Daftar Pustaka
1. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. ilmu penyakit kulit dan kelamin. 6th ed.
Jakarta : balai penerbit FKUI. 2013.
2. Soedarmo SS, Garna H. Varicella. Pada Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis.
Edisi ke-2. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2008.
3. Johnson. R.A, Suurmond. D. Fitzpatrick’s, The Color Atlas and Synopsis of
Clinical Dermatology, fifth edition. E-book : The McGraw-Hill Companies.
2007.
4. Busam KJ. Dermatopathology, Foundations in Diagnostic Pathology. E-book
: Saunders Elsevier. 2010.
5. Wller R, Savin J, et al. Clinical Dermatology. 4th Ed. USA : Blackwell
Publishing. 2008.
6. Wolff. K, Johnson. R.A, Suurmond D. Fitzpatrick’s, The Color Atlas and
Synopsis of Clinical Dermatology, fifth edition. E-book : The McGraw-Hill
Companies. 2007.
Hasil Pembelajaran
1. Diagnosis banding Varisella
2. Komplikasi Varisella
3. Tatalaksana Varisella
Plan
Dignosis Kerja : Varisela
Dignosis Banding : Variola
Pengobatan : Dalam penatalaksanaan Varisela diberikan pengobatan
bersifat simtomatik dengan antipiretik, dan pengobatan antivirus oral yang efektif
diberikan pada 24 jam pertama setelah timbul lesi. Pada pasien ini diberikan asiklovir
5x800 mg/hari selama 7 hari dan Parasetamol 3x500 mg/hari. CTM 1x4 mg untuk
mengirangi gatal.
Edukasi :
1. Menghindari gesekan pada kulit agar tidak menyebabkan pecahnya vesikel.
Istirahat cukup dan cegah kontak langsung dengan orang lain agar tidak
menular.
2. Varisella merupakan self-limitting disease, dimana pada anak yang
imunikompeten dapat sembuh sempurna. Komplikasi yang ringan dapat
berupa infeksi bakteri sekunder. Oleh karena itu pasien sebaiknya menjaga
keberishan tubuh dan dikarantina untuk mencegah penularan.
TINJAUAN PUSTAKA
Varisella
3.1. Definisi
Varisela adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh virus Herpes varicella
atau disebut juga varicella-zoster virus (VZV). Varisela terkenal juga dengan nama
chikenpox atau cacar airadalah penyakit primer VZV yang pada umumnya menyerang
pada anak. Sedangkan herpes zoster merupakan suatu reaktivasi infeksi endogen pada
periode laten VZV, umumnya menyerang orang dewasa atau anak yang menderita
defisiensi imun. Varisela sebagai penyakit virus pada anak sangat menular, lebih
menular daripada parotitis, namun tetap kurang menular dibanding campak. Sehingga
daya tahan tubuh yang baik adalah salah satu faktor yang mempengaruhi gejala klinis
yang akan muncul.
3.2. Epidemiologi
Di negara Barat, kejadoan varisela tergantung dari musim (musim dingin dan
awal musim semi). Di Indonesia, walaupun belum pernah dilakukan penelitian,
agaknya penyakit virus menyerang pada musim peralihan antara musim panas ke
musin hujan atau sebaliknya.
Varisela sangat mudah menular terutama melalui kontak langsung, droplet
atau aerosol dari lesi vesikuler di kulit ataupun melalui sekret saluran nafas dan jarang
melalui kontak tidak langsung. Varisela dapat menyerang semua golongan umur
termasuk neonatus, 90% kasus berumur 10 tahun dan terbanyak usia 5-9 tahun. Pasien
dapat menularkan penyakit selama 24-48 jam sebelum lesi kulit timbul, sampai semua
lesi timbul krusta/keropeng, biasanya 7-8 hari. Seumur hidup seseorang hanya
menderita satu kali varisela. Serangan kedua mungkin berupa penyebaran ke kulit
pada herpes zoster.
3.3. Patogenesis
Virus varisela-zoster merupakan salah satu dari 8 jenis herpes virus dari
family herpesviridae yang dapat menyerang manusia dan primate, merupakan virus
DNA alfa herpesvirus, mempunyai 125.000 pasangan basa yang mengandung 70 gen.
Virus ini mempunyai 3 tipe liar (wild type).
Virus VZV masuk ke tubuh melalui mukosa saluran nafas bagian atas atau
orofaring. Pada lokasi masuknya terjadi replikasi virus yang selanjutnya menyebar
melalui pembuluh darah dan limfe (viremia pertama). Selanjutnya virus berkembang
biak di sel retikulendotelial. Pada kebanyakan kasus, virus dapat mengatasi
pertahanan non-spesifik seperti interferon dan respon imun. Satu minggu kemudian,
virus kembali menyebar melalui pembuluh darah (viremia kedua) dan pada saat ini
timbul demam dan malaise. Penyebaran ke seluruh tubuh, terutama kulit dan mukosa.
Lesi kulit muncul tidak bersamaan, sesuai dengan siklus viremia. Pada keadaan
normal, siklus ini berakhir setelah 3 hari akibat adanya kekebalan humoral dan selular
spesifik. Timbulnya pneumonia varisela dan penylit lainnya disebabkan kegagalan
respon imun mengatasi replikasi dan penyebaran virus.
1. Stadium Prodromal
Gejala prodromal timbul setelah 14-15 hari masa inkubasi, dengan timbulnya
ruam kulit disertai demam yang tidak begitu tinggi serta malaise. Pada anak
yang lebih besar dan dewasa ruam didahului oleh demam selama 2-3 hari
sebelumnya, menggigil, malaise, nyeri kepala, anoreksia, nyeri punggung, dan
pada beberapa kasus nyeri tenggorok dan batuk.
