Anda di halaman 1dari 3

SLE dalam Kehamilan

Definisi
SLE (Systemic lupus erythematosus) adalah penyakit autoimun kronik yang terjadi terutama pada
wanita usia reproduktif, melibatkan multi-organ, ditandai dengan lesi inflamasi pada kulit, sendi,
membran serosa, ginjal, dan sistem saraf pusat, serta berkaitan dengan tingginya kadar autoantibodi
dan autoantigen.

Prinsip dasar
 SLE terjadi karena produksi autoantibodi dan gangguan sistem imun sehingga terjadi
peradangan dan kerusakan organ.
 Pada SLE, sel Treg berkurang. Sel Treg adalah limfosit T yang berperan untuk mengenali
antigen tubuh, sehingga menghambat aktivitas sel B, sel T CD4 dan CD8, sel NK, sitokin, dan
antibodi
 Bangkitan lupus pada kehamilan disebabkan oleh peningkatan estrogen serum terutama
pada trimester 3, karena estrogen meningkatkan reaktivitas imunologis

 Resiko pada ibu:


o Eksaserbasi gejala SLE
o Preeklampsia
o Peningkatan mortalitas
o Peningkatan morbiditas
 Resiko pada Janin
o Abortus
o Pertumbuhan janin terhambat
o Lahir mati
o Kematian janin intrauterin
o Kematian neonatal
o Sindrom lupus neonatal
o Kelahiran prematur

Faktor resiko keguguran pada pasien dengan SLE


 Penyakit aktif dalam 6 bulan sebelum konsepsi
 Penyakit aktif selama kehamilan
 SLE dimulai saat hamil
 Sindroma antifosfolipid sekunder
 Hipokomplemenemia
 Antibodi ds-DNA
 Trombositopenia
 Hipertensi kronik
 Penyakit ginjal sebelumnya dan proteinuri pada trimester pertama

Kriteria SLE berdasarkan American Rheumatism Association


Kriteria Keterangan
Ruam malar Kemerahan pada malar
Ruam diskoid Bercak kemerahan, bersisik
Fotosensitivitas Papara terhadap sinar UV menyebabkan ruam
Sariawan Sariawan di mulut dan nasofaring yang tidak
nyeri
Arthritis Melibatkan dua atau lebih sendi perifer disertai
nyeri, bengkak, dan efusi
Serositis Pleuritis atau perikarditis
Gangguan ginjal Proteinuri > 0,5 g/hari atau > 3+ dipstik, atau
cellular cast
Gangguan neurologis Kejang atau psikosis tanpa penyebab lain
Gangguan hematologis Anemia hemolitik, leukopenia, limfopenia, atau
trombositopenia
Autoantibodi Antibodi anti-dsDNA atau anti-Sm, atau VDRL
positif palsu, titer anibodi antikardiolipin IgM
atau IgG abnormal, atau antikoagulan lupus
Antibodi antinuklear Peningkatan titer
Apabila terdapat 4 atau lebih kriteria, SLE dapat didiagnosis dengan spesifisitas 75% dan sensitivitas
95%

Tanda dan gejala eksaserbasi lupus pada kehamilan

Klinis  Ruam kemerahan lupus


 Arthritis
 Limfadenopati
 Demam > 38oC (tidak berkaitan dengan
infeksi atau obat-obatan
 Pleuritis
 Perikarditis
Laju Endap Darah Meningkat
Anemia Hemoglobin < 10.5 g/dl
Trombositopenia Trombosit < 95.000/µl
Urinalisis Hematuria atau cellular cast
Proteinuria ≥ 300mg/hari
Antibodi ds-DNA Meningkat
Komplemen Penurunan ≥ 25%

Pengukuran aktifitas penyakit lupus pada kehamilan

Indeks Aktifitas Lupus dalam Kehamilan (Lupus Activity Index in Pregnancy)

Grup Parameter Poin Nilai Nilai yang


dihitung
1 Demam 0 1 (a) Rerata
Ruam 0 2
Arthritis 0 2 3
Serositis 0 1 2 3
2 Neurologis 0 3 (b) Maksimum
Ginjal 0 2 3
Paru-paru 0 3
Hematologis 0 1 2 3
Vaskulitis 0 3
Miositis 0 3
3 Prednison, NSAID, HCQ 0 3 (c) Rerata
Imunosupresor 0 3
4 Proteinuria 0 1 2 3 (d) Rerata
Anti DNA 0 1 2
C3, C4 0 1 2
Poin Nilai LAI-P = (a + b + c + d)/4
HCQ: Hydroxychloroquine; LAI-P: Lupus Activity Index in Pregnancy

Manajemen
 Penggunaan NSAID sebaiknya dihindari pada usia kehamilan di atas 20 minggu, namun
aspirin dosis rendah dapat digunakan bila diperlukan.
 Asetaminofen aman digunakan pada ibu hamil.
 Hidroksiklorokuin sebagai terapi artritis dan ruam direkomendasikan untuk digunakan
selama kehamilan, terutama bilapengobata telah dimulai sebelum hamil
 Apabila tanda dan gejala lupus tidak membaik dengan terapi asetaminofen dan
hidroksiklorokuin, dibutuhkan kortikosteroid. Namun harus diketahui bahwa
penggunaannya pada trimester pertama meningkatkan resiko kelainan kongenital pada janin
 Dosis prednisone kurang dari 20 mg/hari dapat digunakan untuk gejala lupus ringan, atau 1-
2 mg/Kg pada kasus berat. Bila gejala sudah terkontrol, dosis diturunkan bertahap hinga
mencapat 10-15 mg/hari tiap pagi.
 Azathioprine dapat digunakan sebagai terapi lini kedua dengan doss tidak melebihi 2mg/Kg
per hari

Anda mungkin juga menyukai