Anda di halaman 1dari 13

Nama : Indas Dara Nanda

NIM : 10011381621119

Kelas : A

Tugas Mata Kuliah Metode Penelitian

Resume Jurnal

1. Analitik

- Judul: Pengetahuan, Sikap dan Aktivitas Remaja SMA dalam Kesehatan


Reproduksi di Kecamatan Buleleng.
- Latar belakang: Berbagai permasalahan remaja banyak disoroti saat ini di
Bali, antara lain adalah pergaulan bebas hingga pelecehan seksual yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja dimana dampaknya dapat
menentukan kualitas hidup remaja.
- Tujuan: untuk mengetahui pengetahuan dan sikap remaja SMA tentang
kesehatan reproduksi serta hubungannya dengan aktivitas remaja SMA
dalam menjaga kesehatan reproduksi
- Metode penelitian: Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional,
dengan menggunakan pendekatan potong lintang (cross-sectional) yang akan
memaparkan tentang pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi, sikap
remaja terhadap kesehatan reproduksi dan hubungannya dengan aktivitas remaja
dalam menjaga kesehatan reproduksi di Kecamatan Buleleng.
- Hasil:
 Sikap responden terhadap kesehatan reproduksi didapatkan hasil sebagai
berikut: sebagian besar yaitu sebanyak 302 orang (86,5%) memiliki sikap
yang baik, kemudian diikuti 43 orang (12,4%) memiliki sikap yang cukup dan
sisanya yaitu sebanyak 3 responden (0,9%) memiliki sikap yang kurang.
 Responden dengan pengetahuan baik diikuti dengan sikap responden
yang baik yaitu 94,6 % (140 responden dari 148 responden dengan
pengetahuan baik). Responden dengan tingkat pengetahuan cukup yang
memiliki sikap baik adalah sebanyak 86%, dan persentase tersebut semakin
menurun, dimana hanya 58,3% responden dengan tingkat pengetahuan kurang
yang memiliki sikap dengan kategori baik.
 Aktivitas responden dalam kesehatan reproduksi didapatkan sebagian
besar yaitu sebanyak 132 orang (38,2%) memiliki aktivitas yang mengarah ke
negatif, dan sisanya yaitu sebanyak 214 responden (61,8%) memiliki aktivitas
yang mengarah ke positif.
 Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang
positif dan signifikan antara variabel pengetahuan dengan sikap remaja
SMA (p=0.000; r=0,383), pengetahuan dengan aktivitas remaja SMA
(P=0,000; r=0,284) dan sikap dengan aktivitas remaja SMA (p=0,000;
r=0,269).
- Kesimpulan: Remaja SMA yang memiliki pengetahuan yang baik akan
diikuti dengan sikap yang baik, remaja SMA yang memiliki pengetahuan
yang baik akan diikuti dengan aktivitas yang positif dan remaja SMA yang
memiliki sikap yang baik akan diikuti juga dengan aktivitas yang positif.
2. Deskriptif
- Judul: Analisis Bahan Pewarna Berbahaya pada Sediaan Kosmetika di
Wilayah Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng
- Latar belakang: Keberadaan kosmetika dipasar harus terus mendapatkan
pengawasan terhadap penggunaan bahan-bahan berbahaya, khususnya
pewarna yang dilarang digunakan dalam kosmetika
- Tujuan: untuk mengetahui keberadaan bahan pewarna berbahaya seperti
pewarna Merah k.10 (Rhodamin B) pada sediaan kosmetika yang beredar
di wilayah Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng
- Metode penelitian: Desain penelitian yang digunakan adalah metode
deskriptif, yaitu dengan melakukan observasi pada produk-produk kosmetika
yang dicurigai mengandung zat warna berbahaya yang dilarang untuk
digunakan.
- Hasil penelitian: Data hasil identifikasi pewarna Rhodamin B pada 15
sampel kosmetika jenis lipstik yang beredar di wilayah Kecamatan
Buleleng, Kabupaten Buleleng seperti disajikan dalam Tabel. Hasil uji
sampel kosmetika jenis lipstik dinyatakan mengandung merah K.10
(Rhodamin B), dilihat dari hasil uji secara Kromatografi Lapis Tipis,
dimana nilai Rf (retention factor/waktu tambat) dari kelima sampel
tersebut sama dengan Rf baku pembanding BPFI Rhodamin B.