2. Stadium Erupsi
Ruam kulit muncul di muka dan kulit kepala, dengan cepat menyebar ke
badan dan ekstremitas. Ruam lebih jelas pada bagian badan yang tertutup dan
jarang ditemukan pada telapak kaki dan tangan. Penyebaran lesi varisela
bersifat sentrifugal. Gambaran yang menonjol adalah perubahan yang cepat
dari makula kemerahan ke papula, vesikula, pustula, dan akhirnya menjadi
krusta. Perubahan ini hanya terjadi dalam waktu 8-12 jam. Gambaran vesikel
khas, superfisial, dinding tipis, dan terlihat seperti tetesan air (tear drop).
Penampang 2-3mm berbentuk elips dengan sumbu sejajar garis lipatan kulit.
Cairan vesikel pada permukaan jernih, dan dengan cepat menjadi keruh akibat
serbukan sel radang dan menjadi pustula. Lesi kemudian mengering yang
dimulai dari bagian tengan dan akhirnya membentuk krusta. Krusta akan lepas
dalam waktu 1-3 minggu bergantung kepada dalamnya kelainan kulit.
Bekasnya akan membentuk cekungan dangkal; berwarna merah muda dan
berangsur-angsur hilang. Apabila terjadi penyulit berupa infeksi sekunder,
dapat terjadi jaringan parut.
Vesikel yang muncul juga dapat timbul pada mukosa mulut, terutama palatum.
Vesikel ini dengan cepat pecah sehingga luput dari pemeriksaan, bekasnya masih
dapat terlihat berupa ulkus dangkal dengan diameter 2-3 mm. Lesi kulit terbatas pada
lapisan epidermis dan tidak menembus membrane basal kulit, sehingga tidak
menimbulkan bekas. Jaringan parut yang menetap terjadi sebagai akibat infeksi
sekunder (lesi menembus membrane basalis kulit). Vesikel juga dapat timbul pada
mukosa hidung, faring, laring, trakea, saluran cerna, saluran kemih, vagina, dan
konjungtiva.
Pada kasus khas dan berat, suhu bada dapat mencapai 39-40,5 oC. Apabila
demam berlanjut, mungkin telah terjadi infeksi sekunder atau penyulit lainnya.
Keluhan yang paling menonjol adalah perasaa gatal selama fase erupsi, sehingga
dapat dijumpai lesi bekas garukan.
3.7. Komplikasi
Komplikasi yang ditimbulkan dapat berupa :
1. Komplikasi ringan, pada pasien imunokompeten :
Infeksi kulit sekunder
2. Pada pasien dengan imunokompromais :
Pneumonia, ensefalitis, hepatitis
3. Wanita hamil :
Infeksi intrauterine, menyebabkan sindrom varisela kongenital
3.8. Pencegahan
Semula vaksin varisela yang merupakan vaksin virus hidup yang telah
dilemahkan (live attenuated) hanya diberikan pada anak yang memiliki risiko
terjadinya penyulit berat, yaitu yang memiliki penyakit keganasan, atau yang sedang
dalam pengobatan imunosupresif, atau menderita defisiensi imun; tetapi dalam
perkembangannya, vaksin ini juga diberikan pada anak sehat. Imunisasi aktif ini
dilakukan dengan menggunakan vaksin single live attenuated stain OKA yang sudah
terbukti aman, ditoleransi baik dengan efek samping yang minimal (demam dan ruam
minimal) dan mempunyai tingkat perlindungan yang tinggi pada anak usia 1-12 tahun
(dengan angka serokonversi 99%).
Pemberiaannya adalah secara subukutan sebanyak 2 kali (masing-masing 0,5
ml) secara subkutan, pada anak-anak berusia 12 bulan – 12 tahun, dengan interval
minimum 3 bulan. Pada usia diatas 12 tahun juga diberikan 0,5 ml dan setelah 4-8
minggu diulang kembali dengan dosis yang sama.
Profilaksis pasca pajanan juga perlu dipertimbangkan diberikan yaitu berupa
Varicella zoster Immunoglobulin (VZIG). Pemberiannya diindikasikan pada keadaan-
keadaan berikut :
1. Mereka yang dikontraindikasikan mendapat vaksinasi varisela
2. Neonatus yang ibunya mengalami gejala varisela dalam 5 hari sebelum hingga
2 hari setelah pajanan
3. Pajanan pasca natal pada bayi premature
4. Ibu hamil yang terpajan
5. Anak sehat yang berisiko sakit
6. Petugas rumah sakit yang rentan terinfeksi
Pemberian VZIG ini harus dipertimbangkan : apakah pasien termasuk
eklompok rentan, apakah pajanan tersebut akan (kemungkinan besar) menimbulkan
sakit, dan apakah pasien berisiko lebih besar untuk mengalami komplikasi
dibandingkan dengan populasi umum. VZIG diberikan dalam kurun waktu 72 jam
pasca pajanan atau dalam 96 jam pada pasien imunokompormais. Efek potensi VZIG
diharapkan dapat bertahan hinggan + 3 minggu. Sebaliknya, VZIG
dikontraindikasikan pada pasien yang sudah pernah menerima vaksinasi varisela dan
sudah seropositive.
3.8. Prognosis
Prognosis pada pasien dengan imunokompeten adalah bonam, dengan
perawatan yang teliti dan memperhatikan hygiene memerikan prognosis yang baik
dan jaringan parut yang timbul akan sangat sedikit. Sedangkan pada pasien dengan
imunokompromais, prognosisnya menjadi dubia ad bonam.