Anda di halaman 1dari 23

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSISTENSI

LABA

Firdausi Nuzula

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya

nuzulausi@gmail.com

Abstract

This research aims to analyze the factors that are indicators of earnings
persistence in companies listed on the Indonesia Stock Exchange 2013-2016.
Indicators tested in this research are cash flow volatility, sales volatility,
leverage, book tax differences, and accruals. This research used purposive
sampling with total sample 2013-2016 equal to 988. The analysis method used is
descriptive analysis and Confirmatory Factor Analysis (CFA). The results of this
research indicate that all variables or indicators tested can be used to form the
construct of earnings persistence factors. Debt level is the variable or indicator
that has the greatest influence on the earnings persistence.

Keywords: earnings persistence, confirmatory factor analysis

PENDAHULUAN

Laba merupakan informasi penting dalam laporan keuangan karena

mencerminkan kinerja perusahaan secara menyeluruh. Pihak internal dan

eksternal perusahaan sering menggunakan laba sebagai dasar pengambilan

keputusan seperti pemberian kompensasi, pengukur kinerja manajemen dan dasar

pengenaan besarnya pajak (Wijayanti, 2006). Laba yang persisten merupakan laba

yang cenderung tidak berfluktuatif dan mencerminkan keberlangsungan laba di

masa depan yang bertahan dalam waktu yang lama (Dewi, 2015). Kecenderungan

investor melihat informasi laba merupakan hal yang penting. Laba dalam laporan

keuangan merupakan hal penting digunakan manajemen untuk menarik investor.

Investor dalam mengambil keputusan mempertimbangkan informasi akuntansi

1
yang memiliki nilai relevansi, karena informasi akuntansi tersebut berhubungan

dengan nilai pasar (Puspitaningtyas, 2013).

Berdasarkan penelitian terdahulu terdapat beberapa faktor yang menjadi

indikator persistensi laba. Indikator pertama volatilitas arus kas merupakan

fluktuasi arus kas dari tahun ke tahun. Menurut penelitian Fanani (2010) bahwa

volatilitas arus kas yang tinggi akan menyebabkan persistensi laba yang rendah,

namun tidak sejalan dengan hasil penelitian Sutisna dan Ekawati (2016) bahwa

semakin tinggi fluktuasi arus kas maka semakin meningkatkan persistensi laba.

Indikator kedua volatilitas penjualan merupakan indeks yang mengatakan

tentang penyebaran distribusi penjualan yang dilakukan perusahaan. Menurut

didukung oleh penelitian Fanani (2010) volatilitas yang tinggi dari penjualan

dapat memprediksi persistensi laba karena laba yang diperoleh dapat

menimbulkan gangguan. Sedangkan menurut Zuhri (2013) volatilitas berpengaruh

positif signifikan terhadap laba karena kemungkinan pihak manajemen malakukan

manjemen riil pada aktivitas penjualan.

Indikator ketiga adalah tingkat utang, besarnya tingkat utang perusahaan

menyebabkan perusahaan meningkatkan persistensi laba untuk mempertahankan

kinerja yang baik (Fanani, 2010). Sedangkan menurut Dewi (2015) semakin tinggi

tingkat utang belum tentu bisa mendorong manajemen perusahaan untuk

meningkatkan persistensi laba.

Indikator keempat adalah book-tax differences merupakan perbedaan yang

disebabkan oleh ketentuan pengakuan dan pengukuran yang berbeda antara

peraturan perpajakan dan Standar Akuntansi Keuangan. Menurut Dewi (2015)

perusahaan dengan large positive book-tax differences menunjukkan persistensi

2
laba yang lebih rendah dari perusahaan dengan small book-tax differences

sehingga menunjukkan adanya intervensi manajemen dalam menentukan besarnya

laba akuntansi. Menurut Hanlon (2005) menjelaskan bahwa perusahaan yang

book-tax differences besar dan positif memiliki persistensi laba yang rendah

dibandingkan dengan perusahaan yang book-tax differences lebih rendah.

Indikator kelima adalah komponen akrual yang menggunakan reliabilitas

akrual yang mendekomposisi neraca atas tiga aktivitas bisnis, yaitu current

operating activities, non current operating activities dan financial (activities dan

liabilities) (Richardson et al., 2005). Komponen akrual dalam laporan keuangan

mempunyai kontribusi dalam memprediksi persistensi laba (Abdullah, 2009).

Pengujian dilakukan menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA)

yang merupakan hal baru dalam pengujian terhadap persistensi laba. Penelitian ini

ditujukan untuk menguji validitas matriks parameter atau indikator konstruk

faktor persistensi laba dan menemukan indikator faktor yang paling dominan

sebagai salah satu faktor persistensi laba. Selain itu, motivasi penelitian ini adalah

melihat peran laba yang digunakan manajemen untuk menarik investor dalam

mengambil keputusan yang sering direkayasa sedemikianrupa untuk

mempengaruhi keputusan investor.