- Kesimpulan: 14 (empat belas) merek kosmetika jenis lipstik yang ditemukan


di wilayah Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng yang dianalisis,
ditemukan 5 (lima) merk yang mengandung pewarna berbahaya jenis merah
K.10 atau Rhodamin B.
3. Cross-sectional
- Judul: Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas
Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012
- Latar belakang: Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu masalah
kesehatan yang besar. Data dari studi global menunjukkan bahwa jumlah
penderita Diabetes Melitus pada tahun 2011 telah mencapai 366 juta orang di
dunia (IDF, 2011). Di Provinsi DKI Jakarta, Kotamadya Jakarta Barat merupakan
salah satu kota dengan angka prevalensi DM yang tinggi, yaitu 1,9%
- Tujuan: untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Kecamatan Cengkareng,
Jakarta Barat
- Metode penelitian: Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain sudi
Cross Sectional
- Hasil penelitian: Dari hasil analisis di atas dapat diketahui bahwa 6 dari 11
variabel yang diamati memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian
Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas Kecamatan Cengkareng, yaitu variabel
umur OR 0,212 (0,61-0,733), riwayat DM OR 4,19 (95%CI 1,246-14,08),
aktifitas fisik OR 0,239 (95%CI 0,071-0,802), Indeks Massa Tubuh OR 0,14
(95%CI 0,037-0,524), tekanan darah OR 0,146 (95%CI 0,041-0,527), stress OR
4,43 (95%CI 1,269-15,48) dan kadar kolesterol OR 4,19 (95%CI 1,246-14,08).
- Kesimpulan: Hasil penelitian menunjukkan umur, riwayat keluarga,
aktfivitas fisik, tekanan darah, stres dan kadar kolestrol berhubungan
dengan kejaidan DM Tipe 2. Variabel yang sangat memiliki hubungan
dengan kejadian DM Tipe 2 adalah Indekx Massa Tubuh (p 0,006 OR
0,14; 95% CI 0,037-0,524). Orang yang memiliki obesitas lebih berisiko
7,14 kali untuk menderita DM Tipe 2 dibandingkan dengan orang yang
tidak obesitas.
4. Eksplorasi
- Judul: Studi Eksplorasi Tentang Pendidikan Karakter Nilai-Nilai Hidup
Sehat pada Siswa Sekolah Dasar Berdasarkan Implementasi Kurikulum
2013 di Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang
- Latar belakang: Perilaku siswa sekolah dasar masih perlu mendapatkan
pengawasan dari guru sebagai orang tua di sekolah. Perilaku merupakan
manifestasi dari kehidupan psikis. Perilaku yang ada pada individu tidak
timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari adanya stimulus atau
rangsangan yang mengenai individu tersebut. Perilaku merupakan jawaban
atau respon terhadap stimulus yang ada sedangkan respon merupakan
fungsi yang tergantung pada stimulus dan individu (Wood worth &
Schlosberg, 1971 dalam Wibawa, 2004). Sehingga guru masih perlu
melakukan pengawasan serta memberikan contoh kepada siswa tentang
perilaku hidup bersih dan sehat sehingga terbentuk karakter diri siswa
sebagai siswa yang sehat dan berilmu.

- Tujuan: Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui tentang pendidikan


