Anda di halaman 1dari 13

Analisis Drainase Bandara Muara Bungo Jambi

Widarto Sutrisno
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Ito_tok@yahoo.com

Abstrak

Areal bandara Muara Bungo Jambi adalah berupa lembah yang dikelilingi oleh daerah
perbukitan yang memiliki vegetasi yang cukup lebat. Sebagai areal yang relatif lebih rendah
dibandingkan areal sekitarnya, maka tidak bisa dihindari adanya aliran air di areal tersebut,
yang muncul karena adanya proses pengumpulan aliran air tanah yang mengalir dari tempat
yang lebih tinggi (perbukitan) ke tempat yang lebih rendah (lembah). Pada musim penghujan
dapat dipastikan, aliran air akan lebih besar karena adanya tambahan air permukaan dari run
off air hujan.
Penelitian ini mengkaji keadaan drainase yang ada sekarang dan dengan memperhitungkan
debit banjir dari data curah hujan setempat, kemudian membuat masukan untuk desain
drainase yang yang baru untuk mengatisipasi banjir sehingga dapat memberikan kenyamanan
dan keselamatan kepada penumpang sipil untuk setiap kali penerbangan.
Berdasar hasil analisis daerah Tower dan Bukit 2,3,4 perlu dibuat saluran drainase agar
limpasan air tidak menyebar ke area service bandara (sisi darat dan sisi udara), di daerah
timbunan strip runway perlu dibentuk crown yang baik agar tidak terjadi genangan dan dibuat
saluran drainase keliling agar limpasan air tidak menyebar ke daerah sekitar / ke pemukiman
warga. Variasi dimensi saluran di area tower dan timbunan strip runway agar disesuaikan
dengan kondisi lapangan dengan sebelumnya diadakan pengukuran eksisting agar diperoleh
letak dan estimasi volume yang lebih tepat. Jika saluran dipilih adalah saluran tanah tanpa
pasangan harus digunakan bentuk penampang hidrolis terbaik yaitu trapesium dengan
kemiringan talud V : H = 1 : 1 atau sudut maksimal 45◦

Kata Kunci : Areal bandara Muara Bungo, drainase, penampang hidrolis

1. Pendahuluan
Pekerjaan Pemotongan Bukit Tahap I Di Daerah Transisi Bandar Udara Muara Bungo
Tahun Anggaran 2014, adalah pekerjaan timbunan dengan material dari hasil pemotongan
bukit tersebut dan lokasi timbunan juga sudah ditentukan yaitu di daerah rencana
perpanjangan Runway.
Dimensi timbunan, sesuai rencana awal, adalah :
 panjang 600 meter dan lebar 320 meter.
 ketinggian timbunan akan mencapai 6m dari tanah asli.
 permukaan timbunan akan membentuk “crown” dengan kemiringan ke samping /
slope sebesar 2-5%.
 Luas permukaan lebih dari 180.000m2 ,
TOPOGRAFI LINGKUNGAN
Areal bandara adalah berupa lembah yang dikelilingi oleh daerah perbukitan yang
memiliki vegetasi yang cukup lebat.Sebagai areal yang relatif lebih rendah dibandingkan
areal sekitarnya, maka tidak bisa dihindari adanya aliran air di areal tersebut, yang muncul
karena adanya proses pengumpulan aliran air tanah yang mengalir dari tempat yang lebih
tinggi (perbukitan) ke tempat yang lebih rendah (lembah). Kondisi tersebut berlangsung terus
menerus baik pada musim kemarau maupun pada musim penghujan. Bahkan pada musim
penghujan dapat dipastikan, aliran air akan lebih besar karena adanya tambahan air

26
permukaan dari run off air hujan. Kondisi ini terbukti dengan adanya aliran air permukaan
tetap berupa sungai yang mengalir di areal bandara tersebut.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lokasi timbunan berada di daerah yang selalu
dipengaruhi oleh aliran air.