KAJIAN PUSTAKA

Teori Relevansi

Teori relevansi merupakan teori yang menjelaskan tentang suatu metode

interaksi yang mempertimbangkan simpulan implisit (Sperber dan Wilson,

2009:20). Suatu komunikasi akan bersifat relevan apabila komunikasi tersebut

3
memiliki efek kontekstual. Efek kontekstual merupakan hasil interaksi antara

informasi baru dan informasi lama, dengan semakin besar efek kontekstual

semakin besar relevansi informasi tersebut. SFAC No.8 menjelaskan tentang

kerangka konseptual untuk pelaporan keuangan bahwa laporan keuangan akan

dikatakan relevan apabila laporan keuangan dapat digunakan untukamemprediksi

dan memiliki kemampuan ikonfirmasi. Informasi di dalam laporan keuangan

dapat dikatakan memiliki suatu nilai prediksi apabila informasi tersebut dapat

membantu pengguna laporan keuangan terutama investor dan kreditor dalam

memprediksi kejadian tertentu yang berpengaruh dengan perusahaan.

Teori Signal

Secara umum, sinyal diartikan sebagai isyarat yang dilakukan oleh

perusahaan (manajer) kepadak pihak luar (investor). Sinyal tersebut sebagai

bentuk secara langsung dapat diamati maupun ditelaah lebih dalam untuk

mengetahuinya. Apapun bentuk atau jenis dari sinyal yang dikeluarkan

dimaksudkan untuk menyiratkan sesuatu dengan harapan pasar atau pihak

eksternal akan melakukan perubahan penilaian atas perusahaan. Artinya sinyal

yang dipilih harus mengandung kekuatan informasi untuk pihak eksternal

perusahaan (Gumanti, 2009). Sinyal dapat berupa informasi mengenai kondisi

perusahaan kepada pemilik atau pun pihak yang berkepentingan lainnya.

Penerapan standar akuntansi yang berkualitas dengan baik akan menghasilkan

laporan keuangan yang berkualitas juga sehingga informasi mengenai perusahaan

akan menjadi lebih baik yang selanjutnya akan disampaikan kepada calon investor

sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan investasi (Namazi dan

Rezaei, 2016).

4
Persistensi Laba

Menurut Wijayanti (2006) laba yang persisten adalah laba yang dapat

mencerminkan kelanjutan laba di masa depan yang ditentukan oleh komponen

akrual dan aliran kasnya. Persistensi laba merupakan laba yang mempunyai

kemampuan sebagai indikator laba periode mendatang (future earnings) yang

dihasilkan oleh perusahaan secara berulang-ulang (repetitive) dalam jangka

panjang (sustainable).

Volatilitas Arus Kas

Menurut PSAK No.2 arus kas merupakan arus masuk, arus keluar kas dan

setara kas. Tujuan laporan arus kas yaitu memberikan pengaturan mengenai

informasi mengenai perubahan historis dalam kas dan setara kas dari suatu entitas

melalui laporan arus kas yang mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas

operasional, investasi dan pendanaan (financing) selama satu perioda. Aktivitas

operasional merupakan aktivitas yang menjadi penghasil utama pendapatan

perusahaan dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan

pendanaan. Aktivitas investasi merupakan aktivitas perolehan dan pelepasan aset

jangka panjang dan investasi lain yang tidak termasuk setara kas, sedangkan

aktivitas pendanaan merupakan aktivitas yang membuat perubahan jumlah dan

komposisi dari kontribusi modal dan pinjaman entitas.

Volatilitas Penjualan

Volatilitas penjualan adalah derajat penyebaran penjualan atau indeks

penyebaran distribusi penjualan perusahaan. Volatilitas penjualan

mengindikasikan suatu volatilitas lingkungan operasi dan penyimpangan yang

5
lebih besar aproksimasi dan estimasi, dan berkorespondensi dengan kesalahan

estimasi yang lebih besar dan kualitas akrual yang rendah (Dechow dan Dichev,

2002).

Tingkat Utang

Kewajiban atau utang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan

kepada pihak-pihak lain yang belum terpenuhi, dimana utang tersebut merupakan

sumber dana atau modal suatu perusahaan (Barus & Rica, 2014). Para pemegang

saham mendapatkan manfaat dari solvabilitas keuangan sejauh laba yang

dihasilkan atas uang yang dipinjam melebihi biaya bunga dan juga jika terjadi

kenaikkan nilai pasar saham. Jika kondisi laba tidak dapat menutup bunga dan

perusahaan tidak dapat mengalokasikan dana untuk membayar pokoknya, akan

menimbulkan risiko kegagalan (Fanani, 2010).

Book-tax Differences

Informasi mengenai laba dapat ditemukan pada laporan keuangan

perusahaan. Menurut PSAK No.46 (IAI, 2013), laba akuntansi adalah laba rugi

selama satu periode sebelum dikurangi beban pajak. Sedangkan laba kena pajak

atau laba fiskal adalah laba atau rugi selama satu periode yang dihitung

berdasarkan peraturan yang ditetapkan oleh Otoritas Pajak atas pajak penghasilan

yang terutang, adanya perbedaan perhitungan laba (rugi) suatu entitas (Wajib

Pajak) akibat dari perbedaan dalam penyusunan laporan keuangan komersial yang

sesuai dengan SAK dan fiskal yang sesuai dengan peraturan perpajakan.

Perbedaan besaran laba tersebut disebut book-tax differences.

