat dan ilmu pengetahuan yang sangat
berharga bagi penulis selama menyelesaikan skripsi ini.
Judul yang dipilih dalam skripsi ini adalah “Inokulasi Bakteri dan Fungi
Mikoriza Arbuskula pada Semai Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq) di
Media Tanah Ultisol”. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan pada Program Mayor Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut
Pertanian Bogor.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada Orang tua tercinta dan keluarga yang selalu memberikan doa, semangat,
dukungan, dan kasih sayang tiada habisnya, Bapak Dr.Ir. Sri Wilarso Budi R, MS
yang telah memcurakan segala kesabaran, perhatian, waktu, tenaga, serta pikiran
dalam memberikan arahan dan bimbingan serta masukan dalam skripsi ini
sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan baik dan lancar.
Dalam penysunan skripsi ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa skrpsi
ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan
segala kerendahan hati penulis akan selalu bersika terbuka dalam menerima kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak yang bersifat membangun ke arah
yang lebih baik. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri
khususnya dan bagi semua pihak yang membutuhkan literatur pada umumnya.
Penulis
vii
RIWAYAT HIDUP
viii
UCAPAN TERIMA KASIH
ix
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ........................................................................... 3
1.3 Manfaat Penelitian .......................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 4
2.1 Jabon (Anthocephalus cadamba Miq.) ............................................. 4
2.2 Mikoriza ......................................................................................... 4
2.2.1 Tipe-Tipe Mikoriza .............................................................. 5
2.2.2 FMA .................................................................................... 5
2.3 “Mycorrhiza Helper Bacteria” (MHB) ............................................. 6
2.4 Podsolik Merah Kuning(Ultisol) ...................................................... 7
III. METODE PENELITIAN ....................................................................... 9
3.1 Waktu dan Tempat ......................................................................... 9
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................... 9
3.3 Metode Pelaksanaan Penelitian ....................................................... 9
3.3.1 Persiapan Media ................................................................... 9
3.3.2 Persiapan Awal Isolat Bakteri ............................................... 10
3.3.3 Isolasi Spora Mikoriza .......................................................... 11
3.3.4 Inokulasi Mikoriza dan Inokulasi Bakteri ............................. 11
3.3.5 Pemeliharaan ........................................................................ 12
3.3.6 Pengamatan Parameter dan Pengumpulan Data .................... 12
3.3.6.1 Tinggi bibit ............................................................. 12
3.3.6.2 Diameter batang ...................................................... 12
3.3.6.3 Pengukuran biomassa akar dan pucuk ..................... 12
3.3.6.4 Nisbah Pucuk Akar (NPA) ...................................... 12
3.3.6.5 Indeks Mutu Bibit (IMB) ......................................... 13
x
3.3.6.6 Persentase infeksi akar ............................................ 13
3.3.7 Rancangan Percobaan ........................................................... 14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 16
4.1 Hasil ............................................................................................... 16
4.1.1 Pengaruh mikoriza, bakteri dan kombinasinya
terhadap parameter pertumbuhan semai jabon ...................... 16
4.1.1.1 Tinggi semai .............................................................. 16
4.1.1.2 Diameter Semai ......................................................... 17
4.1.1.3 Biomassa akar ........................................................... 17
4.1.1.4 Biomassa pucuk ......................................................... 18
4.1.1.5 Nisbah Pucuk Akar (NPA) ......................................... 18
4.1.1.6 Indeks Mutu Bibit (IMB) ........................................... 19
4.1.1.7 Infeksi akar ................................................................ 19
4.2 Pembahasan ................................................................................... 20
V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 25
5.1 Kesimpulan .................................................................................... 25
5.2 Saran .............................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 26
LAMPIRAN ................................................................................................. 29
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Hasil analisis sidik ragam pengaruh inokulasi mikoriza, bakteri
dan interaksinya terhadap parameter pertumbuhan semai jabon .............. 16
2 Uji lanjut Duncan interaksi mikoriza dan bakteri terhadap
parameter pertambahan tinggi semai jabon 2 bulan setelah tanam ........... 16
3 Uji lanjut Duncan interaksi mikoriza dan bakteri terhadap
pertambahan diameter semai jabon 2 bulan setelah tanam........................ 17
4 Uji lanjut Duncan inokulasi FMA terhadap parameter biomassa
akar semai jabon 2 bulan setelah tanam ................................................... 18
5 Uji lanjut Duncan isolat bakteri terhadap parameter biomassa
akar semai jabon 2 bulan setelah tanam ................................................... 18
6 Uji lanjut Duncan interaksi mikoriza dan bakteri terhadap
parameter biomassa pucuk semai jabon 2 bulan setelah tanam ................ 18
7 Uji lanjut Duncan interaksi mikoriza dan bakteri terhadap
parameter NPA semai jabon 2 bulan setelah tanam .................................. 19
8 Uji lanjut Duncan interaksi mikoriza dan bakteri terhadap
parameter Indeks Mutu Bibit semai jabon 2 bulan setelah tanam ............ 19
9 Uji lanjut Duncan interaksi mikoriza dan bakteri terhadap
parameter infeksi akar semai jabon 2 bulan setelah tanam ...................... 20
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Sidik ragam tinggi semai jabon .........................................................................
