- Judul: Pengetahuan, Sikap dan Aktivitas Remaja SMA dalam Kesehatan
Reproduksi di Kecamatan Buleleng. - Latar belakang: Berbagai permasalahan remaja banyak disoroti saat ini di Bali, antara lain adalah pergaulan bebas hingga pelecehan seksual yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja dimana dampaknya dapat menentukan kualitas hidup remaja. - Tujuan: untuk mengetahui pengetahuan dan sikap remaja SMA tentang kesehatan reproduksi serta hubungannya dengan aktivitas remaja SMA dalam menjaga kesehatan reproduksi - Metode penelitian: Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional, dengan menggunakan pendekatan potong lintang (cross-sectional) yang akan memaparkan tentang pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi, sikap remaja terhadap kesehatan reproduksi dan hubungannya dengan aktivitas remaja dalam menjaga kesehatan reproduksi di Kecamatan Buleleng. - Hasil: Sikap responden terhadap kesehatan reproduksi didapatkan hasil sebagai berikut: sebagian besar yaitu sebanyak 302 orang (86,5%) memiliki sikap yang baik, kemudian diikuti 43 orang (12,4%) memiliki sikap yang cukup dan sisanya yaitu sebanyak 3 responden (0,9%) memiliki sikap yang kurang. Responden dengan pengetahuan baik diikuti dengan sikap responden yang baik yaitu 94,6 % (140 responden dari 148 responden dengan pengetahuan baik). Responden dengan tingkat pengetahuan cukup yang memiliki sikap baik adalah sebanyak 86%, dan persentase tersebut semakin menurun, dimana hanya 58,3% responden dengan tingkat pengetahuan kurang yang memiliki sikap dengan kategori baik. Aktivitas responden dalam kesehatan reproduksi didapatkan sebagian besar yaitu sebanyak 132 orang (38,2%) memiliki aktivitas yang mengarah ke negatif, dan sisanya yaitu sebanyak 214 responden (61,8%) memiliki aktivitas yang mengarah ke positif. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel pengetahuan dengan sikap remaja SMA (p=0.000; r=0,383), pengetahuan dengan aktivitas remaja SMA (P=0,000; r=0,284) dan sikap dengan aktivitas remaja SMA (p=0,000; r=0,269). - Kesimpulan: Remaja SMA yang memiliki pengetahuan yang baik akan diikuti dengan sikap yang baik, remaja SMA yang memiliki pengetahuan yang baik akan diikuti dengan aktivitas yang positif dan remaja SMA yang memiliki sikap yang baik akan diikuti juga dengan aktivitas yang positif. 2. Deskriptif - Judul: Analisis Bahan Pewarna Berbahaya pada Sediaan Kosmetika di Wilayah Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng - Latar belakang: Keberadaan kosmetika dipasar harus terus mendapatkan pengawasan terhadap penggunaan bahan-bahan berbahaya, khususnya pewarna yang dilarang digunakan dalam kosmetika - Tujuan: untuk mengetahui keberadaan bahan pewarna berbahaya seperti pewarna Merah k.10 (Rhodamin B) pada sediaan kosmetika yang beredar di wilayah Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng - Metode penelitian: Desain penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu dengan melakukan observasi pada produk-produk kosmetika yang dicurigai mengandung zat warna berbahaya yang dilarang untuk digunakan. - Hasil penelitian: Data hasil identifikasi pewarna Rhodamin B pada 15 sampel kosmetika jenis lipstik yang beredar di wilayah Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng seperti disajikan dalam Tabel. Hasil uji sampel kosmetika jenis lipstik dinyatakan mengandung merah K.10 (Rhodamin B), dilihat dari hasil uji secara Kromatografi Lapis Tipis, dimana nilai Rf (retention factor/waktu tambat) dari kelima sampel tersebut sama dengan Rf baku pembanding BPFI Rhodamin B.