karakter perilaku hidup bersih dan sehat berdasarkan implementasi
kurikulum 2013 pada Sekolah Dasar di Kecamatan Tumpang Kabupaten
Malang.
- Metode penelitian: Penelitian ini merupakan studi eksplorasi. Studi
eksplorasi merupakan salah satu cara memperoleh data dengan cara
mengeksplorasi obyek penelitian dengan multistrategi yaitu wawancara,
angket dan observasi.
- Hasil penelitian:
 Perilaku yang berhubungan dengan pendidikan karakter hidup
bersih dan sehat pada siswa Sekolah Dasar kelas 4 di Kecamatan
Tumpang sebelum dilakukan penyuluhan terhadap Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat yaitu pada SDN Pulungdowo memiliki frekuensi
rata – rata perilaku hidup bersih dan sehat yang “Cukup Baik”,
Madrasah Ibtidaiyah KH Thohir memiliki frekuensi rata - rata
perilaku hidup bersih dan sehat “Baik”, SDN Kidal memiliki
frekuensi rata – rata “Cukup Baik”, dan Madrasah Ibtidaiyah
Sabilul Khoirot memiliki frekuensi rata – rata perilaku hidup bersih
dan sehat yang “Baik”.
 Perilaku yang berhubungan dengan pendidikan karakter hidup
bersih dan sehat pada siswa Sekolah Dasar kelas 4 di Kecamatan
Tumpang setelah dilakukan penyuluhan terhadap Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat yaitu pada SDN Pulungdowo memiliki frekuensi
rata – rata perilaku hidup bersih dan sehat yang “Baik” mengalami
peningkatan setelah dilakukan penyuluhan PHBS, Madrasah
Ibtidaiyah KH Thohir frekuensi rata - rata PHBS siswa “Baik”
tetap pada saat awal dan setelah penyuluhan PHBS , SDN Kidal
memiliki frekuensi rata – rata PBHS siswa “Sangat Baik”, dan
Madrasah Ibtidaiyah Sabilul Khoirot memiliki frekuensi rata – rata
perilaku hidup bersih dan sehat yang “Sangat Baik”. Dari hasil
penyuluhan rata – rata meningkatkan perilaku hidup bersih dan
sehat siswa di Sekolah Dasar kelas 4 di Kecamatan Tumpang.
- Kesimpulan: Perilaku yang berhubungan dengan pendidikan karakter
hidup bersih dan sehat pada siswa Sekolah Dasar kelas 4 di Kecamatan
Tumpang sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan terhadap Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat yaitu pada SDN Pulungdowo, Madrasah
Ibtidaiyah KH Thohir, dan SDN “Kidal” mengalami peningkatan
5. Longitudinal
- Judul: Pengaruh Asupan Protein Ibu Hamil dan Panjang Badan Bayi Lahir
terhadap Kejadian Stunting pada Anak Usia 12 Bulan di Kabupaten Bogor
- Latar belakang: Kecukupan gizi ibu hamil sangat mempengaruhi status
gizi anak dalam kandungan yang selanjutnya akan menentukan
perkembangan anak, khususnya pada masa pertumbuhan (golden age).
- Tujuan: untuk menentukan faktor yang diduga mempengaruhi kejadian
postur tubuh pendek (stunting) pada anak usia 12 bulan, membandingkan
rasio hazard kejadian stunting, serta menentukan faktor utama yang
mempengaruhi kejadian stunting pada anak usia 12 bulan.
- Metode penelitian: Penelitian ini adalah penelitian longitudinal
- Hasil penelitian: Bayi yang lahir dari ibu dengan konsumsi protein kurang
dari rata-rata (< 58%AKG) pada trimesterter ke-dua mempunyai risiko 1,6
kali mengalami stunting pada usia 12 bulan, juga bayi yang lahir kurang
dari 48 cm berisiko 5,9 kali mengalami stunting pada usia 12 bulan
dibandingkan anak yg lahir ≥ 48 cm. Asupan protein dan status gizi saat
lahir mempengaruhi kejadian stunting pada anak usia 12 bulan.
- Kesimpulan: Panjang badan lahir bayi dan asupan protein Ibu hamil
merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap kejadian anak
menjadi pendek pada saat anak berusia 12 bulan.
6. Case Study
- Judul: Jurnal Kualitas Hidup Pada Wanita Yang Sudah Memasuki Masa
Menopause
- Latar belakang: Setiap wanita akan mengalami masa berhentinya haid atau
menstruasi atau bisa juga disebut masa menopause. Banyak wanita yang
merasa depresi. Perasaan itu muncul pada sebagian wanita saja, ada juga
wanita yang merasa biasa saja. Wanita yang seperti ini biasanya
mempunyai kualitas hidup yang baik. Kualitas hidup diartikan sebagai