29 32
2 Sidik ragam diameter semai jabon .....................................................................
29 32
3 Sidik ragam biomassa akar semai jabon ............................................................
29 32
4 Sidik ragam biomassa pucuk semai jabon ..........................................................
29 32
5 Sidik ragam Nisbah Pucuk Akar (NPA) semai jabon .........................................
29 33
6 Sidik ragam Indeks Mutu Bibit (IMB) semai jabon ...........................................
29 33
7 Sidik ragam infeksi akar semai jabon ................................................................
29 33pengukuran ti
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
yang baik, serta mempunyai kualitas yang tidak kalah bersaing dengan jenis-jenis
lain, misalnya untuk bahan baku venir dan kayu lapis.
Indonesia banyak memiliki lahan marginal yang didominasi oleh tanah
Podsolik Merah Kuning (Ultisol) cukup luas dengan kadar kemasaman yang
tinggi sehingga kelarutan kation-kation Al, Fe, dan Mn tinggi menyebabkan unsur
fosfor (P) kurang tersedia bagi tanaman serta kandungan unsur hara makro dan
mikro, seperti N, K, Ca, Mg, dan Mo yang rendah (Notohadiprawiro 1983).
Problema tanah ini adalah reaksi masam, kadar Al tinggi sehingga menjadi racun
tanaman dan menyebabkan fiksasi P, unsur hara rendah, diperlukan tindakan
pengapuran dan pemupukan (Hardjowigeno 2003). Tetapi menurut Howeler dan
Cadavid (1976) pemberian kapur lebih dalam dari 30 cm sulit untuk dilakukan
sehingga kemasaman subsoil masih dapat menghambat perkembangan sistem
perakaran. Oleh sebab itu diperlukan alternatif lain, seperti pembuatan bibit yang
mampu beradaptasi pada tanah masam dengan menggunakan mikroorganisme.
Salah satu mikroorganisme yang dapat membantu adalah mikoriza.
Mikoriza adalah bentuk simbiosis mutualisme antara fungi dengan akar tanaman.
Fungi memperoleh karbohidrat dari tanaman, yaitu dari hasil fotosintesis,
sedangkan tanaman mendapatkan unsur hara khususnya fosfat dari fungi. Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) adalah fungi yang bersimbiosis dengan akar
tumbuhan. Simbiosis ini mempunyai peran penting dalam pengambilan unsur hara
dari dalam tanah, terutama fosfat, sehingga pertumbuhan tanaman dapat
diperbaiki (Gunawan 1984).
Selama ini penelitian mengenai mikoriza hanya terfokus pada kemampuan
mikoriza dalam menstimulasi pertumbuhan tanaman dengan cepat tanpa
memperhatikan adanya faktor lain yang mempengaruhi mikoriza untuk dapat
meningkatkan pertumbuhan tanaman maupun untuk menjamin kualitas dari
inokulum FMA itu sendiri. Faktor tersebut diketahui berupa mikroorganisme yang
dapat bersimbiosis dengan spora mikoriza yaitu bakteri. Bakteri tersebut dikenal
dengan nama Mycorrhizal Helper Bacteria (MHBs) yang dapat bersimbiosis
dengan FMA dan mempunyai kemampuan menstimulir perkembangan FMA
(biostimulan) serta mampu berfungsi sebagai biofungisida yang dapat menekan
tumbuhnya patogen pada proses produksi inokulum FMA (Budi 2006). MHBs
3
merupakan bentuk endosimbiotik pada spora mikoriza yang dapat bersifat obligat
maupun fakultatif. Isolat MHBs diperoleh dengan cara mengisolasinya dari spora
mikoriza. Berdasarkan penelitian Nunang (2011) Bacillus subtilis dan
Enterobacter hormaechei berpotensi menjadi MHB. Bakteri-bakteri tersebut
ditetapkan menjadi MHB karena bakteri hasil isolasi spora FMA Gigaspora sp.
dan Glomus sp. (endofit) mampu menstimulir perkembangan hifa FMA secara in
vitro pada tanaman sorgum, mempunyai kemampuan menghasilkan enzim
hidrolitik dan sifat antagonis terhadap patogen tular tanah.