- Kesimpulan: 14 (empat belas) merek kosmetika jenis lipstik yang ditemukan
di wilayah Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng yang dianalisis, ditemukan 5 (lima) merk yang mengandung pewarna berbahaya jenis merah K.10 atau Rhodamin B. 3. Cross-sectional - Judul: Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012 - Latar belakang: Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang besar. Data dari studi global menunjukkan bahwa jumlah penderita Diabetes Melitus pada tahun 2011 telah mencapai 366 juta orang di dunia (IDF, 2011). Di Provinsi DKI Jakarta, Kotamadya Jakarta Barat merupakan salah satu kota dengan angka prevalensi DM yang tinggi, yaitu 1,9% - Tujuan: untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat - Metode penelitian: Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain sudi Cross Sectional - Hasil penelitian: Dari hasil analisis di atas dapat diketahui bahwa 6 dari 11 variabel yang diamati memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas Kecamatan Cengkareng, yaitu variabel umur OR 0,212 (0,61-0,733), riwayat DM OR 4,19 (95%CI 1,246-14,08), aktifitas fisik OR 0,239 (95%CI 0,071-0,802), Indeks Massa Tubuh OR 0,14 (95%CI 0,037-0,524), tekanan darah OR 0,146 (95%CI 0,041-0,527), stress OR 4,43 (95%CI 1,269-15,48) dan kadar kolesterol OR 4,19 (95%CI 1,246-14,08). - Kesimpulan: Hasil penelitian menunjukkan umur, riwayat keluarga, aktfivitas fisik, tekanan darah, stres dan kadar kolestrol berhubungan dengan kejaidan DM Tipe 2. Variabel yang sangat memiliki hubungan dengan kejadian DM Tipe 2 adalah Indekx Massa Tubuh (p 0,006 OR 0,14; 95% CI 0,037-0,524). Orang yang memiliki obesitas lebih berisiko 7,14 kali untuk menderita DM Tipe 2 dibandingkan dengan orang yang tidak obesitas. 4. Eksplorasi - Judul: Studi Eksplorasi Tentang Pendidikan Karakter Nilai-Nilai Hidup Sehat pada Siswa Sekolah Dasar Berdasarkan Implementasi Kurikulum 2013 di Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang - Latar belakang: Perilaku siswa sekolah dasar masih perlu mendapatkan pengawasan dari guru sebagai orang tua di sekolah. Perilaku merupakan manifestasi dari kehidupan psikis. Perilaku yang ada pada individu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari adanya stimulus atau rangsangan yang mengenai individu tersebut. Perilaku merupakan jawaban atau respon terhadap stimulus yang ada sedangkan respon merupakan fungsi yang tergantung pada stimulus dan individu (Wood worth & Schlosberg, 1971 dalam Wibawa, 2004). Sehingga guru masih perlu melakukan pengawasan serta memberikan contoh kepada siswa tentang perilaku hidup bersih dan sehat sehingga terbentuk karakter diri siswa sebagai siswa yang sehat dan berilmu.