penilaian individu terhadap posisi mereka di dalam kehidupan, dalam
konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka hidup dalam kaitannya
dengan tujuan individu, harapan, standar serta apa yang menjadi perhatian
individu.
- Tujuan: Untuk mengetahui kualitas hidup pada wanita yang sudah
memasuki masa menopause, bagaimana gambaran kualitas hidup wanita
yang sudah memasuki masa menopause.Pendekatan penelitian yang
digunakan adalah kualitatif dalam bentuk studi kasus.
- Metode penelitian: Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian ini dilakukan dengan studi kasus yang bersifat intrinsic
- Hasil penelitian:
 Subjek memiliki kualitas hidup yang yang positif hal ini terlihat
dari gambaran fisik subjek yang selalu menjaga kesehatan dengan
terus makan sayuran, mengkonsumsi vitamin serta berolahraga.
Subjek juga berusaha mengatur pola tidur minimal 8 jam sehari.
 Pada aspek psikologis subjek berusaha meredam emosi agar tidak
mudah marah. Hubungan social subjek baik dengan banyaknya
teman-teman yang dimiliki oleh subjek. Lingkungan mendukung
dan memberi rasa aman kepada subjek.
 Adanya kualitas hidup subjek yang positif hal ini dapat dilihat dari
subjek mampu mengenali diri sendiri (menyadari kekurangan dan
kelebihan yang dimiliki), subjek mampu beradaptasi (mampu
beradaptasi dengan kondisi menopause yang dialami saat ini),
subjek dapat merasakan penderitaan orang lain (memberikan solusi
terbaik untuk orang lain), subjek mempunyai perasaan kasih dan
sayang (semua orang terdekat memberikan perhatian), subjek
bersikap optimis (yakin dapat mengerjakan pekerjaan dengan
baik), subjek mampu mengembangkan sikap empati (membantu
orang lain semampunya)
- Kesimpulan:
 Secara umum subjek memiliki kualitas hidup yang positif.
 Faktor yang mempengaruhi subjek mempunyai kualitas hidup
yang positif adalah karena semua kegiatan yang subjek jalani
mendapat dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat
subjek.
7. Kualitatif
- Judul: Pengembangan Model Indeks Pembanguann Gizi
- Latar belakang: Pembangunan nasional pada dasar-nya adalah sebuah
upaya pembangunan yang didalamnya melibatkan multi sektor. Diperlukan
adanya sinergi antar sektor agar upaya pembangunan dapat dilaksanakan
secara komprehensif dan mengoptimalkan potensi masyarakat (Oktia
Woro, 2012). Salah satu sektor penting dari upaya pembangunan tersebut
adalah pembangunan bidang gizi. Keberhasilan pembangunan gizi secara
empiris telah terbukti akan memperbaiki kualitas sumber daya manusia
(SDM). Perbaikan kualitas SDM ini pada gilirannya akan mendukung
keberhasilan pembangunan nasional (Soekirman, 2003). Secara
internasional, keberhasilan pembangunan dapat diukur dengan suatu in-
deks, yaitu indeks pembangunan manusia (IPM). IPM merupakan ukuran
agregat yang dipengaruhi oleh tingkat ekonomi, pendidikan dan kesehatan.
Sama halnya dengan IPM, diperlukan suatu indeks untuk menilai
keberhasilan pembangunan gizi. Keberadaan indeks pembangunan gizi
(IPG) diperlukan sebagai upaya pemetaan kemajuan pembangunan gizi di
suatu wilayah. Adanya IPG diperlukan mengingat sampai saat ini situasi
gizi di Indonesia masih menunjukkan adanya masalah gizi yang klasik.
Hasil uji coba pengkajian indeks pembangunan gizi (IPG) Kota Semarang
pada tahun 2010 telah berhasil mendesain instrumen IPG yang hasil
pengkajiannya telah digunakan sebagai bahan kajian dalam perencanaan
program gizi Kota Semarang tahun 2010 (Irwan Budiono, 2010). Oleh
karena itu, perlu dilakukan upaya pengkajian IPG dengan melibatkan
wilayah kajian yang lebih luas. Hal ini dimaksudkan untuk menilai
kemungkinan ketersediaan data serta keberlanjutannya apabila diterapkan
pada wilayah yang lebih luas.
- Tujuan: Untuk mengembangkan model indeks pembangunan gizi
- Metode penelitian: Penelitian ini menggunakan dua pendekatan, yaitu
penelitian kualitatif dan kuantitatif. Dengan penelitian kualitatif akan
dikembangkan instrumen indeks pembanguna gizi (IPG). Penelitian