2.2 Mikoriza
Mikoriza merupakan asosiasi simbiotik antara akar tanaman dengan fungi.
Asosiasi antara akar tanaman dengan fungi ini memberikan manfaat yang sangat
baik bagi tanah dan tanaman inang yang merupakan tempat fungi tersebut tumbuh
dan berkembang biak. Prinsip kerja dari mikoriza ini adalah menginfeksi sistem
perakaran tanaman inang, memproduksi jalinan hifa secara intensif sehingga
tanaman yang mengandung mikoriza tersebut akan mampu meningkatkan
kapasitas dalam penyerapan unsur hara (Iskandar (2001) dalam Christina 2010).
Mikoriza merupakan salah satu dari jenis fungi. Fungi merupakan tumbuhan
tingkat rendah yang tidak mempunyai zat hijau daun sehingga bersifat heterotrof,
terdiri dari satu sel atau banyak sel dan mampu berkembang biak secara generatif
dan vegetatif. Pada dasarnya asosiasi mikoriza terbentuk sebagai hasil hubungan
simbiosis mutualisme antara fungi pembentuk mikoriza dengan perakaran
5
3.3.5 Pemeliharaan
Untuk pemeliharaan dilakukan penyiraman dengan air biasa sebanyak dua
kali dalam sehari (pagi dan sore) tergantung kondisi media. Jika media dalam
kondisi basah atau lembab maka cukup disiram sekali saja (pagi atau sore). Untuk
pengendalian hama dilakukan secara manual dengan mematikan hama.
4.1 Hasil
4.1.1 Pengaruh Mikoriza, Bakteri dan Kombinasinya terhadap parameter
pertumbuhan semai jabon
Hasil analisis sidik ragam terhadap parameter pertumbuhan semai jabon
pada Tabel 1, menunjukkan bahwa interaksi antara mikoriza dan bakteri
memberikan pengaruh nyata terhadap parameter pertumbuhan semai jabon. Hasil
analisis sidik ragam dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 1.
Tabel 1 Hasil analisis sidik ragam pengaruh inokulasi mikoriza, bakteri dan
interaksinya terhadap parameter pertumbuhan semai jabon
F Hitung
Parameter
FMA P Bakteri P Interaksi P
Tinggi 0,26 tn 0,93 tn 5,79 *
Diameter 14,19 * 2,40 tn 20,39 *
Biomassa akar 6,54 * 7,60 * 1,46 tn
Biomassa pucuk 38,91 * 14,96 * 7,33 *
NPA 38,68 * 6,14 * 5,36 *
IMB 2,73 tn 0,10 tn 3,44 *
% infeksi 224,75 * 3,75 * 3,75 *
tn : tidak nyata; * : nyata (p<0,05)
Tabel 2 Uji lanjut Duncan interaksi mikoriza dan bakteri terhadap parameter
pertambahan tinggi semai jabon 2 bulan setelah tanam
Peningkatan terhadap
Perlakuan Rata-rata (cm)
kontrol %
b
M0B0 2,30 0,00
M0B1 3,22a 40,00
M0B2 3,06a 33,04
M1B0 3,18a 38,26
M1B1 2,74ab 19,13
M1B2 2,92ab 26,96
Huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata dalam uji lanjut Duncan pada
selang kepercayaan 95 %
Tabel 3 Uji lanjut Duncan interaksi mikoriza dan bakteri terhadap parameter
pertambahan diameter semai jabon 2 bulan setelah tanam
Peningkatan terhadap
Perlakuan Rata-rata (cm)
kontrol %
M0B0 0,086d 0,00
a
M0B1 0,280 225,58
M0B2 0,244ab 183,72
M1B0 0,184bc 113,95
M1B1 0,074d -13,95
M1B2 0,126cd 46,61
Huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata dalam uji lanjut Duncan pada
selang kepercayaan 95 %
Tabel 4 Uji lanjut Duncan inokulasi FMA terhadap parameter biomassa akar
semai jabon 2 bulan setelah tanam
Peningkatan terhadap
Perlakuan Rata-rata
kontrol %
M0 79,605b 0,00
M1 83,959a 5,47
Huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata dalam uji lanjut Duncan pada
selang kepercayaan 95 %
Tabel 5 Uji lanjut Duncan isolat bakteri terhadap parameter biomassa akar semai