6
Komponen Akrual

Akrual merupakan jumlah penyesuaian akuntansi yang membuat laba

bersih berbeda dari arus kas bersih. Akuntansi akrual dapat mengurangi masalah

ketepatan waktu dan pengaitan yang terdapat pada akuntansi kas. Masalah

ketepatan waktu mengacu pada tidak semua aktivitas usaha berpengaruh langsung

terhadap arus kas (Abdullah, 2009). Akrual merupakan komponen utama

pembentuk laba dan akrual disusun berdasarkan estimasi-estimasi tertentu dan

akrual digunakan untuk mendeteksi manajemen laba yang terjadi pada

perusahaan.

Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis

Volatilitas arus kas merupakan derajat penyebaran distribusi arus kas dari

tahun ke tahun, untuk mengukur persistensi laba dibutuhkan informasi arus kas

yang stabil, yaitu arus kas yang mempunyai volatilitas yang kecil. Jika arus kas

berfluktuasi tajam maka sulit untuk memprediksi arus kas di masa yang akan

datang. Volatilitas arus kas yang tinggi menunjukkan persistensi laba yang

rendah, karena informasi arus kas saat ini sulit untuk memprediksi arus kas di

masa yang akan datang (Fanani, 2010). Volatilitas arus kas dapat dikatakan

sebagai risiko operasional sehingga semakin tinggi volatilitas arus kas maka

semakin tinggi risiko yang akan dihadapi perusahaan di masa yang akan datang

(Sutisna dan Ekawati, 2016). Berdasarkan penjelasan tersebut maka hipotesis

penelitian ini adalah

H1 : Indikator volatilitas arus kas dapat digunakan untuk membentuk

konstruk faktor-faktor persistensi laba

7
Penjualan merupakan unsur utama dalam laporan laba rugi dan disajikan

pada bagian atas dari laporan, dimana sesudahnya akan dikurangkan dengan

berbagai biaya untuk mengetahui laba bersih yang diperoleh perusahaan. Hal ini

menunjukkan bahwa besar kecilnya penjualan yang diperoleh perusahaan

menentukan tingkat laba yang dihasilkan perusahaan tersebut. Jika penjualan

mempengaruhi laba, maka secara langsung tingkat naik turunnya (volatilitas)

penjualan juga berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan dalam

mempertahankan keberlangsungan labanya (Nina dan Arfan, 2014). Volatilitas

yang tinggi dari penjualan dapat memprediksi persistensi laba, karena laba yang

dihasilkan akan mengandung banyak gangguan (noise) (Fanani, 2010).

Berdasarkan penjelasan tersebut maka hipotesis penelitian ini adalah

H2 : Indikator volatilitas penjualan dapat digunakan untuk membentuk

konstruk faktor-faktor persistensi laba

Tingkat utang merupakan suatu ukuran yang menunjukkan sampai sejauh

mana sekuritas berpenghasilan tetap (utang dan saham preferen) digunakan dalam

stuktur modal perusahaan. Besarnya tingkat utang perusahaan menyebabkan

perusahaan meningkatkan persistensi laba untuk mempertahankan kinerja yang

baik di mata investor dan auditor (Barus dan Rica, 2014). Dengan kinerja yang

baik tersebut maka diharapkan kreditor memiliki kepercayaan terhadap

perusahaan, tetap mudah memberikan dana, dan perusahaan akan memperoleh

kemudahan dalam proses pembayaran. Penelitian Fanani (2010) menunjukkan

tingkat hutang berpengaruh positif dan signifikan terhadap persistensi laba.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka hipotesis penelitian ini adalah

8
H3 : Indikator tingkat utang dapat digunakan untuk membentuk konstruk

faktor-faktor persistensi laba

Book-tax differences merupakan perbedaan jumlah laba yang dihitung

berdasarkan akuntansi dengan laba yang dihitung dengan peraturan perpajakan.

Persistensi laba dipengaruhi adanya perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal

(book tax differences), karena dapat memberikan informasi mengenai kualitas laba

saat ini. Hanlon (2005) menyatakan perusahaan dengan book-tax differences besar

dan positif memiliki persistensi laba yang rendah dibandingkan dengan

perusahaan yang book-tax differences lebih rendah. Menurut Asma (2013)

perbedaan laba akuntansi dengan laba fiskal yang diproksikan dengan beban pajak

tangguhan berpengaruh negatif terhadap persistensi laba, maka semakin tinggi

perbedaan laba akuntansi dengan laba fiskal yang dihasilkan suatu perusahaan

maka semakin rendah persistensi laba perusahaan tersebut. Berdasarkan

penjelasan tersebut maka hipotesis penelitian ini adalah

H4 : Indikator book-tax differences dapat digunakan untuk membentuk

konstruk faktor-faktor persistensi laba

Menurut Richardson et al. (2005), dalam penelitiannya dapat memberikan

bukti bahwa Akrual berpengaruh negatif terhadap persistensi laba. Komponen

akrual semua terbukti berpengaruh terhadap persistensi laba, di mana komponen

yang paling tidak handal memiliki persistensi laba yang paling rendah. Hasil

penelitian Abdullah (2009) menunjukkan komponen akrual yang terkandung

dalam laporan keuangan mempunyai kontribusi atau berpengaruh dalam

memprediksi persistensi laba. Menurut Briliane dan Harahap (2012) komponen

arual memiliki hubungan signifkan dengan persistensi laba, bahwa semakin

9
rendah keandalan akrual maka semakin rendah tingkat persistensi laba.