SALURAN DRAINASE
Dengan gambaran singkat tentang kondisi topografi lingkungan tersebut di atas, maka
saluran drainase di sekitar areal timbunan sangat diperlukan untuk :
 membuang aliran air permukaan dari permukaan timbunan pada saat hujan,
 menyalurkan aliran air dari areal sekitar agar tidak masuk ke areal timbunan.
 menjaga elevasi permukaan air tanah di areal timbunan
Dengan adanya saluran drainase tersebut diharapkan dapat mencegah meningkatnya kadar
air di dalam tanah / timbunan, sehingga kepadatan dan stabilitas tanah / timbunan tetap
terjaga.

2. Kajian Pustaka
Drainase adalah tindakan teknis untuk penanganan kelebihan air yang disebabkan oleh
hujan, rembesan, maupun air buangan dengan cara mengalirkan, menguras, membuang,
meresapkan, serta usaha-usaha lainnya, dengan tujuan akhir untuk mengembalikan ataupun
meningkatkan fungsi kawasan.
Secara umum sistem drainase merupakan suatu rangkaian bangunan air yang berfungsi
mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu suatu kawasan.
Fungsi Sistem Drainase Lapangan Terbang adalah :
1. Mengalirkan dan membuang air permukaan dan bawah tanah yang berasal dari tanah
sekitar lapangan terbang.
2. Mempertahankan daya dukung tanah dengan mengurangi gaya beban kendaraan, dan
selalu menjaga agar Runway dan Shoulder tidak tergenang air.
Jika drainase tidak berfungsi dengan baik tentu mengakibatkan tergenangnya air pada runway
dan shoulder yang bisa menganggu aktivitas pesawat pada saat Take Off maupun Landing.

Gambar 1. Limpasan Air Pada Jalan Akses Tower

Maksud :
Mengkaji keadaan drainase yang ada sekarang dan dengan memperhitungkan debit banjir dari
data curah hujan setempat, kemudian membuat masukan untuk desain drainase yang yang
baru untuk mengatisipasi banjir pada wilayah Bandara Muara Bungo sehingga dapat
memberikan kenyamanan dan keselamatan kepada penumpang sipil untuk setiap kali
penerbangan .
27
Pengamatan potensi limpasan air di masing masing lokasi yaitu :

1.1.

1.2. 1.3. 1.4.

Gambar 2. Situasi Bandar Udara Muara Bungo

1.1. Daerah strip timbunan runway


Potensi limpasan air cukup tinggi ( luas lahan ± 217.600 m2) sedangkan saluran drainase
samping belum ada sehingga air cenderung liar masuk ke wilayah warga.

Gambar 3. Potensi limpasan dari daerah strip Gambar 4. Belum ada saluran drainase dan crown
timbunan runway belum baik (muncul genangan)

1.2. Daerah Bukit 2


Potensi limpasan air cukup tinggi ( luas lahan ± 98.175 m2 + 23.100 m2) sedangkan
saluran drainase samping belum ada sehingga air cenderung liar dan merusak.

Gambar 5. Potensi Limpasan Air dari Bukit 2 Gambar 6. Sedimentasi pada gorong gorong Jalan
Akses Tower

28
1.3. Daerah Bukit 3
Potensi limpasan air cukup tinggi ( luas lahan ± 92.400 m2) sedangkan saluran drainase
samping belum ada sehingga air cenderung liar dan merusak.
1.4. Daerah Bukit 4
Potensi limpasan air cukup tinggi ( luas lahan ± 69.300 m2) sedangkan saluran drainase
samping belum ada sehingga air cenderung liar dan merusak.

Gambar 7. Potensi Limpasan Air dari Bukit 3 Gambar 8. Potensi Limpasan Air dari Bukit 4

3. Analisis Data
Tabel 1. Analisa dari Data Curah Hujan 10 tahun.
Xi m (Xi - Xr) (Xi - Xr)²
212 1 -26 657
186 2 -52 2667
249 3 11 131
256 4 19 353
235 5 -3 7
241 6 4 13
276 7 39 1529
220 8 -17 305
195 9 -42 1769
304 10 67 4426
2373 11857