jabon 2 bulan setelah tanam
Peningkatan terhadap
Perlakuan Rata-rata
kontrol %
B0 77,222b 0,00
a
B1 83,100 7,61
B2 85,024a 10,10
Huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata dalam uji lanjut Duncan pada
selang kepercayaan 95 %
Tabel 6 Uji lanjut Duncan interaksi mikoriza dan bakteri terhadap parameter
biomassa pucuk semai jabon 2 bulan setelah tanam
Peningkatan terhadap
Perlakuan Rata-rata
kontrol %
M0B0 74,144c 0,00
M0B1 85,342a 15,10
M0B2 84,752ab 14,31
ab
M1B0 83,654 12,83
M1B1 81,890b 10,45
M1B2 82,444ab 11,19
Huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata dalam uji lanjut Duncan pada
selang kepercayaan 95 %
bakteri E. Hormaechei (M1B2) memiliki nilai rata-rata NPA terbesar yaitu 3,1140
dan 2,7240 setelah 2 bulan tanam. Hasil uji lanjut Duncan disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7 Uji lanjut Duncan interaksi mikoriza dan bakteri terhadap parameter
NPA semai jabon 2 bulan setelah tanam
Peningkatan terhadap
Perlakuan Rata-rata
kontrol %
M0B0 1,5120b 0,00
M0B1 1,5560b 2,91
b
M0B2 2,0500 35,58
M1B0 2,0520b 35,71
M1B1 3,1140a 105,95
M1B2 2,7240a 80,16
Huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata dalam uji lanjut Duncan pada
selang kepercayaan 95 %
Tabel 8 Uji lanjut Duncan interaksi mikoriza dan bakteri terhadap parameter
Indeks Mutu Bibit semai jabon 2 bulan setelah tanam
Peningkatan terhadap
Perlakuan Rata-rata
kontrol %
b
M0B0 0,1180 0,00
M0B1 0,3440ab 191,53
M0B2 0,4060a 244,07
M1B0 0,3100ab 162,71
M1B1 0,1300ab 10,17
M1B2 0,1640ab 38,98
Huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata dalam uji lanjut Duncan pada
selang kepercayaan 95 %
Tabel 9 Uji lanjut Duncan interaksi mikoriza dan bakteri terhadap parameter
infeksi akar semai jabon 2 bulan setelah tanam
Peningkatan terhadap
Perlakuan Rata-rata
kontrol %
M1B0 20,597a 0,00
M1B1 16,427b -20,25
M1B2 13,137b -36,21
Huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata dalam uji lanjut Duncan pada
selang kepercayaan 95 %
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pada Tabel 1 interaksi mikoriza
dengan bakteri berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi semai jabon. Dari
hasil uji lanjut Duncan yang disajikan pada Tabel 2, pemberian bakteri B. subtilis
(M0B1) tanpa mikoriza memberikan peningkatan terhadap kontrol sebesar 40%.
Pemberian spora Gigaspora sp. (M1B0) memberikan peningkatan sebesar
38,26%, sedangkan interaksi antara spora Gigaspora sp. dan bakteri (B. subtilis
dan E. hormaechei) mengalami peningkatan terhadap kontrol secara berurutan
19,13% (M1B1) dan 26,96% (M1B2). Jika dilihat dari nilai tersebut diketahui
terjadi penurunan peningkatan tinggi pada interaksi mikoriza dengan bakteri.
Pertambahan diameter semai jabon dari hasil analisis sidik ragam dapat
diketahui perlakuan tunggal inokulasi mikoriza dan interaksi antara mikoriza dan
bakteri berpengaruh nyata terhadap pertambahan diameter semai jabon.
Pemberian spora Gigaspora sp. (MIB0) tidak hanya meningkatkan pertumbuhan
tinggi tetapi juga meningkatkan pertumbuhan diameter semai jabon sebesar
113,95%. Interaksi spora Gigaspora sp. dengan bakteri B. subtilis (M1B1)
berdampak kurang menguntungkan terhadap pertambahan diameter tanaman
inang. Hal ini dapat dilihat dengan penurunan terhadap kontrol sebesar 13,95%.