Komponen akrual yang terkandung dalam persistensi laba menunjukkan proses

akrual yang berulang di masa datang sehingga pasar akan bereaksi sebagai kondisi

yang memungkinkan laba menjadi berkesinambungan. Berdasarkan penjelasan

tersebut maka hipotesis penelitian ini adalah

H5 : Indikator komponen akrual dapat digunakan untuk membentuk

kostruk faktor-faktor persistensi laba

METODE PENELITIAN

Metode penelitian dalam penelitian ini adalah metode penelitian

kuantitatif. Populasi yang digunakan adalah semua perusahaan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013-2016. Teknik pengambilan sampel adalah

metode purposive sampling yang disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan

penelitian. Adapun kriteria pemilihan sampel sebagai berikut:

Tabel 1. Kriteria Pemilihan Sampel

No Kriteria Sampel Jumlah


1 Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2016. 485
2 Perusahaan yang tidak publikasi laporan keuangan secara lengkap (38)
berturut-turut tahun 2013-2016.
3 Perusahaan yang dalam laporan keuangannya melaporkan kerugian (200)
dari tahun 2013-2016.
Total 247
Total sampel penelitian dari tahun 2013-2016 988
Sumber: diolah penulis

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Data yang dibutuhkan

dalam penelitian ini berupa laporan tahunan perusahaan yang tercatat di Bursa

Efek Indonesia tahun 2013-2016. Data tersebut diperoleh dari situs Bursa Efek

Indonesia yaitu http://www.idx.co.id.

10
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Volatilitas Arus Kas

Volatilitas arus kas adalah derajat penyebaran arus kas atau indeks yang

menyatakan tentang penyebaran distribusi arus kas pada perusahaan (Fanani,

2010). Volatilitas diproksi menggunakan deviasi standar aliran kas operasi selama

tahun pengamatan yang dibagi dengan total aset perusahaan. Rumus yang

digunakan adalah

𝜎𝐶𝐹𝑂𝑖
𝑉𝐴𝐾𝑖𝑡 =
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑖𝑡

Keterangan:

VAKit : volatilitas arus kas operasi

𝜎𝐶𝐹𝑂it : deviasi standar arus kas operasi pada perusahaan i tahun 2013-

2016

Total asetit : total aset perusahaan i pada tahun t

Volatilitas Penjualan

Menurut Dechow dan Dichev (2002) Volatilitas penjualan yang besar akan

mengakibatkan ketidakpastian penjualan yang dilakukan oleh perusahaan,

sehingga akan terjadi kesalahan estimasi laba dimasa mendatang. Rumus yang

digunakan adalah:

𝜎𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛𝑖


𝑉𝑃𝑖𝑡 =
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑖𝑡

Keterangan:

VPit : volatilitas penjualan

𝜎 penjualanit : deviasi standar penjualan i pada tahun 2013-2016

11
Total asetit : total aset perusahaan i pada tahun t

Tingkat Utang

Utang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak-pihak

lain yang belum terpenuhi, utang tersebut merupakan sumber dana atau modal

suatu perusahaan (Barus dan Rica, 2014). Tingkat utang diukur menggunakan

proksi rasio utang terhadap total aset DAR (debt to total asset ratio), yaitu:

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔𝑖𝑡
𝐷𝐴𝑅 =
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑖𝑡

Book-tax Diferrences

Book-tax Diferrences merupakan selisih antara laba akuntansi dan laba

fiskal yang mengahasilkan perbedaan temporer, yang ditunjukkan pada akun

biaya (manfaat) pajak tangguhan (deferred tax expense). Perbedaan antara laba

akuntansi dengan laba fiskal dijelaskan menggunakan proksi beban pajak

tangguhan (Asma, 2013) dengan rumus sebagai berikut:

𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑔𝑢ℎ𝑎𝑛𝑡


𝐵𝑇𝐷𝑖𝑡 =
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑡−1

Keterangan:

BTDit : book tax differences perusahaan i pada tahun t

Total aset t-1 : total aset tahun lalu

Komponen Akrual

Richardson et al. (2005) mendefinisikan akrual dengan menjumlah

perubahan aset keuangan (ΔFIN), perubahan modal kerja (ΔWC), dan perubahan

12
aset operasi tidak lancar (ΔNCO) karena pada dasarnya akrual berada pada semua

akun kecuali kas.