Xr = 2373 / 10 = 237,3
∑ (Xi - Xr)² = 11.857
.
Sx = = 34,43
n = 10, dari tabel 4.1 didapat Yn = 0,49520 dan Sn = 0,94970
sehingga,
1/α = Sx/Sn = 34,43 / 0,94970 = 36,25789
U = Xr – (1/ α).Yn = 237,3 – (36,25789 x 0,49520) = 219,3534
Persamaan garis regresi linear menjadi sebagai berikut :
X = U + (1/ α).Y ……………………………………………………………………..(1)

X = 219,3534 + 36,25789. Y
Dimana X = rainfall depth (mm/24 hrs) dan Y = Reduce variate

29
Selanjutnya persamaan garis regresi linear tersebut digambarkan diatas “extreme propability
paper (Gumbel’s type) dibawah ini.

X = 219,3534 + 36,25789. Y

Berdasarkan grafik diatas dapat dibaca nilai “extreme rainfall depth” untuk periode 5 tahun
dan 10 tahun, yaitu :
R5 tahun : 272 mm/24 jam
R10 tahun : 300 mm/24 jam
Bila dihitung secara analitis diperoleh :
Xt = Xr + ( Sx/Sn ) . ( Yt – Yn )…………………………………………………………….(2)
dengan Y5 = 1,4999 dan Y10 = 2,2502
R5 tahun : 237,3 + 36,25789 * (1,4999 - 0,49520) = 273,7366 mm/24 jam
R10 tahun : 237,3 + 36,25789 * (2,2502 - 0,49520) = 300,9409 mm/24 jam
Tabel 2. Perhitungan intensitas curah hujan dengan data Weduwen menghasilkan :

30
intensitas curah hujan intensitas curah hujan
Durasi % curah hujan %/jam
(return period 5 thn) (return period 10 thn)
1 2 3 = 2/1 4 = 3 x 273,7366 5 = 3 x 300,9409
1 40 40 109,4946 120,3764
2 56 28 76,6462 84,2635
3 68 23 61,5907 67,7117
4 76 19 52,0100 57,1788
5 82 16 44,6191 49,0534
6 84 14 38,0950 41,8809
9 88 10 26,6133 29,2581
12 89 7 20,3021 22,3198
15 90 6 16,4242 18,0565
18 92 5 13,9879 15,3781
21 92 4 11,9923 13,1841
24 100 4 11,4057 12,5392

A. Perhitungan debit banjir rencana saluran drainase


Catchment area < 25 km2, maka untuk perhitungan debit banjir rencana dipakai rumus
rational sebagai berikut :
Qp = (1/3,6) * C * I * A ………………………………..………………………………..(3)
Dengan
Qp = debit puncak banjir (m3/det)
C = koefisien limpasan ( = 0,20 lihat tabel 4.7 )
I = intensitas curah hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam)
A = luas daerah pengaliran atau catchment area (bukit 2,3,4 = 282975 m2 = 0,282975
km2 daerah strip timbunan runway = 217.600 m2 = 0,217600 km2)
Waktu konsentrasi (tc) :
tc = to + td (dalam menit) …………………………………………………………(4)
to = { 2/3 * 3,28 * L * ( nd / √s)} 0,467 ……………………………………………..(5)
dimana
to = inlet time (menit)
L = jarak terjauh di catchment area ke lokasi drainase (inlet) diambil 220 m (puncak
bukit 2 ke saluran)
nd = koefisien hambatan (bukit = 0,5 , timbunan = 0,2 , lihat tabel 4.6)
s = kemiringan daerah pengaliran, diambil 6% (kemiringan bukit) dan 2,5% kemiringan
timbunan runway strip)
diperoleh :
to timbunan = { 2/3 * 3,28 * 160 * ( 0,2 / √0,025)} 0,467 = 17,2054 menit
to bukit = { 2/3 * 3,28 * 220 * ( 0,5 / √0,06)} 0,467 = 16,2732 menit
besarnya td dapat diperkirakan dengan rumus :
td = L/V
L = panjang saluran drainase (ujung bukit sampai ujung timbunan = 2245 m, ujung
bukit sampai saluran eksisting = 800 m)
V = kecepatan aliran rata rata melalui saluran (=1,0 m/detik, tabel 4.14)
tdtim = 2245/1 = 2245 detik = 37,4167 menit
tdbukit = 800/1 = 800 detik = 13,333 menit
tc = to + td
tc timbunan = 17,2054 menit + 37,4167 menit = 54,62206 menit
tc bukit = 16,2732 menit + 13,333 menit = 29,60652 menit
hasil tersebut diplot dalam grafik Weduwen (hasil perhitungan intensitas hujan, dalam lembar
berikut) dan diperoleh intensitas curah hujan untuk periode 5 tahun adalah,
Ibukit = ± 120 mm/jam dan Itimbunan = ± 100 mm/jam sehingga diperoleh :
Qp bukit = (1/3,6) * C * I * A
31
= (1/3,6) * 0,2 * 120 * 0,282975
= 1,8865 m3/dt
Qp timbunan = (1/3,6) * C * I * A
= (1/3,6) * 0,2 * 100 * 0,217600
= 1,2088 m3/dt