Dari kedua parameter tinggi dan diameter dapat dilihat terjadinya penurunan
terhadap perlakuan tunggal mikoriza. Hal ini diduga bakteri dan mikoriza
menggunakan sebagian besar hasil fotosintat tanaman inang untuk pertumbuhan
dan proses metabolisme dalam hidup mereka masing-masing. Kemungkinan
dalam penelitian ini asosiasi antar bakteri, FMA, dengan tanaman jabon kurang
efektif karena kondisi perakaran dan lingkungan atau karakter tanaman inang, atau
sifat fisika dan kimia tanah, atau karakteristik FMA yang tidak sesuai sehingga
21
bakteri tidak mampu meningkatkan kerja FMA pada semai jabon yang diuji.
Melin (1962) dalam Wibisono (2009) mengatakan bahwa pertumbuhan fungi
mikoriza memerlukan ketersediaan karbohidrat yang cukup dalam akar. Bukman
dan Brady (1982) dalam Suyono (2003) menyebutkan bahwa organisme tanah
dapat merugikan tanaman tingkat tinggi diantaranya melalui persaingan untuk
memperoleh hara yang tersedia. Organisme yang biasanya memperoleh unsur hara
lebih dulu, baru tanaman tingkat tinggi mempergunakan yang masih tersisa.
Berdasarkan analisis sidik ragam (Tabel 1) dapat diketahui hanya perlakuan
tunggal inokulasi mikoriza dan perlakuan tunggal isolat bakteri yang berpengaruh
nyata terhadap biomassa akar. Dari hasil uji lanjut Duncan pemberian spora
Gigaspora sp. (M1) terhadap biomassa akar memiliki peningkatan sebesar 5,47%
terhadap kontrol. Pengaruh pemberian bakteri B. subtilis (B1) memberikan
pengaruh sebesar 7,61%, sedangkan E. hormaechei (B2) memberikan peningkatan
sebesar 10,10%. Abbot dan Robson (1984) dalam Delvian (2005) mengatakan
bahwa dengan adanya mikoriza pada perakaran tanaman dapat meningkatkan
kapasitas pengambilan hara karena waktu hidup akar yang diinfeksi diperpanjang
dan derajat percabangan serta diameter akar diperbesar, sehingga luas permukaan
absorbsi akar diperluas. Dengan berubahnya struktur akar oleh adanya infeksi dari
mikoriza Gigaspora sp. menyebabkan pertumbuhan akar tanaman jabon menjadi
lebih baik sehingga fungsi akar dalam menyerap air dan hara dapat ditingkatakan
maka akan meningkat pula pertumbuhan tanaman inang.
Pada parameter biomassa pucuk, dari hasil sidik ragam (Tabel 1)
menunjukkan interaksi antara mikoriza dan bakteri memberikan pengaruh nyata.
Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan (Tabel 6) perlakuan tunggal spora Gigaspora
sp. (M1B0) memberikan peningkatan sebesar 12,83%. Interaksi antara spora
Gigaspora sp. dengan bakteri B. subtilis (M1B1) memberikan peningkatan
terhadap kontrol sebesar 10,45%, sedangkan antara spora Gigaspora sp. dengan
E. hormaechei (M1B2) memberikan peningkatan sebesar 11,19%. Walaupun
peningkatan ineraksi mikoriza dan bakteri lebih kecil dari perlakuan tunggal FMA
akan tetapi mengalami peningkatan terhadap kontrol. Hal ini diduga pemberian
bakteri atau mikoriza dapat membantu pertumbuhan tanaman tingkat tinggi dan
juga menunjukkan pemberian spora Gigaspora sp. dan isolat bakteri B. subtilis
22
nitrifikasi, oksida sulfur, dan fiksasi N. Selain itu bakteri dapat membantu
pertumbuhan tanaman diantaranya dengan cara membantu penyediaan unsur hara.
Hasil analisis sidik ragam pada Tabel 1 menunjukkan interaksi mikoriza
dengan bakteri memberikan pengaruh nyata terhadap Indeks Mutu Bibit (IMB).
IMB merupakan salah satu parameter yang diamati dengan tujuan untuk
mengetahui keadaan mutu semai (bibit), sehingga kemampuan suatu semai untuk
tumbuh di lapangan dapat diketahui. Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan (Tabel
8) pemberian bakteri E. hormaechei (M0B2) memiliki rata-rata IMB terbesar
yaitu sebesar 0,4060 dan peningkatan terhadap kontrol 244,07%, sedangkan
interaksi spora Gigaspora sp. dengan bakteri B. subtilis (M1B1) memiliki rata-
rata IMB terkecil yaitu 0,1300 dan peningkatan terhadap kontrol sebesar 10,17%.