Persamaan komponen akrual adalah

Akrual = ΔFIN + ΔWC + ΔNCO

Akrual = (ΔSTI + ΔLTI – ΔFINL) + (ΔCOA – ΔCOL) + (ΔNCOA –

ΔNCOL)

Keterangan:

ΔFIN = Perubahan pada aset keuangan

ΔWC = Perubahan pada modal kerja

ΔNCO = Perubahan pada aset operasi tidak lancar

ΔSTI = Perubahan Investasi jangka pendek

ΔLTI = Perubahan Investasi jangka panjang

ΔFINL = Perubahan liabilitas keuangan

ΔCOA = Perubahan Aset operasi saat ini

ΔCOL = Perubahan kewajiban operasi saat ini

ΔNCOA = Perubahan aset tidak lancar, tidak termasuk investasi non-ekuitas

jangka panjang dan advances

ΔNCOL = Perubahan utang tidak lancar

Penjabaran lebih rinci komponen sebagai berikut

a. ΔFIN (Perubahan Aset Keuangan)

ΔFIN merupakan perubahan pada investasi jangka pendek (ΔSTI) dan

investasi jangka panjang (ΔLTI) yang dikurangi dengan perubahan pada sort

term debt dan long term debt (ΔFINL).

b. ΔWC (Perubahan Modal Kerja)

13
ΔWC merupakan penjabaran dari perubahan aset lancar kecuali kas dan

investasi jangka pendek (ΔCOA) dikurangi dengan perubahan liabilitas

jangka pendek (ΔCOL). Sebagian besar dari ΔWC terdiri dari akun piutang

dan persediaan.

c. ΔNCO (Perubahan Aset Operasi Tidak lancar)

ΔNCO merupakan penjabaran dari perubahan aset tidak lancar, kecuali

investasi non-ekuitas jangka panjang dan advances (ΔNCOA) dikurangi

dengan perubahan liabilitas jangka panjang (ΔNCOL)

Teknik Analisis Data

Teknik pengujian yang pertama dilakukan analisis statistik deskriptif untuk

melihat distribusi dan populasi dari data tersebut.

Confirmatory Factor Analysis (CFA)

Menurut Santoso (2012:57) langkah-langkah dalam melakukan teknik

Confirmatory Factor Analysis (CFA) adalah

1) Kaiser Meyer Olkin (KMO) and Bartiett’s Test

2) Anti image matrices

3) Communalities

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Analisis Statistik Deskriptif

Pada uji statistik deskriptif variabel volatilitas arus kas, volatilitas

penjualan, tingkat utang, book tax differences dan komponen akrual yang

diperoleh dari hasil uji SPSS 22 yang dtunjukkan pada tabel sebagai berikut:
14
Tabel 2. Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


VAK 988 .00166 .74340 .0615869 .06935233
VP 988 .00104 2.17626 .1405089 .19615392
DAR 988 .00025 1.73007 .4961053 .23155911
BTD 988 -2.30057 .84325 .0019747 .10629554
Akrual 988 -361,457,717,000,000 449,824,983,000,000 863,627,016,868.13 20,901,635,729,134.457

Valid N 988
(listwise)

Tabel 2 menunjukkan hasil statistik deskriptif pada variabel di antaranya

volatilitas arus kas (VAK), volatilitas penjualan (VP), tingkat utang (DAR), book

tax differences (BTD) dan komponen akrual yang dijelaskan dengan nilai

minimum, maksimum, mean dan standar deviasi. Nilai minimum merupakan nilai

terkecil dari variabel penelitian. Nilai maksimum adalah nilai terbesar dari

variabel penelitian. Mean merupakan nilai rata-rata dari kumpulan data variabel

penelitian, sedangkan standar deviasi merupakan sebaran data yang menunjukkan

tinggi rendahnya variasi dalam variabel penelitian.

Confirmatory Factor Analysis (CFA)

Kaiser Meyer Olkin (KMO) and Bartiett’s Test

Pengujian ini data harus memperoleh kriteria dari kecukupan nilai Kaiser

Meyer Olkin (KMO) yaitu lebih dari 0,5, apabila KMO menunjukkan kurang dari

0,5 direduksi atau dihapuskan.

Tabel 3. KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .508


Bartlett's Test of Approx. Chi-Square 26.548
Sphericity
df 10
Sig. .003

15
Tabel 3 menunjukkan nilai dari Kaiser Meyer Olkin Measure of Sampling

Adequacy 0,508, lebih besar dari 0,5 sehingga dapat dilanjutkan analisis faktor,

sedangkan nilai dari Bartlett's Test of Sphericity terdiri dari Approx. Chi-Square

sebesar 26,548, nilai degree of freedom (df) sebesar 10 dan signifikansi 0,003.

Nilai signifikansi 0,003 kurang dari 0,005 yang artinya indikator atau variabel

sudah memadai untuk diuji lebih lanjut.

Anti Image Matrices

Pengujian Anti Image Matrices digunakan untuk melihat apakah setiap

variabel atau indikator dapat digunakan untuk analisis atau pengujian lebih lanjut.

Tabel 4. Anti-image Matrices

VAK VP DAR BTD Akrual


Anti-image VAK .984 -.107 -.013 .059 -.012
Covariance VP -.107 .987 .009 .013 -.015
DAR -.013 .009 .990 -.049 .086
BTD .059 .013 -.049 .994 .004
Akrual -.012 -.015 .086 .004 .992
Anti-image VAK .505a -.109 -.013 .060 -.012
Correlation VP -.109 .512a .010 .014 -.015
DAR -.013 .010 .500a -.050 .087
BTD .060 .014 -.050 .520a .004
Akrual -.012 -.015 .087 .004 .508a
a. Measures of Sampling Adequacy (MSA)

Dari pengujian tersebut didapatkan hasil:

1) Variabel volatilitas arus kas (VAK) dapat diprediksi dan dianalisis lebih

lanjut dengan hasil nilai Measure of Sampling Adequency (MSA) sebesar

0,505.