kuantitatif dilakukan untuk mengkontruksi instrumen serta pengkajian IPG
Kota Semarang.
- Hasil:
 Hasil penelitian yang menunjukkan rata-rata indeks pembangunan
gizi (IPG) Kota Semarang sebesar 0,701 dan Kabupaten Semarang
sebesar 0,652 sesuai kriteria termasuk dalam kategori sedang. Hal
ini menunjukkan masih adanya beberapa dimensi yang perlu
diperbaiki. Apabila melihat komposisi indeks dari setiap
dimensinya, tampak bahwa dimensi konsumsi energi dan zat gizi
baik di Kota Semarang maupun Kabupaten Semarang merupakan
satu dimensi yang pencapaiannya masih kurang. Banyaknya
pencapaian dimensi konsumsi energi dan zat gizi yang masuk
dalam kriteria kurang ini perlu diwaspadai, karena hal ini
merupakan indikasi akan terjadinya masalah yang terkait dengan
dimensi status gizi, baik gizi makro(seperti kejadian KEP pada
balita), maupun gizi mikro (seperti anemia, dan Kekurangan
Vitamin A). Artinya Kecamatan yang dimensi konsumsi energi dan
zat gizinya termasuk sedang/ kurang, suatu saat berpotensi
menurunkan nilai dimensi status gizi.
- Kesimpulan: Rata-rata indeks pembangunan gizi (IPG) Kota Semarang
sebesar 0,701, sesuai kriteria termasuk dalam kategori sedang. Adapun rata-rata
tiap dimensi adalah : status gizi adalah 0,947 (kategori baik), konsumsi energi
dan zat gizi 0,458 (kategori kurang), keamanan pangan 0,729 (kategori sedang),
gaya hidup 0,672 (kategori sedang). Rata-rata indeks pembangunan gizi (IPG)
Kabupaten Semarang sebesar 0,652, sesuai kriteria termasuk dalam kategori
sedang. Adapun rata-rata tiap dimensi adalah : status gizi adalah 0,979 (kategori
baik), konsumsi energi dan zat gizi 0,474 (kategori kurang), keamanan pangan
0,833 (kategori baik), gaya hidup 0,322 (kategori kurang).
-
8. Kuantitatif
- Judul: Pengaruh Motivasi Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar di
Sekolah Dasar
- Latar belakang: Pendidikan dan pengajaran adalah suatu proses yang
sadar tujuan. Salah satu factor yang mempengaruhi prestasi siswa adalah
motivasi. Dengan adanya motivasi, siswa akan belajar lebih keras, ulet,
ktekun dan memiliki konsentrasi penuh dalam proses pembelajaran.
Motivasi belajar yag dimiliki siswa dalam kegiatan pembelajaran sangat
berperan untk meningkatkan prestasi elajar siswa dalam mata pelajaran
tertentu. Siswa yang bermotivasi tinggi dalam belajar emungkinkan akan
memperoleh hasil belajar yang tinggi juga , artinya semakin tinggi
motivasinya, semakin intesitas usaha dan upaya yang dilakukan. IPA
sebagai salah satu pelajaran disekolah, dapat memberi peranan dan
pengalaman bagi siswa.
- Tujuan: Untuk menggambarkan level dari pengaruh motivasi siswa
terhadapprestasi belajar IPA.
- Metode penelitian: Penelitian dengan metode penelitian kuantitatifini
akan dilaksanandikelas I SDN 18 Kcamatan Tawang Kota Tasikmalaya
dengan sampel sebanyak 26 orang ssa dan dilakukan selama 4 bylan dari
bulan agustus sampai dengan November 2010.
- Hasil:
 Hasil analisis terhada hasil rata-rata angket dari total jumlah sisa
menunjukan valid, reliable dan terdistribusi normal. Hasil dari
penelitian menunjukan bahwa secara umum motivasi belajar dan
prestasi belajar siswa kelas IV SDN Tarumanegara tergolong baik.
Analisis juga enunjukan bahwa pengaruh motivasi belajar besar
pengaruhnya terhadap prestasi belajar IPA dari siswa.
 Hasil penelitian ini juga menginformasikan terdapat pengaruh yang
signifikan antara motivasi terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini
berarti bahwa jika siswa memiliki motivasi terhadap prestasi
belajar siswa. Hal ini berarti bahwa jka siswa memiliki motivasi
dalam belajar, maka prestasi belajarnya akan baik. Sebaliknya jika
siswa memliki kebiasaan yang buruk dalam belajar, maka prestasi
belajarnya pun akan buruk.
- Kesimpulan: Motivasi belajar degan prestasi belajar siswa memiliki
pengaruh yang signifikan, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
terdapat motivasi belajar terhadap prestasi belajar IPA.

Anda mungkin juga menyukai