Menurut Lackey dan Alm (1982) dalam Hendromono (1987) menyatakan bahwa
semakin besar angka indeks mutu menandakan bibit semakin tinggi mutunya.
Selanjutnya Roller (1977) dalam Hendromono (1987) menambahkan bahwa bibit
yang mempunyai angka indeks mutu lebih kecil dari 0,09 bibit tidak akan berdaya
hidup tinggi dikondisi lapangan.
Hasil analisis sidik ragam pada Tabel 1 interaksi mikoriza dengan bakteri
memberikan pengaruh nyata terhadap infeksi akar. Berdasarkan hasil uji lanjut
Duncan (Tabel 9) interaksi spora Gigaspora sp. dengan bakteri E. hormaechei
(M1B2) memberikan penurunan persentase infeksi terbesar yaitu 36,21% terhadap
perlakuan mikoriza tanpa bakteri (M1B0), sedangkan interaksi spora Gigaspora
sp. dengan B. subtilis (M1B1) memberikan penurunan persentase infesi akar
sebesar 20,25%. Hal ini diduga karena bakteri memberikan pengaruh negatif
terhadap kerja dari mikoriza dalam arti bahwa bakteri yang diinokulasikan
menghambat mikoriza dalam menginfeksikan akar tanaman. Duponnois (1992)
dalam Garbaye (1994) menyatakan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara
kemampuan bakteri untuk mengurangi atau menanmbahkan miselia dan
mempengaruhi formasi mikoriza. Delvian (2005) dalam Molo (2010) mengatakan
bahwa penurunan persentase kolonisasi FMA pada perakaran tanaman mungkin
disebabkan oleh perubahan fisiologi tanaman yang mungkin akan mempengaruhi
simbionnya secara langsung atau tidak langsung. Moutoglis et al. (1996) dalam
Molo (2010) menyatakan bahwa selain dipengaruhi kepekaan inang terhadap
24
infeksi, infeksi akar pada tanaman juga dipengaruhi langsung dan tidak langsung
oleh faktor-faktor lingkungan yang selalu dinamis sehingga mempengaruhi
kecepatan infeksi. Ada tiga mekanisme yang menyebabkan terjadinya tanggapan
perkembangan asosiasi mikoriza atas kondisi lingkungan yang mempengaruhi,
yaitu : (1) perubahan anatomi dan fisiologi yang terjadi didalam akar sehingga
menentukan perkembangan fungi, (2) adanya perubahan kuantitatif dan kualitatif
aksudat akar yang mempengaruhi perkembangan miselia ekstra, (3) aliran karbon
dari inang ke fungi akan menetukan perkembangan miselium dan spora fungi
(Naggahashi et al. (1996) dalam Molo 2010).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Interaksi FMA dengan bakteri dapat meningkatkan pertumbuhan semai
jabon secara nyata di banding kontrol, namun nilai peningkatannya lebih
rendah bila dibandingkan inokulasi bakteri dan FMA secara tunggal.
2. Terjadi penurunan infeksi akar terhadap interaksi spora Gigaspora sp
dengan bakteri B. subtilis (M1B1) sebesar 20,25%, sedangkan interaksi
spora Gigaspora sp. dengan bakteri E. hormaechei (M1B2) memberikan
penurunan sebesar 36,21%.
3. Interaksi spora Gigaspora sp. dengan bakteri E. hormaechei (M1B2)
memberikan respon lebih baik jika dibandingkan dengan interaksi spora
Gigaspora sp. dengan bakteri B. subtilis (M1B1) terhadap parameter
tinggi, diameter, biomassa pucuk dan Indeks Mutu Bibit (IMB). Nilai
peningkatan (M1B2) masing-masing sebesar 26,96%, 46,61%, 11,19%,
39,98% terhadap kontrol.
4. Perlakuan M0B1 memberikan respon terbaik terhadap parameter tinggi
dan diameter. Nilai peningkatannya masing-masing 40% dan 225,58%.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian pada tanaman yang berbeda untuk melihat
respon interaksi antara mikoriza dan bakteri dalam meningkatkan
pertumbuhan tanaman.
2. Perlu dilakukan penelitian dengan jenis FMA yang lain.
3. Perlu dilakukan penelitian dengan jenis bakteri yang lain.
DAFTAR PUSTAKA