2) Variabel volatilitas penjualan (VP) dapat diprediksi dan dianalisis lebih

lanjut dengan hasil nilai Measure of Sampling Adequency (MSA) sebesar

0,512.

16
3) Variabel tingkat utang (DAR) dapat diprediksi dan dianalisis lebih lanjut

dengan hasil nilai Measure of Sampling Adequency (MSA) sebesar 0,500.

4) Variabel book tax differences (DAR) dapat diprediksi dan dianalisis lebih

lanjut dengan hasil nilai Measure of Sampling Adequency (MSA) sebesar

0,520.

5) Variabel komponen akrual (akrual) dapat diprediksi dan dianalisis lebih

lanjut dengan hasil nilai Measure of Sampling Adequency (MSA) sebesar

0,508.

Communalities

Tabel 5. Communalities

Initial Extraction Kesimpulan


VAK 1.000 .550 Hi diterima
VP 1.000 .453 H2 diterima
DAR 1.000 .561* H3 diterima
BTD 1.000 .215 H4 diterima
Akrual 1.000 .453 H5 diterima
*Pengaruh tertinggi

Tabel 5 menunjukkan bahwa variabel volatilitas arus kas (VAK) memiliki

nilai extraction 0,550 atau 55% dapat menjelaskan dari faktor persistensi laba.

Variabel volatilitas penjualan (VP) sebesar 0,453 atau 45,3% dapat menjelaskan

faktor-faktor dari persistensi laba. Variabel tingkat utang (DAR) sebesar 0,561

atau 56,1% dapat menjelaskan faktor persistensi laba. Variabel book tax

differences sebesar 0,215 atau 21,5% dapat menjelaskan faktor-faktor persistensi

laba, sedangkan variabel komponen akrual sebesar 0,453 atau 45,3% dapat

menjelaskan faktor dari persistensi laba.

17
Dari penjelasan tersebut variabel tingkat utang (DAR) memiliki extraction

paling tinggi sebesar 56,1% variasi dari variabel tingkat utang dapat menjelaskan

faktor persistensi laba yang akan dibentuk.

Pembahasan

Indikator volatilitas arus kas (VAK) dapat digunakan untuk membentuk

konstruk faktor-faktor persistensi laba

Hipotesis pertama diuji untuk mengetahui apakah volatilitas arus kas

dapat digunakan untuk membentuk konstruk faktor persistensi laba. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa indikator volatilitas arus kas dapat digunakan

untuk membentuk konstruk faktor-faktor persistensi laba. Volatilitas arus kas

merupakan salah satu faktor persistensi laba karena apabila perusahaan

mempunyai arus kas yang tinggi menunjukkan bahwa informasi yang ada di arus

kas tersebut sulit untuk memprediksi dari arus kas di masa yang akan datang,

sehingga semakin tinggi tingkat volatilitas arus kas di perusahaan mengakibatkan

persistensi laba yang rendah. Menurut Zuhri (2013) untuk mengukur kualitas laba

diperlukan informasi arus kas yang stabil atau mempunyai informasi volatilitas

arus kas yang kecil, jika arus kas berfluktuasi tajam maka akan sulit untuk

memprediksi laba di masa depan. Laba yang dilaporkan sekarang akan menjadi

dasar laba yang akan diperoleh di masa yang akan datang.

Indikator volatilitas penjualan (VP) dapat digunakan untuk membentuk

konstruk faktor-faktor persistensi laba

Hipotesis kedua diuji untuk mengetahui apakah volatilitas penjualan dapat

digunakan untuk membentuk konstruk faktor persistensi laba. Hasil penelitian ini

18
menunjukkan bahwa volatilitas penjualan dapat digunakan untuk membentuk

konstruk faktor persistensi laba. Volatilitas penjualan merupakan faktor

persistensi laba karena besar kecilnya penjualan yang dilaporkan perusahaan akan

menentukan tingkat laba yang diperoleh perusahaan tersebut. Volatilitas

penjualan yang rendah akan menentukan kemampuan laba di masa depan. Sejalan

dengan penelitian Kusuma dan Sadjiarto (2014) menyatakan volatilitas penjualan

memengaruhi persistensi laba, dikatakan bahwa apabila volatilitas penjualan

mengalami kenaikan satu maka persistensi laba akan mengalami penurunan.

Indikator tingkat utang (DAR) dapat digunakan untuk membentuk

konstruk faktor-faktor persistensi laba

Hipotesis ketiga diuji untuk mengetahui apakah tingkat utang dapat

digunakan untuk membentuk konstruk faktor persistensi laba. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa indikator tingkat utang dapat digunakan untuk membentuk

konstruk faktor-faktor persistensi. Tingkat utang merupakan konstruk faktor

persistensi laba karena besarnya tingkat utang bergantung pada stabilitas

perusahaan dalam meningkatkan persistensi laba dengan cara mempertahankan

kinerja yang baik. Perusahaan yang mempunyai leverage yang tinggi, laba yang

dihasilkan memberikan keselamatan untuk obligasi dan utangnya (Putri, 2016).