32
120

return period 10thn

return period 5 thn

tc sungai

tc bukit
33
Perhitungan dimensi saluran
Kapasitas saluran terbuka :
Q = A x V ………………………………………………………………………(6)
A =Q/V = 1,8865 m3/dt / 1,0 m/dt = 1,886 m2
Saluran direncanakan dengan penampang hidrolis terbaik trapesium dengan kemiringan talud
V : H = 1 : 1 sehingga
A = ( T + B )/2 x d = ( d + B + d + B )/2 x d = Bd + d2 ………………………………(7)

Dengan W (tinggi jagaan) = √(0,5*d)


Perhitungan Kemiringan Saluran (Rumus Manning)
V = 1/n (R2/3)(S)1/2 dengan n = 0,02 (saluran tanah lempung padat, Vijin maks 1,0 m/detik)
Dengan R = A/P dimana P = B + 2d √(1+m2) didapat seperti pada tabel 3 berikut :
Tabel 3. Hasil perhitungan saluran
B d T w H R S
0,5 1,15 2,79 0,76 1,90 0,50 0,100%
0,6 1,11 2,81 0,74 1,85 0,51 0,099%
0,7 1,07 2,83 0,73 1,80 0,51 0,099%
0,8 1,03 2,86 0,72 1,75 0,51 0,099%
0,9 1,00 2,89 0,71 1,70 0,51 0,099%
1 0,96 2,92 0,69 1,66 0,51 0,099%
1,1 0,93 2,96 0,68 1,61 0,51 0,099%
1,2 0,90 3,00 0,67 1,57 0,50 0,100%
1,3 0,87 3,04 0,66 1,53 0,50 0,100%
1,4 0,84 3,08 0,65 1,49 0,50 0,101%
1,5 0,81 3,13 0,64 1,45 0,50 0,102%
1,6 0,79 3,18 0,63 1,42 0,49 0,103%
1,7 0,77 3,23 0,62 1,38 0,49 0,104%
1,8 0,74 3,28 0,61 1,35 0,48 0,105%
1,9 0,72 3,34 0,60 1,32 0,48 0,107%
2 0,70 3,40 0,59 1,29 0,47 0,108%

Kemiringan (S) ijin dasar saluran relatif landai dan relatif sesuai dengan kemiringan “vertikal
grade” landasan sehingga tidak diperlukan bangunan pematah arus / penghilang energi.
B. Perhitungan debit banjir rencana pengalihan aliran sungai
Catchment area < 25 km2, maka untuk perhitungan debit banjir rencana dipakai rumus
rational sebagai berikut :
Qp = (1/3,6) * C * I * A
Dengan
Qp = debit puncak banjir (m3/det)
C = koefisien limpasan ( = 0,20 lihat tabel 4.7 )
I = intensitas curah hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam)