- Tujuan: Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui tentang pendidikan
karakter perilaku hidup bersih dan sehat berdasarkan implementasi kurikulum 2013 pada Sekolah Dasar di Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang. - Metode penelitian: Penelitian ini merupakan studi eksplorasi. Studi eksplorasi merupakan salah satu cara memperoleh data dengan cara mengeksplorasi obyek penelitian dengan multistrategi yaitu wawancara, angket dan observasi. - Hasil penelitian: Perilaku yang berhubungan dengan pendidikan karakter hidup bersih dan sehat pada siswa Sekolah Dasar kelas 4 di Kecamatan Tumpang sebelum dilakukan penyuluhan terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yaitu pada SDN Pulungdowo memiliki frekuensi rata – rata perilaku hidup bersih dan sehat yang “Cukup Baik”, Madrasah Ibtidaiyah KH Thohir memiliki frekuensi rata - rata perilaku hidup bersih dan sehat “Baik”, SDN Kidal memiliki frekuensi rata – rata “Cukup Baik”, dan Madrasah Ibtidaiyah Sabilul Khoirot memiliki frekuensi rata – rata perilaku hidup bersih dan sehat yang “Baik”. Perilaku yang berhubungan dengan pendidikan karakter hidup bersih dan sehat pada siswa Sekolah Dasar kelas 4 di Kecamatan Tumpang setelah dilakukan penyuluhan terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yaitu pada SDN Pulungdowo memiliki frekuensi rata – rata perilaku hidup bersih dan sehat yang “Baik” mengalami peningkatan setelah dilakukan penyuluhan PHBS, Madrasah Ibtidaiyah KH Thohir frekuensi rata - rata PHBS siswa “Baik” tetap pada saat awal dan setelah penyuluhan PHBS , SDN Kidal memiliki frekuensi rata – rata PBHS siswa “Sangat Baik”, dan Madrasah Ibtidaiyah Sabilul Khoirot memiliki frekuensi rata – rata perilaku hidup bersih dan sehat yang “Sangat Baik”. Dari hasil penyuluhan rata – rata meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat siswa di Sekolah Dasar kelas 4 di Kecamatan Tumpang. - Kesimpulan: Perilaku yang berhubungan dengan pendidikan karakter hidup bersih dan sehat pada siswa Sekolah Dasar kelas 4 di Kecamatan Tumpang sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yaitu pada SDN Pulungdowo, Madrasah Ibtidaiyah KH Thohir, dan SDN “Kidal” mengalami peningkatan 5. Longitudinal - Judul: Pengaruh Asupan Protein Ibu Hamil dan Panjang Badan Bayi Lahir terhadap Kejadian Stunting pada Anak Usia 12 Bulan di Kabupaten Bogor - Latar belakang: Kecukupan gizi ibu hamil sangat mempengaruhi status gizi anak dalam kandungan yang selanjutnya akan menentukan perkembangan anak, khususnya pada masa pertumbuhan (golden age). - Tujuan: untuk menentukan faktor yang diduga mempengaruhi kejadian postur tubuh pendek (stunting) pada anak usia 12 bulan, membandingkan rasio hazard kejadian stunting, serta menentukan faktor utama yang mempengaruhi kejadian stunting pada anak usia 12 bulan. - Metode penelitian: Penelitian ini adalah penelitian longitudinal - Hasil penelitian: Bayi yang lahir dari ibu dengan konsumsi protein kurang dari rata-rata (< 58%AKG) pada trimesterter ke-dua mempunyai risiko 1,6 kali mengalami stunting pada usia 12 bulan, juga bayi yang lahir kurang dari 48 cm berisiko 5,9 kali mengalami stunting pada usia 12 bulan dibandingkan anak yg lahir ≥ 48 cm. Asupan protein dan status gizi saat lahir mempengaruhi kejadian stunting pada anak usia 12 bulan. - Kesimpulan: Panjang badan lahir bayi dan asupan protein Ibu hamil merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap kejadian anak menjadi pendek pada saat anak berusia 12 bulan. 6. Case Study - Judul: Jurnal Kualitas Hidup Pada Wanita Yang Sudah Memasuki Masa Menopause - Latar belakang: Setiap wanita akan mengalami masa berhentinya haid atau menstruasi atau bisa juga disebut masa menopause. Banyak wanita yang merasa depresi. Perasaan itu muncul pada sebagian wanita saja, ada juga wanita yang merasa biasa saja. Wanita yang seperti ini biasanya mempunyai kualitas hidup yang baik. Kualitas hidup diartikan sebagai penilaian individu terhadap posisi mereka di dalam kehidupan, dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka hidup dalam kaitannya dengan tujuan individu, harapan, standar serta apa yang menjadi perhatian individu. - Tujuan: Untuk mengetahui kualitas hidup pada wanita yang sudah memasuki masa menopause, bagaimana gambaran kualitas hidup wanita yang sudah memasuki masa menopause.Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif dalam bentuk studi kasus. - Metode penelitian: Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian ini dilakukan dengan studi kasus yang bersifat intrinsic - Hasil penelitian: Subjek memiliki kualitas hidup yang yang positif hal ini terlihat dari gambaran fisik subjek yang selalu menjaga kesehatan dengan terus makan sayuran, mengkonsumsi vitamin serta berolahraga. Subjek juga berusaha mengatur pola tidur minimal 8 jam sehari. Pada aspek psikologis subjek berusaha meredam emosi agar tidak mudah marah. Hubungan social subjek baik dengan banyaknya teman-teman yang dimiliki oleh subjek. Lingkungan mendukung dan memberi rasa aman kepada subjek. Adanya kualitas hidup subjek yang positif hal ini dapat dilihat dari subjek mampu mengenali diri sendiri (menyadari kekurangan dan kelebihan yang dimiliki), subjek mampu beradaptasi (mampu beradaptasi dengan kondisi menopause yang dialami saat ini), subjek dapat merasakan penderitaan orang lain (memberikan solusi terbaik untuk orang lain), subjek mempunyai perasaan kasih dan sayang (semua orang terdekat memberikan perhatian), subjek bersikap optimis (yakin dapat mengerjakan pekerjaan dengan baik), subjek mampu mengembangkan sikap empati (membantu orang lain semampunya) - Kesimpulan: Secara umum subjek memiliki kualitas hidup yang positif. Faktor yang mempengaruhi subjek mempunyai kualitas hidup yang positif adalah karena semua kegiatan yang subjek jalani mendapat dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat subjek. 7. Kualitatif - Judul: Pengembangan Model Indeks Pembanguann Gizi - Latar belakang: Pembangunan nasional pada dasar-nya adalah sebuah upaya pembangunan yang didalamnya melibatkan multi sektor. Diperlukan adanya sinergi antar sektor agar upaya pembangunan dapat dilaksanakan secara komprehensif dan mengoptimalkan potensi masyarakat (Oktia Woro, 2012). Salah satu sektor penting dari upaya pembangunan tersebut adalah pembangunan bidang gizi. Keberhasilan pembangunan gizi secara empiris telah terbukti akan memperbaiki kualitas sumber daya manusia (SDM). Perbaikan kualitas SDM ini pada gilirannya akan mendukung keberhasilan pembangunan nasional (Soekirman, 2003). Secara internasional, keberhasilan pembangunan dapat diukur dengan suatu in- deks, yaitu indeks pembangunan manusia (IPM). IPM merupakan ukuran agregat yang dipengaruhi oleh tingkat ekonomi, pendidikan dan kesehatan. Sama halnya dengan IPM, diperlukan suatu indeks untuk menilai keberhasilan pembangunan gizi. Keberadaan indeks pembangunan gizi (IPG) diperlukan sebagai upaya pemetaan kemajuan pembangunan gizi di suatu wilayah. Adanya IPG diperlukan mengingat sampai saat ini situasi gizi di Indonesia masih menunjukkan adanya masalah gizi yang klasik. Hasil uji coba pengkajian indeks pembangunan gizi (IPG) Kota Semarang pada tahun 2010 telah berhasil mendesain instrumen IPG yang hasil pengkajiannya telah digunakan sebagai bahan kajian dalam perencanaan program gizi Kota Semarang tahun 2010 (Irwan Budiono, 2010). Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya pengkajian IPG dengan melibatkan wilayah kajian yang lebih luas. Hal ini dimaksudkan untuk menilai kemungkinan ketersediaan data serta keberlanjutannya apabila diterapkan pada wilayah yang lebih luas. - Tujuan: Untuk mengembangkan model indeks pembangunan gizi - Metode penelitian: Penelitian ini menggunakan dua pendekatan, yaitu penelitian kualitatif dan kuantitatif. Dengan penelitian kualitatif akan dikembangkan instrumen indeks pembanguna gizi (IPG). Penelitian kuantitatif dilakukan untuk mengkontruksi instrumen serta pengkajian IPG Kota Semarang. - Hasil: Hasil penelitian yang menunjukkan rata-rata indeks pembangunan gizi (IPG) Kota Semarang sebesar 0,701 dan Kabupaten Semarang sebesar 0,652 sesuai kriteria termasuk dalam kategori sedang. Hal ini menunjukkan masih adanya beberapa dimensi yang perlu diperbaiki. Apabila melihat komposisi indeks dari setiap dimensinya, tampak bahwa dimensi konsumsi energi dan zat gizi baik di Kota Semarang maupun Kabupaten Semarang merupakan satu dimensi yang pencapaiannya masih kurang. Banyaknya pencapaian dimensi konsumsi energi dan zat gizi yang masuk dalam kriteria kurang ini perlu diwaspadai, karena hal ini merupakan indikasi akan terjadinya masalah yang terkait dengan dimensi status gizi, baik gizi makro(seperti kejadian KEP pada balita), maupun gizi mikro (seperti anemia, dan Kekurangan Vitamin A). Artinya Kecamatan yang dimensi konsumsi energi dan zat gizinya termasuk sedang/ kurang, suatu saat berpotensi menurunkan nilai dimensi status gizi. - Kesimpulan: Rata-rata indeks pembangunan gizi (IPG) Kota Semarang sebesar 0,701, sesuai kriteria termasuk dalam kategori sedang. Adapun rata-rata tiap dimensi adalah : status gizi adalah 0,947 (kategori baik), konsumsi energi dan zat gizi 0,458 (kategori kurang), keamanan pangan 0,729 (kategori sedang), gaya hidup 0,672 (kategori sedang). Rata-rata indeks pembangunan gizi (IPG) Kabupaten Semarang sebesar 0,652, sesuai kriteria termasuk dalam kategori sedang. Adapun rata-rata tiap dimensi adalah : status gizi adalah 0,979 (kategori baik), konsumsi energi dan zat gizi 0,474 (kategori kurang), keamanan pangan 0,833 (kategori baik), gaya hidup 0,322 (kategori kurang). - 8. Kuantitatif - Judul: Pengaruh Motivasi Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar di Sekolah Dasar - Latar belakang: Pendidikan dan pengajaran adalah suatu proses yang sadar tujuan. Salah satu factor yang mempengaruhi prestasi siswa adalah motivasi. Dengan adanya motivasi, siswa akan belajar lebih keras, ulet, ktekun dan memiliki konsentrasi penuh dalam proses pembelajaran. Motivasi belajar yag dimiliki siswa dalam kegiatan pembelajaran sangat berperan untk meningkatkan prestasi elajar siswa dalam mata pelajaran tertentu. Siswa yang bermotivasi tinggi dalam belajar emungkinkan akan memperoleh hasil belajar yang tinggi juga , artinya semakin tinggi motivasinya, semakin intesitas usaha dan upaya yang dilakukan. IPA sebagai salah satu pelajaran disekolah, dapat memberi peranan dan pengalaman bagi siswa. - Tujuan: Untuk menggambarkan level dari pengaruh motivasi siswa terhadapprestasi belajar IPA. - Metode penelitian: Penelitian dengan metode penelitian kuantitatifini akan dilaksanandikelas I SDN 18 Kcamatan Tawang Kota Tasikmalaya dengan sampel sebanyak 26 orang ssa dan dilakukan selama 4 bylan dari bulan agustus sampai dengan November 2010. - Hasil: Hasil analisis terhada hasil rata-rata angket dari total jumlah sisa menunjukan valid, reliable dan terdistribusi normal. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa secara umum motivasi belajar dan prestasi belajar siswa kelas IV SDN Tarumanegara tergolong baik. Analisis juga enunjukan bahwa pengaruh motivasi belajar besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar IPA dari siswa. Hasil penelitian ini juga menginformasikan terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini berarti bahwa jika siswa memiliki motivasi terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini berarti bahwa jka siswa memiliki motivasi dalam belajar, maka prestasi belajarnya akan baik. Sebaliknya jika siswa memliki kebiasaan yang buruk dalam belajar, maka prestasi belajarnya pun akan buruk. - Kesimpulan: Motivasi belajar degan prestasi belajar siswa memiliki pengaruh yang signifikan, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat motivasi belajar terhadap prestasi belajar IPA.