Sejalan dengan penelitian Nina dan Arfan (2014) tingkat utang akan memiliki

pengaruh terhadap persistensi laba. Tingkat financial leverage tinggi akan

mendorong manajer menjaga labanya tetap persisten dengan tujuan untuk

mempertahankan kinerja yang baik di mata kreditor.

19
Indikator book tax differences (BTD) dapat digunakan untuk membentuk

konstruk faktor-faktor persistensi laba

Hipotesis keempat diuji untuk mengetahui apakah book-tax differences

dapat digunakan untuk membentuk konstruk faktor persistensi laba. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa indikator book tax differences dapat

digunakan untuk membentuk konstruk faktor-faktor persistensi. Book tax

differences akan mempengaruhi persistensi laba karena informasi di book tax

differences dianggap sebagai informasi pertanda bahaya mengenai kualitas laba.

Book tax differences yang besar menandakan perusahaan memiliki persistensi

laba yang rendah dibandingkan dengan book tax differences yang rendah

(Hanlon, 2005). Beberapa bukti pengaruh persistensi laba dengan book tax

differences adalah penelitian Asma (2013) book tax differences berpengaruh

terhadap persistensi laba, karena semakin tinggi perbedaan laba akuntansi dengan

laba fiskal maka semakin rendah persistensi laba.

Indikator komponen akrual dapat digunakan untuk membentuk konstruk

faktor-faktor persistensi laba

Hipotesis kelima diuji untuk mengetahui apakah komponen akrual dapat

digunakan untuk membentuk konstruk faktor persistensi laba. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa indikator komponen akrual dapat digunakan untuk

membentuk konstruk faktor-faktor persistensi. Komponen akrual di laporan

keuangan mempunyai kontribusi terhadap persistensi laba karena menunjukkan

proses akrual yang berulang di masa datang sehingga memungkinkan laba

menjadi berkesinambungan dan akan memengaruhi prediksi laba di masa yang

20
akan datang. Besar kecilnya komponen akrual yang terjadi di perusahaan akan

menyebabkan gangguan (noise) yang dapat mengurangi persistensi laba (Fanani,

2010). Penelitian yang membuktikan bahwa komponen akrual mempunyai

pengaruh terhadap persistensi laba adalah Abdullah (2009) yang menyatakan

bahwa komponen akrual yang terkandung dalam persistensi laba menunjukkan

proses akrual yang permanen atau berulang di masa datang sehingga pasar akan

bereaksi sebagai kondisi laba menjadi berkesinambungan, sehingga komponen

akrual yang terkandung dalam laporan keuangan mempunyai kontribusi

memprediksi persistensi laba.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa faktor volatilitas arus kas

(VAK) merupakan faktor persistensi laba, karena apabila perusahaan mempunyai

arus kas yang tinggi menunjukkan bahwa informasi yang ada di arus kas tersebut

sulit untuk memprediksi dari arus kas di masa yang akan datang. Volatilitas

penjualan (VP) merupakan faktor persistensi laba dikarenakan volatilitas

penjualan yang tinggi dapat digunakan untuk memprediksi persistensi laba karena

laba yang diperoleh perusahaan akan mengandung banyak gangguan. Tingkat

utang (DAR) merupakan faktor paling mempegaruhi persistensi laba karena

besarnya tingkat utang bergantung pada stabilitas perusahaan dalam

meningkatkan persistensi laba dengan cara mempertahankan kinerja yang baik.

Book tax differences (BTD) merupakan faktor persistensi laba, karena dengan

book tax differences dapat diketahui adanya rekayasa manajerial dengan

21
menggunakan kebebasan dalam proses akrual. Komponen akrual merupakan

faktor persistensi laba, karena komponen akrual disusun berdasarkan estimasi

yang digunakan untuk mendeteksi manajemen laba.

Saran

Hasil penelitian ini telah menunjukkan bahwa faktor-faktor yang terdiri

dari volatilitas arus kas, volatilitas penjualan, tingkat utang, book-tax differences,

dan komponen akrual dapat menjelaskan dengan baik (sebagai indikator) dari

persistensi laba, dimana faktor ini merupakan faktor yang berasal dari internal

perusahaan. Agar lebih mendapatkan gambaran yang lengkap khususnya faktor

yang mempengaruhi yang berasal dari luar perusahaan, maka bagi penelitian

selanjutnya dapat menambah variabel yang berasal dari faktor eksternal

perusahaan seperti pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. W. 2009. Kemampuan Akrual dan Arus Kas Memprediksi Harga