34
A = luas daerah pengaliran atau catchment area ( 2 km2)
Waktu konsentrasi (tc) :
tc = L/V
L = panjang sungai (jalan raya – timbunan ± 2 km)
V = 72 (H/L)0,6 dengan H adalah beda tinggi, diambil 5m = 0,005 km
Didapat :
V = 72 (0,005/2)0,6 km/jam = 1,97741 km/jam
Tc = L/V = 2/1,97741 jam = 1,0114 jam
hasil tersebut diplot dalam grafik Weduwen (hasil perhitungan intensitas hujan, dalam lembar
berikut) dan diperoleh intensitas curah hujan untuk periode 10 tahun adalah,
I = ± 120 mm/jam sehingga diperoleh :
Qp = (1/3,6) * C * I * A
= (1/3,6) * 0,2 * 120 * 2
= 13,3333 m3/dt
Perhitungan dimensi saluran
Kapasitas saluran terbuka :
Q =AxV
A =Q/V = 13,3333 m3/dt / 1,0 m/dt = 13,3333 m2
Saluran direncanakan dengan penampang hidrolis terbaik trapesium dengan kemiringan talud
V : H = 1 : 1 sehingga A = ( T + B )/2 x d = ( d + B + d + B )/2 x d = Bd + d2

Dengan W (tinggi jagaan) = √(0,5*d)


Perhitungan Kemiringan Saluran (Rumus Manning)
V = 1/n (R2/3)(S)1/2 dengan n = 0,02 (saluran tanah lempung padat, Vijin maks 1,0 m/detik)
Dengan R = A/P dimana P = B + 2d √(1+m2) didapat seperti pada tabel 4 berikut:
Tabel 4. Hasil perhitungan kemiringan saluran
B d T w H R S
3 2,45 7,90 1,11 3,55 0,19 0,366%
3,5 2,30 8,10 1,07 3,37 0,19 0,370%
4 2,16 8,33 1,04 3,20 0,19 0,376%
4,5 2,04 8,58 1,01 3,05 0,18 0,383%
5 1,93 8,85 0,98 2,91 0,18 0,392%
5,5 1,82 9,14 0,95 2,78 0,18 0,402%
6 1,73 9,45 0,93 2,65 0,17 0,414%

Kemiringan (S) ijin dasar saluran relatif landai dan relatif sesuai dengan kemiringan “vertikal
grade” landasan sehingga tidak diperlukan bangunan pematah arus / penghilang energi.
Analisis Stabilitas Lereng Lempung (φ = 0), menggunakan Diagram Taylor (1984)
Cek pada kondisi tertinggi jika timbunan 5 m dan galian sedalam 3 m yang akan dibuat di
lapangan pada lempung jenuh yang perkiraan γsat = 18,5 kN/m3, c = 20 kN/m2 dan φ = 0.
(lapisan tanah padat diestimasi 5 m dibawah muka tanah)

35
Kemiringan lereng (β) yang dibutuhkan agar faktor aman F = 1,2 minimal terpenuhi dianalisa
dengan :
D = tinggi dari dasar lapisan as keras puncak lereng / tinggi lereng
Nd = c / (F. γ.H)

Dengan dicoba beberapa variasi dan diplot pada grafik (lembar berikut) didapatkan hasil
seperti pada tabel 5 berikut :
Tabel 5. Hasil perhitungan dengan beberapa variasi
Faktor Aman 1,20 1,20 1,20 1,20 1,20
Timbunan 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00
Galian 0,00 0,50 1,00 2,00 3,00
Perkiraan tanah padat 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00
clempung jenuh 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00
γlempung jenuh 18,50 18,50 18,50 18,50 18,50
D 2,00 1,91 1,83 1,71 1,63
Nd 0,18018 0,163800164 0,1501502 0,1287 0,112613
βmax 45◦ 20◦ 17◦ 12◦ 10◦

Sumber : Hardiyatmo, H.C. (2006)

36
Tabel 6. Analisis Waktu Pelaksanaan (Estimasi)
Timbunan
Samping Bukit 2, 3,
Perkiraan Runway Strip / Satuan
Tower 4
sungai
Luas Galian 4,57 4,57 23,29 m2
Panjang 400,00 720,00 1870,00 m’
Volume Galian 1.829,26 3.292,67 43.554,39 m3
Kapasitas Excavator
120,00 120,00 120,00 m3/jam
PC200
15,24 27,44 362,95 jam
Estimasi Waktu
1,91 3,43 45,37 hari (8 jam)