Saham Melalui Persistensi Laba. Jurnal Ekuitas DIKTI, 15(110), 352–369.
Asma, T. N. 2013. Pengaruh aliran kas dan perbedaan antara laba akuntansi
dengan laba fiskal terhadap persistensi laba. Jurnal Akuntansi Universitas
Negeri Padang, 1(1), 1–16.
Barus, A. C., & Rica, V. 2014. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Persistensi Laba Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil, 4(2), 71–80.
Briliane, L., & Harahap, S. N. 2012. Pengaruh Keandalan Akrual pada Persistensi
Laba dan Harga Saham. Jurnal Akuntansi Universitas Indonesia, 1–27.
Dechow, P. M., & Dichev, I. D. 2002. The quality of accruals and earnings: The
role of accrual estimation errors. The Accounting Review, 77, 35–59.
Dewi, N. 2015. Pengaruh Book-Tax Difference, Arus Kas Operasi, Arus Kas
Akrual, Dan Ukuran Perusahaan. Jurnal Akuntansi Universitas Udayana,
1(10), 244–260.
Fanani, Z. 2010. Analisis Faktor-Faktor Penentu Persistensi Laba. Jumal
Akuntansi Dan Keuangan Indonesia, 7(1), 109–123.
Gumanti, T. A. 2009.Teori Sinyal dalam Manajemen Keuangan. Manajemen
Usahawan Indonesia, Vol. 38 (6). hal.4-13.

22
Hanlon, M. 2005. The Persistence and Pricing of Earnings, Accruals, and Cash
Flows When Firms Have Large Book-Tax Differences. The Accounting
Review, 80(1), 137–166.
http://www.idx.co.id. diakses pada 12 September 2017.
IAI. 2013. PSAK 46 Akuntansi pajak penghasilan, 1–12.
IAI. 2013. PSAK 2 Laporan Arus Kas, 1–29.
Kusuma, B., & Sadjiarto, R. A. 2014. Analisa Pengaruh Volatilitas Arus Kas,
Volatilitas Penjualan,Tingkat Hutang, Book Tax Gap, dan Tata Kelola
Perusahaan Terhadap Persistensi Laba. Tax & Accounting Review, 4(1), 1–
8.
Namazi, M., & Rezaei, G. 2016. The Effects of Earnings Quality Criteria on the
Agency Costs: (Evidence from Tehran Stock Exchange Market). Procedia
- Social and Behavioral Sciences, 230, 67–75.
Nina, Basri, H., & Arfan, M. 2014. Pengaruh Volatilitas Arus Kas, Voltilitas
Penjualan, Besaran Akrual, dan Financial Leverage Terhadap Persistensi
Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, 3(2),
1–12.
Puspitaningtyas, Z. 2013. Perilaku Investor Dalam Pengambilan Keputusan
Investasi. Jurnal Akuntansi Universitas Jember, 1–19.
Putri, A. G. 2016. Pengaruh Tingkat Hutang dan Kepemilikan Manajerial
terhadap Persistensi Laba pada Perusahaan Manufaktur. Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana, 15(2), 915–942.
Richardson, S. A., Sloan, R. G., Soliman, M. T., & Tuna, I. 2005. Accrual
reliability, earnings persistence and stock prices. Journal of Accounting
and Economics, 39(3), 437–485.
Santoso, S. 2012. Aplikasi SPSS pada Statistik Multivariat. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo.
Sperber, D., & Wilson, D. 2009. Teori Relevansi Komunikasi dan Kognisi. (P. D.
A. S. Ibrahim, Ed.). Jakarta: Pustaka Pelajar.
Sutisna, H., & Ekawati, E. 2016. Persistensi Laba Pada Level Perusahaan dan
Industri dalam Kaitannya dengan Volatilitas Arus Kas dan Akrual.
Simposium Nasional Akuntansi XIX, XIX, 1–19.
Wijayanti, H. 2006. Analisis Pengaruh Perbedaan Antara Laba Akuntansi Dan
Laba Fiskal Terhadap Persistensi Laba, Akrual, Dan Arus Kas. Simposium
Nasional Akuntansi IX, 9(28), 23–26.
Zuhri, A. 2013. Analisis Akrual Diskresioner, Ketidakpastian Lingkungan
Operasi, Dan Leverage Dalam Memprediksi Laba. Jurnal Akuntansi
Universitas Negeri Surabaya, 3(3), 1–23.

23

Anda mungkin juga menyukai

  • 1 PB
    1 PB
    Dokumen8 halaman
    1 PB
    alimsumarno
    Belum ada peringkat
  • 1 PB
    1 PB
    Dokumen9 halaman
    1 PB
    alimsumarno
    Belum ada peringkat
  • 1 PB
    1 PB
    Dokumen7 halaman
    1 PB
    alimsumarno
    Belum ada peringkat
  • 1 PB 2
    1 PB 2
    Dokumen20 halaman
    1 PB 2
    alimsumarno
    Belum ada peringkat
  • 1 PB
    1 PB
    Dokumen6 halaman
    1 PB
    alimsumarno
    Belum ada peringkat
  • 1 PB
    1 PB
    Dokumen16 halaman
    1 PB
    alimsumarno
    Belum ada peringkat
  • 1 PB
    1 PB
    Dokumen12 halaman
    1 PB
    alimsumarno
    Belum ada peringkat
  • 1 PB
    1 PB
    Dokumen12 halaman
    1 PB
    alimsumarno
    Belum ada peringkat
  • 1 PB
    1 PB
    Dokumen10 halaman
    1 PB
    alimsumarno
    Belum ada peringkat
  • 1 PB
    1 PB
    Dokumen13 halaman
    1 PB
    alimsumarno
    Belum ada peringkat
  • 1 PB
    1 PB
    Dokumen12 halaman
    1 PB
    alimsumarno
    Belum ada peringkat