4. Kesimpulan dan Rekomendasi

a. Secara umum perlu adanya saluran drainase yang diharapkan dapat mencegah
meningkatnya kadar air di dalam tanah / timbunan, sehingga kepadatan dan stabilitas
tanah / timbunan tetap terjaga.
b. Saluran eksisting terjadi endapan yang harus dibersihkan terutama di daerah gorong
gorong / box culvert agar aliran dapat berjalan lancar dan tidak muncul genangan
serta limpasan ke permukaan.
c. Didaerah Tower dan Bukit 2,3,4 perlu dibuat saluran drainase agar limpasan air tidak
menyebar ke area service bandara (sisi darat dan sisi udara)
d. Di daerah timbunan strip runway perlu dibentuk crown yang baik agar tidak terjadi
genangan dan dibuat saluran drainase keliling agar limpasan air tidak menyebar ke
daerah sekitar / ke pemukiman warga.
e. Variasi dimensi saluran di area tower dan timbunan strip runway agar disesuaikan
dengan kondisi lapangan dengan sebelumnya diadakan pengukuran eksisting agar
diperoleh letak dan estimasi volume yang lebih tepat.
f. Dalam pelaksanaannya agar dipertimbangkan sisa waktu kontrak ( ± 3 bulan)
mengingat cuaca sudah memasuki musim penghujan.
g. Jika saluran dipilih adalah saluran tanah tanpa pasangan harus digunakan bentuk
penampang hidrolis terbaik yaitu trapesium dengan kemiringan talud V : H = 1 : 1
atau sudut maksimal 45◦
h. Untuk saluran drainase mengelilingi timbunan strip runway yang sementara
digunakan untuk pengalihan sungai harus diperhatikan kemiringan timbunan
(maksimal 45◦).
i. Galian saluran di area timbunan tidak boleh berada langsung dikaki timbunan dan
harus diberi jarak/trap untuk menghindari kelongsoran karena tanah asli merupakan
tanah kohesif yang sudah jenuh air.

37
Daftar Pustaka
Analisis Hidrologi Dan Hidrolika untuk Desain Drainase, Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat
HPJI- Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan-Maret 2010
Manual Hidrolika Untuk Pekerjaan Jalan dan Jembatan Buku 2 Perencanaan Hidrolika
No. 01-2/BM/2005, Dirjend Bina Marga
Petunjuk Desain Permukaan Jalan No.008/T/BNKT/1990, Dirjend Bina Marga
Perencanaan Sistem Drainase Jalan Pd.T-02-2006-B, Departemen Pekerjaan Umum
Azwarman, 2010, Kajian Antisipasi Genangan Air Pada Drainase Bandar Udara Sultan
Thaha Syaifuddin Jambi, Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.10 No.1
Tahun 2010
Hardiyatmo, H.C. (2006), Penanganan Tanah Longsor dan Erosi, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta
www.namasayasurung.wordpress.com/2013/12/05/statistik-curah-hujan/
http://eprints.uns.ac.id/10537/1/154832108201009171.pdf (Perencanaan Sistem Drainase
Perumahan Josroyo Permai RW 11 Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar)
https://www.academia.edu/5561406/Tata Cara Pembuatan Detail Desain Drainase Perkotaan
http://bhupalaka.files.wordpress.com/2011/02/drainase-1-2-perkotaan.pdf
http://eprints.undip.ac.id/33899/7/1836_CHAPTER_5.pdf
http://emjee11.blogspot.com/2011/01/teori-drainase.html
http://sisfo.itp.ac.id/bahanajar/BahanAjar/Herman/Stabilitas%20lereng.pdf
http://eprints.undip.ac.id/33910/7/1852_CHAPTER_IV.pdf
http://eprints.undip.ac.id/34313/5/2125_chapter_II.pdf
http://www.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2011/04/5.-Hasbullah-NAwir-dkk-Vol.19-
No.2.pdf

38

Anda mungkin juga menyukai